Anda di halaman 1dari 25

Makalah

KELANGKAAN DAN KEPUNAHAN SDA


(Disusun dan didiskusikan pada mata kuliah KSDA yang diampu oleh ibu
Dr. Marini Susanti Hamidun, S.Si, M.Si)

Oleh :
Septia Yusuf
431418057
Kelas B Pendidikan Biologi

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021

KATA PENGANTAR

1
Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena ia senantiasa
memberikan nikmatnya sehingga penyusunan makalah yang berjudul
“Kelangkaan dan kepunahan SDA” dapat diselesaikan dengan baik. Walaupun
mungkin dalam penulisan masih ada kesalahan dan kekeliruan namun penulis
yakin bahwa manusia itu tidak ada yang sempurna, mudah-mudahan melalui
kelemahan itulah yang akan membawa kesadaran kita akan kebesaran tuhan yang
maha esa. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan
dan usaha yang telah membantu saya dalam membuat makalah ini niscaya tanpa
adanya bantuan dari berbagai pihak penyusunan makalah ini tidak akan terwujud.
Penyelesaian makalah ini hanya dapat terlaksana karena bantuan pikiran,
tenaga dan moril dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami menyampaikan
terima kasih. Akhir kata, penulis menyadari bahwa karya makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Sehingga segala kritik dan saran yang bersifat membangun
diharapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Gorontalo, 04 Maret 2021

Septia Yusuf

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2
1.3 Tujuan.....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
2.1 Konsep keanekaragaman hayati.............................................................3
2.2 Konsep pentingnya keanekaragaman hayati..........................................9
2.3 Penyebab kelangkaan dan kepunahan....................................................14
2.4 Kerentanan terhadap kepunahan ...........................................................15
2.5 Ancaman terhadap keanekaragaman hayati...........................................18
2.6 Kategori kepunahan...............................................................................19
BAB III PENUTUP.............................................................................................21
3.1 Kesimpulan............................................................................................21
3.2 Saran.......................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kepunahan dalam biologi berarti hilangnya keberadaan spesies yang ditandai
dengan matinya individu terakhir dari spesies tersebut. Kepunahan merupakan
proses alamiah, tetapi laju kepunahan yang mencapai 1000-10.000 kali dari proses
alaminya (IUCN Red list, 2015) cukup mengkhawatirkan. Lebih dari 77.300
spesies telah masuk dalam Red List International Union for Conservation of
Nature (IUCN) tahun 2015. Kepunahan ini terjadi akibat degradasi habitat, over
exploitation, polusi, penyakit dan perubahan iklim. Ancaman punahnya flora dan
fauna ini meningkat seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk di
sebagian Afrika, dan Asia termasuk Indonesia.
Indonesia menduduki posisi ke 4 dari 20 negara yang potensial mengalami
ancaman atas keanekaragaman hayati yang dimiliki, dimana terdapat 1126 spesies
yang terancam punah (Darlington, 2010). Keberadaan flora dan fauna terancam
akibat fragmentasi habitat, pemanfaatan berlebihan, perburuan dan perdagangan
ilegal. Konversi hutan untuk perkebunan, tuntutan pembangunan, illegal logging
dan kebakaran hutan menyebabkan hilang dan rusaknya habitat satwa. Kondisi ini
diperburuk dengan adanya perburuan dan perdagangan ilegal untuk memenuhi
permintaan pasar akan tumbuhan dan satwa sebagai peliharaan, konsumsi, obat-
obatan dan lain sebagainya.
liharaan, konsumsi, obat-obatan dan lain sebagainya (Santosa A. (Ed) 2008).
Ancaman terhadap kepunahan keanekaragaman hayati Indonesia menggugah
pemerintah untuk melakukan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya secara lestari, selaras, serasi dan seimbang untuk
kesejahteraan masyarakat Indonesia pada khususnya dan umat manusia pada
umumnya. Diperlukan pemeliharaan dan perlindungan secara teratur untuk
mencegah kerusakan atau yang lebih dikenal dengan konservasi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep keanekaragaman hayati?
2. Bagaimana Konsep pentingnya keanekaragaman hayati?
3. Apa Penyebab kelangkaan dan kepunahan?
4. Bagaimana Kerentanan terhadap kepunahan?
5. Apa Ancaman terhadap keanekaragaman hayati?
6. Bagaimana Kategori kepunahan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana Konsep keanekaragaman hayati
2. Untuk mengetahui Bagaimana Konsep pentingnya keanekaragaman hayati
3. Untuk mengetahui apa Penyebab kelangkaan dan kepunahan
4. Untuk mengetahui Bagaimana Kerentanan terhadap kepunahan
5. Untuk mengetahui apa Ancaman terhadap keanekaragaman hayati
6. Untuk mengetahui Bagaimana Kategori kepunahan

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep keanekaragaman hayati
Keanekaragaman hayati dapat didefinisikan sebagai keragaman kehidupan di
bumi, dijelaskan dalam hal jumlah spesies yang berbeda. Saat ini dunia dalam
krisis keanekaragaman hayati, jumlah kepunahan (kehilangan spesies)
diperkirakan akan terjadi dalam waktu dekat untuk pertama kalinya disebabkan
oleh aktivitas manusia. Keanekaragaman hayati tidak merata di bumi.
Keanekaragaman tertinggi berada di daerah tropis dan terendah menuju ke arah
kutub, serta daerah terestrial, air tawar, atau spesies laut. Daerahdaerah di dunia
yang memiliki spesies terbesar dikenal sebagai area keanekaragaman hayati
(Mader & Windelspecht, 2017, hlm. 628). Keanekaragaman hayati (biological
diversity atau biodiversity) merupakan istilah yang digunakan untuk menerangkan
keragaman ekosistem dan berbagai bentuk variabilitas hewan, tumbuhan, serta
jasad renik di alam. Dengan demikian keanekaragaman hayati mencakup
keragaman ekosistem (habitat), jenis (spesies), dan genetik (varietas/ras) (Dahuri,
2003, hlm. 7). Keanekaragaman hayati atau biodiversity adalah berbagai variasi
yang ada di antara makhluk hidup dan lingkungannya. Keanekaragaman makhluk
hidup tampak pada perbedaan ciri atau sifat yang dimiliki oleh setiap organisme,
misalnya bentuk, ukuran, struktur, warna, fungsi organ dan habitatnya (Laelawati,
2008, hlm. 2) .
Keanekaragaman hayati sangat penting untuk kelangsungan hidup, kesehatan
dan kesejahteraan manusia. Ini memberi ketahanan yang lebih besar pada
ekosistem dan organisme (Qualset et al., 1995). Kompleks, beragam dan bagian
konservasi dan pemanfaatan keanekaragaman hayati tanaman yang berakar sangat
tradisional ditemukan di pekarangan rumah (Kumar dan Nair, 2006; Zemede,
2004).
Kita dapat mempelajari banyak hal tentang suatu spesies apabila kita
mengetahui sejarah evolusinya. Suatu organisme mungkin memiliki banyak
kesamaan gen, jalur metabolik, dan protein struktural dengan kerabat-kerabat
dekatnya. (Campbell, 2012, hlm. 96). Pendekatan molekular membantu kita
memahami hubungan filogenik yang tidak dapat ditentukan oleh metodemetode
nonmolekular, misalnya anatomi perbandingan (Campbell, 2012, hlm. 109). Gen
yang berbeda berevolusi dengan laju yang berbeda-beda, bahkan pada garis
keturunan yang sama (Campbell, 2012, hlm. 109). Para ahli taksonomi zaman
dahulu mengelompokkan semua spesies yang mereka ketahui menjadi dua
kingdom tumbuhan dan hewan. Bahkan dengan penemuan dunia mikroba yang
beranekaragam, sistem dua-kingdom masih bertahan: karena menyadari bahwa
bakteri memiliki dinding sel yang kaku, para ahli taksonomi menempatkan bakteri
dalam kingdom tumbuhan (Campbell, 2012, hlm 112-113).
Keanekaragaman hayati merupakan sebuah kunci dalam pengertian biologi
konservasi. Hal ini dapat diartikan sebagai kekayaan organisme yang meliputi
mikroorganisme, jamur, flora dan fauna, kandungan genetik yang ada didalamnya
beserta dengan faktor lingkungannya (Syamsu, 2020). ringkasan luas, ulasan ini
menunjukkan bahwa, secara rata-rata,keanekaragaman yang lebih besar mengarah
pada produktivitas yang lebih besar pada tanamankomunitas, retensi nutrisi yang
lebih besar dalam ekosistem danstabilitas ekosistem yang lebih baik. Misalnya
padang rumputpercobaan baik di Amerika Utara (Gbr. 1) 5,6 dan di
seberangdelapan situs Eropa yang berbeda, mulai dari Yunaniselatan dan timur ke
Portugal dan Irlandia di barat danSwedia di utara 7, telah menunjukkan bahwa
setiap halving daribanyaknya jenis tumbuhan dalam satu plot menyebabkan
hilangnya 10-20%produktifitas. Plot rata-rata berisi satu tanamankurang dari
setengah spesies produktif sebagai plot rata-rataberisi 24–32 spesies5–7.
Keragaman tumbuhan yang lebih rendah juga menyebabkanhingga tingkat
kerugian yang lebih besar dari pembatasan nutrisi tanahpencucian, yang pada
akhirnya akan menurunkan kesuburan tanah,selanjutnya mengurangi produktivitas
tanaman (Tilman. 2000)
Sistem tiga-domain menyoroti fakta bahwa sebagian besar sejarah kehidupan
telah bertutur tentang organisme bersel tunggal, dan bahkan pada Eukarya, hanya
cabang-cabang yang berwarna merah (tumbuhan, fungi, dan hewan) yang
didominasi oleh organisme multiseluler (Campbell, 2012, hlm 113).
Keanekaragaman hayati atau biodiversitas adalah variasi orgenisme hidup
pada tiga tingkatan, yaitu tingkat gen, spesies, dan ekosistem. Kenekaragaman
hayati, menurut UU No. 5 tahun 1994, adalah keankearagaman diantara makhluk
hidup dari semua sumber termasuk diantaranya daratan, lautan, dan ekosistem
akuatik lain, serta komplekskompleks ekologi yang merupakan bagian dari
keanekaragamannya mencakup keanekaragaman dalam spesies, antar spesies
dengan ekosistem (Irnaningtyas, 2014).
a) Keanekearagaman Gen
Keanekaragaman genetik menjelaskan adanya variasi faktor-faktor keturunan
di dalam dan di antara individu dalam suatu populasi. Variasi ini disebabkan oleh
perbedaan susunan empat pasang basa dari asam nukleat (adenine, guanine,
sitosin, dan timin), yang berfungsi sebagai pembentuk kode genetik. Variasi
genetik baru, muncul akibat terjadinya mutasi gen dalam kromosom (Dahuri,
2003, hlm. 10).
Keanekaragaman genetik adalah tingkat paling mendasar yang mengacu pada
varietas (macam-macam) anggota spesies, misalnya mangga memiliki varietas,
diantaranya, mangga arum manis, gadung, golek, dan mana lagi. Varietas
disebabkan oleh variasi gen. Gen adalah materi dalam kromosom makhluk hidup
yang mengendalikan sifat organisme (Laelawati, 2008, hlm. 3)
Gambar 1 Keanekaragaman gen pada buah mangga (Mangga Apel)
Sumber : (Irnaningtyas, 2014, hlm 43).

Gambar 2 Keanekaragaman gen pada buah mangga (Mangga Indramayu)


Sumber : (Irnaningtyas, 2014, hlm 43).

Gambar 3 Keanekaragaman gen pada buah mangga (Mangga Gadung)


Sumber : (Irnaningtyas, 2014, hlm 43).
b) Keanekaragaman Spesies
Keanekaragaman spesies adalah tingkat yang paling umum yang mengacu
pada variasi spesies di tempat tertentu atau diantara sekelompok makhluk hidup
tertentu. Keanekaragaman hayati antarspsies mudah diamati karena perbedaannya
yang mencolok, misalnya perbedaan antara kelompok tumbuhan palem-paleman,
seperti kelapa, kurma, dan sagu. Ketiganya dengan mudah dapat dibedakan baik
dari segi fisik maupun habitat (tempat hidupnya) (Laelawati, 2008, hlm. 3).
Keanekaragaman spesies adalah komponen terpenting dari studi
keanekaragaman hayati yang merujuk pada varietas spesies di suatu wilayah atau
dalam takson. Misalnya, Angulitermes adalah genus endemik di subregion India
yang terdiri dari sekitar 16 spesies. Terdapat 3 spesies yang berada di wilayah
India. Tiga spesies tersebut, yaitu Angulitermes acutus, A. fletcheri dan A.
obtusus yang saling terkait erat dan menempati kantong ekologi yang berbeda di
sekitar semenanjung India. Secara ekologi, keragaman spesies diukur dalam hal
(a) kekayaan spesies, (b) komposisi spesies (daftar spesies dengan data lapangan),
(c) kelimpahan relatif spesies (jumlah relatif individu dalam spesies berbeda yang
ada di habitat) (Maiti, 2017, hlm. 75).
Keanekaragaman jenis adalah perbedaan yang dapat ditemukan pada
komunitas atau kelompok berbagai spesies yang hidup di suatu tempat.
Contohnya disuatu halaman terdapat pohon mangga, kelapa, jeruk, rambutan,
bunga mawar, melati, cempaka, jahe, kunyit, burung, kumbang, lebah, semut,
kupu-kupu, dan cacing. Beberapa organisme yang memiliki ciri-ciri fisik yang
hampir sama. Misalnya tumbuhan kelompok palem seperti kelapa, pinang, aren
dan sawit yang memiliki daun seperti pita. Namun tumbuhan-tumbuhan tersebut
merupakan spesies yang berbeda. Hewan dari kelompok genus panthera terdiri
atas beberapa spesies, antara lain harimau, singa, macan tutul dan jaguar
(Irnaningtyas, 2014).

Gambar 4. Keanekaragaman jenis pada genus Panthera (Harimau) (Panthera


tigris) Sumber: (Irnaningtyas, 2014, hlm. 44)

Gambar 5. Keanekaragaman jenis pada genus Panthera (Singa) (Panthera leo)


Sumber : (Irnaningtyas, 2014, hlm. 44)
Gambar 6. Keanekaragaman jenis pada genus Panthera (Macan Tutul)
(Panthera pardus)
Sumber : (Irnaningtyas, 2014, hlm. 44)
c) Keanekaragaman Ekosistem
Keanekaragaman ekosistem adalah tingkat yang mengacu pada variasi bentuk
fisik suatu tempat beserta populasi tumbuhan serta binatang yang ada, misalnya
padang pasir, danau, dan karang. Suatu ekosistem terdiri atas komponen biotik
dan abiotik (Laelawati, 2008, hlm. 3). Keanekaragaman ekosistem dapat dikenali
melalui pengamatan terhadap lingkungan fisik, dimana lingkungan fisik yang
berbeda melahirkan komunitas kehidupan yang berbeda. Sifat fisik, seperti suhu,
kejernihan air, pola arus dan kedalaman air mempengaruhi komunitas yang hidup
di dalamnya (Dahuri, 2003, hlm. 9).
Ekosistem terbentuk karena berbagai kelompok spesies menyesuaikan diri
dengan lingkungannya, kemudian terjadi hubungan yang saling mempengaruhi
antara satu spesies dengan spesies lain, dan juga antara spesies dengan lingkungan
abiotik tempat hidupnya, misalnya suhu, udara, air, tanah, kelembapan, cahaya
matahari dan mineral. Ekosistem bervariasi sesuai spesies pembentuknya.
Ekosistem alami antara lain hutan, rawa, terumbu karang, laut dalam padang
lamun (antara terumbu karang dengan mangrove), mangrove (hutan bakau), pantai
pasir, pantai batu, estuari (muara sungai), danau, sungai, padang pasir, dan padang
rumput. Adapula ekosistem yang sengaja dibuat oleh manusia, misalnya
agroekosistem dalam bentuk sawah, ladang, dan kebun. Agroekosistem memiliki
keanekaragaman spesies rendah dibandingkan ekosistem alamiah, tetapi memiliki
keanekaragaman genetik yang lebih tinggi (Irnaningtyas, 2014).
Jenis organisme yang menyusun setiap ekosistem berbeda-beda. Ekosistem
hutan hujan tropis, misalnya di isi pohon-pohon tinggi berkanopi (seperti meranti
dan rasamala) rotan, anggrek, paku-pakuan, burung, harimau, monyet, orang utan,
kambing hutan, ular, rusa, babi dan berbagai serangga. Pada ekosistem sungai
terdapat ikan, kepiting, udang, ular, dan ganggang air tawar (Irnaningtyas, 2014).
Keankeragaman ekosistem disuatu wilayah ditentukan oleh berbagai faktor,
antara lain posisi tepat berdasarkan garis lintang, ketinggian tempat, iklim, cahaya
matahari, kelembapan, suhu, dan kondisi tanah (Irnaningtyas, 2014)
2.2 Konsep pentingnya keanekaragaman hayati
Masyarakat dimanapun berada merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
berbagai organisme lain yang ada pada habitat tersebut dan membentuk suatu
sistem ekologi dengan ciri sating tergantung satu sama lain. Masyarakat secara
alamiah telah mengembangkan pengetahuan dan teknologi untuk memperoleh
kehidupan dari keragaman hayati yang ada di lingkungannya baik yang hidup
secara liar maupun budidaya. Misalnya masyarakat pemburu memanfaatkan
ribuan jenis hewan dan tumbuhan untuk makanan obat-obatan dan tempat
berteduh. Masyaraka petard, petemak dan nelayan mengembangkai pengetahuan
dan teknologi untu memanfaatkan keragaman hayati di dara sungai, danau dan
laut untuk memenuh berbagai kebutuhan hidup mulai dai makanan, pakaian,
perumahan sampai oba obatan. Masyarakat industri memanfaatkai keragaman
hayati untuk menghasilkai berbagai produk industri seperti teksti industri
makanan, kertas, obat-obatar pestisida, kosmetik. Uustrasi in menggambarkan
bagaimana keragaman haya sangat erat hubungannya dengan masyaraka tanpa
memandang tingkatan penguasaai teknologi, status sosial ekonomi maupui
budaya. Dengan demikian, keragaman haya1 adalah tulang punggung kehidupan,
baik dai segi ekologi, sosial, ekonomi maupun budaya. Indonesia adalah salah
satu pusa keragaman hayati terkaya didunia. Indonesia terdapat sekitar 25.000
spesies tumbuhan berbunga (10% dari tuxnbuhan berbunga dunia). Jumlah spesies
mamalia adalah 515 (12% dari jumlah mamalia dunia). Selain itu ada 600 spesies
reptilia; 1500 spesies burung dan 270 spesies amfibia. Diperkirakan 6.000 spesies
tumbuhan dan hewan digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Ada sekitar 7.000 spesiers ikan air tawar maupun laut
merupakan sumber protein utama bagi masyarakat Indonesia (Shiva, 1994)
Keanekargaman hayati Indonesia adalah sumber daya yang penting bagi
pembangunan nasional. Sifatnya yang mampu memperbaiki diri merupakan
keunggulan utama untuk dapat di manfaatkan secara berkelanjutan. Sejumlah
besar sektor perekonomian nasional tergantung secara langsung ataupun tak
langsung dengan keanekaragaman flora-fauna, ekosistem alami dan fungsi-fungsi
lingkungan yang dihasilkannya. Konservasi keanekaragaman hayati, dengan
demikian sangat penting dan menentukan bagi keberlanjutan sektor-sekrtor seperti
kehutunan, pertanian, dan perikanan, kesehatan, ilmu pengetahuan, industri dan
kepariwisataan, serta sektor-sektor lain yang terkait dengan sektor tersebut
Budaya Keanekaragaman hayati dapatdikembangkan sebagai tempat rekreasi atau
pariwisata,disamping untuk mempertahankan tradisi. Banyak spesies pohon di
Indonesia yang dipercaya sebagai pengusir roh jahat atau tempat tinggal roh jahat
seperti beringin dan bambu kuning (di Jawa). Upacara kematian di Toraja
menggunakan berbagai spesies tumbuhan yang dianggap mempunyai nilai magis
untuk ramuan memandikan mayat Misalnya limau, daun kelapa, pisang, dan
rempah-rempah lainnya. Pada upacara Ngaben di Bali digunakan 39 spesies
tumbuhan. Dari 39 spesies tersebut banyak tumbuhan yang tergolong sebagai
penghasil minyak atsiri dan bau harum seperti kenanga, melati, cempaka, pandan,
sirih, dan cendana. Jenis lain, yaitu dadap dan tebu hitam diperlukan untuk
menghanyutkan abu ke sungai. Masyarakat Indonesia ada yang mcnetap di
wilayah pegunungan, dataran rendah, maupun dekat dengan wilayah perairan.
Masyrakat tersebut telah terbiasa dan menyatu dengan keadaan lingkungan
sekitarnya. Kegiatan memanen hasil hutan maupun pertanian merupakan
kebiasaan yang khas bagi .masyarakat yang tinggal di pegunungan atau dataran
tinggi. Masyarakat tersebut yang hidup berdekatan dengan laut, sungai, dan hutan
memiliki aturan tertentu dalam upaya memanfaatkan tumbuhandan hewan.
Masyarakat memiliki kepercayaan tersendiri mengenai alam. Dengan adanya
aturan-aturan tersebut, keanekaragaman hayati akan terus terjaga kelestariannya
(Siboro,2019).
a) Manfaat Ekonomi Keanekaragaman Hayati
Jenis hewan (fauna) dan tumbuhan (flora) dapat diperbarui dan dimanfaatkan
secara berkelanjutan. Beberapa jenis kayu memiliki manfaat bagi kepentingan
masyarakay Indonesia maupun untuk kepentingan ekspor. Jenis kayu-kayu
tersebut antara lain adalah kayu ramin, gaharu, merariti, dan jati jika di ekspor
akan menghasilkan devisa bagi negara. Beberapa tumbuhan juga dapat dijadikan
sebagai sumber makanan yang mengandung karbohidrat, protein, vitamin serta
ada tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat-oabatan dan kosmetika.
Sumber daya yang berasal dari hewan dapat dimanfaatkan sebagai sumber
makanan dan untuk kegiatan industri. Dua pertiga wilayah Indonesia adalah
perairan yang dapat dijadikan sumber daya alam yang bernilai ekonomi. Laut,
sungai, dan tambak merupakan sumber-sumber perikanan yang berpotensi
ekonomi. Beberapa jenis diantaranya dikenal sebagai sumber bahan makanan
yang mengandung protein (Siboro,2019).
b) Manf aat Ekologi Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati merupakan komponen ekosistem yang sangat penting,
misatnya hutan hujan tropis. Hutan hujan tropis memiliki nilai ekologis atau nilai
lingkungan yang penting bagi bumi, antara lain: a. Merupakan paru-paru bumi
Kegiatan fotosintesis hutan hujan tropis dapat menurunkan kadar karbondioksida
(CO2) di atmosfer, yang berarti dapat mengurangi pencemaran udara dan dapat
mencegah efek rumah kaca. b. Dapat menjaga kestabilan ikJim global, yaitu
mempertahankan suhu dan ke lembaban udara. Selain berfungsi untuk
menunjuang kehidupan manusia, keanekaragaman hayati memiliki peranan dalam
mempertahankan keberlanjutan ekosistem. Masing-masing jenis organisme
memiliki peranan dalam ekosistemnya. Peranan ini tidak dapat digantikan oleh
jenis yang lain. Sebagai contoh, burung hantu dan ular di ekosistem sawah
merupakan pemakan tikus. Jika kedua pemangsa ini dilenyapkan oleh manusia,
rnaka tidak ada yang mengontrol populasi tikus. Akibatnya perkembangbiakan
tikus meningkat cepat dan di mana-mana terjadi hama tikus. Tumbuhan
merupakan penghasil zat organik dan oksigen, yang dibutuhkan oleh organisme
lain. Selain itu, tumbuh-tumbuhaj dapat membentuk humus, menyimpan aj tanah,
dan mencegah erosi. Keanekaragamai yang tinggi memperkokoh ekosiste
Fkosistem dengan keanekaragaman yarn rendah merupakan ekosistem yang tid
stabil. Bagi manusia, keanekaragaman y tinggi merupakan gudang sifat-sifat un
(plasma nutfah) untuk dimanfaatkan kemudian hari (Siboro,2019).
c) Manfaat Farmasi Keanekaragaman Hayati
Manusia telah lama menggunakan sumber daya hayati untuk kepentingan
medis.Sedikitnya ada 5.100 spesies tumbuhdigunakan masyarakat untuk ramuan
olahan cina. Sekitar 80% penduduk di Dunia ketiga;(lebih kurang 3 milyar)
tergantung padapengobatan tradisonal (Shiva, 1994). Selain pengobatan
tradisional,pengobatan moderenpun sangat tergantung pada keragaman hayati
terutama tumbuhan dan mikroba.Masyarakat Aborigin Australia misalnya,
menggunakan banyak sekafi tanaman lokal sebagai obat-obatan. Sebagian kecil
obat-obatan Aborigin telah dipergunakan secara luas sebagai obat-obatan di Barat,
seperti minyak eukaliptus untuk melegakan infeksi jalur pernafasan, akan tetapi
saat ini lebih banyak lagi yang sedang diteliti. Sumbei daya dari tanaman liar,
hewan dan mikroorganisme juga sangat penting dalam pencarian bahan-bahan
aktif bidang kesehatan. Banyak obat-obatan yang digunakan saat ini berasal dari
tanaman; beberapa antibiotik, berasal dari mikroorganisme, dan struktur kimia
baru ditemukan setiap saat (Siboro,2019).
d) Manfaat Industri KeanekaragamanHayati
Keanekaragaman hayati dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan (dapat
mendatangkan devisa untuk industri). Misalnya untuk bahan baku industri,
rempah-rempah, dan perkebunan. Bahan-bahan industri misalnya: kayu gaharu
dan cendana untuk industri kosmetik, kayu jati dan rotan untuk meubel, teh dan
kopi untuk industri minuman, gandum dan kedelai untuk industri makanan, dan
ubi kayu untuk menghasilkan alcohol. Rempah-rempah, misalnya lada, vanili,
cabai, bumbu dapur. Perkebunan misalnya: kelapa sawit dan karet (Siboro,2019).
e) Manfaat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Kekayaan aneka flora dan fauna sudah sejak lama dimanfaatkan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan. Hingga saat ini masih banyak jenis hewan dan
tumbuhan yang belum dipelajari dan belum diketahui manfaatnya. Dengan
demikian keadaan ini masih dapat dimanfaatkan sebagai sarana pengembangan
pengetahuan dan penelitian bagi berbagai bidang pengetahuan. Misalnya
penelitian mengenai sumber makanan dan obat-obatan yang berasal dari
tumbuhan. Keanekaragaman hayati merupakan lahan penelitian dan
pengembangan ilmu yang sangat berguna untuk kehidupan manusia. Masih
banyak yang bisa dipelajari tentang bagaimana memanfaatkan sumber daya hayati
secara lebih baik, bagaimana menjaga dasar genetik dari sumber daya hayati yang
terpakai, dan bagaimana untuk merehabilitasi ekosistem yang terdegradasi.
Daerah alami menyediakan laboratorium yang baik sekali untuk studi seperti ini,
sebagai perbandingan terhadap daerah lain dengan penggunaan sistem yang
berbeda, dan untuk penelitian yang berharga mengenai ekologi dan evolusi.
Habitat yang tidak dialih fungsikan seringkali penting untuk beberapa pendekatan
tertentu, menyediakan kontrol yang diakibatkan oleh perubahan mengenai sistem
pelelolaan yang berbeda dapat diukur dan dilakukan (Siboro,2019).
2.3 Penyebab kelangkaan dan kepunahan
Menurut Masyud dan Ginoga, 2016 berikut ini adalah faktor-faktor penyebab
kelangkaan dan kepunahan spesies:
1. Pertumbuhan jumlah penduduk dan pola konsumsi yang tidak
memperhatikan atau mengabaikan kelestarian makhluk hidup
2. Penyempitan spektrum perdagangan produk kehutanan, pertanian,
perkebunan, dan perikanan
3. Kepemilikan, manajemen, dan alur pemanfaatan yang tidak seimbang
4. Pengetahuan dan penerapan yang kurang mengenai ekosistem alam dan
komponen-komponen yang ada di dalamnya
5. Gagal mengelola lingkungan dan sumber daya alam, baik secara ekonomi
dan kebijakan
6. Sistem hukum dan kelembagaan memberikan celah untuk eksploitasi
sumber daya biologi secara besar-besaran
7. Persepsi keliru dalam mewujudkan keinginan untuk menghasilkan sesuatu
secara cepat dan berakibat kegagalan dalam jangka panjang, serta etika
konservasi masyarakat yang tidak berkembang
8. Sikap antroposentrisme sehingga menyebabkan rendahnya penghargaan
terhadap sumber daya yang tidak atau belum dapat dimanfaatkan oleh
manusia
9. Kurangnya penghargaan terhadap aktivitas konservasi dalam perubahan
dari pola pertanian sederhana ke pertanian modern atau industrialisasi
pertanian
2.4 Kerentanan terhadap kepunahan
Kerentanan kepunahan spesies dapat diakibatkan oleh sebab-sebab berikut :
1) spesies dengan sebaran geografis yang sempit Artinya spesies tersebut hanya
dapat hidup dan berkembangbiak di daerah khusus diakibatkan sumber
makanannya tidak terdapat di daerah lain dan keadaan geografisnya berbeda
dengan daerah lain Contohnya adalah koala yang memakan daun dari pohon
eucalyptus yang hanya terdapat di daratan australia.
2) spesies yang hanya terdiri atas satu atau beberapa spesies Spesies yang
memiliki anggota yang sedikit, dapat diakibatkan oleh berkurangnya sumber
makanan atau bertambahnya pemangsa.
3) spesies yang anggota populasinya sedikit Populasi spesies sedikit karena
berkurangnya sumber makanan, penyakit, keberadaan pemangsa dan lamanya
waktu berkembangbiak.
4) spesies yang ukuran populasinya menurun Hal yang menyebabkan populasi
spesies menurun diantaranya adalah karena perburuan, penyakit dan lamanya
kemampuan spesies tersebut untuk berkembangbiak. Contohnya adalah gajah.
Gajah diburu untuk diambil gadingnya. Jika kegiatan ini terus dilakukan, lama
kelamaan populasi gajah akan menurun, selain disebabkan kemampuan
berkembangbiak gajah yang lama (hitungan bulan).
5) spesies dengan kepadatan populasi rendah Apabila jumlah individu dalam satu
populasi perluas wilayah berjumlah sedikit.
6) spesies yang memerlukan daerah jelajah yang luas Kelompok burung yang
bermigrasi karena berkurangnya sumber makanan di habitat lama.
7) spesies hewan dengan ukuran tubuh besar Gajah, badak dan Kuda nil makin
mudah diburu oleh hewan lain semisal harimau ataupun oleh manusia karena
tidak lincah dalam berlari. Dan akan semakin mudah diburu oleh manusia
dengan cara ditembak.spesies dengan tubuh yang besar secara otomatis juga
memerlukan habitat yang luas. Akan menjadi masalah bila habitat yang
dihuninya berkurang karena ulah manusia. Contohnya adalah beruang grizzly
(Ursus arctos) di Yellowstone National Park. Beruang grizzly memerlukan
habitat yang terpencil dan sangat luas.
8) spesies dengan kemampuan menyebar yang lemah Spesies tertentu dengan
tempat hidup yang khusus. Selain bila berada di tempat lain kelangsungan
spesiesnya terancam akibat banyaknya predator. Contohnya adalah pada kasus
Bull trout (Salvelinus confluentus) ikan air tawar asli barat laut Amerika Utara
yang hanya menempati daerah anak sungai dan danau di sekitar pegunungan
tinggi.
9) spesies yang bermigrasi musiman migrasi adalah perpindahan habitat karena
dihabitat sebelumnya sudah tidak tersedia lagi sumber makanan atau adanya
pemangsa. Migrasi dilakukan berkelompok. Kelompok Burung-burung
bermigrasi ke daerah yang jauh. Dalam perjalanan migrasinya itu adanya yang
kelelahan atau bahkan mati.
10) spesies dengan variasi genetik yang rendah Spesies dengan genetik
homozigot. Sejumlah spesies tumbuhan, seperti Lousewort pedicularis dan
beberapa rumput - rumputan memiliki keragaman sifat genetik yang rendah.
11) spesies yang memerlukan habitat khusus Lumut memiliki habitat khusus di
daerah lembab.
12) spesies yang hanya dijumpai pada lingkungan utuh dan stabil Gurun. Gurun
memiliki karakteristik lingkungan yang terlalu panas pada siang hari dan
terlalu dingin pada malam hari, berpasir dan tandus. Hanya spesies tertentu
seperti kurma, unta, kadal dan cheetah yang dapat hidup di daerah gurun
seperti ini.
13) spesies yang membentuk kelompok Spesies yang membentuk kelompok akan
semakin memudahkan pemangsa untuk memburunya. Apabila ada
sekelompok rusa, kemudian harimau melihat mereka, maka dengan ligat
harimau tersebut berlari ke kerumunan itu dan dengan mudah memilih
magsanya.
14) spesies yang telah terisolasi dan belum pernah kontak dengan manusia Ikan
piranha yang hidup di daerah pedalaman sungai afrika. Hidup terisolasi dari
manusia. Memenuhi sumber makanannya hanya di daerah itu. Bila sumber
makanan habis, piranha akan punah.
15) spesies yang diburu atau dipanen oleh manusia Dari hewan, contohnya adalah
gajah. Gajah diburu oleh manusia untuk diambil gadingnya, khususnya adalah
gajah yang berumur tua yang gadingnya makin keras dan dapat dijual dengan
harga tinggi. Gading gajah diburu untuk dibuat barang kerajinan seni. Contoh
lain yang tak beda nasibnya adalah terumbu karang, yang telah lama
dieksploitasi oleh manusia untuk kepentingan barang berdaya jual seni pula.
16) spesies yang berkerabat dekat dengan spesies yang telah punah atau terancam
punah Harimau dan singa sama-sama merupakan karnivora. Keduanya
memakan daging atau hewan lain. Kita ambil contoh, harimau punah karena
sumber makanannya berkurang. Hal ini dapat menyebabkan singa terancam
punah karena singa juga memakan daging, sama dengan harimau. Contoh lain
adalah dua spesies ikan yang berkerabat dekat dn dulu terisolasi yang daerah
tinggalnya sekarang saling tumpang tindih. Bull trout (Salvelinus confluentus)
dan kerabat dekatnya brook trout (Salvelinus fontinalis). Dulu, brook trout
hanya ditemukan di anak sungai dan danau pada bagian timur laut di Amerika
Utara. Brook trout sekarang sangat luas memasuki diseluruh wilayah
pegunungan barat. Brook trout dapat mengalahkan bull trout daam kompetisi
dan menyebabkan ancaman serius bagi bull trout di banyak daerah. Banyak
populasi brook trout telah secara serius berkurang dalam wilayah tingkat asli
spesies ini.
2.5 Ancaman terhadap keanekaragaman hayati
Berbagai ancaman terhadap keanekaragaman hayati bersumber dari manusia.
Secara sistematis ada 5 penyebab utama ancaman terhadap kelestarian
keanekaragam hayati (Diamond 1989):

 Perusakan dan pemusnahan habitat alam,misalnya lewat pembalakan lahan


buat transmigrasi, lokasi fasilitas ekonomi, sosial dan pendidikan,
pembuatan jalan dan sebagainya;
 Pemanfaatan berlebihan dan tidak terkendali, misalnya penjualan burung,
buaya, ikan;
 Pencemaran;
 Pemasukan spesies asing. Hal ini belum banyak terjadi di Papua, namun
keberadaan enceng gondok, keong emas, dan gastor, dan jenis-jenis ikan
asing lainnya di perairan di Papua sudah perlu diawasi;  dan
 Pemusnahan sekunder, misalnya tumbuhan/binatang yang punah secara
tidak langsung karena habitat atau inangnya hilang.
Secara geografis, kepunahan dapat terjadi di tingkat yang sangat lokal, yaitu
satu atau dua populasi di suatu tempat mengalami kepunahan tetapi masih dapat
ditemui di tempat lain. Kepunahan global terjadi apabila seluruh populasi di
sebaran alami spesies telah punah.Selain itu, kepunahan juga dapat terjadi hanya
di habitat alamnya (punah di alam). Kepunahan ekologis dapat terjadi ketika suatu
spesies hanya tinggal di dalam populasi yang sangat kecil yang secara ekologis
sudah tidak dapat bertahan hidup dalam jangka panjang (tidak viable).
Secara umum penyebab kepunahan spesies dapat dialamatkan kepada dua hal
yaitu:
 Kerusakan habitat yang diakibatkan oleh konversi habitat alami serta
pemanfaatan sumberdaya alam dengan cara yang merusak
 Pemanfaatan spesies yang tidak berkelanjutan seperti perburuan dan
perdagangan ilegal, termasuk tidak ada atau tidak efektifnya regulasi,
pemanfaatan yang tidak terpantau serta masuk dan berkembangnya
spesiesspesies yang bersifat invasif (Samedi, 2015).
Kepunahan dapat terjadi secara alami, misalnya karena perubahan iklim yang
ekstrim yang pernah terjadi pada masa geologi jutaan tahun yang lalu. Kepunahan
secara alami juga dapat disebabkan oleh epidemi penyakit, asteroid atau spesies
invasif.
2.6 Kategori kepunahan
Dalam pedoman perencanaan kawasan konservasi, IUCN memberikan arahan
bahwa kawasan konservasi telah menjadi tonggak bagi interaksi antara manusia
dan alamnya.42 Menurut IUCN, sekarang kawasan konservasi menjadi satu-
satunya harapan yang kita punya untuk mencegah terjadinya kepunahan spesies
endemik atau spesies terancam punah (Samedi, 2015).
Dalam skala global, IUCN memberikan pedoman klasifikasi kawasan
konservasi sesuai dengan tujuan pengelolaannya ke dalam enam (6) kategori:
1) Kategori Ia: strict nature reserve
2) Kategori Ib: wilderness area
3) Kategori II: national park
4) Kategori III: natural monument
5) Kategori IV: habitat/species management area
6) Kategori V: protected landscape/seascape
7) Kategori VI: protected area with sustainable use of resources
Tidak seluruh negara harus mengadopsi keenam kategori kawasan konservasi
IUCN tersebut. Pelaksanaaan kategorisasi kawasan konservasi di Indonesia
dituangkan di dalam undang-undang konservasi (Samedi, 2015).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keanekaragaman hayati atau biodiversity adalah berbagai variasi yang ada di
antara makhluk hidup dan lingkungannya. Keanekaragaman makhluk hidup
tampak pada perbedaan ciri atau sifat yang dimiliki oleh setiap organisme,
misalnya bentuk, ukuran, struktur, warna, fungsi organ dan
habitatnyaKeanekaragaman hayati atau biodiversitas adalah variasi orgenisme
hidup pada tiga tingkatan, yaitu tingkat gen, spesies, dan
ekosistemKeanekaragaman hayati merupakan sebuah kunci dalam pengertian
biologi konservasi..
3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini penyusun menyadari masih banyak kekurangan
, penyusun berharap bagi pembaca untuk saran dan kritiknya guna untuk
menyempurnakan makalah ini dan dapat mengkaji lebih dalam lagi tentang
Kelangkaan dan kepunahan SDA
DAFTAR PUSTAKA

Amberber dkk, 2014. International Journal of Biodiversity and Conservation. The role of
homegardens for in situ conservation of plant biodiversity in Holeta Town, Oromia
National Regional State, Ethiopia. Vol. 6(1). DOI: 10.5897/IJBC2013.0583.

Campbell. 2012. Buku Ajar Biologi. Jakarta : Penerbit Erlangga

Laelawati, S. 2008. Keanekaragaman Hayati. Jakarta Timur: Nobel Edumedia

Siboro. 2019. Jurnal Ilmiah Simantek. Manfaat Keanekaragaman Hayati Terhadap


Lingkungan. Vol. 3 No. 1. ISSN. 2550-0414

Syamsu , Hadi, Razab. 2020. Bionatural. Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Dengan


Pendekatan Berbasis Saintifik Pada Materi Keanekaragaman Hayati. Vol.7 . No 1.
ISSN 2579-4655.

Samedi. 2015. Jurnal Hukum Lingkungan. Konservasi KeaneKaragaman Hayati di indonesia:


reKomendasi PerbaiKan Undang-Undang Konservasi.VOL. 1. No. 2. ISSN: 2355-
1350

Tilman. 2000. Nature . Causes, consequences and ethics of biodiversity. VOL 405.

Anda mungkin juga menyukai