Anda di halaman 1dari 16

VARIASI GEN DALAM POPULASI DAN HUKUM HARDY WEINBERG

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evolusi


Yang dibina oleh Siti Imroatul Maslikah, S.Si., M.Si. dan
Indra Kurniawan Saputra, S.Si., M.Si.

Oleh:
Kelompok 6 Offering C
Caroline Denselina K. (180341600134)
Devi Febriyanti (180341617521)
Rizqi Fajar Pangayoman (180341617582)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
Oktober 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Variasi Gen Dalam
Populasi Dan Hukum Hardy Weinberg” tepat waktu. Makalah “Variasi Gen Dalam
Populasi Dan Hukum Hardy Weinberg” disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Evolusi yang dibina oleh Ibu Siti Imroatul Maslikah, M.Si. dan Bapak Indra
Kurniawan Saputra, S.Si, M.Si. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini
dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Variasi Gen Dalam Populasi Dan
Hukum Hardy Weinberg.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Siti
Imroatul Maslikah, M.Si. dan Bapak Indra Kurniawan Saputra, S.Si, M.Si selaku
dosen mata kuliah Evolusi. Tugas yang telah diberikan ini diharapkan dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang Evolusi. Penulis juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, diharapkan terdapat kritik dan saran yang membangun yang akan penulis terima
demi kesempurnaan makalah ini.

Malang, 14 Oktober 2020

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 2
1.3 Tujuan ..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................... 3
2.1 Variasi Gen dalam Populasi .................................................................... 3
2.2 Faktor-Faktor Penyebab Variasi dalam Populasi .................................... 5
2.3 Hukum Hardy Weinberg ......................................................................... 7
2.4 Contoh Penerapan Hukum Hardy Weinberg........................................... 10
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 12
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 12
3.2 Saran........................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Evolusi biologis merupakan perubahan suatu materi genetik yang berurutan.
Materi genetika populasi yang meliputi studi terhadap berbagai faktor yang
membentuk struktur genetik suatu populasi dan menyebabkan perubahan-
perubahan evolusioner suatu spesies sepanjang waktu. Evolusi pada tingkat
populasi merupakan perubahan frekuensi alel atau genotip di dalam suatu populasi
dari generasi ke generasi. Perubahan ini merupakan perubahan dalam skala terkecil
yang seringkali tidak nampak, maka sering disebut sebagai mikroevolusi (Henuhili,
2008).
Setiap organisme mempunyai genom yang unik, yang kemudian
dicerminkan dalam variasi individu dari penampilan dan perangainya. Tidak semua
keaneragaman yang ada dalam suatu populasi secara serta-merta dapat diturunkan.
Fenotip yang bisa diamati merupakan produk komulatif dari suatu genotip yang
diwariskan dengan berbagai pengaruh lingkungan. Sebagai contoh, para
binaragawan mengubah fenotipnya secara drastis lewat latihan. Penting untuk
diingat bahwa hanya komponen genetik variasilah yang dapat mengakibatkan
evolusi sebagai hasil dari seleksi alam, karena hanya inilah komponen yang
diwariskan antar generasi (Afrida, dkk. 2014)
Variasi merupakan suatu fenomena umum yang terdapat pada suatu
populasi. Variasi di dalam populasi terjadi sebagai akibat adanya keragaman di
antara individu yang menjadi anggota populasi, yaitu adanya perbedaan ciri-ciri
mengenai suatu karakter atau beberapa karakter yang dimiliki oleh individu-
individu di dalam populasi. Variasi yang dimiliki suatu populasi dengan populasi
yang lain bisa dan sering tidak sama. Ciri variasi dari suatu populasi dapat menjadi
ciri tertentu populasi tersebut yang membedakan populasi tersebut dengan populasi
lain dalam satu spesies (Handiwirawan, 2009)
Variasi sangat penting untuk kelangsungan hidup suatu organisme. Sebagai
contoh jika organisme dalam suatu populasi sama atau seragam dan semuanya tidak
mempunyai gen yang resisten terhadap suatu penyakit tertentu, kemudian terjadi

1
serangan penyakit tersebut maka semua organisme dalam satu populasi tersebut
akan mati. Dengan demikian kelangsungan hidup spesies tersebut tidak akan lestari
(Cintamulya, I. 2013).
Variasi gen dalam suatu populasi erat kaitannya dengan Hukum Hardy-
Weinberg, dimana hukum ini memberikan informasi terkait dengan sebaran alel
dalam suatu populasi. Godfrey Harold Handy adalah seorang matematikawan asal
Inggris dan Wilhelm Weinberg adalah seorang dokter berkebangsaan Jerman.
Keduanya menemukan suatu hubungan matematik yang menjadi dasar dalam
hukum Hardy-Weinberg. Hukum Hardy-Weinberg atau yang sering disebut dengan
Hukum Ketetapan Hardy-Weinberg menyatakan bahwa frekuensi alel dan
frekuensi genotip dalam suatu populasi akan tetap konstan, yaitu berada dalam
kesetimbangan dari satu generasi ke generasi berikutnya kecuali apabila terdapat
pengaruh-pengaruh tertentu yang mengganggu kesetimbangan tersebut
(Cintamulya, 2013).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan variasi gen?
2. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya variasi gen dalam
populasi?
3. Apakah yang dimaksud dengan Hukum Hardy Weinberg?
4. Bagaimana contoh penerapan Hukum Hardy Weinber?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari variasi
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap variansi gen
dalam populasi
3. Untuk mengetahui dan memahami Hukum Hardy Weinber serta kaitannya
dengan variasi gen dalam populasi.
4. Untuk mengetahui contoh penerapan dari Hukum Wardy Weinberg

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Variasi Gen dalam Populasi


Variasi merupakan suatu fenomena umum yang terdapat pada suatu
populasi. Variasi di dalam populasi terjadi sebagai akibat adanya keragaman di
antara individu yang menjadi anggota populasi, yaitu adanya perbedaan ciri-ciri
mengenai suatu karakter atau beberapa karakter yang dimiliki oleh individu-
individu di dalam populasi. Variasi yang dimiliki suatu populasi dengan populasi
yang lain bisa dan sering tidak sama. Ciri variasi dari suatu populasi dapat menjadi
ciri tertentu populasi tersebut yang membedakan populasi tersebut dengan populasi
lain dalam satu spesies (Handiwirawan, 2009). Sehingga dikatakan bahwa variasi
genetik dari suatu populasi merupakan gambaran adanya perbedaan intraspesies
(Fakhri, et al., 2015).
Jika ditinjau secara genetik, tidak ada dua individu dalam satu spesies yang
sama persis. Hal itu dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, yang dapat
mempengaruhi dalam timbulnya ciri-ciri yang muncul sebagai fenotip. Perbedaan
ciri yang tampak pada anggota tiap spesies menyebabkan adanya keanekaragaman
dalam spesies. Melalui keanekaragaman spesies dapat diketahui kedekatan
kekerabatannya satu sama lain. Semakin banyak persamaan ciri-ciri yang dimiliki
semakin dekat kekerabatannya. Sebaliknya semakin sedikit persamaan ciri-ciri
yang dimiliki semakin jauh kekerabatannya. Dengan demikian dalam suatu spesies
dapat dijumpai kelompok-kelompok populasi yang satu sama lain dibedakan
berdasarkan persamaan dan perbedaan ciri-ciri morfologis atau fenotipenya
(Widodo, 2003).
Keragaman genetik merupakan suatu tingkatan biodiversitas yang merujuk
pada jumlah total genetik dalam keseluruhan spesies yang mencakup aspek
biokimia, struktur, dan sifat organisme yang diturunkan secara fisik dari induknya
(Brown et al., 2009). Keragaman genetik yang dimiliki oleh suatu populasi dapat
menggambarkan bagaimana kelangsungan dari suatu populasi. Semakin seragam
suatu populasi, maka dapat dipastikan kelangsungan kehidupan populasi tersebut
terancam di masa mendatang, hal ini karena munculnya alel yang homozigot dan

3
dapat mengakibatkan rendahnya nilai homozigot (Frankham et al., 2010). Variasi
juga bisa dikaitkan dengan taksonomi di mana penggolongan suatu organisme
adalah berdasarkan banyaknya kesamaan yang dimiliki kelompok organisme
dibandingkan dengan kelompok yang lain. Keragaman yang dimiliki suatu populasi
juga tidak selalu sama dari waktu ke waktu dan dari generasi ke generasi
(Handiwirawan, 2009).
Evolusi biologis merupakan perubahan suatu materi genetik yang berurutan.
Materi genetika populasi yang meliputi studi terhadap berbagai faktor yang
membentuk struktur genetik suatu populasi dan menyebabkan perubahan-
perubahan evolusioner suatu spesies sepanjang waktu. Evolusi pada tingkat
populasi merupakan perubahan frekuensi alel atau genotip di dalam suatu populasi
dari generasi ke generasi. Perubahan ini merupakan perubahan dalam skala terkecil
yang seringkali tidak nampak, maka sering disebut sebagai mikroevolusi (Henuhili,
2008). Frekuensi genotipe didefinisikan sebagai proporsi atau persentase genotipe
tertentu di dalam suatu populasi. Frekuensi genotipe dapat pula diartikan sebagai
proporsi/persentase individu di dalam suatu populasi yang tergolong ke dalam
genotipe tertentu. Frekuensi genetik menggambarkan susunan genetik populasi
tempat mereka berada. Susunan genetik suatu populasi ditinjau dari gen-gen yang
ada dinyatakan sebagai frekuensi gen, atau disebut juga frekuensi alel, yaitu
proporsi atau persentase alel tertentu pada suatu lokus.
Genetika populasi merupakan dasar yang baik untuk mempelajari susunan
genetis individu yang berkaitan dengan gen pool yaitu total gen yang dimilki oleh
seluruh individu. Keseluruhan dari alel-alel setiap gen dalam suatu populasi disebut
gene pool dari populasi tersebut (Widodo, 2003). Genetika populasi adalah studi
tentang variasi genetik pada suatu populasi yang terkait dengan perubahan yang
terjadi pada frekuensi alel dan perubahan yang menyertai di suatu populasi. Adanya
berbagai alel dalam suatu populasi menentukan variabilitas genetika populasi.
Genetika populasi juga diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari komposisi
dan variasi genetik individu-individu dalam suatu populasi dan faktor-faktor yang
dapat mengubah komposisi genetik tersebut hingga berperan dalam proses evolusi
(Arisuryanti & Daryono, 2007).

4
Memahami dan mempertahankan keragaman genetik suatu populasi sangat
penting dalam hal konservasi karena keragaman genetik yang tinggi akan sangat
membantu suatu populasi beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi
di lingkungan sekitarnya, termasuk mampu beradaptasi terhadap penyakit-penyakit
yang ada di alam. Dengan mengetahui status genetik suatu populasi, kita dapat
merancang program konservasi untuk menghindari kepunahan suatu spesies.
Misalnya dengan memasukkan individu baru yang berasal dari populasi yang
memiliki keragaman genetik yang tinggi ke dalam populasi dengan keragaman
genetik yang rendah untuk menghindari kejadian inbreeding. Atau tindakan-
tindakan konservasi lainnya seperti menjadikan wilayah yang dihuni oleh populasi
spesies dengan keragaman genetik yang tinggi sebagai taman nasional. Segala
usaha yang dilakukan tetap memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk
mempertahankan keragaman genetik pada suatu populasi spesies untuk
mempertahankan keberadaannya di alam pada masa yang akan datang (Afrida,
2014).

2.2 Faktor-Faktor Penyebab Variasi Gen dalam Populasi


Perubahan frekuensi alel yang ada dalam populasi di tempat dan waktu
tertentu disebabkan oleh adanya evolutionary force. Evolutionary force yang
dimaksud di sini terdiri dari mutasi, migrasi (gen flow), genetic drift, dan seleksi
alam. Dua faktor akan menyebabkan terjadinya peningkatan variasi dan dua yang
menurunkan. Kekuatan secara alami yang aktif untuk meningkatkan variasi adalah
mutasi dan gene flow, sedangkan yang menurunkan adalah seleksi alami dan
genetik drift (Henuhili, 2008).
1. Mutasi
Mutasi adalah perubahan dalam susunan DNA suatu organisme. Mutasi
merupakan kejadian yang acak yang tidak selalu mengakibatkan perubahan
struktur atau fungsi. Kejadian mutasi meskipun tidak terlalu terlihat tetapi
berpengaruh terhadap frekuensi gen dalam populasi karena ada satu gen yang
berubah. Jika satu mutasi saja terjadi, maka alela akan berubah. Mutasi akan
menambah variabilitas genetik dari populasi sepanjang waktu dan variasi ini
menjadi sumber bagi proses evolusi. Mutasi akan meningkatkan variabilitas
genetik yang akan diseleksi oleh alam.

5
2. Migrasi
Perpindahan individu atau sekelompok individu ke dalam sebuah populasi akan
menyebabkan terjadinya aliran gen (gen flow) dari suatu populasi ke populasi
lainnya. Dampak aliran gen adalah frekuensi alel dan genotip populasi asli akan
mengalami perubahan. Migrasi ke dalam atau ke luar populasi dapat mengubah
frekuensi alel, serta menambah variasi genetika ke dalam suatu populasi.
Imigrasi dapat menambah bahan genetika baru ke dalam gen yang telah ada pada
suatu populasi. Sebaliknya, emigrasi dapat menghilangkan bahan genetika. Di
dalam suatu populasi mempunyai kemungkinan untuk kemasukkan alel atau
kehilangan alel karena gen flow atau aliran gen, pertukaran gametik, karena
migrasi dari individual yang fertil atau gamet antar populasi. Gen flow seringkali
mengeliminasi perbedaan yang ada antar populasi yang berdekatan, yang
seringkali dapat menjadi satu populasi yang mempunyai kesamaan struktur
genetik.
3. Genetic drift
Genetic drift adalah perubahan dalam gen pool karena suatu kejadian yang
menyebabkan frekuensi alel dalam populasi tersebut mengalami perubahan.
Genetic drift dapat diartikan juga sebagai lepasnya frekuensi alela secara
kebetulan. Peristiwa ini sangat berarti pada populasi yang sangat kecil.
Kenyataannya 1 dari 2 alela mempunyai peluang untuk lepas adalah kira-kira 0,
8%. Hilangnya gen selalu mempengaruhi frekuensi alela pada beberapa tingkat,
tetapi pengaruh tersebut menurun pada populasi yang berukuran besar. Karena
itu dalam populasi kecil, kurang dari 100 individu hilangnya gen masih cukup
kuat pengaruhnya terhadap frekuensi alela, meskipun ada agensia evolutif lain
yang berperanan pada saat itu juga terhadap perubahan frekuensi alela dalam
arah yang berbeda.
4. Seleksi Alam
Seleksi alam yang dimaksud dalam teori evolusi adalah teori bahwa makhluk
hidup yang tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya lama kelamaan
akan punah. Yang tertinggal hanyalah mereka yang mampu beradaptasi dengan
lingkungannya. Antara sesama makhluk hidup akan saling bersaing untuk
mempertahankan hidupnya. Beberapa individu dalam suatu populasi lebih

6
mampu beradaptasi, bertahan hidup, dan bereproduksi bila dibandingkan dengan
individu-individu lainnya. Seleksi alam mengakumulasi dan mempertahankan
genotipe yang menguntungkan dalam populasi. Jika lingkungan berubah, seleksi
alam akan “merespons” dengan mempertahankan genotipe yang cocok dengan
lingkungan yang baru.

2.3 Hukum Hardy Weinberg


Hukum Hardy-Weinberg memberikan informasi terkait dengan sebaran alel
dalam suatu populasi. Godfrey Harold Handy adalah seorang matematikawan asal
Inggris dan Wilhelm Weinberg adalah seorang dokter berkebangsaan Jerman.
Keduanya menemukan suatu hubungan matematik yang menjadi dasar dalam
hukum Hardy-Weinberg. Hukum Hardy-Weinberg atau yang sering disebut dengan
Hukum Ketetapan Hardy-Weinberg menyatakan bahwa frekuensi alel dan
frekuensi genotip dalam suatu populasi akan tetap konstan, yaitu berada dalam
kesetimbangan dari satu generasi ke generasi berikutnya kecuali apabila terdapat
pengaruh-pengaruh tertentu yang mengganggu kesetimbangan tersebut
(Cintamulya, 2013).
Menurut Allendorf et al. (2013), hukum tersebut menyatakan bahwa
frekuensi alel dalam suatu populasi akan tetap konstan jika memenuhi beberapa
persyaratan. Jika persyaratan ini terpenuhi oleh suatu populasi, maka populasi
tersebut berada dalam keseimbangan Hardy-Weinberg (HardyWeinberg
Equilibrium). Persyaratan-persyaratan tersebut diantaranya:
a. Perkawinan acak
Populasi yang berbeda adalah populasi yang pola kawinnya acak. Kawin acak
(panmixia) adalah cara perkawinan pada suatu populasi yang memberikan
kesempatan sama (peluang sama) kepada setiap individu untuk saling
melakukan perkawinan. Bila saling mengawini secara acak antara individu
jantan dan betina, maka kemungkinan pertemuan antara gamet jantan dan betina
juga terjadi secara acak. Hal ini menjadi masalah apabila jumlah populasi sedikit.
Jumlah populasi yang sedikit akan menyebabkan terjadinya inbreeding
(perkawinan sekerabat).

7
b. Tidak ada mutasi
Hal ini dapat diasumsikan dengan informasi genetik yang dibawa oleh orang tua
akan diwariskan ke generasi selanjutnya tanpa adanya perubahan pada informasi
genetik tersebut. Dengan kejadian mutasi akan menyebabkan terjadinya
perubahan pada proporsi alel dalam populasi. Perubahan ini tentunya akan
menjadi masalah jika mutasi dan banyak faktor lainnya akan perlahan merubah
lungkang gen (gen pool).
c. Jumlah populasi besar
Pada populasi yang sangat besar terjadinya genetic drift tidak menyebabkan
perubahan frekuensi gen di dalam gen pool. Tetapi dalam populasi yang kecil,
penyimpangan genetik bisa merubah frekuensi gen.
d. Tidak ada seleksi alam
Seleksi alam memainkan peranan penting dalam populasi. Apabila semua
individu mempunyai kemampuan hidup, tidak ada persaingan dalam
mempertahankan hidup, maka dunia akan penuh dengan makhluk hidup yang
beraneka macam jenisnya.
e. Tidak ada migrasi
Migrasi antar populasi sangat mempengaruhi aliran gene flow antar populasi.
Tidak ada migrasi secara sederhana diasumsikan dengan tidak adanya keluar
masuk individu dalam populasi yang terisolasi
Hukum Hardy-Weinberg ini berfungsi sebagai parameter evolusi dalam
suatu populasi, yaitu untuk mengetahui di dalam populasi sudah berlangsung
evolusi atau tidak (Johari, et al., 2008). Bila frekuensi gen dalam suatu populasi
selalu konstan dari generasi ke generasi, maka populasi tersebut tidak mengalami
evolusi. Bila salah satu saja syarat tidak dipenuhi maka frekuensi gen berubah,
artinya populasi tersebut telah dan sedang mengalami evolusi. Hukum Hardy-
Weinberg menyatakan populasi mendelian yang berukuran besar sangat
memungkinkan terjadinya kawin acak (panmiksia) di antara individu-individu
anggotanya. Artinya, tiap individu memiliki peluang yang sama untuk bertemu
dengan individu lain, baik dengan genotipe yang sama maupun berbeda dengannya.
Dengan adanya sistem kawin acak ini, frekuensi alel akan senantiasa konstan dari
generasi ke generasi (Warmadewi, dkk., 2015).

8
Hardy-Weinberg mengemukakan rumus untuk menghitung frekuensi alel
dan genotip dalam populasi (Arisuryanti & Daryono, 2007) sebagai berikut:

Sperma/ A a
Ovum (p) (q)
A (p) AA ( p2 ) Aa ( pq )
A (q) Aa ( pq ) aa ( q2 )

p didefinisikan sebagai frekuensi alel dominan dan q sebagai frekuensi alel


resesif bagi suatu sifat yang dikendalikan oleh sepasang alel (A dan a). Karena
hanya ada dua alel dalam kasus ini, frekuensi satu ditambah frekuensi yang lain
harus sama dengan 100%, yang berarti :
a. Frekuensi alel
p+q=1
b. Frekuensi genotipe
(p + q)2 = p2 + 2pq + q2 = 1
Keterangan :
p = frekuensi gen dominan (A)
q = frekuensi gen resesif (a)
p2 = frekuensi alel homozigot dominan (AA)
2pq = frekuensi alel heterozigot (Aa)
q2 = frekuensi alel homozigot resesif (aa)
Untuk mengetahui frekuensi gen dan genotip dari suatu populasi, digunakan
Hukum Hardy-Weinberg. Frekuensi gen adalah frekuensi suatu alel pada lokus
tertentu. Penghitungannya dilakukan dengan rumus:
Jumlah alel tertentu (beserta salinannya) dalam populasi
Frekuensi gen = Jumlah seluruh alel dalam populasi

Frekuensi gen dengan sepasang alel


Untuk menghitung frekuensi gen yang terdiri atas sepasang alel (misalnya
A dan a), digunakan rumus :
(2 x jumlah individu AA) + (jumlah individu Aa)
p = f(A) = (2 x jumlah total individu)
(2 x jumlah individu aa) + (jumlah individu Aa)
p = f(a) = (2 x jumlah total individu)

9
2.4 Contoh Penerapan Hukum Hardy-Weinberg
Dalam dunia nyata, peneliti dapat menggunakannya untuk memperkirakan
frekuensi pembawa (carrier) alel yang menyebabkan karakter dan gangguan
genetik.
 Menghitung frekuensi alel berdasarkan hukum Hardy-Weinberg
Empat puluh orang di sebuah desa yang terdiri dari 1000 penduduk menderita
albino. Jika diasumsikan populasi di desa tersebut mencapai keseimbangan Hardy-
Weinberg maka:
1. Frekuensi penderita albino (faa) = 40/1000 = 0,04
2. Frekuensi alel albino (a) dapat dihitung dengan rumus:
q = √q2 ; q2 = f (aa) ; q = √f(aa) = √0,04 = 0,2
3. Frekuensi aiel normal (A) dapat dihitung dengan rumus:
p + q = 1 ; p + 0, 2 = 1 ; p = 1- 0,2 = 0,8
4. Frekuensi penduduk normal heterozigot (fAa) dapat dihitung dengan rumus:
F(Aa) = 2pq ; f(Aa) = 2 (0,8) (0,2) ; f(Aa) = 0,32
Berarti dalam populasi 1000 orang terdapat carrier albino sebanyak 1000 x 0.32
= 320 orang.

 Menghitung persentase populasi manusia yang membawa alel untuk penyakit


keturunan
Misalnya: Frekuensi individu penderita PKU (Fenilketonuria) (q2) = 1 tiap
10.000. Frekuensi alel q (resesif) = √0,0001 = 0,01. Frekuensi alel p (dominan)
= 1 − q = 1 − 0,01 = 0,99. Frekuensi heterozigot karier 2pq = 2 × 0,99 × 0,01 ;
2pq = 0,0198 ≈ 0,02. Berarti sekitar 2% dari suatu populasi manusia membawa
alel PKU.

 Bila dalam suatu populasi masyarakat terdapat perasa kertas PTC 64%
sedangkan bukan perasa PTC (tt) 36%. Berapakah frekuensi gen perasa (T) dan
gen bukan perasa (t) dalam populasi tersebut?. Berapakah rasio genotifnya?
Jawab :
Gen bukan perasa = tt = 36%
tt = 36 %, maka q (t) = 0,36 = √0,36 = 0,6
p (T) + q (t) = 1

10
T = 1 – 0.6 = 0.4
Frekuensi gen T = 0.4 = 40% dan Frekuensi gen t = 0.6 = 60%
TT = (0.4)2 = o.16 = 16 %
Tt = 2Tt = 2 x 0.4 x 0.6 = 0.48 = 48 %
Tt = (0.6)2 = 0.36 = 36 %
Jadi perbandingan genotif TT : Tt : tt = 16: 48: 36 = 4 : 12 : 9

 Pada suatu pulau terdapat dua gen yang mengatur warna tubuh belalang, yaitu
alel dominan A menyebabkan warna hijau sedangkan alel resesif a menyebabkan
tubuh berwarna abu-abu. Frekuensi alel pada pulau tersebut adalah A = 0,5 dan
a = 0,5. Pada tahun X seorang petualang membawa burung ke pulau tersebut.
Burung lebih mudah mengenali belalang berwarna abu-abu daripada hijau. Satu
tahun kemudian dilakukan sampling populasi belalang, diketahui bahwa
persentase belalang dengan genotip AA 50%, Aa 30%, dan aa 20%.
a. Hitunglah frekuensi belalang hijau dan abu-abu sebelum datangnya
petualang ke pulau tersebut!
b. Tentukan frekuensi alel a dan alel A satu tahun setelah petualang
membawa burung ke pulau tersebut!
Jawab :
a. Frekuensi belalang hijau dapat dihitung dengan rumus f hijau= A2
+ 2Aa = 0,52 + 2 (0,5) (0,5) = 0,75. Frekuensi belalang abu-abu dapat
dihitung dengan rumus f abu-abu = 0,52 = 0,25.
b. Frekuensi alel A satu tahun setelah petualang membawa burung
(2 x jumlah/persentase AA) + (jumlah/persentase individu Aa)
p = f(A) = (2 x jumlah/presentase total individu)
2 (0,5)+ 0,3
= = 0,65
(2 x 1)

Frekuensi alel a = 1 - f(A) = 1 - 0,65 = 0,35

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Variasi merupakan suatu fenomena umum yang terdapat pada suatu populasi,
dimana dalam populasi tersebut bisa terjadi hal demikian karena sebagai akibat
adanya keragaman di antara individu yang menjadi anggota populasi, yaitu adanya
perbedaan ciri-ciri mengenai suatu karakter atau beberapa karakter yang dimiliki
oleh individu-individu di dalam populasi.
2. Perubahan frekuensi alel yang ada dalam populasi di tempat dan waktu tertentu
disebabkan oleh adanya evolutionary force. Evolutionary force yang dimaksud di
sini terdiri dari mutasi, migrasi (gen flow), genetic drift, dan seleksi alam.
3. Hukum Hardy-Weinberg memberikan informasi terkait dengan sebaran alel dalam
suatu populas. Hukum Ketetapan Hardy-Weinberg menyatakan bahwa frekuensi
alel dan frekuensi genotip dalam suatu populasi akan tetap konstan, yaitu berada
dalam kesetimbangan dari satu generasi ke generasi berikutnya kecuali apabila
terdapat pengaruh-pengaruh tertentu yang mengganggu kesetimbangan tersebut.
4. Dalam dunia nyata, peneliti dapat menggunakan Hukum Hardy Weinberg untuk
memperkirakan frekuensi pembawa (carrier) alel yang menyebabkan karakter
dan gangguan genetik.

3.2 Saran
Sebaiknya sebelum mempelajari materi yang terdapat pada makalah ini, peserta
didik terlebih dahulu harus paham mengenai cangkupan materi yang
berkesinambungan terhadap materi pada makalah ini seperti mutasi, rekombinasi
serta alel yang terdapat pada makhluk hidup. Sehingga dalam memahami materi yang
terdapapt pada makalah ini lebih mudah dan akan menghasilkan pemahaman yang
utuh.

12
DAFTAR PUSTAKA

Afrida, I.R., Amin, M., & Gofur, A. 2014. Pengembangan Bahan Ajar Matakuliah
Genetika Populasi Berbasis Penelitian Keragaman Genetik Kerbau Lokal
Tana Toraja dan Lombok. Jurnal Kependidikan, 13(4): 337-347.
Allendorf FW, Luikart G, Aitken SN. 2013. Conservation and the Genetics of
Populations 2ed. United Kingdom: Willey and Backwell.
Arisuryanti, T dan Daryono, B.S. 2007. Genetika Populasi. Yogyakarta: Fakultas
Biologi Universitas Gadjah Mada.
Brown, A.R., D.J. Hosken, F. Balloux, L.K. Bickley, G. LePage, S.F. Owen, and
C.R. Tyler. 2009. Genetic variation, inbreeding and chemical
exposurecombined effects in wildlife and critical considerations for
ecotoxicology. Philos. Trans. R. Soc. Lond. B. Biol. Sci. 364(1534):3377-
3390.
Cintamulya, I. 2013. Analisis Variasi Genetik Varian Jati Arboretum
dengan Penanda Mikrosatelit. Jurnal Pendidikan Sains, 1(2), 109-114.
Felsenstein, J. 2013. Genetika Evolusi Teoretis. Washington: Departemen Ilmu
Genom danJurusan Biologi Universitas Washington.

Fakhri, F., I. Narayani, I.G.N.K. Mahardika. 2015. Keragaman genetik ikan


cakalang (Katsuwonus Pelamis) dari Kabupaten Jembrana dan Karangasem,
Bali. Jurnal Biologi, 19(1), 11-14.
Frankham, R., JD. Ballou, DA. Briscoe. 2010. Introduction to Conservation
Genetics. Cambridge: Cambridge University Press.
Handiwirawan, E. 2009. Keragaman Molekuler dalam Suatu Populasi. Lokakarya
Nasional Pengelolaan dan Perlindungan Sumber Daya Genetik di Indonesia:
Manfaat Ekonomi untuk Mewujudkan Ketahanan Nasional. Hal 138-144
Henuhili, V. 2008. Genetika dan Evolusi. Yogyakarta: FMIPA UNY.
Johari, S., E. Kurnianto dan E. Hasviara. 2008. Blood protein polymorphism of
kedu chicken. J. Pengembangan Peternakan Tropis, 33(4): 313-318.

Warmadewi, D.A., dkk. 2015. Bahan Ajar Ilmu Pemuliaan Ternak. Denpasar:
Universitas Udayana.
Widodo, H., Lestari, U., & Amin, M. 2003. Evolusi. Malang: Universitas Negeri
Malang.

13

Anda mungkin juga menyukai