Anda di halaman 1dari 22

PERKEMBANGAN TEORI EVOLUSI

(PRE DARWIN, DARWIN, DAN POST DARWIN)

MAKALAH
disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Evolusi
yang dibimbing oleh Siti Imroatul Maslikah, S.Si., M.Si. dan Indra Kurniawan
Saputra, S.Si., M.Si.

Disusun oleh:
Kelompok 3 / Offering C
Alfany Abied M. 180341617546
Damarif Hasanta F. R. 180341617597
Siti Widyawati 180341617501
Zelvia Aprima P. 180341617534

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
September 2020
i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya berupa kesehatan dan juga waktu
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Perkembangan
Teori Evolusi (Pre Darwin, Darwin, dan Post Darwin)” selesai dengan lancar dan
tepat waktu. Terima kasih kami ucapkan kepada Siti Imroatul Maslikah, S.Si.,
M.Si. dan Indra Kurniawan Saputra, S.Si., M.Si. selaku pembimbing mata kuliah
Evolusi. Semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai acuan dan juga sumber
belajar mengajar di dalamperkuliahan.
Kami menyadari masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah
kami. Oleh karena itu, kami berharap pembaca memberikan kritikan yang
konstruktif dan logis untuk membangun kesempurnaan makalah kami selanjutnya.

Malang, 12 September 2020

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan 3

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Teori Evolusi Pre Darwin 4
2.2 Perkembangan Teori Evolusi Darwin 9
2.3 Perkembangan Teori Evolusi Post Darwin 13

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan 15
3.2 Saran 15

DAFTAR RUJUKAN 16

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1.1 Konteks dari Kehidupan dan Ide Ide Darwin 3


Gambar 2.1.2 Aristoteles 3
Gambar 2.1.3 Plato 4
Gambar 2.1.4 Anthonie Van Leeuwenhoek 4
Gambar 2.1.5 Carolus Linnaeus 4
Gambar 2.1.6 Count de Buffon 5
Gambar 2.1.7 Georges Curvier 5
Gambar 2.1.8 James Hutton 6
Gambar 2.1.9 Thomas Robert Malthus 6
Gambar 2.1.10 Jean Baptise Lamarck 7
Gambar 2.1.11 Teori Lamarck 7
Gambar 2.1.12 Charles Lyell 7
Gambar 2.2.1 Charles Robert Darwin 8
Gambar 2.2.2 Sir Alfred Russel Wallace 9
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Evolusi merupakan salah satu teori maupun cabang dalam khasanah ilmu

pengetahuan. Teori tersebut menyatakan terjadinya sebuah perubahan pada

makhluk hidup atau spesies secara gradual (perlahan- lahan). Perubahan yang

dihasilkan membutuhkan waktu yang cukup lama dalam menghasilkan spesies atau

makhluk hidup yang baru. Teori evolusi menjadi sebuah teori yang tenar ketika

dipopulerkan oleh seorang ilmuan Inggris Chalres Darwin (1809-1882). Teori

evolusi Darwin dihasilkan dari sebuah ekspedisi yang Darwin lakukan pada saat

pelayaran menjelajahi daratan maupun lautan Amerika Selatan.

Teori evolusi Darwin merupakan penyempurna dari teori evolusi sebelum-

sebelumnya. Teori evolusi sudah jauh hari muncul zaman yunani kuno. Pertama

kali teori tersebut dipopulerkan oleh Thales (600 SM), yang menyatakan air adalah

induk asal usul serta sumber adanya sesuatu. Anaximander (611–547 SM0,

menyatakan makhluk hidup berasal dari lumpur yang dipanasi oleh sinar matahari.

Aristoteles (384–322 SM), menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari benda

mati (Abiogenesis), Heraklitus, menyatakan bahwa segala sesuatu dirubah menjadi

bentuk baru. Hal tersebut menjadi tonggak sejarah perkembangan teori evolusi.

Namun seiring dengan perjalanan waktu teori evolusi mengalami

penyempurnaan atau modifikasi hingga sampai saat ini. Seperti halnya teori evolusi

Darwin menjadi teori evolusi sintesis modern. Dengan teori tersebut hingga sampai

saat ini menjadi populer dikalangan masyarakat umum. Didalam gagasan teori

evolusinya yang Darwin jelaskan dalam bukunya The On the Origin of Species
1
terdapat dua pokok gagasan yang Darwin jelaskan dalam bukunya tersebut.

Pertama adalah spesies-spesies yang ada sekarang ini merupakan keturunan

dari spesies moyangnya. Diedisi pertama bukunya, Darwin tidak menggunakan

kata evolusi. Darwin menyebutnya modifikasi keturunan (descent with

modifcation). Gagasan utama yang kedua adalah seleksi alam sebagai mekanisme

modifikasi keturunan (Luthfi dan Khusnuryani, 2005).

Pembahasan mengenai perkembangan teori evolusi hingga sampai saat ini

menjadi sebuah pembahasan yang Terus menerus dipelajari oleh ilmuwan. Seperti

para ilmuwan meneliti tentang evolusi pada masa pra Darwin masa Darwin dan

masa post Darwin dimana ilmu tentang evolusi akan semakin berkembang seiring

banyaknya penelitian tentangnya.

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan Teori Evolusi Pre Darwin
2. Bagaimana perkembangan Teori Evolusi Darwin
3. Bagaimana perkembangan Teori Evolusi Post Darwin

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui perkembangan Teori Evolusi Pre Darwin
2. Untuk mengetahui perkembangan Teori Evolusi Darwin
3. Untuk mengetahui perkembangan Teori Evolusi Post Darwin

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Teori Evolusi Pre Darwin

Gambar 2.1.1 Konteks dari Kehidupan dan Ide Ide Darwin

Teori evolusi yang berkembang sebelum masa Darwin adalah Toeri Evolusi
Organik. Dikatakan bahwa telah terjadi suatu proses yang berkesinambungan sejak
munculnya kehidupan di bumi. Teori Evolusi Organik mempelajari tentang asal usul
spesies dan teori kekerabatannya. Adanya perubahan struktur dan fungsi tubuh suatu
organisme merupakan bentuk respon dari adanya perubahan lingkungan. Perubahan yang
terjadi akan diwariskan pada generasi selanjutnya melalui proses pewarisan sifat.
Perkembangan Teori Evolusi Pra Darwin dibagi menjadi dua fase, yaitu:
A. Masa Fiksisme
Diawali dengan Teori Penciptaan Khusus atau The Special Creation yang
berkembang hingga abad ke-18 jika organisme adalah ciptaan tuhan. Jika terjadi kelainan
pada suatu organisme maka dipercayai sebagai kutukan dan bukan disebabkan oleh seleksi
alam atau mutasi. Tokoh pada masa fiksisme memiliki pendapat yang berhubungan
dengan mitos, sehingga lebih cocok dikatakan sebagai fiksi ilmiah. Tokoh tersebut
diantaranya, yaitu Aristoteles, Plato, Leeuwenhoek, Cuvier, Linnaeus, Buffon, Hooke, dan
lain sebagainya (Henuhili, 2012).
1. Aristoteles merupakan seorang filsuf yang mengemukakan Teori Abiogenesis atau
4
disebut Generatio Spontanea. Dikatakan bahwa makhluk hidup berasal dari benda tak
hidup dan ada secara spontan. Contohnya cacing yang dianggap berasal dari tanah
(Hanninen, 2010).

Gambar 2.1.2 Aristoteles


2. Menurut Plato kehidupan terdiri dari dua dunia, yaitu dunia nyata dan dunia
khayal. Dikatakan bahwa benda yang ada di dunia nyata merupakan hasil tiruan dari dunia
khayal (Taufik, 2019).

Gambar 2.1.3 Plato


3. Menurut Anthonie Van Leeuwenhoek menemukan Paramecium pada
percobaannya dengan merendaman jerami selama 7 hari. Hal ini membuat Leeuuwenhoek
berpendapat bahwa kehidupan berasal dari benda tak hidup. Dengan penemuannya
Leeuwenhoek mendukung Teori Abiogenesis yang dikemukakan oleh Aristoteles.

Gambar 2.1.4Anthonie Van Leeuwenhoek


Selanjutnya Teori Peciptaan Khusus terus mengalami perkembangan, perkembangan
tersebut dicetuskan oleh beberapa ahli, yaitu:
4. Salah satu ahli sistematik yaitu Carolus Linnaeus yang mengklasifikasikan
5
organisme menjadi dua kingdom, yaitu Animalia dan Plantae. Pengelompokkan ini
disebut sebagai taksonomi. Keanekaragaman organisme direpresentasikan sebagai hasil
evolusi divergensi dengan membuat kunci identifikasi dan menginterpretasikan hasil
klasifikasi organisme tersebut berasal dari keturunan nenek moyang yang
sama.Pengelompokkan suatu organisme dalam sistem filogeni pada evolusi dimulai dari
organisme yang sederhana (primitif) menuju yang lebih kompleks (maju). Hal ini
dibuktikan dengan banyaknya temuan fosil yang mendukung pendapat tersebut.
Keanekaragaman organisme yang dihasilkan dari mekanisme evolusi dapat
dikelompokkan menjadi kingdom, divisio atau filum, kelas, ordo, genus, dan spesies.
Suatu organisme dikatakan memiliki hubungan kekerabatan yang paling erat (dekat) jika
memiliki banyak ciri yang serupa, begitupun sebaliknya (Rosadi, 2010).

Gambar 2.1.5 Carolus Linnaeus


5. Count de Buffon merupakan seorang ahli botani dari Perancis. Buffon berpendapat
bahwa kehidupan mengalami evolusi berupa perubahan dari yang paling sederhana
menuju sempurna. Hal ini dibuktikan berdasarkan pemilahan berbagai macam tumbuhan
(Khadafi, 2008).

Gambar 2.1.6. Count de Buffon


6. Georges Curvier merupakan seorang ahli paleontologi yang mencetuskan Teori
Katastropisme. Teori Katastropisme merupakan teori yang menyatakan bahwa
6
keanekaragaman makhluk hidup yang muncul dan punahnya disebabkan oleh bencana
alam (Solikin, 2015).Dikatakan bahwa makhluk hidup di setiap lapisan bumi tidak
memiliki hubungan kekerabatan, karena lapisan baru yang terbentuk akan memunculkan
makhluk hidup yang baru. Georges Curvier berpendapat bahwa berbagai jenis hewan
lenyap karena punah, bukan bertransformasi menjadi spesies baru (Helmi, 2017). Hal ini
dibuktikan dengan tidak ditemukannya perubahan fosil phalaeotherium dengan spesies
yang ada saat ini. Selain itu Georges Curvier juga meyakini bahwa organ vestigal (organ
yang tidak diketahui fungsinya) diciptakan dengan sebuah alasan. Contohnya tulang ekor
manusia yang dulu diyakini sebagai sisa ekor kera yang dianggap sebagai nenek moyang
manusia. Namun setelah dikaji lebih lanjut tulang ekor manusia berfungsi sebagai titik
pertemuan dari otot-otot kecil dan menyangga beberapa tulang di bagian panggul,
sehingga manusia akan merasa nyaman saat duduk.

Gambar 2.1.7 Georges Curvier

B. Masa Adaptasi dan Transformasi


Pada masa ini terjadi perkembangan teori evolusi. Para ahli telah berpendapat jika
setiap makhluk hidup memiliki perbedaan yang terjadi akibat individu itu sendiri. Hal ini
dicontohkan pada individu yang memiliki tubuh besar akan mendapatkan keturunan yang
juga bertubuh besar. Tetapi ada kemungkinan lain, yaitu tubuh yang besar dapat diperoleh
dengan berolahraga atau latihan. Perubahan yang terjadi merupakan sebuah transformasi
dan latihan sebagai adaptasi. Berikut adalah beberapa tokoh pada masa adaptasi dan
transformasi:
1. James Hutton merupakan seorang ahli Geologi dari Skotlandia yang
mengemukakan Teori Gradualisme. Dikatakan bahwa evolusi merupakan perubahan
terjadi secara bertahap, terusmenerus, danlambat. Hutton berpendapat jika batuan
sediemen terbentuk dari partikel yang terkena erosi dari daratan terbawa dari sungai ke
7
laut (Abdurrahman, 2014).

Gambar 2.1.8James Hutton


2. Thomas Robert Malthus menerbitkan tulisannya yang berjudul Essay on the
Principle of Population as it Affect the Future Improvement of Society. Menurut Malthus
pertambahan jumlah penduduk naik seperti deret ukur, sedangkan bahan makanan yang
tersedia naik seperti nilai hitung. Artinya, pertumbuhan penduduk cenderung melebihi
pertumbuhan persediaan pangan yang ada. Pendapat ini sangat mempengaruhi teori yang
dikemukakan oleh Darwin. Dikatakan bahwa makhluk hidup dapat memiliki banyak
keturunan, sedangkan sumber daya alam yang tersedia sangat terbatas. Oleh karena itu,
muncul Teori Seleksi Alamyaitu adanya kompetisi antar organisme dalam memenuhi
kebutuhan hidup dan organisme yang tidak mampu bertahan hidup akan terseleksi oleh
alam (Hart, 1982).

Gambar 2.1.9Thomas Robert Malthus


3. Menurut pendapat Jean Baptise Lamarck terdapat dua gagasan tentang evolusi,
yaitu use dan disuse serta sifat dari lingkungan yang diwariskan pada keturunannya. Use
dan disuse merupakan bagian tubuh yang digunakan, tidak, atau bahkan jarang untuk
menghadapi proses evolusi, pada bagian yang tidak digunakan maka akan tereduksi.
Contohnya evolusi yang terjadi pada jerapah dengan leher panjang. Dulu nenek moyang
dari jerapah memiliki leher yang pendek. Agar dapat bertahan hidup, jerapah menaikkan
lehernya untuk menjangkau makanan pada pohon yang tinggi. Oleh karena itu, jerapah

8
berevolusi menjadi berleher panjang.

Gambar 2.1.10 Jean Baptise Lamarck

Gambar 2.1.11 Teori Lamarck

4. Charles Lyell menuliskan buku berjudul Principles of Geology. Lyell


mengemukakan Teori Uniformitarianisme yang menyatakan bahwa proses evolusi
geologis dari waktu ke waktu adalah tetap. Contohnya adalah proses pembentukkan
pegunungan yang selalu tetap di sepanjang sejarah (Ristata, 2013).

Gambar 2.1.12 Charles Lyell

2.2 Perkembangan Teori Evolusi Darwin


A. Masa Seleksi Alam
Keanekaragaman organisme yang ada di bumi merupakan hasil dari seleksi alam.
9
Kondisi alam selalu berubah dan bersifat dinamik, hal ini berupa faktor biotik dan abiotik
yang akan menyeleksi organisme yang ada di alam. Organisme yang mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungannya akan tetap bertahan hidup, namun yang tidak
mampu menyesuaikan diri akan terseleksi oleh alam. Struktur dan fungsi dari tubuh
makhluk hidup yang lolos dari seleksi alam merupakan sifat yang akan diwariskan kepada
keturunannya (Henuhili, 2012).

a. Charles Robert Darwin


Darwin mempelajari variasi yang terdapat pada berbagai jenis burung merpati dan
ia menemukan berbagai variasi seperti merpati gundul, merpati jambul, merpati pos,
merpati ekor merak, dan sebagainya. Variasi-variasi tersebut merupakan suatu peristiwa
spesiasi yaitu pembentukan spesies baru yang berasal dari nenek moyang merpati.
Kemudian, Darwin juga melakukan observasi mengenai asal-usul burung di kepulauan
Galapagos dengan burung finch sebagai obyek pengamatan. Dari pengamatan tersebut,
Darwin menemukan fakta bahwa pada berbagai spesies burung finch berdasarkan tempat
hidup dan jenis makanannya, terdapat variasi pada struktur paruh mereka (Darwin, 2007).

Gambar 2.2.1 Charles Robert Darwin.

Konsep Darwin mengenai spesiasi ditulis dalam bukunya yang berjudul “The
Origin of Species by Means Natural Selection and Preservation of The Fits in Struggle for
Life” pada tahun 1844. Menurut Darwin, evolusi terjadi karena adanya seleksi alam.
Darwin juga mengoreksi mengenai pendapat yang dikemukakan oleh Lammarck tentang
jerapah. Jerapah yang berleher panjang ialah jerapah yang berasal dari jerapah berleher
panjang pula, sedangkan yang berleher pendek musnah/punah (Henuhili, 2012).
Darwin telah menyusun bukti-bukti dan mengemukakan teori untuk menjelaskan
bagaimana evolusi dapat terjadi. Data yang menjelaskan bukti-bukti tersebut antara lain :

10
1. Kecepatan reproduksi pada semua spesies lebih cepat dari kecepatan persediaan bahan
makanan.
2. Semua organisme menunjukkan variasi yang beragam
3. Semakin banyak individu memiliki peluang untuk hidup, namun karena terbatasnya
persediaan makanan maka setiap individu harus berjuang dalam bertahan hidup
4. Ciri dari organisme yang mendukung kemampuan dalam bertahan hidup akan
diwariskan kepada generasi keturunannya
5. Sepanjang masa geologik, variasi spesies yang mampu bertahan akan menghasilkan
perbedaan yang nyata dan akan terbentuk spesies yang baru.
Selanjutnya Darwin menyatakan konsep-konsep pokok dari teori evolusi, konsep
tersebut antara lain :
1. Variasi pada tumbuhan dan hewan merupakan suatu variasi karakteristik yang muncul
dalam penampakan fenotipe organisme tersebut
2. Rasio pertambahan terjadi secara geometrik, yaitu jumlah setiap spesies relatif tetap.
Hal ini terjadi karena terdapat banyak individu yang tersingkir oleh predator,
perubahan iklim dan persaingan.
3. Struggle for existance merupakan suatu usaha individu organisme untuk bisa bertahan
hidup. Individu yang tidak mampu bertahan dengan kondisi di alam akan tersingkir,
dan individu yang dapat bertahan hidup akan melanjutkan hidupnya dan bereproduksi.
4. The survival of fittest (siapa yang kuat dia yang menang) merupakan suatu ketahanan
yang diperoleh dari organisme yang memiliki kualitas paling sesuai dengan
lingkungan.

b. Sir Alfred Russel Wallace

Gambar 2.2.2 Sir Alfred Russel Wallace.

11
Wallace melakukan perjalanan ke Malaysia, Borneo, Sulawesi dan Maluku, dan
dia menemukan perbedaan antara fauna di Indonesia di bagian Barat dan Timur yang
dibatasi oleh garis imajiner membentang dari utara laut antara pulau Kalimantan dengan
pulau Sulawesi, membentang ke selatan membelah selat Lombok. Laut pembatas ini
merupakan laut yang dalam. Fauna Kalimantan dan Bali ke barat bersuptipe Malesia yang
merupakan tipe flora Asia, sedangkan fauna Sulawesi dan Lombok ke timur bersubtipe
Australasia yang mirip dengan fauna Australia. Kemudian, Wallace juga sependapat
dengan konsep Survival of the fittest yang dikemukakan oleh Darwin (Henuhili, 2012).

B. Masa Teori Genetika


a. Gregor Johan Mendel
Gregor Johan Mendel ini merumuskan mengenai Hukum Pewarisan Sifat. Namun,
karya Mendel ini tidak diketahui oleh Darwin dan Wallace sehingga dilakukan pengkajian
kembali oleh Hugo de Vries untuk menjelaskan tentang pewarisan sifat makhluk hidup
kepada keturunannya (Henuhili, 2012).
b. De Vries dan Tschernov
Pada masa Darwin, teori genetik dan teori evolusi berkembang secara bersamaan.
De Vries dan Tschernov telah menghubungkan antara dua teori tersebut sehingga teori
evolusi mampu menjelaskan bahwa perubahan sifat yang terjadi pada makhluk hidup
dilatarbelakangi oleh mutasi gen dan kemudian diwariskan kepada keturunannya. Mutasi
ini dapat terjadi berulang kali sehingga perbedaan sifat (yang dibawa oleh gen hasil
mutasi) semakin jauh dan menghasilkan makhluk hidup yang semakin beragam (Henuhili,
2012).
c. Bateson
Bateson mengemukakan bahwa kesesuaian antara warna tubuh makhluk hidup
dengan lingkungannya (mimikri) merupakan suatu adaptasi dalam bentuk warna
penyamaran. Penyamaran warna ini sebagai bentuk perlindungan diri makhluk hidup
terhadap pemangsanya (Henuhili, 2012).
d. Weismann
Weismann menyatakan bahwa evolusi terjadi karena adanya seleksi alam terhadap
faktor genetis. Variasi yang diwariskan induk kepada keturunannya bukan diperoleh dari
lingkungannya namun perubahan tersebut diatur oleh faktor genetik. Weismann
melakukan suatu percobaan dengan memotong ekor tikus sampai 20 generasi, namun

12
keturunannya tetap memiliki ekor. Hal ini dapat menyanggah teori evolusi oleh Lammarck
(Henuhili, 2012).
Berdasarkan pendapat dari para ahli tersebut, perdebatan mengenai teori
mekanisme evolusi terus berlanjut. Darwin tidak dapat menjelaskan sumber variasi
terwariskan yang diseleksi oleh seleksi alam. Lammarck beranggapan bahwa orang tua
mewariskan adaptasi yang diperolehnya kepada keturunannya selama hidupnya.
Kemudian teori ini disangkal oleh Weismann bahwa suatu perubahan tersebut tidak dapat
diwariskan dan teori Lammarck berangsur-angsur ditinggalkan. Selain itu, Darwin juga
tidak dapat menjelaskan bagaiman sifat-sifat diwariskan dari satu generasi ke genersi yang
lain. Kemudian pada tahun 1865, Gregor Mendel menemukan bahwa pewarisan sifat-sifat
dapat diprediksi. Namun hubungan teori evolusi Mendel dan Darwin tersebut diretakkan
kembali oleh genetikawan dan biometrikawan (Henuhili, 2012).

2.1 Perkembangan Teori Evolusi Post Darwin


Pada masa ini masyarakat ilmiah lebih komunikatif, dibandingkan pada masa
sebelumnya, sehingga para ahli bisa melihat keterkaitan antara ilmu satu dengan lainnya.
Penemuan oleh Hugo de Vries dan lainnya pada awal 1900-an memberikan dorongan
terhadap pemahaman bagaimana variasi terjadi pada sifat tumbuhan dan hewan. Seleksi
alam menggunakan variasi tersebut untuk membentuk keanekaragaman sifat-sifat adaptasi
yang terpantau pada organisme hidup. Walaupun Hugo de Vries dan genetikawan pada
awalnya sangat kritis terhadap teori evolusi, penemuan kembali genetika dan riset
selanjutnya pada akhirnya memberikan dasar yang kuat terhadap evolusi, bahkan lebih
meyakinkan daripada ketika teori ini pertama kali diajukan (Hassan, 2014).
Teori evolusi Darwin menjadi landasan bagi teori evolusi modern, termasuk
rekayasa genetika. Perkembangan teknologi dewasa ini memungkinkan saintis untuk
melakukan rekaya genetika. Melalui rekayasa genetik, manusia berkontribusi dalam
mempercepat proses evolusi. Genetic Material Organism (GMO) merupakan hasil
penggunaan teknologi terkait proses mutasi genetik yang mengarah pada evolusi suatu
makhluk hidup. Sebelum rekayasa genetic ditemukan, manusia telah melakukan “rekayasa
genetik” melalui peristiwa kawin silang. Perkawinan silang dilakukan manusia hingga
mendapatkan organisme dengan sifat yang diinginkan manusia. Anjing merupakan contoh
perkawinan silang ras serigala. Jelas penggunaan teori evolusi ditangkap dengan baik oleh
para teknolog dalam rangka merekayasa materi genetika makhluk hidup sesuai keinginan

13
dan kebutuhan manusia (Campbell, 2003).
Dokumentasi fakta-fakta terjadinya evolusi dilakukan oleh cabang biologi yang
dinamakan biologi evolusioner. Cabang ini juga mengembangkan dan menguji teori-teori
yang menjelaskan penyebab evolusi. Kajian catatan fosil dan keanekaragaman hayati
organisme-organisme hidup telah meyakinkan para ilmuwan pada pertengahan abad ke-19
bahwa spesies berubah dari waktu ke waktu. Namun, mekanisme yang mendorong
perubahan ini tetap tidaklah jelas sampai pada publikasi tahun 1859 oleh Charles Darwin,
On the Origin of Species yang menjelaskan dengan detail teori evolusi melalui seleksi
alam. Karya Darwin dengan segera diikuti oleh penerimaan teori evolusi dalam komunitas
ilmiah. Pada tahun 1930, teori seleksi alam Darwin digabungkan dengan teori pewarisan
Mendel, membentuk sintesis evolusi modern, yang menghubungkan satuan evolusi (gen)
dengan mekanisme evolusi (seleksi alam). Kekuatan penjelasan dan prediksi teori ini
mendorong riset yang secara terus menerus menimbulkan pertanyaan baru, di mana hal ini
telah menjadi prinsip pusat biologi modern yang memberikan penjelasan secara lebih
menyeluruh tentang keanekaragaman hayati di bumi (Taufik, 2019).
Kontradiksi antara teori evolusi Darwin melalui seleksi alam dengan karya Mendel
disatukan pada tahun 1920-an dan 1930-an oleh biologiawan evolusi seperti J.B.S.
Haldane, Sewall Wright, dan terutama Ronald Fisher, yang menyusun dasardasar genetika
populasi. Hasilnya adalah kombinasi evolusi melalui seleksi alam dengan pewarisan
Mendel menjadi sintesis evolusi modern. Bukan hanya Genetika dan Evolusi saja yang
saling menunjang, tetapi semua cabang ilmu biologi dapat menjelaskan fenomena evolusi.
Pernyataan ini didukung oleh sebagian besar ahli biologi pada waktu itu. Theodozius
Dobzhansky, ahli genetika, berjasa merangkum begitu banyak fenomena evolusi dari
berbagai macam disiplin biologi. Ahli-ahli lain yang terlibat dalam pengembangan teori
evolusi pasca Darwin antara lain : Morgan, yang melakukan pengamatan terhadap
fenomena kerja gen pada lalat buah (Drosophila melanogaster); Mayr & Darlington,
seorang ahli taksonomi sistematik & zoogeografi burung, menemukan fenomena evolusi
yang baru; Simpson, ahli Paleontologi (Grossman, 2016).

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.1.1 Perkembangan Teori Evolusi Pre Darwin
Teori evolusi yang berkembang sebelum masa Darwin adalah Toeri
Evolusi Organik. Dikatakan bahwa telah terjadi suatu proses yang
berkesinambungan sejak munculnya kehidupan di bumi. Teori Evolusi
Organik mempelajari tentang asal usul spesies dan teori kekerabatannya.
Adanya perubahan struktur dan fungsi tubuh suatu organisme merupakan
bentuk respon dari adanya perubahan lingkungan. Perubahan yang terjadi
akan diwariskan pada generasi selanjutnya melalui proses pewarisan sifat.
3.1.2 Perkembangan Teori Evolusi Darwin
Teri evolusi Darwin adalah Keanekaragaman organisme yang ada di
bumi merupakan hasil dari seleksi alam. Kondisi alam selalu berubah dan
bersifat dinamik, hal ini berupa faktor biotik dan abiotik yang akan
menyeleksi organisme yang ada di alam. Organisme yang mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungannya akan tetap bertahan hidup, namun
yang tidak mampu menyesuaikan diri akan terseleksi oleh alam
3.2.3 Perkembangan Teori Evolusi Post Darwin
Teori evolusi post Darwin adalah Seleksi alam menggunakan variasi
tersebut untuk membentuk keanekaragaman sifat-sifat adaptasi yang
terpantau pada organisme hidup. Pada masa ini para ilmuwan sangat kritis
terhadap teori evolusi, penemuan kembali genetika dan riset selanjutnya pada
akhirnya memberikan dasar yang kuat terhadap evolusi, bahkan lebih
meyakinkan daripada ketika teori ini pertama kali diajukan
3.2 Saran
Sebaiknya materi tentang perkembangan teori evolusi lebih
ditingkatkan lagi pemahamannya kepada siswa agar dapat dipahami secara
maksimal

15
DAFTAR RUJUKAN

Abdurrahman, F. 2014. Pesan Tauhid dalam Film Keruntuhan Teori Evolusi. Skripsi.
Yogyakarta: Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
Campbell, N.A., Jane B.R., Lawrence G.M. 2003. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Darwin, Charles. 2007. Penerjemah : Tim UNAS. The origin of Species – Asal-usul
Spesies. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Grossman, W. E., & Fleet, C. M. (2016). Changes in acceptance of evolution in a
college-level general education course. Journal of Biological Education, 1-8.
Hanninen, O., O., P., dkk. 2010. Medical and Health Sciences Volume II. Singapura :
Eolss Publisher.
Hart, M., H. 1982. Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah. Jakarta: PT. Dunia
Pustaka Jaya.
Hassan, Munif Said. 2014. Pengantar Biologi Evolusi. Jakarta: Erlangga.
Helmi, H. 2017. Evolusi Antar Species (Leluhur Sama dalam Prespektif Para Penentang).
Titian Ilmu Jurnal Ilmiah Multi Sciences. Vol 9 (2).
Henuhili, Victoria. 2012. Genetika dan Evolusi. Yogyakarta: FMIPA Universitas Negeri
Yogyakarta.
Khadafi, M. 2008. Kritik dan Pandangan Harun Yahya Terhadap Teori Evolusi Manusia
(Evolusionisme). Skripsi. Yogyakarta:Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga.
Ristata, R. 2013. EvolusidanSistematikaMakhlukHidup.Banten: Universitas Terbuka.
Rosadi, Bayu. 2010. Taksonomi Vertebrata. Jakarta: Universitas Terbuka.
Solikin, A., dkk. 2015. Membaca Muhammadiyah Refleksi Kritis Anak Muda Lintas Isu.
Surabaya: UMSurabaya Press.
Taufik, L., M. 2019. Teori Evolusi Darwin: Dulu, Kini, dan Nanti. Jurnal Filsafat
Indonesia. Vol 2 (3).
Luthfi, M. J. dan A. Khusnuryani. 2005. “Agama dan Evolusi: Konflik atau Kompromi” dalam
jurnal Kaunia Vol. 1 No. 1 2005.

16
17

Anda mungkin juga menyukai