Anda di halaman 1dari 17

RUANG LINGKUP EVOLUSI

Makalah

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Biologi Evolusi yang
dibina oleh Siti Imroatul Maslikah, S.Si., M.Si dan Indra Kurniawan Saputra,
S.Si., M.Si.

Oleh:
Kelompok 2
Offering C/ S1 Pendidikan Biologi
Fahrinda Naila Amalia : 180341617514
Muhammad Hamzah Al-kautsar B : 180341617548
Nafiisan Nusa Achmad : 180341617543
Siti Wardatul Jannah : 180341617549

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
PRODI S1 PENDIDIKAN BIOLOGI
September 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis diberi kesehatan dan kekuatan
sehingga dapat menyelesaikan penulisan makalah dengan judul “Ruang Lingkup
Evolusi” dengan baik. Penulisan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Evolusi. Dalam penulisan makalah ini, penulis sadar sepenuhnya bahwa
ada beberapa pihak yang senantiasa memberi dukungan, motivasi serta doa. Oleh
karena itu ucapan erimakasih penulis sampaikan kepada.
1. Ibu Siti Imroatul Maslikah dan Bapak Indra Kurniawan Saputra sebagai
pembimbing dan dosen pengampu mata kuliah.
2. Teman-teman seperjuangan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi
2018 Offering C yang telah banyak berdiskusi dan memberikan motivasi
tersendiri bagi penulis dalam menyelesaikan masalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun akan diterima
dengan senang hati. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat dan
menambah wawasan kita.

Malang, 12 September 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Evolusi adalah satu satu ilmu pengetahuan yang perkembanggannya luas.
Evolusi ialah perubahan yang terjadi secara perlahan dan memakan waktu cukup
lama serta terlibat pula populasi makhluk hidup dari generasi ke generasi. Evolusi
ini bersifat frogresif, retogresif, atau regresif. Awal mula berkembangnya teori
evolusi ini dikemukakan dan dikembangkan oleh Charles Darwin, yaitu ilmuwan
yang berasal dari inggris pada tahun 1809-1882. Pada teori yang dikemukakan
Darwin ini berasal dari ekspedisi Darwin saat melakukan pelayaran menjelajahi
daratan dan lautan Amerika Selatan.
Dengan adanya teori evolusi yang dikemukakan Charles Darwin ini
sebagai penyempurna terhadap teori sebelumnya yang ada pada zaman yunani
kuno. Teori evolusi pertama kali ditemukan pada 600 SM oleh Thales, yang
dimana dalam teori disebutkan bahwa air ialah induk asal usul serta sumber dari
adanya sesuatu. Lalu ilmuwan lain yang bernama Anaximander pada 611-517 SM
menyebutkan bahwa makhluk hidup yang ada di bumi berasal dari lumpur yang
dipanasi oleh paparan sinar matahari. Pada tahun 384-322 SM, Aristoteles juga
menyebutkan bahwa makhluk hidup bukan berasal dari lumpur yang dipanaskan
oleh sinar matahari, namun berasal dari benda tak hidup atau abiogenesis.
Adapula pernyataan oleh Heraklitus yang menyebutkan tonggak sejarah
perkembengan teori evolusi ini karena segala sesuatu dapat berubah menjadi hal
yang baru atau bentuk yang baru.
Zaman yang semakin maju, membuat teori ini semakin banyak
dikembangkan dari sudut pandang yang berbeda. Pada makalah yang kami buat
ini akan membahas tentang ruang lingkup evolusi berupa evolusi fisik, evolusi
kimia, evolusi biologi, dan juga membahas teori evolusi dari beberapa sudut
pandang ahli yaitu ahlo genetika populasi, ahli ekologi, ahli sistematik, ahli
evolusi molecular, dan ahli palaentologi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, Rumusan masalah dalam makalah
ini adalah :
1. Bagaimana ruang lingkup teori evolusi meliputi evolusi fisik, evolusi kimia
dan evolusi biologi?
2. Bagaimana kajian teori evolusi menurut ahli genetika?
3. Bagaimana kajian teori evolusi menurut ahli ekologi?
4. Bagaimana kajian teori evolusi menurut ahli sistematik?
5. Bagaimana kajian teori evolusi menurut ahli evolusi molekular?
6. Bagaimana kajian teori evolusi menurut ahli palentologi?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dalam penuilisan makalah ini
adalah menjelaskan tentang:
1. Untuk mengetahui ruang lingkup teori evolusi meliputi evolusi fisik, evolusi
kimia dan evolusi biologi?
2. Untuk mengetahui kajian teori evolusi menurut ahli ekologi
3. Untuk mengetahui kajian teori evolusi menurut ahli sistematik
4. Untuk mengetahui kajian teori evolusi menurut ahli evolusi molekular
5. Untuk mengetahui kajian teori evolusi menurut ahli palentologi
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Ruang Lingkup Teori Evolusi Meliputi Evolusi Fisik, Evolusi Kimia dan
Evolusi Biologi
1. Evolusi Fisik
Teori penciptaan jagad raya, yaitu:
a. Teori Keadaan Tunak (Steady-State Theory)
Teori ini mengatakan bahwa alam semesta tidak ada awalnya dan
tidak akan berakhir. Alam semesta selalu terlihat tetap seperti sekarang.
Materi secara terus menurus datang berbentuk atom-atom hidrogen dalam
angkasa (space) yang membentuk galaksi baru dan mengganti galaksi lama
yang bergerak menjauhi kita dalam ekspansinya. Isi alam boleh
mengalami kerusakan di satu sisi, tetapi di sisi yang lain juga mengalami
kelahiran yang mengimbangi kerusakan itu (Waluyo, 2010).
b. Teori Osilasi
Teori ini juga dinamakan teori alam semesta berayun. Teori in
menyatakan bahwa sekarang alam semesta tidak konstan, berekspansi
yang dimulai dari dentuman besar (Big Bang), kemudian beberapa waktu
yang akan datang gravitasi mengatasi efek ekspansi ini sehingga alam
semesta mulai mengempis (collapse). Setelah materi tersebut mampat lalu
meledak dan dilanjutkan dengan pemuaian lagi. Selama proses ini tidak
ada materi yang rusak atau tercipta, melainkan hanya berubah tatanan atau
mengalami goyangan (osilasi) (Waluyo, 2010).
c. Teori Big Bang
Teori Big Bang pertama kali dikemukakan oleh George Lemaitre
(1920), kemudian dikembangkan oleh ahli fisika Stephen Hawkings.
Sekitar 15 milyar tahun lalu. Gagasan Big Bang didasarkan pada alam
semesta yang berasal dari keadaan panas dan padat yang mengalami
ledakan dasyat dan mengembang. Semua galaksi di alam semesta akan
memuai dan menjauhi pusat ledakan. ledakan besar menghasilkan materi
dan energi serta ruang dan waktu. Kejadian ini bukan ledakan biasa tetapi
cukup memenuhi semua peristiwa dari ruang dengan semua partikel yang
menjadi embrio alam semesta yang mendesak keluar dari masing-masing
yang lain. Selama perjalanan waktu, materi mendingin dan membentuk
atom-atom. Kumpulan atom berkondensasi membentuk bintang-bintang
dan galaksi-galaksi (kumpulan bintang). Salah satu galaksi adalah
Galaksi Bima Sakti (The Milky Way) dan salah satu bintang anggota
galaksi Bima Sakti adalah matahari (the Sun) (Henuhili dkk., 2012).
Penciptaan Tata Surya menurut Waluyo (2010), sebagai berikut:
a. Teori Tidal
Teori tidal juga dinamakan teori pasang surut, dikemukakan James
H. Jeans dan Harold Jefres tahun 1919. Menurut teori ini, ratusan juta
tahun yang lalu ada sebuah bintang mendekati matahari kemudian
menghilang. Akibatnya, terjadi pasang surut pada tubuh matahari dan
menyebabkan terbentuknya gunung-gunung raksasa pada tubuh matahari.
b. Teori Bintang Kembar
Teori bintang kembar menyatakan dahulu matahari kemungkinan
merupakan sepasang bintang kembar. Dikarenakan oleh suatu hal, salah
satu bintang tersebut meledak. Ledakan bintang bintang ini menghasilkan
pecahan, dan pecahan tersebut tetap berada di sekitar pusat ledakan, dan
kemudian beredar mengelilingi bintang yang tidak meledak (matahari).
c. Teori Nebular
Teori ini dikemukakan pertama kali oleh Kant dan Laplace tahun
1796. Menurut teori nebular, tata surya bermula dari kabut gas atau
nebula. Kabut ini sebagian besar terdiri dari hidrogen dan sedikit helium.
Nebula akan mengisi seluruh ruang alam semesta. Suatu waktu, kabut
tersebut berproses dan berputar dengan sangat kencang. Jika digambarkan
mungkin seperti pusaran angin. Dari sana, terbentuklah bulatan besar,
yang memiliki gaya gravitasi, yaitu matahari.
d. Teori Planetisimal
Teori ini dikemukakan oleh Chamberlain dan Moulton 1905 dari
Amerika. Teori ini mengganggap bahwa susunan matahari terjadi dari
kabut. Hanya kabut ini tidak berbentuk bola, melainkan berbentuk spiral
atau pilinan, oleh karena itu dinamakan kabut pilin. Kabut ini terdiri butir-
butir benda padat yang diduga benda dingin yang disebut planetisimal.
e. Teori G.P. Kuiper
Kuiper mengajukan teori pembentukan tata surya berdasarkan pada
keadaan yang ditemukan di luar tata surya Teori Kuiper mengandaikn
matahari dan semua planet berasal dari gas purba yang ada di ruang
angkasa. Gumpalan-gumpalan yang berkumpul di tengah akan menjadi
matahari berfungsi sebagai pusat, sedangkan gumpalan-gumpalan kecil
akan menjadi planet-planet.
2. Evolusi Kimia
Tahun 1920, dua ilmuwan (A.I Oparin dan J.B.S Haldane) yang bekerja
secara terpisah berhipotesis bahwa laut yang baru terbentuk mengandung
molekul sederhana yang berlimpah. Molekul-molekul sederhana tersebut
selanjutnya membentuk molekul yang lebih kompleks. Mereka pun
berpendapat bahwa atmosfer bumi primitif terbentuk dari gas-gas nitrogen
(N2), uap air (H20), metan CH4), gas hidrogen (H2), karbon monoksida (CO),
dan amonia (NH3). Molekul-molekul yang ada di atmosfer tersebut selanjutnya
akan bereaksi satu sama lain dengan bantuan sinar matahari dan kilatan petir
membentuk molekul-molekul organik sederhana. Saat itu, oksigen di atmosfer
belum terbentuk (Rumanta dkk, 2014).
Halold Urey dan muridnya Stanley Miller (1953) mencoba membuktikan
keberadaan evolusi kimiawi dengan menirukan keadaan lapisan udara di
permukaan bumi (laut) beberapa miliar tahun yang lalu membuktikan hipotesis
Oparin and Haldane dengan membuat percobaan yang meniru atmosfer bumi
primitif dengan mencampurkan gas-gas, seperti metan, amonia, uap air, dan
hidrogen dalam alat yang ia rancang. Campuran air, hidrogen, metan, dan
amonia (air laut dan udaranya) dilewatkan secara siklik di suatu peralatan
dengan dikenai percikan arus listrik yang berulang (petir). Setelah 1 minggu,
10-15% karbon yang ada dalam sistem semula ada yang membentuk berbagai
senyawa organik yang lebih kompleks, termasuk senyawa asam amino. Asam
amino adalah blok penyusun protein (protein merupakan komponen utama
kehidupan).
Diagram Alat Percobaan
(Rumanta dkk, 2014)

Aliran listrik untuk menyimulasikan kilat dan cahaya matahari pada bumi
primitif, hasilnya sangat menakjubkan. Dalam beberapa hari, percobaan
tersebut menghasilkan senyawa organik yang terdiri atas urea, asam asetat,
asam laktat, dan beberapa asam amino. Dari hasil eksperimennya, Miller
membuktikan bahwa senyawa organik sangat mungkin terjadi secara spontan
pada atmosfer bumi primitif. Miller percaya bahwa pembentukan senyawa
kompleks penyusun makhluk hidup tidaklah mudah dan memerlukan jutaan
tahun untuk terjadinya evolusi kimia hingga terbentuk makhluk hidup
sederhana (Rumanta dkk, 2014).
3. Evolusi Biologi
Dengan terbentuknya asam nukleat yang mampu bereproduksi,
bentuk kehidupan pertama siap terbentuk dan evolusi biologis dimulai.
Bentuk kehidupan pertama ialah Prokaryot yang bersel tunggal dengan inti
sel belum terbentuk sempurna. Kehidupan pertama terbentuk di laut,
diperkirakan ada sejak + 3.5 miliar tahun yang lalu (Henuhili dkk., 2012).
Evolusi biologi dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Mikroevolusi
Mikro-evolusi merupakan perubahan genetik pada suatu populasi
organisme tertentu dalam perjalanan waktu. Mikroevolusi mengkaji
evolusi pada tingkat populasi, perubahan frekuensi alel atau genotip di
dalam suatu populasi dari generasi ke generasi. Perubahan ini merupakan
perubahan dalam skala terkecil yang seringkali tidak nampak, sehingga
sering disebut sebagai mikroevolusi. (Henuhili dkk., 2012)
b. Makroevolusi
Makroevolusi adalah perubahan dalam skala yang lebih luas, mencakup
seluruh populasi kehidupan. Makroevolusi dapat terjadi ketika
mikroevolusi terjadi berulang kali selama jangka waktu yang panjang dan
mengarah ke pembentukan spesies baru. Selain itu mikroevolusi juga dapat
terjadi akibat dari perubahan lingkungan utama, seperti letusan gunung
berapi, gempa bumi, atau asteroid menghantam bumi, yang mengubah
lingkungan sehingga seleksi alam menyebabkan perubahan besar dalam
ciri-ciri suatu spesies.
Makroevolusi proses yang terjadi selama beberapa ribu tahun dan
menjelaskan bagaimana manusia berevolusi dari primata dan reptil
kemudian berubah menjadi burung. Mikroevolusi menyebabkan perubahan
kecil dalam spesies yang sama sedangkan makroevolusi mengarah pada
penciptaan spesies baru dari spesies induk. Perubahan kutilang dipisahkan
dari kutilang lain, diamati oleh Darwin di Kepulauan Galapagos yang
terkenal dengan benar sebagai gambaran mikroevolusi oleh Darwin. Dia
mengatakan bahwa burung-burung telah berevolusi dalam waktu tertentu.
Evolusi menurut Ahli Genetika Populasi
Hukum Hardy-Weinberg menyatakan bahwa frekuensi alel dan
frekuensi genotipe dalam suatu populasi akan tetap konstan, yaitu tetap
dalam kesetimbangan dari satu generasi ke generasi lainnya kecuali
apabila terdapat pengaruh tertentu yang mengganggu kesetimbangan
tersebut. Pengaruh tersebut meliputi perkawinan tak acak, mutasi, seleksi,
ukuran populasi terbatas, hanyutan genetik, dan aliran gen. Kesetimbangan
Hardy-Weinberg sangat tidak mungkin terjadi di alam. Kesetimbangan
genetik adalah suatu keadaan ideal yang dapat dijadikan sebagai garis
dasar untuk mengukur perubahan genetik. Definisi evolusi sekarang dapat
dikatakan sebagai: ”Perubahan dari generasi ke generasi dalam hal
frekuensi alel atau genotipe populasi”.Nilai keseimbangan frekuensi alel
dan genotip pada beberapa generasi dapat mengukur apakah terjadi evolusi
di dalam suatu populasi (Henuhili, dkk, 2012).
B. Kajian Teori Evolusi Menurut Ahli Genetika
Evolusi didorong oleh dua mekanisme utama, yaitu seleksi alam dan
hanyutan gentika. Seleksi alam merupakan sebuah proses yang menyebabkan sifat
terwaris yang berguna untuk keberlangsungan hidup dan reproduksi organisme
menjadi lebih umum dalam suatu populasi dan sebaliknya, sifat yang merugikan
menjadi lebih berkurang. Hal ini terjadi karena individu dengan sifat-sifat yang
menguntungkan lebih berpeluang besar bereproduksi, sehingga lebih banyak
individu pada generasi selanjutnya yang mewarisi sifat-sifat yang menguntungkan
ini. Setelah beberapa generasi, adaptasi terjadi melalui kombinasi perubahan kecil
sifat yang terjadi secara terus menerus dan acak ini dengan seleksi alam.
Sementara itu, hanyutan genetik (Genetic Drift) merupakan sebuah proses bebas
yang menghasilkan perubahan acak pada frekuensi sifat suatu populasi. Hanyutan
genetik dihasilkan oleh probabilitas apakah suatu sifat akan diwariskan genetik
suatu individu bertahan hidup dan bereproduksi (Campbell, 2008).
Sejak SMA pasti nama tokoh Lamarck sudah dipelajari di mata pelajaran
biologi. Beliau merupakan biologiwan Perancis yang dikenal karena pendapatnya
dalam teori tentang evolusi kehidupan. Dia menyatakan bahwa perbedaan- antar
individu terjadi karena kebiasaan atau latihan-latihan yang dilakukan individu
tersebut. Hal yang diperoleh melalui latihan dapat diturunkan kepada anaknya.
Menurut Henuhili, dkk (2012) terdapat beberapa ahli genetika seperti Mendel, De
Vries, tschernov, Bateson, Weismann. Gregor Johan Mendel yang juga dikenal
sebagai bapak genetika, dia mencetuskan teori hukum perwarisan sifat yang juga
menjadi alasan terjadinya evolusi. Kemudian Kembali dikaji oleh Hugo De Vries
tentang bagaimana pewarisan sifat mahluk hidup kepada keturunannya. De Vries
dan Tschernov menghubungkan antara dua teori, yaitu teori genetika dan evolusi,
sehingga teori Evolusi mampu memberikan penjelasan tentang bagaimana
perubahan sifat yang terjadi itu dilatarbelakangi oleh mutasi gen-gen, dan
kemudian diwariskan kepada keturunannya. Dalam perjalanan waktu, mutasi
dapat berlangsung berulang kali, sehingga perbedaan (penyimpangan) sifat (yang
dibawa oleh gen hasil mutasi) semakin jauh. Hasilnya adalah makhluk hidup yang
makin beragam hingga kini. Sejak saat itu banyak para ahli terus mengkaji kaitan
genetika dengan populasi seperti Bateson yang menyatakan bahwa kesesuaian
antara warna tubuh makhluk hidup dengan lingkungannya, atau disebut mimikri,
merupakan adaptasi dalam bentuk warna penyamaran, sehingga tidak tampak
mencolok, dan Weismann seorang ahli biologi berkebangsaan Jerman yang
menyatakan bahwa evolusi terjadi karena adanya seleksi alam terhadap faktor
genetis. Variasi yang diwariskan dari induk kepada anaknya bukan diperoleh dari
lingkungannya tetapi perubahan yang diatur oleh faktor genetik atau gen. Dalam
percobaannya Weismann memotong ekor tikus sampai 20 generasi, tetapi anaknya
tetap saja berekor. Percobaan ini menyanggah teori evolusi Lamarck.
Menurut Widodo (2003) Kontradiksi antara teori evolusi Darwin melalui
seleksi alam dengan karya Mendel disatukan pada tahun 1920-an dan 1930-an
oleh biologiawan evolusi seperti J.B.S. Haldane, Sewall Wright, dan terutama
Ronald Fisher, yang menyusun dasardasar genetika populasi. Hasilnya adalah
kombinasi evolusi melalui seleksi alam dengan pewarisan Mendel menjadi
sintesis evolusi modern. Bukan hanya Genetika dan Evolusi saja yang saling
menunjang, tetapi semua cabang ilmu biologi dapat menjelaskan fenomena
evolusi. Pernyataan ini didukung oleh sebagian besar ahli biologi pada waktu itu.
Theodozius Dobzhansky, ahli genetika, berjasa merangkum begitu banyak
fenomena evolusi dari berbagai macam disiplin biologi.

C. Kajian Teori Evolusi Menurut Ahli Ekologi


Evolusi menurut ahli ekologi berarti dipercaya evolusi merupakan
perubahan yang terjadi disebabkan oleh lingkungan. Dalam teori ini, pencetus
paling terkenal ialah Robert Mac Arthur yang menghasilkan karaya berupa “The
Theory Of Island Biography”. Didalam karyanya tersebut, beliau mengatakan
bahwa keseimbangan antara laju pada spesies baru yang menjajahnya dan tingkat
dimana populasi spesies tetap menjadi punah itu dipengaruhi oleh jumlah spesies
di suatu pulau”. Perubahan yang terjadi itu disebabkan oleh pergerakan bumi yang
berlangsung cukup lambat. Akibatnya, terdapat letusan gunung berapi dan
bencana alam lainnya seperti gempa bumi yang berdampak pada kematian
makhluk hidup, sehingga menyebabkan kepunahan suatu spesies, bahkan terhadap
spesies baru. Walaupun begitu, dampak dari letusan gunung api dapat membuat
habitat yang ada menjadi rusak dan spesies menjadi berkurang dan punah, namun
masih memiliki dampak positif yaitu pada letusan yang dihasilkan gunung berapi
akan mengeluarkan material baru yang dapat timbulnya spesies baru. Sedangkan
dampak yang terjadi dari peristiwa gempa bumi ialah dapat memisahkan populasi
suatu spesies (MacArthur dan Wilson, 1967).
Selanjutnya di teori ini juga dibuktikan bahwa permukaan bumi itu
berasal dari satu daratan yang besar yang bernama superkontinen. Hal itu
dicetuskan berdasarkan fosil yang merupakan suatu bukti nyata. Daratan yang
besar tersebut atau superkontinen itu terbagi menjadi dua benua besar menjadi
Laurasia dan Gondwanaland. Hal ini terjadi pada sekitar 135 juta tahun yang lalu.
Dua benua tadi akan terpisah dan membentuk benua baru. Pada Gondwanaland
akan menjadi Afrika, Amerika Selatan, Antartika, dan Australia. Sedangkan pada
Larasia akan menjadi North Amerika dan Eurasia (Eropa dan Asia). Ilmuwan
meyakini, bahwa sebelumnya Benua Afrika dan Amerika Selatan itu pernah
menjadi satu. Hal tersebut diyakini berdasarkan bukti yang ditemukan seperti fosil
reptile laut, pada Pantai Timur Amerika Selatan dan Pantai Barat Afrika,
Mesosaurus di Amerika Selatan dan Afrika Barat. Pergerakan benua yang terjadi
disini akan menyebabkan suatu makhluk hidup berpindah dan beradaptasi pada
habitat baru sehingga akan menyebabkannya seleksi alam. Sama halnya dengan
Indonesia yang memiliki banyak sekali keragaman flora maupun fauna ini juga
berasal dari gabungan Benua Paparan Sunda (Laurasia) dan Paparan Sahul
(Gondwana). Banyaknya keanekaragaman flora dan fauna yang ada dilatar
belakangi oleh sejarah geologi, iklim, proses speisasi, bentuk pulau, unit
biogeografi, dan jumlah ekosistem (MacArthur dan Wilson, 1967).

D. Kajian Teori Evolusi Menurut Ahli Sistematik


Dalam teori ini, dicetuskan oleh Carolus Linnaeus pada tahun 1707.
Linnaeus membuat tingkatan taksonomi untuk mengekelompokan spesies yang
ada dan mencari tahu keteraturan dari keanekaragaman spesies. Tidak hanya
membuat tingkatan taksonomi, Linnaeus juga membuat sistem binominal yang
masih digunakan sampai sekarang. Kegunaan dari sistem binominal ini untuk
memberi nama suatu organisme pada tingkatan gen dan spesies. Tidak hanya
menggunakan sistem binominal untuk mengelompokan spesies, Linnaeus juga
juga memakai pengelompokan spesies untuk mengelompokkan pada genus yang
sama, lalu genus tadi dikelompokkan lagi ke dalam family yang sama dan
berlanjut sampai terbentuk kingdom. Namun hal tersebut tidak mengimplikasikan
adanya tali keluarga secara garis evolusi. Pengklasifikasian yang digunakan oleh
Linnaeus ini masih dipakai hingga sekarang karena caranya yang sederhada dan
fleksibel hingga spesies baru dapat diklasifikasikan dengan mudah. Selain itu,
dalam pengklasifikasian ini, pemberian nama digunakan menggunakan bahasa
latin. Hal itu terjadi karena pada zamannya Linnaeus, bahasa latin lah yang selalu
digunakan dalam pendidikan resmi (Soepomo, 1987).

E. Kajian Teori Evolusi Menurut Ahli Evolusi Molekuler


Waluyo (2010) menyatakan dalam teori ini, evolusi dikaji menggunakan
aspek biologi molekular yang ditinjau dari persamaan morfologi, anatomi serta
penurunan sifat. Umumnya, penjelasan dari evolusi molekular ini mendasar pada
perubahan dinamika dalam tingkatan molekuler, evolsi genom, gen-gen serta
produknya yang berupa protein dan enzim. Graur dan Hsiung Li (2000)
menambahkan bahwa ruang lingkup evolusi molekuler meliputi evolusi
makromolekuler dan rekontruksi sejarah evolusi gen dan organisme.
Pada evolusi makromolekuler ini perubahan yang terjadi pada materi
genetik yang berupa perubahan pada urutan DNA, RNA serta produknya, dan
protein. Contohnya saja pada makhluk hidup dengan tingkatan yang tinggi, akan
memiliki keuntungan karena terdapat mitokondria serta kloroplas, karena
diketahui DNA dalam organel tersebut merupakan DNA yang berbeda dengan
DNA yang ada pada kromosom. Lalu pada rekrontruksi sejarah evolusi gen dan
organisme, merupakan penjelasan terhadap sejarah evolusi organisme dan evolusi
molekul dengan adanya keterlibatan data molekuler. Strean dan Hoekstra (2003)
mengemukakan bahwa evolusi molekuler ini mengkaji rekaman urutan DNA dan
protein pada sebelumnya. Kesimpulan yang bisa didapat bahwa evolusi molekuler
ialah pendekatan evolusi yang menekankan pada populasi genetika dan biologi
molekuler yang terjadi perubahan pada materi genetik baik DNA maupun RNA
serta produknya, dan juga protein dan molekul RNA.

F. Kajian Teori Evolusi Menurut Ahli Paleontologi


Dalam pengkajiannya, evolusi ini didasarkan pada perubahan yang terjadi
menggunakan fosil atau replica suatu makhluk hidup pada masa lampau. Ahli
panteologi yang mengembangkan teori ini salah satunya ialah Georger Cuvier
yang berasal dari Prancis. Berawal dari dokumentasi pada suksesi spesies yang
tertimbun di Muara. Cuvier berpendapat bahwa semakin dalam stratum yang
digali akan semakin banyak flora maupun fauna dengan keragaman yang berbeda
yang ditemukan. Kepercayaan bukti fosil ini didasari pada bukti lain seperti dari
biokimia, biologi molekuler dan biologi sel prokariot yang merupakan sel pertama
atau nenek moyang kehidupan. Hal lain yang mendasari bukti fosil ini ialah
penampakan fisiologis yang berbeda dari kelas hewan vertebrata. Seperti pada
fosil ikan yang merupakan fosil tertua yang kemudian disusul oleh fosil amphibi,
lalu fosil reptile , lalu fosil burung dan kemuan fosil mamalia. Urutan ini ada
sesuai dengan urutan sejarah yang ada (Levinton, 2001).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pada evolusi fisik, didalamnya terdapat toeri penciptaan jagad raya dan tata
surya. Lalu evolusi kimia memiliki hipotesis bahwa perubahan terjadi dari air
laut yang mengandung molekul sederhana yang beragam. Sedangkan pada
evolusi biologis tercipta dari hipotesis bahwa makhluk hidup berasal dari
makhluk hidup primitif bersel tunggal yang berkembang hingga sekarang.
2. Menurut ahli ekologi, teori evolusi berasal dari lingkungan. Yang dimana
jumlah spesies yang berada di pulau manapun akan mencerminkan
keseimbangan antara laju spesies yang baru menjajah serta pada tingkatan
mana spesies yang akan punah.
3. Menurut ahli sistematik, teori evolusi dikemukakan dengan sistem binominal
untuk pemberian tata nama suatu organisme pada tingkat genus dan spesies
yang akan dikelompokkan dalam genus yang sama. Dalam pemberian tata
nama menggunakan bahasa latin.
4. Menurut ahli biologi molekuler, teori evolusi didefinisikan bahwa perubahan
terjadi dalam tingkat molekuler, termasuk evolusi genom, gen-gen, serta
produk didalamnya.
5. Menurut ahli paleontology, teori evolusi didasarkan berawal dari bukti-bukti
fosil makhluk hidup pada zaman dahulu yang termineralisasi di dalam batuan.

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini, kami masih menyadari terdapat banyak
kesalahan dan masih jauh dari kesempurnaan. Kami akan terus memperbaiki
makalah ini sesuai dengan pedoman dari berbagai sumber yang bisa
dipertanggungjawabkan. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik serta saran
yang akan membangun pembahasan makalah kami ini.
DAFTAR RUJUKAN
Carroll SB (2001). "Chance and necessity: the evolution of morphological
complexity and diversity". Nature. 409 (6823): 1102–9.
Campbell, N.A. & Reece, J.B. 2008. Biology. Eight Edition. New York: Pearson
Education.
Fried, George H. dan George J. Hademenos. 2006. Schaum’s Outlines: Biologi
Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.
Graur, D & Hsiung Li, W. 2000. Fundamental of Molecular Evolution .Second
Edition. Massachusetts: Sinaur Associates, Inc, Publisher.
Hassan, M. S., Ferial, E. W., & Soekendarsi, E. 2014. Pengantar Biologi Evolusi.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Henuhili, V. dkk. 2012. Diktat Kuliah Evolusi. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan
Biologi FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta
Levinton, J., 2001. Genetika, Paleontologi dan Makroevolusi.Cambridge
University Press, Cambridge
MacArthur RH and Wilson EO (1967) The theory of island biogeography.
Princeton, NJ: Princeton University Press. In Preston FW (1962) The
canonical distribution of commonness and rarity: part I. Ecology 43:185-
215.
Ristasa, R. 2013. Sejarah Perkembangan Teori Evolusi Makhluk Hidup. (Online,
www.repository.ut.ac.id) Diakses pada 12 September 2020.
Rumanta, M., Iryani, K., Ratnaningsih, A. 2014. Modul Pembelajaran.
Universitas Terbuka.
Suarez-Diaz, E. 2009. Molecular Evolution: Concepts and the Origin of
Discipline. Studies in History and Philosophy of Biological and
Biomedical Sciences. Hal 1-11. DOI:10.1016/j.shpsc.2008.12.006.
Soepomo.1987. Morfologi Tumbuhan. Pt.Gajah Muda University Press.
Yogyakarta
Stearn, S.C. & Hoekstra, R.F. 2003. Evolution an Introduction. New York:
Oxford University Press
Widodo, H., Lestari, U., & Amin, M. 2003. Bahan Ajar: Evolusi. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Waluyo, Lud. 2010. Miskonsepsi dan Kontroversi Evolusi serta Impikasinya pada
Pembelajaran. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Anda mungkin juga menyukai