Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ANCAMAN TERHADAP KEANEKARAGAMAN HAYATI

DISUSUN OLEH :

YUDA AGUSTIN
12180214503

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha penyayang, penulis panjatkan puja
dan puji syukur Kehadirat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
lancar dan sukses.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat-nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
Makalah ini.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini dapat menjadi makalah
yang baik. Kemudian apabila banyak terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, penulis
mohon maaf sebesar-besarnya.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................i


DAFTAR ISI .....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................1
1.3 Tujuan..................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................2
2.1 Pengertian Keanekaragaman Hayati.....................................................................2
2.2 Ancaman Terhadap Keanekaragaman Hayati......................................................2
2.3 Penyebab Masalah Keanekaragaman Hayati........................................................7
2.4 Upaya Pelestarian Keanekaragaman Hayati.........................................................7
BAB III PENUTUP ..........................................................................................................11
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keanekaragaman hayati (biological diversity atau biodiversity) merupakan istilah
yang digunakan untuk menerangkan keragaman ekosistem dan berbagai bentuk
variabilitas hewan, tumbuhan, serta jasad renik di alam. Dengan demikian
keanekaragamn hayati mencakup keragaman ekosistem (habitat), jenis (spesies) dan
genetik (varietas/ras). Sementara Pasal 2, Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati
(Convention on Biological Diversity, CBD) mendefinisikan bahwa keanekaragaman
hayati sebgai variasi yang terdapat diantara makhluk hidup dari semua sumber termasuk
diantaranya ekosistem daratan, lautan, dan ekosistem perairan lain, serta kompleks
ekologis yang merupakan bagian dari keanekaragamannya (Dahuri, 2003).
Menurut Loveless (1989), keanekaragaman tumbuhan sudah dikenal manusia sejak
berada di bumi dan sampai saat ini kajian tentang keanekaragaman tumbuhan masih terus
dipelajari dan dikembangkan. Sehubungan dengan ini, tumbuhan paku yang banyak
manfaatnya bagi manusia dan belum banyak dikenal oleh masyarakat sehingga
merupakan salah satu potensi yang patut untuk digali dan dikembangkan demi kemajuan
ilmu pengetahuan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Keanekaragaman Hayati?
2. Apa saja Ancaman Terhadap Keanekaragaman Hayati?
3. Apa Penyebab Masalah Keanekaragaman Hayati?
4. Bagaimana Upaya Pelestarian Keanekaragaman Hayati?
1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui yang dimaksud dengan keanekaragaman hayati.
2. Dapat mengetahui ancaman terhadap keanekaragaman hayati.
3. Dapat mengetahui penyebab masalah keanekaragaman hayati.
4. Dapat mengetahui upaya pelestarian keanekaragaman hayati.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keanekaragaman Hayati


Arti keanekaragaman hayati sangatlah luas. Namun secara sederhana, keanekaragaman
hayati adalah tingkat variasi dalam kehidupan yang ada di bumi. Pengertian tersebut
mempunyai makna sama dengan definisi keanekaragaman hayati oleh Encyclopaedia
Britannica (2015), yaitu variasi kehidupan yang ditemukan di suatu tempat di bumi.
Hal tersebut mencakup kehidupan tumbuhan, hewan, mikroorganisme, hingga genetika.
Didalamnya juga terdapat proses ekologi dan ekosistem yang membentuk suatu lingkungan
hidup.
Istilah lain dari keanekaragaman hayati adalah biodiversitas. Dimana menjadi sebuah
gambaran keragaman makhluk hidup akibat adanya perbedaan warna, ukuran, bentuk,
jumlah, tekstur dan sifat masing-masing.Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Raymond
F. Dasmann, seorang ilmuwan satwa liar. Kemudian, istilah ini banyak digunakan hingga saat
ini.
Selain definisi tersebut, ada pula pendapat lain oleh Medrizam dkk, (2004) dalam Abidin
et al., (2020) yang menyebut keanekaragaman hayati sebagai istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keanekaan bentuk kehidupan di bumi, interaksi di antara berbagai makhluk
hidup serta antara mereka dengan lingkungannya.
Sedangkan menuruit Widjaja et al., (2014) keanekaragaman hayati diterjemahkan sebagai
semua makhluk yang hidup di bumi, termasuk semua jenis tumbuhan, binatang, dan mikroba.
Klasifikasi keanekaragaman hayati dilakukan untuk mengenali makhluk hidup. Sedangkan
ilmu yang mempelajarinya disebut taksonomi.
Pengelompokkan keanekaragaman hayati dilakukan melalui berbagai proses yang
kompleks. Mulai dari melihat kesamaan, kekerabatan, hingga hal-hal lain dari suatu spesies.
Kemudian, dilanjutkan dengan penamaan makhluk hidup dengan menggunakan bahasa latin
dan dengan kategori yang spesifik.
2.2 Ancaman Terhadap Keanekaragaman Hayati
Adanya arus globalisasi dan efisiensi pekerjaan menuntut suatu keseragaman menjadi
yang utama di era modern saat ini. Hal itu mengakibatkan adanya krisis keragaman di
berbagai bidang. Terlebih saat ini, keragaman justru dianggap sebagai hal primitif,  dan
keseragaman adalah hal utama yang efisien dan modern. Apa yang terjadi tersebut juga
berdampak dan terjadi pada keanekaragaman hayati di Indonesia.

2
Keanekaragaman hayati terus menerus mengalami kemunduran dan kemerosotan.
Keberadaan Hutan tropis sebagai salah satu gudang keanekaragaman hayati (Flora dan
Fauna) diduga telah menyusut lebih dari setengahnya, bahkan lahan pertanian yang ada juga
telah mengalami degradasi, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
Upaya dalam mengatasi berbagai ancaman pada keanekaragaman hayati telah dilakukan
di Indonesia, diantaranya yaitu secara praktis mendorong proses suksesi ekologis sebagai
bentuk perwujud-an kondisi lingkungan yang heterogen sehingga dapat memberikan
kesempatan banyak spesies untuk dapat terus berkembang secara alami. Upaya pelestarian
tersebut diantaranya dengan membentuk daerah cagar alam, konservasi SDA, dan melakukan
sosialisasi tentang peranan dan fungsi keanekaragaman hayati untuk kelangsungan hidup
manusia.
Keanekaragaman hayati saat ini kian mengalami berbagai erosi (penyusutan). Perusakan
habitat secara menyeluruh telah mengganggu ekosistem yang ada, sehingga cukup
mengancam berbagai spesies. Eksploitasi berlebihan pada spesies flora dan fauna akan
menimbulkan kelangkaan serta kepunahan suatu spesies. Selain itu, adanya penyeragaman
varietas tanaman dan ras hewan budidaya yang telah dilakukan ternyata menimbulkan erosi
genetik, sehingga dampak yang dirasakan juga terjadi pada krisis keanekaragaman hayati. 
Parahnya ancaman saat ini adalah pada pemanfaatan keanekaragaman hayati yang secara
ekonomi masih terlalu berorientasi pada keuntungan besar tanpa memperhatikan adanya
dampak parah terhadap kerusakan lingkungan.
Masalah utama dalam keanekaragaman hayati (biodiversitas) adalah turunnya
keanekaragaman hayati dikarenakan faktor pencemaran lingkungan hidup hayati (meliputi:
air, tanah, udara, hutan dan laut). 
Secara umum, terjadinya kerusakan suatu ekosistem ini disebabkan oleh beberapa faktor,
seperti kerusakan habitat, pembudidayaan spesies sejenis, polusi zat-zat berbahaya, perburuan
liar, erosi, dan usaha pencagaran yang tidak terencana serta berjalan lancar.
Terlepas dari hal di atas, sebenarnya yang menjadi dasar dari permasalahan utama berupa
perusakan ekosistem ini adalah perubahan fungsi suatu ekosistem menjadi fungsi yang lain.
Hal-hal yang menyebabkannya tersebut yaitu penggundulan hutan, pembuatan bangunan, dan
pembangunan bendungan.
Menurut laporan World Wildlife Fund (WWF) yang berjudul Living Planet Report 2020,
ancaman terhadap lingkungan di dunia semakin serius. Hal ini tercermin dari jejak ekologis
(ecological footprint), sebuah tolak ukur dampak dari kehidupan manusia terhadap alam,
yang terus mengalami peningkatan.

3
1. Perusakan Habitat
Penyebab utama hilangnya SDA bukanlah dari Perubahan Iklim, Masuknya
Spesies asing (eksotik) dan eksploitasi manusia secara langsung, melainkan kerusakan
habitat sebagai akibat yang tak dapat dihindari dari bertambahnya populasi penduduk
dan kegiatan Manusia. Seperti halnya kasus local dusun Pengekahan di daerah
Lampung Barat, perubahan tata guna lahan akan terus menjadi factor utama yang
mempengaruhi SDA. Ancaman genting terhadap habitat utama yang memiliki
pengaruh besar keberadaan Spesies adalah pertanian (38%), Pembangunan Komersial
(35%), Proyek Air (30%), reaksi alam terbuka (27%), Pengembalaan Ternak (22%),
Polusi (20%), Infrastruktur dan jalan (17%), Gangguan kebakaran alami (13%), dan
penebanganan pohon (12%). (Stein dkk. 2000)
2. Fragmentasi Habitat
Fragmentasi Habitat adalah peristiwa yang menyebabkan habitat yang luas
dan utuh menjadi berkurang serta terbagi-bagi. Antara satu fragment/ perca dengan
lainnya seringkali terjadi isolasi oleh bentang alam yang terdegradasi atau telah
berubah. pada bentang alam daerah tepinya mengalami serangkaian perubahan
kondisi yang dikenal dengan istilah efek tepi. Hal ini seperti ini Kerapkali terjadi
daerah Konsesi pengelolaan Wildlife yang sengaja membuat lintang jalan ataupun
untuk menciptakan habitat tepi yang terfragmentasi.
Tujuannya untuk menciptakan habitat tepi yang terbuka hingga banyak
muncul tumbuhan baru yang disukai Spesies Herbivora pada dasarnya.
Efek tepi sebagaimana dijelaskan diatas, dapat menambah daerah tepi secara
drastic. Lingkungan mikro daerah tepi berbeda dengan lingkungan mikro tengah,
beberapa efek dari fragmentasi areal yang harus diperhitungkan lebih dalam adalah
dampaknya terhadap spesies pendukung ekosistem, seperti ; Naik turunnya intensitas
cahaya, suhu, kelembaban, dan kecepatan angin (Laurance 2000). Efek tepi masih
dapat dideteksi  sejauh min 250m kedalam hutan. Oleh karena Spesies tumbuhan
(khususnya) dan hewan biasanya teradaptasi oleh suhu, kelembaban dan intensitas
cahaya tertentu saja, perubahan tersebut dapat memusnahkan banyak spesies mikro
sampai dengan makro.
Ketika area sudah ter fragmentasi atau tersub-populasi, masing-masing dengan
daerah yang terbatas , hal ini juga dapat mempercepat proses pemunahan. Populasi
yang kecil sangat rentan dengan perkawinan silang dalam atau perkawinan
sedarah (inbreeding), penurunan genetic (genetic drift) dan masalah yang terkait

4
dalam low population. Dan yang terburuk dari fragmentasi habitat adalah tepi efek
dapat menciptakan evolusi tanaman atau pun microba pengganggu spesies yang
akhirnya mendominasi habitat dan serangan spesies asing.
3. Perubahan Iklim Global
Secara alami karbondiosida (CO²), gas metana (CH4), dan gas – gas lainnya
dalam jumlah kecil di atmosfer dapat meneruskan cahaya matahari sehingga
menghangatksn permukaan bumi. Uap air dan gas – gas tersebut dalam bentuk awan,
menahan pantulan energi panas dari permukaan bumi. Pengeluaran panas dari bumi
keangkasa menjadi diperlambat. Gas ini disebut gas rumah kaca karena fungsinya
yang sama dengan rumah kaca. Dampak yang sama terjadi dengan di bumi jika rumah
kaca bertambah drastic bisa menimbulkan Dampak negative terhadap daratan serapan
panas surya yang berlebihan dan memacu panas perut bumi bergejolak takterkendali
sehingga dapat menciptakan bencana alam seperti gempa tektonik, desertifikasi lahan,
pencairan gunung es yang akhirnya menambah debit air di bumi secara drastic,
perubahan dataran akibat tekanan panas dari permukaan dan dasar bumi. 
Sedangkan dampak pada lingkungan laut, penyempitan daratan yang tertutup
es dikutub utara dan antartica, proses ini akan terus bertambah dengan cepat dan akan
menambah ketinggian permukaan laut setinggi   9-88cm sehingga dapat membanjiri
komunitas pesisir ang posisinya lebih rendah atau low lying islands (sumber data :
http//www.ipcc-wg2.org/). 
Hasil penelitian Fred Pearce (2002), disimpulkan bahwa 10% es yang
menyelimuti bumi telah mencair sejak tahun 1960, sementara ketebalan es dikutub
utara telah mengalami pencairan es salju sebanyak 42% dalam 40 tahun terakhir.
Peningkatan debit air dilaut dan perubahan suhunya dapat menjadi ancaman bagi
terumbu karang dan ganggang yang hidup simbiotik. Dan ini masih terus berlangsung
sampai dengan sekarang. Di India kematian massal trumbu sudah mencapai 70%, di
Indonesia sudah mengalami proses pemutihan karang sebesar 30%, dikepulauan
seribu sudah mencapai 90 – 95 % trumbu karang hingga kedalaman 25m mengalami
kematian, hal ini dapat mendorong biota – biota laut akan bermigrasi.
Dampak luas pemanasan global, perubahan iklim dapat merubah komunitas
biologi secara radikal dan menekan angka populasi dari spesies. Yang akhirnya
kawasan yang dilindungipun tidak dapat menyandang atau menyelamatkan spesies
critically endangered.  Salah satu solusi dari habitat spesies adalah dibentuknya
kawasan perlindungan yang cocok dan baru, rute – rute migrasi yang potensial seperti

5
lembah dan sungai di utara dan selatan, sangat perlu diidentifikasi lebih dini dan
dilindungi. Solusi kedua adalah penangkaran spesies dengan membuat habitat imitasi
dengan mencontoh habitat asli spesies tersebut.
4. Pemanfaatan Spesies secara berlebihan
Ekploitasi berlebihan yang dilakukan oleh manusia diduga telah mengancam
1/3 mamalia dan burung yang genting dan rentan kepunahan. Untuk bertahan hidup
manusia selalu berburu daging hewan liar “Bushmeat” dan memanen makanan serta
sumber daya alam hayati, ironisnya manusia saat ini sudah banyak yang mulai
meninggalkan culture lama yang sangat bersahabat terhadap habitatnya (landscape
kecil kampung) seperti tidak memburu anak satwa dan berburu betina pada musim –
musim tertentu, melestarikan dan memanfaatkan sumber daya alam hayati agar dapat
dipanen secara berkala dan turun temurun.
Hal ini masih dilakukan oleh masyarakat sebagian kecil suku dayak di pulau
Kalimantan yang dipercayai (Religi kaharingan) mereka, alam adalah element yang
dapat menghidupkan manusia, karena itu manusia tidak berhak menyeleksi alam
sebab alamlah yang akan menyeleksi manusia. Bagaimanapun, mengingat culture
yang ada telah memasukan bushmeat sebagai makanan tradisional maka dalam
beberapa hal perlu dilakukan upaya rekonsiliasi antara konservasi dan culture agar
perubahan prilaku dan pola Konsumsi dapat terjadi secara partisipatif dan tidak
menimbulkan keresahan setempat (Indrawan, 1999).
Perdagangan mahluk liar yang legal dan illegal mempunyai andil atas
menurunya populasi banyak spesies. Perdagangan mahluk hidup liar di seluruh dunia
bernilai lebih dari US$ 10 Miliar per tahun, tidak termasuk ikan yang dapat
dikonsumsi. Masalah pemanfaatan komersial pemerintah dan industri sering
menyatakan bahwa dengan menerapkan prinsip – pirinsip pengelolaan ilmiah modern
yang lebih dikenal dengan MSY (Maximum Sustanible Yield) pemanfaatan
berlebihan spesies liar dapat dicegah. Nyatanya, panen lestari jarang sekali dapat
dicapai. Diperlukan upaya – upaya konservasi yang sangat besar dalam pemulihan
populasi spesies. Melalui penegakan hukum Nasional dan Internasional
termasuk CITES(Convention on International Trade in Endangered Spesies) maka
populasi dan spesies mungkin akan kembali seperti semula. Contoh ; Burung Curik
Bali (Leucopsar Rothscildii) merupakan burung paling lanka didunia, Spesies ini
termasuk dalam katagori “kritis” oleh IUCN dan Birdlife International (Birdlife
International 2001)

6
5. Invasif
Spesies Eksotik adalah spesies yang terdapat diluar dari distribusi alaminya.
Biasanya spesies eksotik sulit untuk bertahan didaerah alam yang diintroduksinya
dikarenakan oleh factor alam dan sebaran pendukung, tetapi populasinya akan dapat
melonjak drastic apabila spesies tersebut dapat beradaptasi dihabitat baru tersebut.
Hal ini dapat menimbulkan ancaman untuk spesies endemic disekitarnya. Invasi
spesies asing terjadi berdasarkan beberapa factor, yang berasal dari evolusi spesies
baru dampak dari Fragmentasi habitat atau pun sengaja dibawa oleh manusia.
Laporan ini juga menyebutkan bahwa dunia telah kehilangan lebih dari dua per tiga
populasi satwa liar dalam waktu kurang dari 50 tahun (1970-2016). WWF memperingatkan
bahwa manusia merusak alam pada tingkat yang tidak pernah terjadi sebelumnya.
2.3 Penyebab Masalah Keanekaragaman Hayati
Faktor-faktor berikut ini adalah penyebab masalah keanekaragaman hayati yang dapat
dibagi menjadi dua jenis faktor, yaitu faktor yang terjadi secara alami (sebab alam) dan faktor
yang terjadi sebab dari kegiatan manusia (antropogenik).
1. Faktor Alami
Faktor-faktor alami ini berkaitan dengan masalah perilaku adaptasi suatu
spesies atau organisme. Apabila dapat beradaptasi dengan baik terhadap suatu kondisi
yang baru, maka organisme tersebut akan bertahan hidup. Namun, apabila spesies itu
tidak dapat beradaptasi secara baik, maka organisme atau spesies tersebut tidak akan
dapat bertahan hidup.
2. Faktor antropogenik
Faktor antropogenik merupakan faktor yang cenderung paling mengakibatkan
kerusakan pada lingkungan. Hal tersebut terjadi sebab faktor ini mencakup kegiatan
dan hal seperti pertambahan jumlah penduduk, kurangnya pemahaman dan kesadaran
diri sendiri dan kelompok akan kepedulian untuk senantiasa menjaga keanekaragaman
hayati. Selain itu, karena pesatnya pembangunan dan dibarengi penegakan hukum
yang lemah membuat keanekaragaman hayati yang ada dapat di eksplor secara liar.
2.4 Upaya Pelestarian Keanekaragaman Hayati
Keberadaan keanekaragaman hayati di Indonesia tidak akan selalu tetap keadaan dan
kondisinya, baik dari segi jumlah dan segi jenisnya. Hal ini terjadi disebabkan oleh berbagai
bentuk faktor, seperti perburuan, kerusakan ekosistem, serta pemanfaatan yang berlebihan.
Adanya pemanfaatan keanekaragaman hayati dalam berbagai keperluan secara berlebihan ini
ditandai dengan semakin sedikit dan langkanya beberapa spesies flora dan fauna. Hal ini

7
tentu disebabkan rusaknya tempat tinggal (habitat atau ekosistem) yang ditempati oleh flora
dan fauna tersebut.
Menurut Arthur (2015), berikut ini merupakan upaya yang dapat ditempuh dalam rangka
melestarikan keanekaragaman hayati di Indonesia:
1. Perlindungan alam
Perlindungan alam dapat digolongkan menjadi dua, yaitu perlindungan alam
secara umum dan perlindungan alam secara khusus.
a. Perlindungan alam secara umum
Perlindungan alam secara umum memiliki arti berupa melindungi
semua komponen alam secara keseluruhan yang mencakup hal berupa
kesatuan flora dan fauna, serta tanahnya. Perlindungan alam secara umum
juga dapat dibedakan menjadi tiga macam, diantaranya:
1) Perlindungan alam ketat merupakan perlindungan alam yang tidak
memperbolehkan adanya campur tangan manusia dalam usaha
perlindungannya. Umumnya daerah alam ini digunakan dalam
kepentingan ilmiah, seperti pada Taman Nasional Ujung Kulon.
2) Perlindungan alam terbimbing yaitu daerah perlindungan alam
yang keberadaannya di bawah bimbingan para ahli, seperti kebun
raya dan taman nasional
3) Taman nasional, merupakan kawasan atau daerah pelestarian alam
yang memiliki karakteristik ekosistem asli, yang dikelola dengan
sistem zonasi guna dimanfaatkan sebagai tujuan ilmu pengetahuan,
pendidikan, penelitian, menunjang budidaya dan pariwisata, serta
rekreasi.
b. Perlindungan alam secara khusus
Perlindungan alam secara khusus memiliki arti melindungi unsur alam
tertentu. Misalnya, perlindungan botani dalam rangka melindungi
tumbuhan tertentu; perlindungan zoologi sebagai langkah melindungi
hewan tertentu; perlindungan geologi sebagai bentuk melindungi formasi
geologi tertentu; dan perlindungan antropologi guna melindungi suku
bangsa tertentu; serta perlindungan suaka margasatwa guna melindungi
keberadaan dari hewan tertentu.
2. Pengawetan hutan

8
Hutan yang terpelihara dan terjaga dengan baik dapat memberikan manfaat
berupa memperkaya hidup manusia baik secara material ataupun spiritual sehingga
manusia harusnya senantiasa berusaha untuk memelihara semaksimal mungkin
keberadaan dari keanekaragam hayati tersebut. Adapun tujuan dari pengawetan hutan
ini salah satunya adalah mencegah tindakan manusia yang dapat merusak dan
menghilangkan keberadaan macam flora dan fauna endemik.
Adapun tindakan yang dapat dilakukan dalam bentuk upaya pengawetan hutan
diantaranya sebagai berikut.
a. Tidak melakukan penebangan pohon di hutan secara liar dan semena-
mena, tetapi melakukannya dengan sistem tebang pilih yang teratur.
b. Mengusahakan agar penebangan pohon yang dilakukan diimbangi dengan
kegiatan penanaman kembali
c. Mengadakan kegiatan peremajaan hutan dan reboisasi, yakni menanami
kembali bekas hutan yang telah rusak sebagai bentuk pemulihan
d. Mencegah kebakaran sebagai bentuk Kerusakan hutan yang paling besar.
Jika terjadi kebakaran hutan, kegiatan harus difokuskan pada usaha
pemadaman secepat mungkin.
3. Perlindungan margasatwa
Sikap manusia sangat berpengaruh besar terhadap perlindungan satwa-satwa
langka atau endemik yang mulai terancam kepunahan saat ini. Manusia harus sadar
bahwa makhluk hidup apapun itu, jika telah mengalami kepunahan, maka
keberadaannya di alam tidak dimungkinkan lagi untuk ada. Adapun upaya untuk
melestarikan hewan-hewan langka tersebut adalah sebagai berikut.
a. Membuat undang-undang tentang perburuan dengan aturan-aturannya
yang mencakup batas-batas daerah terotirial perburuan, masa berburu,
jumlah hewan yang diperbolehkan untuk diburu, jenis atau spesies hewan,
umur hewan buruan, jenis kelamin hewan, dan yang terpenting adalah
hasil buruan tidak peruntukkan dalam hal diperjualbelikan.
b. Melakukan pembiakan hewan atau satwa langka yang hampir punah,
seperti dengan kegiatan mengisolasi hewan-hewan tertentu, memelihara,
dan membiakkannya dengan tujuan untuk kemudian dilepaskan kembali
pada habitat aslinya.

9
c. Memindahkan hewan langka yang terancam punah ke tempat lain atau 
habitatnya memiliki tempat yang lebih sesuai dan lebih aman dari berbagai
ancaman.
d. Mengambil telur hewan-hewan terancam pada saat tertentu untuk
kemudian menetaskannya, mengatur pembiakkannya, dan tentunya
mengembalikan pada habitat semula.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Arti keanekaragaman hayati sangatlah luas. Namun secara sederhana,
keanekaragaman hayati adalah tingkat variasi dalam kehidupan yang ada di bumi.
Pengertian tersebut mempunyai makna sama dengan definisi keanekaragaman hayati
oleh Encyclopaedia Britannica (2015), yaitu variasi kehidupan yang ditemukan di suatu
tempat di bumi.
Keanekaragaman hayati terus menerus mengalami kemunduran dan kemerosotan.
Keberadaan Hutan tropis sebagai salah satu gudang keanekaragaman hayati (Flora dan
Fauna) diduga telah menyusut lebih dari setengahnya, bahkan lahan pertanian yang ada
juga telah mengalami degradasi, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
Upaya dalam mengatasi berbagai ancaman pada keanekaragaman hayati telah
dilakukan di Indonesia, diantaranya yaitu secara praktis mendorong proses suksesi
ekologis sebagai bentuk perwujud-an kondisi lingkungan yang heterogen sehingga dapat
memberikan kesempatan banyak spesies untuk dapat terus berkembang secara alami.
Upaya pelestarian tersebut diantaranya dengan membentuk daerah cagar alam,
konservasi SDA, dan melakukan sosialisasi tentang peranan dan fungsi keanekaragaman
hayati untuk kelangsungan hidup manusia.

11
DAFTAR PUSTAKA

SUTARNO, S. (2015). Biodiversitas Indonesia: Penurunan dan upaya pengelolaan untuk


menjamin kemandirian bangsa. 1, 1–13. https://doi.org/10.13057/psnmbi/m010101

Maros, H., & Juniar, S. (2016). Keanekaragaman Tumbuhan Paku. 1–23.

Master, J. (2015). Ancaman Bagi Keanekaragaman Hayati (pp. 1–13).


http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:bUFYY1mDy4cJ:repo.unsrat.ac.id/
1480/4/1._Biologi_Konservasi.pdf+&cd=2&hl=id&ct=clnk&gl=id

Teknik, M., & Bahasan, M. P. (2012). PERKULIAHAN h P Perkuliahan k li h untuk t k UTS.


Pu 1213.

12

Anda mungkin juga menyukai