Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

PERKAWINAN SILANG Drosophila sp.

Oleh :

HENDRIK NURFITRIANTO

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2007

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Genetika merupakan salah satu cabang dari ilmu biologi yang mempelajari tentang
gen. Ilmu ini mempelajari tentang pewarisan sifat yang diturunkan pada keturunannya atau
(F1). Banyak terjadi beberapa kasus adanya perselisihan tentang anak yang dipunyai tersebut
merupakan anak kandung atau tidak. Fenomena ini dapat terpecahkana dengan menggunakan
penerapan hukum ini. Karena kefalidatan hukum ini dapat mengidentifikasi beberapa faktor
yang dianggap kejanggalan dalam kehidupan, maka ilmu ini dikembang luaskan pada
institusi-institusi pendidikan yang ada, termasuk sekolah dasar, sekolah menengah pertama,
dan sekolah menegah atas..
Hukum ini diciptakan dan sekaligus dditemukan oleh Gregor Johann Mendel.
Mendel dikenal dengan hasil dari penemuannya yang sangat membuat mata dunia terbelalak
ini. Mendel menyebutnya unit genetic atau gen, dengan persyaratan sebagai berikut:
1. membawa informasi yang berkaitan dengan struktur, fungsi dan
sifat biologi yang lain. ( Henuhili, 2002)
2. diwariskan dari generasi ke generasi dimana keturunannya
mempunyai persamaan fisik dari materi genetik induk (P1).

Drosophila mudah ditemukan di sekitar buah-buahhan yang sudah matang atau


makanan yang sudah basi atau mengalami fermentasi. Namun demikian untuk pemeliharaan
dan pembiakan, Drosophila membutuhkan media yang tepat supaya dapat tetap hidup dan
berkembangbiak dengan baik. Untuk pemeliharaan Drosophila dapat digunakan bermacam-
macam medium mulai dari medium yang sederhana hingga medium yang lengkap.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah siklus dari perkembangbiakan hingga
menghasilkan keturunan (F1) Drosophila ?

2. Berapakah perbandingan keturunan (F1) yang jantan (♂) dan


betina (♀) dari perkawinan Drosophila ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui siklus dari Drosophila.
2. Untuk mengetahui perbandingan keturunan (F1) yang jantan
(♂) dan betina (♀) dari perkawinan Drosophila.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Di Indonesia tercatat sekitar 500 jenis Drosophila dari famili Drosophilidae, dan di
pulau Jawa terdapat sekitar 120 jenis Drosophila (Wheeler, 1981), sedangkan di Bandung
terdapat sekitar 150 jenis Drosophila, beberapa di antaranya belum dipertelakan (Djoko T.
Iskandar, 1987).
Drosophila yang sering ditemukan di Indonesia dan Asia Tenggara adalah
Drosophila ananassae, Drosophila kikkiwai, Drosophila malerkotliana, Drosophila meptela,
Drosophila hypocausta, Drosopila imigrans dan lain sebagainya.
Drosophila termasuk phylum Arthropoda, kelas Insecta, Ordo Diptera, sub ordo
cyclorrharpa (pengelompokan lalat yang pupanya terdapat pada kulit instar ketiga,
mempunyai "jaw hookss", seri Acalyptra yaitu imago menetas keluar dari bagian anterior
pupa). Ciri umum Drosohila sp. adalah sebagai berikut:
1. Berukuran kecil, antara 3-5 mm.
2. Urat tepi sayap (costal vein) mempunyai dua (2) bagian yang terinteruptus.
3. Sungut dan arista umumnya berbentuk bulu, mempunyai 7-12 percabangan.
4. Posterior cross vein umumnya lurus, tidak melengkung.
5. Mata berwarna merah.
6. Setiap jenis Drosophila khususnya yang jantan (♂) dan betina (♀) memiliki susunan
yang berbeda antara jenis yang satu dengan lainnya.
Lalat Drosophila jantan dan betina dapat dibedakan satu sama lain berasarkan
morfologinya antara lain dalam hal :
1.Ukuran tubuh : secara umum lalat betina berukuran lebih besar dari pada
lalat jantan.
2.Abdomen : Ujung abdomen lalat betina agak runcing, sedangkan ujung
abdomen lalat jentan agak membulat. Pada lalat betina dewasa abdomen
menjadi labih besar karena berisi telur-telur yang siap dikeluarkan.
3.Tanda pada abdomen : Garis-garis gelap dan terang yang berjumlah
tujuh segmen dapat terlihat pada abdomen lalat betina, sementara pada
lalat jantan terdapat beberapa segmen terakhir berfusi sehingga terlihat
berwarna hitam.
4.Sex comb atau sisir kelamin : Lalat jantan mempunyai sisir kelamin,
yaitu serabut-serabut bristle pada permukaan distal dari sendi tarsal
depan, pada lalat betina tidak memiliki sisir kelamin.
Beberapa perbedaan tersebut di atas, dapat dilihat melalui pengamatan langsung atau
pengamatan dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran lemah.
Dalam percobaan ini kita menetapkan beberapa metode pewarisan sifat-sifat kontras
yang dimiliki oleh induknya. Dalam hukum Mendel, kita mengenal hukum segregasi secara
bebas dan berpasang-pasangan secara bebas. Selain itu kita pun dapat melakukan uji balik
(back cross), yaitu perkawinan antara F1 dengan salah satu induknya dan uji silang (test

cross), yaitu perkawinan antara F1 dengan salah satu induknya yang resesif atau individu lain
yang memiliki sifat resesif homozigot. Disamping hukum-hukum Mendel, back cross dan
test cross, kita pun mengenal adanya fenomena penyilangan terpaut seks. Dengan
menggunakan Drosophila sebagai hewan percobaan, kita dapat menerapkan berbagai cara
pewarisan tersebut.
A. Penyilangan Monohibrid
Penyilangan Monohibrid adalah penyilangan yang melibatkan satu sifat beda. Pada
percobaan dapat dilakukan dengan cara menyilangkan lalat mutan dengan lalat tipe liar
(wild). Penyilangan ini dapat dilakukan secara resiprokal artinya boleh memilih jantan mutan
dan betina liar atau betina mutan dengan jantan liar. Misal Sepia >< Wild ; Vestigial ><
Wild ; Dumpy >< Wild, dan sebagainya. Lalat betina yang disilangkan harus virgin, dan
pada konteks ini sifat yang diwariskan dibawa olwh kromosom tubuh (autosom).
B. Penyilangan Dihibrid
Penyilangan Dihibrid adalah penyilangan yang melibatkan dua sifat beda. Pada
penyilangan ini biasanya dilakukan mutan satu dengan mutan lainnya, misalnya Sepia ><
Dumpy ; Ebony >< Vestigial ; Sepia >< Vestigial, dan lain sebagainya. Lalat jantan yang
disilangkan harus virgin dan pada konteks ini sifat yang diwariskan dibawa oleh kromosom
tubuh (autosom).
C. Penyilangan terpaut seks
Pada penyilangan ini kita harus memilih sifat yang dibawa oleh kromosom seks
(gonosom), misalnya persilangan antara lalat tipe White dengan Wild atau lalat tipe Yellow
dengan Wild. Karena sifat warna mata yang kita pilih itu terpaut pada kromosom seks, maka
dalam penyilangan ini kita harus memperhatikan jenis kelamin pada kedua induknya,
misalnya lalat Wild betina >< White jantan akan memberikan hasil keturunan yang berbeda
dengan penyilangan antara lalat Wild jantan >< White betina.
Penentuan Jenis Kelamin
Jenis kelamin pada makhluk hidup umumnya dibedakan atas jenis jantan dan betina.
Banyak makhluk hidup yang memiliki satu jenis kelamin atau seksnya terpisah, jadi ada
individu jantan dan individu betina. Di alam juga terdapat tumbuhan dan hewan tingkat
tinggi yang hermaprodit artinya dalam satu tubuh makhluk hidup tersebut dihasilkan gamet-
gamet jantan maupun betina. Terjadinya perbedaan seks pada makhluk hidup dipengaruhi
oleh faktor genetik dan lingkungan.
1.Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan biasanya ditentukan oleh keadaan fisiologis. Bila kadar hormon kelamin
dalam tubuh tidak seimbang dapat mmpengaruhi penampilan fenotipnya, sehingga jenis
kelamin suatu makhluk hidup dapat berubah.
2.Faktor Genetik
Faktor genetik ditentukan oleh komposisi kromosom, karen akromosom mengandung bahan
genetik.
Pada lalat buah, sel tubuhnya hanya memiliki 8 kromosom (4 pasang), 8 kromosom
yang ada dalam inti sel itu dibedakan atas : 6 buah kromosom (3 pasang) yang bentuknya
sama pada jantan maupun betina dan karena itu disebut autosom (kromosom tubuh),
disingkat A. Sedangkan 2 kromosom lainnya disebut kromosom kelamin (kromosom seks)
sebab anggota dari sepasang kromosom ini tidak sama bentuknya antara lalat jantan dan
betina.
Prinsip dan pola pewarisan sifat dapat diketahui dengan penyilangan atau
mengawinkan organisme-organisme yang berbeda satu sama lain dalam sifat-sifat menurun
yang tertentu, diikuti oleh tabulasi yang diteliti ari keturunan yang dihasilkan, kemudian
menganalisis hasilnya untuk mengetahui atau menentukan cara penurunan sifat tersebut.
Banyak sekali prinsip dan pola pewarisan sifat yang diperoleh melalui eksperimen dengan
menggunakan Drosophila dalam persilangannya. Di antara prinsip-prinsip pewarisan sifat
tersebut adalah :
1.Sifat-sifat bakal diwariskan kepada keturunannya melalui gen-gen di dalam
kromosom.
2.Kebanyakan sifat akan berkembang dengan dukungan lingkungan.
3.Penurunan sifat kepada anaknya bukan melalui darah.
4.Sifat-sifat didapat dari lingkungan tak dapat diturunkan kepada anaknya.
5.Cacat menurun bukan karena kejadian pada waktu hamil. Dalam pewarisan
sifat dari induk kepada anaknya banyak dijumpai pola-pola pewarisan sifat,
diantaranya adalah pola dominasi penuh, intermediet, pola yang dipengaruhi
jenis kelamin dan sebagainya. Pola pewarisan tersebut sangat ditentukan oleh
banyak hal, diantaranya adalah : sifat. keberadaan/ letak, jumlah yang terlibat
dari gen-gen dalam kromosom dan sebagainya.
Thomas Hunt Morgan adalah perintis dalam penggunaan organisme kecil ini
sebagai obyek dalam penelitian genetika. Pilihannya tepat sekali karena, pertama lalat ini
kecil sehingga suatu populasi yang besar dapat dipelihara dalam laboratorium. Kedua, daur
hidup sangat cepat. Tiap 2 minggu dapat dihasilkan satu generasi dewasa yang baru. Ketiga,
lalat ini sangat subur, yang betina dapat menghasilkan ratusan telur yang dibuahi dalam
hidupnya yang pendek ini. Dengan demikian populasi besar yang dihasilkan tersebut
memudahkan analitik statistik yang mudah dan dapat dipercaya. Masih ada kemungkinan
keempat yang ditemukan yaitu adanya kromosom raksasa di dalam kelenjar ludah larva.
Kromosom raksasa ini memperlihatkan detail struktur yang jauh lebih jelas dari pada
kromosom badan normal. Di samping itu kromosom raksasa ini terdapat dalam masa
interfase, suatu masa di mana biasanya kromosom tidak kelihatan. Meskipun seekor lalat
buah betina mempunyai 4 pasang kromosom homolog, tetapi lalat jantan mempunyai 3
pasang kromosom homolog. Dua (2) kroosom lainnya tidak homolog.
Satu anggota dari pasangan kromosom keempat ini wujudnya identik dengan
pasangan kromosom keempat pada betina. Kromosom ini disebut kromosom X. Anggota
lainnya wujudnya sangat berlainan dan disebut kromosom Y. Kedua kromosom itu disebut
kromosom kelamin, karena kehadirannya selalu berkolerasi dengan kelamin lalat itu.
Kromosom lainnya disebut autosom. Sebagai akibat dari pemsahan pasangan homolog pada
waktu meiosis maka telur lalat buah mempunyai satu dari tiap autosom ditambah satu
kromosom X. Sel sperma yang dihasilkan oleh jantan mmpunyai tiga autosom dan satu
kromosom X atau Y. Kita dapat menggambarkan hasil penyatuan acak dari sel telur dengan
sperma ini dengan memperhunakan segi empat Punnet. Kita segera melihat keturunannya
kira-kira akan terdiri atas jantan dan betina dengan jumlah yang sama banyak.
Kromosom seks pada Drosophila sp. ada 2 macam, yaitu kromosom x dan kromosom
y. Kromosom x bentuknya batang, sedangkan kromosom y bentuknya agak bengkok.
Ternyata Drosophila betina mempunyai 2 kromosom x (ditulis dengan simbol XX), dan yang
jantan mempunyai 1 kromosom x dan 1 kromosom y tidak homolog artinya tidak sama
panjang (ditulis dengan simbol XY).
Lalat buah jantan cukup ditulis dengan simbol XY, dan untuk yang betina ditulis
dengan simbol XX, sedangkan pasangan autosomnya tidak ditulis. Berikut ini akan
dibastarkan lalat jantan dengan lalat buah betina :
Parental (P) : Jantan (♂) >< (♀) Betina
XY XX
Gamet (G) : X dan Y X
Sperma Sel telur
Keturunan (F1): XX XY

Betina Jantan
50% 50%
Pembastaran lalat buah jantan dengan betina akan menghasilkan keturunan F1 yang
berjenis kelamin jantan (XY) dan betina (XX), masing-masing 50%. Hal tersebut di atas
dapat ditengkan sebagai berikut : lalat buah jantan akan menghasilkan 2 macam sel sperma,
yaitu yang mempunyai X dan Y. Lalat buah betina akan menghasilkan sel telur 1 macam,
yaitu yang mempunyai X. Bila sel telur X dibuahi oleh sel sperma Y, akan terjadi lalat buah
jantan, akan tetapi bila sel telur X dibuahi oleh sel sperma X, akan terjadi lalat buah betina.
Maka dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin suatu individu (pada lalat buah) ditentukan
oleh kromosom seks, yaitu X dan Y. Dengan demikian bahwa kromosom menentukan jenis
kelamin.
Perbedaan kelamin ditandai dengan sifat-sifat meurun tertentu yang jelas. Pola
pigmentasi pada perut yang jantan, penis dan bulu kelenjar pada ruas tarsal pertama dari kaki
depan adalah beberapa sifat yang nyata yang membedakan lalat jantan dari lalat betina. Fakta
bahwa ada atau tidak adanya sifat-sifat ini selalu berhubungan dengan kromosom kelamin
yang merupakan bukti dari teori keturunan.
Mekanisme khusus apapun yang berlangsung, kelamin dalam alam binatang
tampaknya langsung berhubungan dengan penyatuan kromosom-kromosom tertentu dan
dengan demikian memperkuat teori bahwa kromosom adalah pembawa penentu sifat-sifat
organisme.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian pengamatan, karena dalam penelitian ini tidak
menggunakan variabel-variabel yang biasa digunakan.
B. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada laboratorium Mikrobiologi C9 Jurusan Biologi
FMIPA UNESA Surabaya.
C. Alat dan Bahan
 Membuat medium pemeliharaan Drosophila
Alat dan Bahan
• Botol kultur
• Timbangan
• Lumpang dan mortil atau blender
• Pengaduk
• Kompor
• Panci/ gelas kimia
• Agar-agar
• Pisang raja
• Air
• Ragi roti/ fermipan.
• Plastik
• Karet gelang
 Membius lalat Drosophila
Alat dan Bahan
• Botol kultur
• Selang
• Kain kasa
• Plastik penutup
• Eter
• Karet gelang
 Isolasi lalat virgin
Alat dan Bahan
• Kultur Drosophila yang sudah jadi
• Eter
• Botol pembius
• Kuas ukuran 1-3
• Cawan Petri tereterisasi
• Botol kultur berisi medium
 Determinasi Drosophila
Alat dan Bahan
• Kultur lalat Drosophila
• Botol pembius
• Eter
• Kuas ukuran 1-3
• Loupe
• MIkroskop binokuler
 Pengenalan Drosophila
Alat dan Bahan
• Mikroskop stereo dan monokuler
• Kaca obyek dan kaca penutup
• Jarum serangga
• Stock Drososphila
• Botol eterisasi
• Cawan Petri re-eterisasi
• Larutan detergen
• Eter
B. Prosedur Penelitian
 Cara Membuat medium pemeliharaan Drosophila
1. Merebus 3 gelas air sampai mendidih lalu memasukkan 7 gr
agar-agar (1 bungkus) ke dalamnya, lalu diaduk rata.
2. Menghaluskan 1 kg pisang ambon atau pisang raja dengan
lumping-mortil/ blender, kemudian memasukkannya kedalam
campuran lalu di masak sampai matang.
3. Apabila sudah atang, maka didinginkan sebentar, kemudian
dituangkan ke dalam gelas mineral masing-masing sampai 1,5
cm dan memberinya fermipan masing-masing 3-5 butir
sebagai zat anti jamur.
4. Menutupnya dengan plastik dan dirapatkan dengan karet
gelang dan dilubangi kecil-kecil.
 Cara Membius lalat Drosophila
1.Menyentakkan botol kultur pelan-pelan pada
bantalan karet atau sterofoam agar semua lalat
yang ada dalam ruangan botol sebelah atas akan
jatuh ke bawah.
2.Membuka sumbatnya, kita pertautkan botol
esterisasi dihadapan mulut botol biakan tersebut.
Mengarahkan kedua botol dengan mulut saling
berhadapan ke arah datangnya cahaya
(Drosophila bersifat fototaksis positif) dengan
memegang botol itu pada tempat pertautan
dengan tangan kiri.
3.Dengan tangan yang masih bebas, kita memutar
botol kultur dengan perlahan-lahan untuk
merangsang lalat agar berpindah ke botol
eterisasi.
4.Apabila sejumlah Drosophila telah masuk
kedalam botol eterisasi, maka kita akan
menyumbat kedua botol tersebut dengan cepat
tetapi dengan hati-hati.
5.Meneteskan beberapa tetes eter pada lubang
yang berisi kapas pada botol eterisasi, dan
jangan sampai eter tersebut menetes kedalam
botol. Membiarkan beberapa saat dan
menunggu sampai semua lalat pingsan (sekitar
30-60 detik).
6.Lalat yang sudah pingsan dikeluarkan dan dapat
diamati selama kurang lebih 5 menit. Lalat yang
terbangun sebelum selesai penghitungan/
pengamatan dapat dibius kembali ke dalam
cawan petri berkapas (re-eterisasi).
7.Dalam melakukan pemisahan atang
penghitungan, kita menggunakan kuas kecil.
Dan memasukkan ke dalam botol masing-
masing.
 Cara Mengisolasi Drososphila virgin
1.Menyiapkan kultur Drosophila yang sudah jadi, berisi imago, pupa,
dan larva.
2.Mengosongkan botol kultur tersebut (imagonya dikeluarkan) sehingga
yang tertinggal hanyalah pupa dan larva.
3.Menjelang jam kedelapan, pupa yang berwarna gelap akan berubah
menjadi imago, yang dapat dipastikan belum pernah kawin.
4.Memisahkan imago betina virgin dari yang jantan, kemudian
memasukkan kedalam botol kultur lain dan imago ini dapat dipakai
untuk menyilangkan.
Isolasi Drosophila virgin dapat pula dilakukan pada stadium pupa dengan teknik sebagai
berikut :
1.Mengambil pupa yang sudah tua dari botol kultur dengan menggunakan kuas.
2.Meletakkan pupa tersebut pada cawan Petri, dan memeriksa dibawah mikroskop.
3.Menagamati pupa, apabila terdapat warna hitam dibagian tengah (sex comb) maka
menunjukkan calon lalat jantan. Sedangkan apbila tidak ada warna hitam
menunjukkan calon lalat betina.
4.Memisahkan pupa jantan dari pupa betina tersebut dan memindahkan kedalam
cawan Petri yang lembab (diisi kertas basah).
5.Kurang lebih satu hari kemudian, pupa betina akan menetas menjadi imago dan siap
untuk dipakai dalam percobaan penyilangan.
 Cara Determinasi Drosophila
1.Menyediakan lalat Drosophila liar hasil tangkapan yang telah
dikultur.
2.Mengetuk botol kultur, kemudian menutupnya dan segera
pertautkan dengan mulut botol pembius, membiarkan lalat
berpindah tempat ke botol bius, lalu segera menutup botol
kultur dan juga botol bius.
3.Melakukan pembiusan dengan melakukan meneteskan eter
melalui tutup botol bius.
4.Apabila lalat sudah pingsan, kemudian memindahkan
kedalam cawan petri dan melakukan pengamatan dengan
menggunakan loupe atau mikroskop.
 Cara Mengenali Drosophila sp.
1.Menyediakan Drosophila tipe mutan dari botol stock.
2.Membius sebagian mutan tersebut dengan hati-hati.
Menghindari terlepsnya Drosophila mutan ke luar.
3.Setelah dibius di masukkan ke dalam cawan petri untuk
diamati morfologinya.
4.Melakukan pengamatan secara cermat dengan selalu
membandingkannya dengan tipe liar.
5.Mentabulasikan hasil pengamatan dan mendeskripsikan
setiap tipe mutan berdasarkan hasil pengamatan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
I. Ciri dan Bentuk Drosophila sp.
a. Telur : - berukuran kecil
- bentuk bulat
- warna kuning dan pada saat akan menetas berwarna
kehitaman.
b. Larva : - warna putih kekuningan
- bentuk lonjong, memanjang dan bersegmen
- kulit agak transparan
- berukuran lebih besar dari pada kepompong
c. Kepompong : - berukuran lebih kecil dari larva
- bentuk lonjong bersegmen
- warna pada saat pertama kali menjadi kepompong
adalah putih transparan; kemudian lama-lama
menjadi coklat muda dan pada saat akan menetas
berwarna coklat tua.
d. Lalat : - warna hitam
- jantan berukuran lebih kecil dari pada betina; pada
bagian ujung posterior membulat/ tumpul
- betina berukuran lebih besar dari pada jantan, bagian
ujung posterior meruncing.
II. Waktu
a. Lalat bertelur : ± 2 hari
b. Telur → larva : ± 2-3 hari
c. Larva → kepompong : 2 hari
d. Kepompong → lalat : 4 hari
III. Jumlah
Keturunan F1 jantan (♂) adalah 25 ekor dan betina (♀) adalah 27 ekor. Total 52 ekor.

Jantan (♂) Betina (♀)


Keturunan F1 25 ekor 27 ekor
Total 52

B. Analisis Data/ Hasil


Penangkapan Drosophila atau lalat buah, dilakukan dengan memberi umpan
berupa buah-buahan yang sudah matang dan busuk serta yang berbau tajam seperti
mangga, nanas, papaya, jeruk, pisang dan sebagainya. Setelah ditangkap kemudian lalat
atau Drosophila dibius untuk didentifikasi jenis kelaminnya dengan menggunakan eter.
Setelah diketahui jenis kelaminnya lalat buah mulai dikawinkan, namun sebelum
ditempatkan pada media lalat buah atau Drosophila dipindahkan pada gelas plastik atau
gelas bekas air mineral yang kosong agar sadar terlebih dahulu. Kemudian setelah
menungggu hingga 2 hari, mulai nampak telur yang timbul pada kipas yang kami
letakkan di atas medium kultur Drosophila, kemudian setelah 3 hari kemudian nampak
adanya larva dan induknya dilepas ke alam. Setelah berubah menjadi kepompong setelah
2 hari kemudian, kami memindahkannya pada medium yang baru. Setelah 4 hari
kemudian, mulai nampak perubahan pada kepompong menjadi imago atau lalat
(Drosophila) yang dewasa, imago ini kami ambil dengan selang dan dibius untuk diamati
dibawah mikroskop dan dengan kaca pembesar.
Dari pengamatan yang telah kami lakukan dengan melakukan pembastaran
Drosophila jantan dan betina dapat diketahui jumlah keturunan F1 dari lalat buah, yaitu
jantan (♂) adalah 25 ekor dan betina (♀) adalah 27 ekor. Total 52 ekor. Dan dari
pengamatan dapat diketahui pula ciri-ciri morfologi telur, larva, kepompong dan lalat
dewasa Drosophila sp. yang dimulai dari telur : yang berukuran kecil, bentuk bulat,
warna kuning dan pada saat akan menetas berwarna kehitaman ; larva : berwarna putih
kekuningan, bentuk lonjong, memanjang dan bersegmen, kulit agak transparan, berukuran
lebih besar dari kepompong ; Kepompong : berukuran lebih kecil dari larva, bentuk
lonjong bersegmen, warna pada saat pertama kali menjadi kepompong adalah putih
transparan ; kemudian lama-lama menjadi coklat muda dan pada saat akan menetas
berwarna coklat tua ; Lalat ; warna hitam, jantan berukuran lebih kecil dari pada betina,
bagian ujung posterior membulat/ tumpul, betina berukuran lebih besar dari pada jantan,
bagian ujung posterior meruncing serta waktu lalat bertelur sampai menjadi lalat dewasa
memerlukan waktu kurang lebih (±) 12 hari.

C. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data dan pengamatan diatas, diketahui bahwa perbandingan
lalat buah jantan dan betina hasil persilangan dari (F1) kurang lebih sesuai dengan hasil yang

diinginkan oleh prinsip Mendell. Pada percobaan kami memperoleh hasil keturunan (F1)
sebanyak 52 ekor. Lalat jantan sebanyak 25 ekor sedangkan betina 27 ekor. Menurut prinsip
persilangan dari hukum Mendell, keturunan (F1) harus mempunyai perbandingan 50% dan
50% dari jumlah total yang dihasilkan, yaitu masing-masing 26 ekor jantan (♂) dan 26 ekor
betina (♀).
Lalat buah jantan cukup ditulis dengan simbol XY, dan untuk yang betina ditulis
dengan simbol XX, sedangkan pasangan autosomnya tidak ditulis. Berikut akan dibastarkan
lalat buah jantan dengan lalat buah betina :
Parental (P) : Jantan (♂) >< (♀) Betina
XY XX
Gamet (G) : X dan Y X
Sperma Sel telur
Keturunan (F1): XX XY

Betina Jantan
50% 50%
Pembastaran lalat buah jantan dengan betina akan menghasilkan turunan F1 yang
berjenis kelamin jantan (XY) dan betina (XX), masing-masing 50%. Hal tersebut di atas
dapat diterangkan sebagai berikut : lalat buah jantan akan menghasilkan 2 macam sel sperma,
yaitu yang mempunyai X dan Y. Lalat buah betina akan menghasilkan sel telur 1 macam,
yaitu yang mempunyai X. Bila sel telut X dibuahi oleh sel sperma Y, akan terjadi lalat buah
jantan.
Maka dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin suatu individu (pada lalat buah)
ditentukan oleh kromosom seks, yaitu X dan Y. Dengan demikian bahwa kromosom
menentukan jenis kelamin.
Adanya selisih ini dimungkinkan adanya ketidaktepatan kami dalam mengamati lalat
buah ini sejak percobaan, yaitu pada saat berupa keturunan (F1). Dalam mengidentifikasi
kami mungkin kurang teliti dalam mengamati dan menentukan apakah Drosophila ini jantan
atau betina. Hal yang lain adalah disebabkan karena kecepatan terbangnya Drosophila yang
bisa dikatakan sangat cepat yang menyebabkan kami kesulitan dalam memindahkannya ke
media yang baru, selain itu juga ukurannya yang sangat kecil sehingga memudahkan lalat
buah tersebut untuk melesat terbang tanpa sepengetahuan kami.
Lalat dewasa dari generasi F1 bermunculan dalam waktu 12 hari, yaitu lalat bertelur
membutuhkan waktu ± 2 hari; telur menjadi larva ± 2-3 hari; larva menjadi kepompong 2 hari
dan; kepompong menjadi lalat membutuhkan 4 hari. Kalau di Amerika waktu yang
dibituhkan untuk lahirnya lalat dewasa F1 adalah 10-12 hari, berarti dalam percobaan kami

selama pengamatan sama dengan penyataan tersebut. Jumlah keturunan F1 Drosophila yang
diperoleh adalah Drosophila jantan 25 ekor dan Drosophila betina 27 ekor, sehingga
perbandingan Drosophila jantan dan betina kurang lebih sesuai dengan hasil yang diharapkan
yaitu sesuai dengan prinsip Mendel, sebab hampir 50% dari 52 ekor jumlah total
keturunannya.
Di bawah ini adalah silsilah perkawinan Drosophila betina dari alam dan jantan dari
alam :
P : Lalat ♀ dari alam >< Lalat ♂ dari alam

Telur

Ulat (larva)

Kepompong (pupa) Dipindahkan ke gelas

Lalat muda

Lalat dewasa (imago)
P1 : Lalat ♀ virgin >< Lalat ♂ virgin


Telur

Ulat (larva)

Kepompong (pupa) Dipindahkan ke gelas

Lalat muda

Lalat dewasa (imago)
Bila hasil tersebut dihitung dengan Tes Chi-Kuadrat, maka hasilnya adalah sebagai
berikut ;
Fenotip Ratio Hasil Hasil yang Penyimpanga d2 d2/e
harapan pengamatan diharapkan n/ Deviasi (d)
Jantan ½ 25 26 -1 1 0,038
Betina ½ 27 26 +1 1 0,038
Total 1 52 52 0 2 0,076
Pada persilanagan dengan menggunakan 2 fenotip, sehingga derajat kebebasannya
(dk) adalah 2-1 = 1
Dari hasil tes Chi-kuadrat dapat disimpulkan bahwa pada persilangan di atas
diperoleh nilai X2 sebesar 0,076 yang mana nilai ini terletak di sebelah kiri kolom 0,05.
Berarti pada data percobaan persilangan ini dapat dianggap sesuai ratio 1:1.

BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan dari hasil pengamatan yang telah kami lakukan serta pembahasan di atas
diperoleh kesimpulan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk siklus hidup Drosophila mulai
dari lalat bertelur sampai menjadi lalat dewasa memerlukan waktu kurang lebih (±) 12 hari.
Dengan silsilah siklus hidup Drosophila sebagai berikut :
P : Lalat ♀ dari alam >< Lalat ♂ dari alam
↓ ± 2 hari
Telur
↓ ± 2-3 hari
Ulat (larva)
↓ 2 hari
Kepompong (pupa) Dipindahkan ke gelas
↓ 4 hari
Lalat muda

Lalat dewasa (imago)
P1 : Lalat ♀ virgin >< Lalat ♂ virgin

↓ ± 2 hari
Telur
↓ ± 2-3 hari
Ulat (larva)
↓ 2 hari
Kepompong (pupa) Dipindahkan ke gelas
↓ 4 hari
Lalat muda

Lalat dewasa (imago)

Dan untuk perbandingannya, diketahui bahwa perbandingan lalat buah jantan (♂) dan
betina (♀) hasil persilangan dari (F1) kurang lebih sesuai dengan hasil yang diinginkan oleh

prinsip Mendell. Pada percobaan kami memperoleh hasil keturunan (F1) sebanyak 52 ekor.
Lalat jantan (♂) sebanyak 25 ekor sedangkan betina (♀) 27 ekor. Menurut prinsip
persilangan dari hukum Mendell, keturunan (F1) harus mempunyai perbandingan 50% dan
50% dari jumlah total yang dihasilkan, yaitu masing-masing 26 ekor jantan (♂) dan 26 ekor
betina (♀). Jadi hasil perbandingan yang kami dapatkan kurang lebih hampir sama dengan
prinsip hukum Mendell.
B. Saran
1.Dalam mencari lalat buah atau Drosophila yang virgin dapat juga dipindahkan ke
media yang baru pada saat menjadi ulat (larva) bila takut nantinya kebablasan menjadi
lalat muda dan sudah kawin.
2.Sebaiknya lalat atau Drosophila yang akan dikawinkan harus benar-benar virgin agar
hasilnya valid.
3.Dalam pembuatan media untuk kultur Drosophila sp. dalam pemberian fermipan
jangan terlalu banyak, karena dapat menyebabkan terjadinya proses fermentasi yang
berlebihan, sehingga mengandung banyak alkohol dan menjadi panas, sehingga lalat
atau Drosophila menjadi cepat mati.

DAFTAR PUSTAKA
Henuhili, Victoria dan Suratsih. 2002. Common Textbook Genetika. Yogyakarta :
Universitas Negeri Yogyakarta.
Kimbal, John. 1987. Biologi Edisis Kelima. Jakarta : Erlangga.
Pratiwi, D. A, dkk. 2003. Buku Penuntun Biologi SMU Jilid 3 Kelas 3. Jakarta ; Erlangga.
Prawoto, dan Koesnadi Wiryosoemarto. 1993. Materi Pokok Genetika dan Evolusi Modul 1-
9. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah Proyek Peningkatan Mutu Guru SLTP setara D-III.
Suratsih. 2000. Petunjuk Praktikum Semester 5 Genetika, Asistensi Praktikum Genetika,
Entomologi, Ilmu Tanah, Pendidikan Biologi, Reproduksi Embriologi, Reproduksi-
Embriologi Hewan, Reproduksi-Embriologi Tumbuhan. Yogyakarta : Universitas
Negeri Yogyakarta.
Suryo, Ir. 2001. Genetika Manusia. UGMPres. 539: 6-274.
John W. Kimball. 1992. Biologi. Bandung : Penerbit Erlangga IPB.

Anda mungkin juga menyukai