Anda di halaman 1dari 18

Makalah Ekologi dan Lingkungan

Keanekaragaman Tumbuhan

Dosen: Dr. Azwir Anhar, M.Si

Oleh:
Kelompok 2
Febry Melda (19177010)
Reza Imelia (19177041)

Program Pascasarjana Pendidikan Biologi


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitar Negeri Padang
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis diberi kemudahan dalam
menyusunan makalah ini yang berjudul “Keanekaragaman Hayati”. Tidak lupa
juga shalawat serta salam atas junjungan kita Nabi Besar Muhammad Saw. serta
kepada keluarga, saudara, sahabat dan kerabatnya. Selain sebagai tugas, penulis
membuat makalah ini untuk memberikan pengetahuan tambahan kepada pembaca
tentang  keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia yang sangat
mengagumkan yang tersebar di seluruh belahan nusantara.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari masih banyak kesalahan
yang dilakukan. Oleh karena itu, penulis meminta saran dan kritik yang
membangun sehingga kedepannya penulis akan lebih baik lagi. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan pembaca dan kita semua.

Padang, 5 November 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................1

1.2 Tujuan....................................................................................................2

1.3 Manfaat..................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................3

2.1 Deskripsi Keanekaragaman Hayati......................................................3

2.1.1 Keanekaragamaman gen...............................................................3

2.1.2 Keanekaragaman jenis..................................................................4

2.1.3 Keanekaragaman ekosistem.........................................................4

2.2 Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati..................................................5

2.2.1 Peran ekologi keanekaragaman hayati.........................................6

2.2.2 Peran ekonomi keanekaragaman hayati.......................................6

2.2.3 Peran Ilmiah keanekaragaman hayati...........................................8

2.2.4 Peran Etika keanekaragaman hayati.............................................8

2.3 Fungsi dan Manfaat Keanekaragaman Hayati di Indonesia..................9

2.4 Faktor Penyebab Menghilangnya Keanekaragaman Hayati.................11

BAB III PENUTUP...........................................................................................14

3.1 Kesimpulan...........................................................................................14

3.2 Saran.....................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuhan menciptakan bumi beserta isinya dengan kekuatan Maha Besar-Nya.
Apapun yang diciptakan-Nya selalu indah, sempurna, dan tiada duanya. Sungguh
sulit untuk berfikir secara logika bagaimana Tuhan merencanakannya serta
menciptakannya secara detail dan terkesan memiliki nilai estetika yang tiada
tandingannya.
Manusia telah memanfaatkan tumbuhan untuk memenuhi kebutuhannya
sejak ribuan tahun yang lalu. Untuk memudahkan komunikasi pemanfaatan
tumbuhan maupun untuk tujuan lainnya maka kelompok masya-rakat membuat
nama jenis/spesies tumbuhan. Nama spesies tumbuhan yang diberi oleh
masyarakat lokal dalam bidang Ilmu Taksonomi Tumbuhan disebut dengan nama
lokal atau vernaculer name. Nama lokal untuk setiap spesies tumbuhan pada
umumnya berbeda antara satu kelompok masyarakat atau etnis dengan kelompok
lainnya. Sebagai contoh Eurycoma longifolia Jack. atau yang lebih dikenal dengan
tanaman pasak bumi memiliki nama lokal bidara pahit (Melayu), tungkek ali
(Minangkabau), petola bumi (Riau), empedu tanah (Jambi) dan merule
(Kalimantan Timur) (Achmad et al., 2009).
Menurut Loveless (1989), keanekaragaman tumbuhan sudah dikenal
manusia sejak berada di bumi dan sampai saat ini kajian tentang keanekaragaman
tumbuhan masih terus dipelajari dan dikembangkan. Sehubungan dengan ini,
tumbuhan paku yang banyak manfaatnya bagi manusia dan belum banyak dikenal
oleh masyarakat sehingga merupakan salah satu potensi yang patut untuk digali
dan dikembangkan demi kemajuan ilmu pengetahuan.
Seperti yang kita ketahui bersama negara Indonesia dikenal sebagai salah
satu yang memiliki tumbuhan dan hewan yang tak terhitung jumlahnya.
Sedangkan di dunia ini tidak ada dua individu yang benar benar sama. Setiap
individu pasti memiliki ciri-ciri khusus yang menyebabkannya berbeda dari
mahluk hidup yang lain sehinggga menimbulkan keanekaragaman. Kekhasan dan
tingginya tingkat keanekaragaman mahluk hidup sangat bermanfaat untuk
kelangsungan hidup manusia. Keanekaragaman mahluk hidup tersebut kemudian
dikenal dengan istilah keanekaragaman hayati. Karena mempunyai banyak sekali
manfaat maka keanekaragaman hayati akan sering dipergunakan sehingga akan
berakibat pada penurunan jumlah keanekaragaman hayati tersebut. Maka sebelum
jenis keanekaragaman tersebut punah maka harus dilakukan upaya upaya
pencegahannya.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Keanekaragaman Hayati.
2. Untuk mengetahui pemanfaatan Keanekaragaman Hayati.
3. Untuk mengetahui fungsi dan manfaat keanekaragaman hayati di Indonesia.
4. Untuk mengetahui Faktor Penyebab Menghilangnya Keanekaragaman
Hayati.

1.3 Manfaat
1. Mengetahui macam-macam keanekaragaman hayati.
2. Mengetahui pemanfaatan Keanekaragaman Hayati
3. Mengetahui fungsi dan manfaat keanekaragaman hayati di Indonesia.
4. Mengetahui faktor penyebab menghilangnya keanekaragaman hayati.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Deskripsi Keanekaragaman Hayati


Keanekaragam hayati merupakan ungkapan pernyataan terdapatnya
berbagai macam variasi, bentuk, penampilan, jumlah dan sifat yang terlihat pada
berbagai tingkatan ekosistem, tingkatan jenis dan tingkatan genetik.
Keanekaragaman hayati menurut UU no. 50 tahun 1994 adalah keanekaragaman
diantara makhluk hidup dari semua sumber yang termasuk diantaranya dataran,
ekosistem ekuatik lain, serta komplek-komplek ekologi yang merupakan bagian
dari keanekaragamannya, mencakup keanekaragaman dalam spesies , antara
spesies dan ekosistem.
Keanekaragaman Tumbuhan menunjukkan berbagai variasi dalam bentuk,
struktur tubuh, warna, jumlah, dan sifat lain dari tumbuhan di suatu daerah.
Sumber alam hayati merupakan bagian dari mata rantai tatanan lingkungan hidup,
yang menjadikan lingkungan ini hidup dan mampu menghidupkan manusia dari
generasi ke generasi. Makin beranekaragam sumber ini, makin banyak hikmah
dan pilihan bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Begitu banyak
jumlah tumbuhan, tetapi tidak ditemukan dua individu yang sama persis sekalipun
anak kembar identik.. Banyak jenis tumbuhan sebagai sumber produksi pangan,
sandang, dan papan-perumahan maupun kebutuhan
Keanekaragaman hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan,
mulai dari organisme tingkat rendah sampai tingkat tinggi. Secara garis besar,
keanekaragaman hayati terbagi menjadi tiga tingkatan yaitu:

2.1.1 Keanekaragamaman gen


Keanekaragaman gen merupakan sifat yang terdapat dalam satu jenis.
Dengan demikian tidak ada satu makhluk pun yang sama persis dalam
penampakannya. Dengan teknik budaya semakin banyak jenis tumbuhan hasil
rekayasa genetik seperti padi, jagung, ketela, semangka tanpa biji, jenis-jenis
anggrek, salak pondoh, dll.
Perlu kita ketahui bahwa perangkat genetik mampu berinteraksi dengan
lingkungannya. Misalnya, dua individu memiliki perangkat gen yang sama hidup
di lingkungan yang berbeda maka kedua individu tersebut dapat saja
memunculkan ciri dan sifat yang berbeda. Keadaaan sebaliknya dapat juga terjadi
dua individu yang memiliki perangkat gen yang berbeda, tetapi hidup di
lingkungan yang sama dapat memunculkan ciri yang sama. Hal ini terlihat jelas
bahwa dalam spesies yang sama dapat terjadi keanekaragaman susunan gen
sehingga memunculkan variasi antara individu. Begitu banyak kemungkinan
susunan gen pada setiap individu dalam satu spesies, menyebabkan tidak adanya
individu yang benar-benar sama dalam segala hal, sekalipun saudara kembar.
Keanekaragam inilah yang disebut sebagai keanekaragaman individu yang terjadi
akibat keanekaragaman pada tingkat genetik.
          
2.1.2 Keanekaragaman jenis
Keanekaragaman hayati tingkat jenis (antar spesies) mudah diamati karena
perbedaannya yang mencolok. Contohnya yaitu variasi antara kucing dan
harimau, kucing dan harimau termasuk salah satu kelompok kucing. Meskipun
demikian antara kucing dan harimau terdapat pebedaan fisik, tingkah laku dan
habitat. Keanekaragaman hayati tingkat jenis ini menunjukkan adanya variasi
bentuk, penampilan dan frekuensi gen.

2.1.3 Keanekaragaman ekosistem


Semua makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungannya yang berupa
faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik meliputi berbagai jenis makhluk hidup
lain, sedangkan yang termasuk faktor abiotik adalah iklim, cahaya, suhu, air,
tanah, kelembapan, dll. Baik faktor biotik maupun abiotik sangat bervariasi. Oleh
karena itu, ekosistem yang merupakan kesatuan dari biotik dan abiotik pun
bervariasi pula.
Didalam ekosistem, komponen biotik harus dapat berinteraksi dengan
komponen biotik lainnya dan juga dengan komponen abiotik agar tetap bertahan
hidup. Jadi, interaksi antar organisme didalam ekosistem ditentukan oleh
komponen biotik dan abiotik yang menyusunnya.Komponen biotik sangat
beranekaragam dan komponen abiotik berbeda kulitas dan kuantitasnya,
perbedaan komponen-komponen penyusun tersebut mengakibatkan perubahan
dari interaksi yang ada sehingga menciptakan ekosistem yang berbeda pula. Jadi
jelaslah bahwa keanekaragaman hayati pada tempat yang berlainan akan
menyusun ekosistem yang berbeda.

2.2 Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati


Keanekaragaman hayati telah berkontribusi dalam banyak cara untuk
pengembangan budaya manusia, dan, pada gilirannya, masyarakat manusia telah
memainkan peran utama dalam membentuk keanekaragaman alam pada tingkat
genetik, spesies, dan ekologi. Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam
pengelolaan sumber daya alam hayati untuk kesejahteraan hidup bangsanya, baik
golongan tumbuhan maupun hewan. Secara umum berbagai fungsi atau kegunaan
tanaman dan contohnya dapat ditunjukkan pada bagan di bawah ini:

Berdasarkan rangkaian uraian di atas, keanekaragaman hayati terutama


tumbuhan dalam bentuk hutan yang membentuk ekosistem atau bioma memiliki
fungsi/peranan yang banyak dan sangat penting bagi penanggulangan masalah
lingkungan, seperti berfungsi dalam mengurangi terjadi pencemaran udara,
berfungsi sebagai ekologis, hidrologis, orologis, klimatologis, menanggulangi
kebocoran lapisan ozon dan pemanasan global bumi, serta mencegah bahaya
banjir dan menyediakan udara pernapasan bagi semua makhluk hidup, juga
menyediakan sumber plasma nutfah.
Ada empat alasan sering dikutip dalam literatur untuk manfaat
keanekaragaman hayati.

2.2.1 Peran ekologi keanekaragaman hayati


Semua spesies menyediakan beberapa jenis fungsi ekosistem. Mereka dapat
menangkap dan menyimpan energi, menghasilkan bahan organik, menguraikan
bahan organik, membantu siklus air dan nutrisi ke seluruh ekosistem,
mengendalikan erosi atau hama, memperbaiki gas atmosfer, atau membantu
mengatur iklim.
Ekosistem juga menyediakan berbagai dukungan produksi, seperti
kesuburan tanah, penyerbuk tanaman, predator, dekomposisi limbah, dan
sebagainya, dan layanan, seperti pemurnian udara dan air, stabilisasi dan moderasi
iklim, penurunan banjir, kekeringan, dan bencana lingkungan lainnya. Fungsi ini
penting untuk fungsi ekosistem dan kelangsungan hidup manusia.
Penelitian menunjukkan bahwa ekosistem yang lebih beragam lebih mampu
menahan tekanan lingkungan dan akibatnya lebih produktif. Hilangnya spesies
demikian cenderung mengurangi kemampuan sistem untuk mempertahankan
dirinya atau untuk pulih dari kerusakan atau gangguan. Sama seperti spesies
dengan keragaman genetik yang tinggi, suatu ekosistem dengan keanekaragaman
hayati yang tinggi mungkin memiliki kesempatan lebih besar untuk beradaptasi
dengan perubahan lingkungan. Dengan kata lain, semakin banyak spesies yang
terdiri dari suatu ekosistem, semakin stabil ekosistem adalah mungkin.
Mekanisme yang mendasari efek ini sangat kompleks dan diperebutkan. Namun,
hal itu telah menjadi jelas bahwa ada efek nyata ekologis keanekaragaman hayati.

2.2.2 Peran ekonomi keanekaragaman hayati


Untuk semua manusia, keanekaragaman hayati pertama sumber daya bagi
kehidupan sehari-hari. Salah satu bagian penting dari keanekaragaman hayati
adalah “keanekaragaman tanaman,” yang juga disebut agrobiodiversitas.
Kebanyakan orang melihat keanekaragaman hayati sebagai reservoir sumber daya
yang harus menjadi dasar rumusan untuk pembuatan makanan, farmasi, dan
produk kosmetik. Konsep pengelolaan sumber daya hayati mungkin menjelaskan
sebagian besar kekhawatiran hilangnya sumber daya yang terkait dengan erosi
keanekaragaman hayati. Namun, itu juga merupakan asal dari konflik baru
berurusan dengan aturan pembagian dan perampasan sumber daya alam.
Beberapa komoditas ekonomi yang penting yang memasok keanekaragaman
hayati bagi umat manusia adalah:
1. Makanan: tanaman, peternakan, kehutanan, dan ikan;
2. Obat: spesies tanaman liar telah digunakan untuk tujuan pengobatan sejak
sebelum awal sejarah yang tercatat. Misalnya, kina berasal dari pohon kina
(digunakan untuk mengobati malaria), digitalis dari tanaman foxglove
(masalah jantung kronis), dan morfin dari tanaman poppy (penghilang rasa
sakit). Menurut National Cancer Institute, lebih dari 70 persen dari obat
anti-kanker yang menjanjikan berasal dari tanaman di hutan hujan tropis.
Hewan juga mungkin memainkan peran, khususnya dalam penelitian.
Diperkirakan bahwa dari 250.000 spesies yang dikenal, hanya 5.000 telah
diteliti untuk kemungkinan aplikasi medis.
3. Industri: misalnya, serat untuk pakaian, kayu untuk tempat tinggal dan
kehangatan. Keanekaragaman hayati dapat menjadi sumber energi (seperti
biomassa). Produk industri lainnya adalah minyak, pelumas, parfum,
wewangian, pewarna, kertas, lilin, karet, lateks, resin, racun, dan gabus,
yang semuanya dapat berasal dari berbagai spesies tanaman. Pasokan dari
asal hewan termasuk wol, sutra, bulu, kulit, pelumas, dan lilin. Hewan juga
dapat digunakan sebagai modus transportasi.
4. Pariwisata dan rekreasi: keanekaragaman hayati merupakan sumber
kekayaan ekonomis bagi banyak daerah, seperti banyak taman dan hutan, di
mana alam liar dan hewan merupakan sumber keindahan dan sukacita bagi
banyak orang. Ekowisata, khususnya, adalah kegiatan rekreasi di luar
ruangan tumbuh.
Ekologi dan lingkungan adalah yang pertama untuk bersikeras pada aspek
ekonomi perlindungan keanekaragaman hayati. Dengan demikian, EO Wilson
menulis pada tahun 1992 bahwa keanekaragaman hayati merupakan salah satu
hartamu lebih besar dari planet ini, meskipun beberapa mengenalinya seperti itu.
Estimasi nilai keanekaragaman hayati adalah prasyarat untuk setiap diskusi
tentang distribusi kekayaan keanekaragaman hayati. Nilai ini dapat dibagi menjadi
nilai guna (langsung seperti pariwisata maupun tidak langsung seperti
penyerbukan) dan non-penggunaan atau nilai intrinsik.
Jika sumber daya hayati merupakan kepentingan ekologis bagi masyarakat,
nilai ekonomi mereka juga meningkat. Produk baru dikembangkan karena
bioteknologi, dan pasar baru yang diciptakan. Bagi masyarakat, keanekaragaman
hayati juga merupakan bidang kegiatan dan keuntungan. Hal ini membutuhkan
setup manajemen yang tepat untuk menentukan bagaimana sumber daya tersebut
akan digunakan. Sebagian besar spesies belum dievaluasi untuk kepentingan
ekonomi mereka saat ini atau masa depan.

2.2.3 Peran Ilmiah keanekaragaman hayati


Secara ilmiah, keanekaragaman hayati adalah penting karena setiap spesies
dapat memberikan para ilmuwan beberapa petunjuk mengenai bagaimana
kehidupan berevolusi dan akan terus berkembang di bumi. Selain itu,
keanekaragaman hayati membantu ilmuwan memahami bagaimana fungsi
kehidupan dan peran masing-masing spesies dalam mempertahankan ekosistem.

2.2.4 Peran Etika keanekaragaman hayati


Ada komponen etis untuk keanekaragaman hayati jika manusia menganggap
bahwa spesies lain memiliki hak intrinsik untuk ada. Ecophilosophies seperti
ekologi yang mendalam menyatakan bahwa pengakuan hak intrinsik ini
membuatnya yang salah secara moral untuk secara sukarela menyebabkan
kepunahan. Tingkat keanekaragaman hayati merupakan indikator yang baik dari
keadaan hubungan kita dengan makhluk hidup lainnya. Keanekaragaman hayati
juga merupakan bagian dari warisan spiritual banyak budaya.
2.3 Fungsi dan Manfaat Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Hutan di Indonesia penting bagi kehidupan dimuka bumi. Hutan berfungsi
sebagai cadangan sumber energi bumi dan memainkan peranan penting sebagai
pengendali cuaca dan pengatur berbagai siklus air. Hutan di Indonesia juga
menjadi sumber berbagai makanan dan obat-obatan. Sebagian besar hutan yang
ada di Indonesia ialah hutan hujan trofis, yang memiliki kekayaan hayati flora
yang beranekaragam dan mempunyai ekosistem terkaya di dunia. Indonesia
memiliki kawasan hutan hujan tropis yang terbesar di Asia Pasifik, yaitu
diperkirakan 1.148.400 km persegi. Keragaman hayati hutan Indonesia termasuk
yang paling kaya di dunia, sehingga Infonesia disebut sebagai negara mega
biodiversity yang artinya banyak keunikan genetiknya, tinggi keragaman jenis
spesie, ekosistem dan endemsinya ( Sutoyo, 2010)
Keanekaragaman Hayati Indonesia merupakan anugrah terbesar dati Tuhan
Yang Maha Kuasa. Keanekaragaman hayati memiliki beberapa fungsi, yaitu
sebagai berikut:

1. Nilai Ekonomi Keanekaragaman Hayati


Nilai ekonomi keanekaragaman hayati merupakan nilai kemanfaatan dari
berbagai sumber hayati yang dapat menghasilkan keuntungan bagi penggunaanya,
yaitu dapat di perjual belikan. Keanekaragaman hayati yang memiliki nilai
ekonomi antara lain sebagai bahan pangan, obat-obatan, kosmetik, sandang,
papan, dan memiliki aspek budaya.

a.       Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan pangan.


Keanekaragaman hayati di jadikan sebagai makanan pokok yang di konsumsi oleh
manusia misalnya dari tumbuhan yaitu padi, jangung, singkong, ubi jalar, talas
kentang, sorgum dan lain lain sedangkan dari hewan misalnya daging sapi, daging
ayam, ikan laut dan telur.

b.      Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan obat-obatan


Keanekaragaman hayati yang berasal dari tumbuhan sebagai sumber obat-obatan,
misalnya : mengkudu untuk menurunkan tekanan darah tinggi, kina untuk obat
malaria, buah merah untuk mengobati kanker, kolesterol tinggi, dan diabetes.
Sedangkan yang berasal dari hewan contohnya madu lebah dimanfaatkan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh, dan bagian daging dan lemak ular dipercaya
dapat mengobati penyakit kulit

c.   Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan kosmetik


Beberapa tumbuhan  digunakan untuk kosmetika, antara lain sebagai berikut
misalnya : Bunga mawar, melati, cendana, kenanga, dan kemuning dimanfaatkan
untuk wewangian (parfum). Kemuning, bengkoang, alpukat, dan beras digunakan
sebagai lulur tradisional untuk menghaluskan kulit. Sedangkan urang aring,
mangkokan, pandan, minyak kelapa, dan lidah buaya digunakan untuk pelumas
dan penghitam rambut.
d.      Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan sandang
Keanekaragaman hayati yang dijadikan sumber sandang, misalnya : rami,
kapas, pisang hutan atau abaca, dan jute, dimanfaatkan seratnya untuk membuat
kain atau bahan pakaian, ulat sutera untuk membuat kain sutera yang memiliki
nilai ekonomi sangat tinggi, kulit sapi dan kambing untuk membuat jaket, bulu
burung untuk membuat aksesoris pakaian.

e.       Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan papan


Sebagai bahan papan, keanekaragaman hayati dimanfaatkan untuk membuat
rumah dan sejenisnya misalnya kayu jati, kelapa, nangka, meranti keruing,
rasamala, ulin dan bambu dimanfaatkan kayunya untuk membuat jendela, pintu,
tiang dan atap rumah.

f.       Keanekaragaman hayati sebagai aspek budaya


Beberapa upacara ritual keagamaan dan kepercayaan antara lain : Budaya
nyeka (ziarah kubur) pada masyarakat jawa menggunakan bunga mawar, kenanga,
kuntil, dan melati. Upacara ngaben di Bali menggunakan 39 jenis tumbuhan yang
mengandung minyak atsiri yang berbau harum, antara lain kenanga, melati,
cempaka, pandan, sirih, dan cendana.
2. Nilai Pendidikan Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati dapat menambah pemahaman dan pengetahuan
manusia. Pemanfaatan hewan dan tumbuhan digunakan untuk bahan percobaan
untuk kedokteran dan eksperimen eksperimen tertentu.

3. Nilai Ekologi Keanekaragaman Hayati


Nilai ekologi dari keanekaragaman hayati, antar lain sebagai perlindungan
terhadap kerusakan lahan karena akar tanaman akan melindungi tanah dari
kerusakan, pengikisan, menyerap air hujan sehingga tidak terjadi banjir atau tanah
longsor.

2.4 Faktor Penyebab Menghilangnya Keanekaragaman Hayati


Menghilangnya kanekaragaman hayati di suatu wilayah dapat disebabkan
oleh beberapa faktor berikut ini :

1.      Hilangnya Habitat


Daftar merah IUCN (International Union for Conservation of Nature)
menunjukkan bahwa hilangnya habitat yang diakibatkan manajemen pertanian
dan hutan yang tidak berkelanjutan menjadi penyebab terbesar hilangnya
kenaekaragaman hayati. Bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan semakin
bertambah pula kebutuhan yang harus dipenuhi. Lahan yang tersedia untuk
kehidupan tumbuhan dan hewan semakin sempit karena digunakan untuk tempat
tinggal penduduk, dibabat untuk digunakan sebai lahan pertanian atau dijadikan
lahan industri.

2.      Pencemaran Tanah, Udara, dan Air


Zat pencemar (polutan) adalah produk buangan yang dihasilkan dari
aktivitas manusia. Polutan tersebut dapat mencemari air, tanah, dan udara.
Beberapa polutan berbahaya bagi organisme misalnya, nitrogen dan sulfur oksida
yang dihasilkan dari kendaraan bermotor jika bereaksi dengan air akan
membentuk hujan asam yang merusak ekosistem. Pembuangan
chlorofluorocarbon (CFC) yang berlebihan menyebabkan lapisan ozon di atmosfer
berlubang. Akibatnya intensitas sinar ultraviolet yang masuk ke bumi meningkat
dan menyebabkan banyak masalah, antara lain berkurangnya biomassa
fitoplankton di lautan yang menyebabkan terganggunya keseimbangan rantai
makanan organisme.

3.      Perubahan Iklim


Salah satu penyebab perubahan iklim adalah pencemaran udara oleh gas
karbon dioksida (CO2) yang menimbulkan efek rumah kaca. Menurut Raven
(1995), “ efek rumah kaca meningkatkan suhu udara 1-3 0C dalam kurn waktu 100
tahun.” Kenaikan suhu tersebut menyebabkan pencairan es di kutub dan kenaikan
permukaan air laut sekitar 1-2 m yang berakibat terjadinya perubahan struktur dan
fungsi ekosistem lautan.

4.      Eksploitasi Tanaman dan Hewan


Eksploitasi Hewan dan tumbuhan secara besar-besaran biasanya dilakukan
terhadap komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi, misalnya kayu hutan
yang digunakan untuk bahan bangunan dan ikan tuna sirip kuning yang harganya
mahal dan banyak diminati oleh pencinta makanan laut. Eksploitasi yang
berlebihan dapat menyebabkan kepunahan spesies-spesies tertentu, apalagi bila
tidak diimbangi dengan usaha pengembangbiakannya.

5.      Masuknya Spesies Pendatang


Masuknya spesies dari luar ke suatu daerah seringkali mendesak spesies
lokal yang sebenarnya merupakan spesies penting dan langka di daerah tersebut.
Beberapa spesies asing tersebut dapat menjadi spesies invasif yang menguasai
ekosistem. Contohnya ikan pelangi (Melanotaenia ayamaruensis) merupakan
spesies endemik Danau Ayamaru, Papua Barat. Ikan pelangi terancam punah
karena dimangssa oleh ikan mas (Cyprinus carpio) yang dibawa dari jepang dan
menjadi spesies invasif di danau tersebut.
6.      Industrilisasi Pertanian dan Hutan
Para petani cendrung menanam tumbuhan dan memelihara hewan yang
bersifat unggul dan menguntungkan, sedangkan tumbuhan dan hewan yang
kurang unggul dan kurang menguntungkan akan disingkirkan. Selain itu, suatu
lahan pertanian atau hutan industri umumnya hanya ditanami satu jeis tanaman
(monokultur) misalnya teh, karet, dan kopi. Hal ini dapat menurunkan
keanekaragaman hayati tingkat spesies.

Kita merasa prihatin, beberapa jenis sumber daya alam hayati yang dulunya
sebagai ciri khas daerah menjadi semakin langka dan ada yang sudah punah,
seperti: Tumbuhan khas Jawa Barat adalah matoa dan hewannya adalah badak
bercula satu menjadi SDA hayati yang langka, sehingga wajib dijaga
kelestariannya Jadi keberadaan tumbuhan, terutama umbuhan hijau sekecil apapun
turut berperan penting dalam penanggulangan masalah lingkungan hidup dewasa
ini. Rumah yang bertaman, dan tempat hunia (desa atau kota) yang hijau
berbunga, serta lingkungan hidup yang terhindar dari bahaya pencemaran
lingkungan merupakan lingkungan hidup idaman bagi kita semua. Karena itu,
pengelolaan SDA hayati yang berwawasan lingkungan hidup perlu dipikirkan dan
menjadi tanggung jawab semua warga masyarakat. Adapun untuk mengelolaan
dasar keanekaragaman hayati yang menjamin kelestarian lingkungan hidup dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. Budidaya /Pemuliaan SDA Hayati dalam bidang: Pertanian, Perkebunan,
dll.
2. Pelestarian SDA Hayati ,
mencakup upaya:
a. In Situ, yaitu melestarikan SDA Hayati pada habitat aslinya (alamnya)
dengan cara menetapkan kawasan tersebut sebagai Cagar Alam Nasional.
b. Ex Situ, yaitu melestarikan SDA Hayati di luar habitat aslinya, seperti
membuat Kebun Raya untuk menanam berbagai jenis tumbuhan yang
memiliki potensi besar bagi kehidupan manusia.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keanekaragaman hayati merupakan pernyataan mengenai berbagai macam
(variasi) bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat yang terdapat pada berbagai
tingkatan makhluk hidup. Keberadaan flora dan fauna di bumi sangat penting
karena merupakan komponen ekosistem. Dalam ekosistem, Flora dan Fauna
merupakan komponen biotik. Apabila flora dan fauna rusak, maka akan
mempengaruhi lingkungan, bahkan akan berdampak terhadap kehidupan manusia

3.2 Saran
Seharusnya sebagai manusia yang ditakdirkan untuk menjaga keseimbangan
alam di bumi ini kita harus menjaganya, bukan malah merusaknya. Kita harus
menjadi manusia yang amanah akan apa yang telah dititipkan Tuhan kepada kita.
DAFTAR PUSTAKA

Nunung Nurhayati, Mukhlis, & Agus Jaya. (2014). Biologi untuk SMA/MA Kelas
X. (cetakan ke-1). Bandung : Yrama Widya.

Mochamad Indrawan. (2007). Biologi Konservasi. Jakarta : Yayasan Obor


Indonesia

Supardi. (1994). Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Bandung : Alumni

Anonim. (2009). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Sutoyo. (2010). Keanekaragaman Hayati Indonesia. Buana Sains. Vol 10 No 2:


101-106.

http://anisah-edelwise.blogspot.com/2010/12/makalah-keanekaragaman-
hayati.html

Anda mungkin juga menyukai