Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEANEKARAGAMAN HAYATI

NAMA GURU :
IBU JUBAEDAH

NAMA KELOMPOK A :
1. Anis Saharani
2. Aam Amaliah
3. Adinda Muslihat
4. Eka Yuliyana
5. M. Nuril Afriansyah
6. Farida
7. Sahliah
8. Indah Hamidah
9. Hilma
10. Ayu Uswatun Khasanah
11. Soleman

SMA BINA MACHMUD KADUKACAPI


TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
 
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya,
dan karena izin-Nyalah kami dapat menyelesaikan tugas Biologi mengenai Keanekaragaman
Hayati. Tak lupa shalawat serta salam kepada Rasul akhir zaman, panutan dalam segala hal,
Nabi Muhammad SAW. Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terimakasih kepada
teman-teman yang ikut berperan dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, karena
kami masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu, apabila ada kekurangan atau
kesalahan dalam  makalah ini, kami sangat mengarapkan kritik dan saran untuk kami lebih
baik lagi.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya untuk penulis sendiri dan umumnya
untuk kita semua.
 
Serang, 20 Agustus 2020

Penulis

                                                 
 

i
DAFTAR ISI
 
KATA PENGANTAR ......................................................................................................i
DAFTAR ISI .....................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Keanekaragaman Hayati .......................................................................3
B. Tingkat Keanekaragaman Hayati ...........................................................................4
C. Fungsi dan Manfaat Keanekaragaman Hayati di Indonesia ...................................10
D. Faktor Penyebab Menghilangnya Keanekaragaman Hayati. ..................................11
E. Usaha Pelestarian Keanekaragaman Hayati............................................................13
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................................15
B. Saran .......................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
 

 
 
 
 
 
 

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keanekaragaman hayati adalah tingkat variasi bentuk kehidupan dalam,
mengingat ekosistem bioma spesies,, atau seluruh planet. Keanekaragaman hayati adalah
ukuran dari kesehatan ekosistem. Keanekaragaman hayati adalah sebagian fungsi
dari iklim. Pada habitat darat, s daerah tropis biasanya kaya
sedangkan spesies dukungan daerah kutub s lebih sedikit. Perubahan lingkungan yang
cepat biasanya menyebabkan kepunahan massal s. Salah satu perkiraan adalah bahwa
kurang dari 1% dari spesies yang ada di Bumi adalah yang masih ada.
Sejak kehidupan dimulai di bumi, lima kepunahan massal besar dan peristiwa kecil
telah menyebabkan beberapa tetes besar dan mendadak dalam keanekaragaman hayati.
Para eon Fanerozoikum (yang 540 juta tahun terakhir) ditandai pertumbuhan yang cepat
dalam keanekaragaman hayati melalui ledakan-Kambrium sebuah periode di mana
mayoritas filum multiseluler pertama muncul. 400 juta tahun ke depan termasuk diulang,
kerugian besar keanekaragaman hayati diklasifikasikan sebagai kepunahan massal.
Dalam Karbon, kolaps hutan hujan menyebabkan kerugian besar dari kehidupan tanaman
dan hewan. Peristiwa kepunahan Permian-Trias, 251 juta tahun lalu, adalah yang
terburuk;. Pemulihan vertebrata butuh waktu 30 juta tahun. Yang paling terakhir,
peristiwa kepunahan Cretaceous-Paleogen, terjadi 65 juta tahun lalu, dan sering menarik
perhatian lebih dari yang lain karena mengakibatkan kepunahan dinosaurus s.
Periode sejak munculnya manusia telah menunjukkan pengurangan
keanekaragaman hayati yang sedang berlangsung dan kerugian atas keragaman
genetik. Dinamakan kepunahan Holocene, pengurangan ini disebabkan terutama oleh
dampak manusia, terutama kerusakan habitat. Sebaliknya, keanekaragaman hayati
dampak kesehatan manusia dalam berbagai cara, baik secara positif maupun negatif.
Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup yangmenunjukkan
keseluruhan variasi gen, spesies dan ekosistem di suatu daerah. Adadua faktor penyebab
keanekaragaman hayati, yaitu faktor genetik dan faktor luar.  Faktor genetik bersifat
relatif konstan atau stabil pengaruhnya terhadap morfologiorganisme. Sebaliknya, faktor
luar relatif stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme. Keanekaragaman hayati
dapat terbentuk karena adanya keseragaman dan keanekaragaman untuk sifat atau ciri
makhluk hidup. Keanekaragam hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan.
Saat ini tekanan terhadap keanekaragaman hayati makin tinggi. Kemajuan tekhnologi
1
telah mengubah fungsi berbagai flora dan fauna sebagai hasil hutan. Akibatnya dimasa
mendatang diramalkan degradasi lingkungan makin tinggi. Oleh karena itu
keaekaragaman hayati perlu dilestarikan.

B. Rumusan Masalah
Masalah umum yang terdapat dalam penulisan makalah ini adalah  tentang
keanekaragaman hayati. Agar permasalahan tersebut tidak terlalu luas maka dibatasi
menjadi sub-sub masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan keanekaragaman hayati?
2. Apa saja tingkat keanekaragaman hayati?
3. Apa fungsi dan manfaat keanekaragaman hayati di Indonesia?
4. Apa faktor penyebab menghilangnya keanekaragaman hayati?
5. Bagaimana usaha pelestarian keanekaragaman hayati?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang pengertian keanekaragaman hayati.
2. Untuk mengetahui tingkat keanekaragaman hayati.
3. Untuk mengetahui fungsi dan manfaat keanekaragaman hayati.
4. Untuk mengetahui faktor penyebab hilangnya keanekaragaman hayati.
5. Untuk mengetahui bagaimana usaha pelestarian keanekaragaman hayati.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Keanekaragaman Hayati


1. Menurut UU No. 5 Tahun 1994, “keanekaragamana hayati adalah keanekaragaman
diantara mahluk hidup dari semua sumber termasuk di antaranya daratan, lautan, dan
ekosistem akuatik lain serta kompleks-kompleks ekologi yang merupakan bagian dari
keanekaragamannya, mencakup keanekaragaman dalam spesies, antara spesies
dengan ekosistem.”
2. Menurut Soerjani (1996), “keanekaragaman hayati menyangkut keunikan suatu
spesies dan genetik di mana mahluk hidup tersebut berada.”
3. Mochamad Indrawan (2007), menyatakan “Keanekaragaman genetik merupakan
variasi genetik dalam satu spesies baik di antara populasi-populasi yang terpisah
secara geografik maupun di antara individu-individu dalam satu populasi.”
4. Mochamad Indrawan (2007), menyatakan “Keanekaragaman spesies mencakup
seluruh spesies yang ditemukan di bumi, termasuk bakteri dan protista serta spesies
dari kingdom bersel banyak (tumbuhan, jamur, hewan, yang bersel banyak atau
multiseluler). Spesies dapat diartikan sebagai sekelompok individu yang menunjukkan
beberapa karakteristik penting berbeda dari kelompok-kelompok lain baik secara
morfologi, fisiologi atau biokimia.”
5. Mochamad Indrawan (2007), menyatakan “Keanekaragaman ekosistem merupakan
komunitas biologi yang berbeda serta asosiasinya dengan lingkungan fisik (ekosistem)
masing masing.”
6. Keanekaragaman hayati (biodiversitas) adalah keanekaragaman organisme yang
menunjukkan kesuluruhan atau totalitas variasi gen, jenis, dan ekosistem pada daerah.
Keanekaragaman makhluk hidup ini merupakan kekayaan bumi yang meliputi hewan,
tumbuhan, mikroorganisme dan semua gen yang terkandung di dalamnya, serta
ekosistem yang dibangunnya.

Berdasarkan pengertiannya, keanekaragaman hayati dapat dibedakan menjadi tiga


macam yaitu keanekaragaman gen (genetik), keanekaragaman spesies (jenis), dan
Keanekaragaman ekosistem.

3
B. Tingkat Keanekaragaman Hayati
1. Keanekaragaman Tingkat Gen
Keanekaragaman gen adalah variasi atau perbedaan gen yang terjadi dalam
suatu jenis atau spesies mahluk hidup.  Contohnya, buah durian (Durio ziberhinus)
ada yang berkulit tebal, berkulit tipis, berdaging buah tebal, berdaging buah tipis,
berbiji besar, atau berbiji kecil. Sementara keanekaragaman genetik pada spesies
hewan, misalnya warna rambut pada kucing (Felis silvestris catus) ada yang berwarna
hitam, putih, abu-abu, dan cokelat.
Keanekaragaman sifat genetik pada suatu organisme dikendalikan oleh gen-
gen yang terdapat di dalam kromosom yang di milikinya. Kromosom tersebut
diperoleh dari kedua induknya dari pewarisan sifat. Namun demikian, ekspresi gen
suatu organisme juga dipengaruhi oleh kondisi  lingkungan tempat hidupnya.
Peningkatan keanekaraman gen dapat terjadi melalui hibridisasi atau
perkawinan silang antara organisme satu spesies yang berbeda sifat, atau melalui
proses domestikasi atau budidaya hewan atau tumbuhan liar oleh manusia. Dengan
hibridisasi akan diperoleh sifat genetik baru dari organisme-organisme pada satu
spesies. Keanekaragaman gen pada organisme dalam satu spesies disebut varietas atau
ras.

2. Keanekaragaman Tingkat Jenis (Spesies)


Keanekaragaman jenis atau spesies adalah perbedaan yang dapat ditemukan
pada komunitas atau kelompok berbagai spesies yang hidup disuatu tempat.
Contohnya disuatu halaman terdapat pohon mangga, kelapa, jeruk, rambutan, bunga
mawar, melati, cempaka, jahe, kunyit, burung, kumbang, lebah, semut, kupu-kupuu,
dan cacing.

3. Keanekaragaman Hayati Tingkat Ekosistem


Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang
melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga
aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus
materi antara organisme dan anorganisme. Matahari sebagai sumber dari semua energi
yang ada. Dalam ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama
dengan lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Semua makhluk hidup berinteraksi
dengan lingkungannya yang berupa faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik meliputi
4
berbagai jenis makhluk hidup lain, sedangkan yang termasuk faktor abiotik adalah
iklim, cahaya, suhu, air, tanah, kelembapan, dan sebagainya. Baik faktor biotik
maupun abiotik sangat bervariasi. Oleh karena itu, ekostem yang merupakan kesatuan
dari biotik dan abiotik pun bervariasi pula.
Didalam ekosistem, komponen biotik harus dapat berinteraksi dengan
komponen biotik lainnya dan juga dengan komponen abiotik agar tetap bertahan
hidup. Jadi, interaksi antar organisme didalam ekosistem ditentukan oleh komponen
biotik dan abiotik yang menyusunnya.Komponen biotik sangat beranekaragam dan
komponen abiotik berbeda kulitas dan kuantitasnya, perbedaan komponen-komponen
penyusun tersebut mengakibatkan perubahan dari interaksi yang ada sehingga
menciptakan ekosistem yang berbeda pula. Jadi jelaslah bahwa keanekaragaman
hayati pada tempat yang berlainan akan menyusun ekosistem yang berbeda.
Di bumi ada bermacam-macam ekosistem, yaitu ekosistem alam dan buatan.
Secara garis besar ekosistem alam dibedakan menjadi ekosistem darat dan ekosistem
perairan. Ekosistem perairan dibedakan atas ekosistem air tawar dan ekosistem air
laut.
1. Ekosistem Darat (Terestrial)
Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan. Ber-
dasarkan letak geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat yaitu sebagai
berikut.
 Bioma Gurun
Gurun dan setengah gurun banyak ditemukan di Amerika Utara, Afrika
Utara, Australia dan Asia Barat. Karakteristik dari bioma ini yaitu curah
hujan sangat rendah, + 25 cm/tahun. Perbedaan suhu siang hari dengan
malam hari sangat tinggi (siang dapat mencapai 45 C, malam dapat turun
sampai 0 C). Vegetasi di daerah gurun di dominasi oleh tanaman kaktus,
sukulen, dan berbagai tanaman xerofit. Hewan yang menghuni daerah gurun
umumnya adalah serangga, hewan pengerat, ular dan kadal. Contoh bioma
gurun adalah Gurun Sahara di Afrika, Gurun Gobi di Asia, Gurun Anzo
Borrega di Amerika.
 Bioma Padang Rumput
Bioma padang rumput terbentang dari daerah tropika sampai ke
sub    tropika.Ciri-ciri bioma padang rumput yaitu curah hujan 25 – 50 cm
per tahun dan hujan turun tidak teratur. Vegetasi yang mendominasi adalah
5
rerumputan. Hewannya adalah bison, Zebra, kanguru, singa, harimau, anjing
liar, ular, rodentia, belalang dan burung. Contoh bioma padang rumput antara
lain Amerika Utara, Rusia, Afrika Selatan, Asia dan Indonesia (Sumbawa).
 Bioma Hutan Hujan Tropis
Bioma ini berada di daerah tropik, yaitu di Indonesia, India, Thailand, Brazil,
Kenya, Costa Rica, dan Malaysia. Curah hujan tinggi yaitu 200 – 255 cm per
tahun, matahari bersinar sepanjang tahun. Jenis tumbuhan sangat banyak dan
komunitasnya sangat kompleks. Tumbuhan tumbuh dengan subur, tinggi,
serta banyak cabang dengan daun yang lebat sehingga membentuk tudung
atau kanopi. Tumbuhan khas adalah kelompok liana, yaitu tumbuhan yang
merambat, misalnya rotan, dan tumbuhan epifit yaitu tumbuhan yang
menempel pada tumbuhan lain, misalnya anggrek. Binatang yang menghuni
hutan hujan tropik adalah berbagai macam burung, kera, babi hutan, tupai,
macan, gajah, dan rusa dan hewan yang bersifat nokturnal.
 Bioma Hutan Gugur
Hutan gugur terdapat di daerah subtropik di Eropa Barat, Korea, Jepang
utara, dan Amerika Timur. Bioma ini memiliki curah hujan 75 – 100 cm per
tahun. Mempunyai 4 musim: musim panas, musim dingin, musim gugur dan
musim semi. Keanekaragaman jenis tumbuhan lebih rendah daripada bioma
hutan tropis. Tumbuhan yang ada terutama mapel, oak, beech, yang selalu
menggugurkan daunnya pada musim gugur. Hewan-hewan yang umum
adalah rusa, beruang, dan rubah, racoon, burung pelatuk, dan serangga.
 Bioma Taiga
Taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah
tropik, misalnya di Rusia dan Eropa Utara, Kanada, dan Alaska. Ciri-cirinya
adalah suhu di musim dingin rendah. Biasanya taiga merupakan hutan yang
tersusun atas satu spesies seperti konifer (pohon spruce, alder, dan birch),
pinus, dan sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali, Hewannya
antara lain moose, beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi
ke selatan pada musim gugur.
 Bioma Tundra
Tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub
utara dan terdapat di puncak-puncak gunung tinggi. Daerah ini beriklim
kutub, sehingga selalu tertutup salju. Pertumbuhan tanaman di daerah ini
6
hanya 60 hari. Tumbuhan yang ada terutama adalah lumut Sphagnum dan
lumut kerak. Tumbuhan tahunan hampir tidak ada. Hewan-hewan yang ada
adalah beruang kutub, burung, nyamuk, lalat hitam, serigala kutub, reinder,
dan caribou bull (sebangsa rusa).
 Bioma Karst
Karst berawal dari nama kawasan batu gamping di wilayah Yugoslavia.
Kawasan karst di Indonesia rata-rata mempunyai ciri-ciri yang hampir sama
yaitu, tanahnya kurang subur untuk pertanian, sensitif terhadap erosi, mudah
longsor, bersifat rentan dengan pori-pori aerasi yang rendah,
gaya permeabilitas yang lamban dan didominasi oleh pori-pori mikro.
Contoh bioma Karst terdapat di daerah Gunung Kidul.

2. Ekosistem Perairan (Akuatik)


 Ekosistem Air Tawar
Ekosistem air tawar memiliki kadar garam rendah. Air tawar memiliki
kemampuan menyerap panas dari cahaya matahari sehingga perubahan suhu
tidak terlalu besar. Berdasarkan ada tidaknya arus, ekosistem air tawar
dibedakan menjadi ekosistem lentik (air tidak mengalir) misalnya danau,
kolam, rawa, serta ekosistem lotik (air mengalir) misalnyasungai.Tumbuhan
yang menghuni lingkungan perairan tawar meliputi tumbuhan yang
berukuran besar (makrohidrofita) serta tumbuhan yang berukuran kecil, yaitu
ganggang. Tumbuhan biji di ekosistem air tawar misalnya teratai dan eceng
gondok. Sedangkan tumbuhan yang berukuran mikroskopik misalnya
ganggang biru, ganggang hijau, dan diatomae. Hewan yang menghuni air
tawar adalah udang-udangan, ikan, dan serangga.
 Ekosistem Air Laut
Bioma air laut luasnya lebih dari dua pertiga permukaan bumi. Bioma air laut
kurang terpengaruh oleh perubahan iklim dan cuaca. Ciri khas air laut adalah
mempunyai kadar garam yang tinggi. Kadar garam rata-rata air laut adalah
35 ppm (part per million). Di daerah khatulistiwa kadar garamnya lebih
tinggi daripada di daerah yang jauh dari khatulistiwa.Organisme laut
memiliki pola adaptasi terhadap tekanan osmosis sir laut yang tinggi dengan
cara yang berlawanan dengan organisme air tawar.

7
 Ekosistem Estuari
Estuari (muara) merupakan wilayah perairan tempat pertemuan antara sungai
dan laut atau disebut muara sungai. Muara sungai disebut pantai lumpur.
Estuari mempunyai ciri berair payau dengan tingkat salinitas di antara air
tawar dan laut. Vegetasi didominasi oleh tumbuhan bakau dan rumput laut.
Beberapa organisme laut melakukan perkembangbiakan di wilayah ini seperti
ikan, ganggang, dan fitoplankton, udang dan moluska yang dapat dimakan.
Estuari banyak terdapat di wilayah Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Papua.
Nutrien dari sungai memperkaya daerah estuari.
 Ekosistem Pantai
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi
dengan ion CI– mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya
tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25 °C.
Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi, sehingga terdapat batas antara
lapisan air yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah
yang disebut daerah termoklin. Dinamakan demikian karena yang paling
banyak tumbuh di gundukan pasir adalah tumbuhan Ipomoea pes
caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin. Tumbuhan
yang hidup di ekosistem ini menjalar dan berdaun tebal.
 Ekosistem Sungai
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin
dan jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan
gelombang secara konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi
sesuai dengan ketinggian dan garis lintang. Komposisi komunitas hewan juga
berbeda antara sungai, anak sungai, dan hilir. Di anak sungai sering dijumpai
ikan air tawar. Di hilir sering dijumpai ikan lele dan gurame. Beberapa
sungai besar dihuni oleh berbagai kurakura dan ular. Khusus sungai di daerah
tropis, dihuni oleh buaya dan lumba-lumba.
 Ekosistem Terumbu Karang
Di laut tropis, pada daerah neritik, terdapat suatu komunitas khusus yang
terdiri dari karang batu clan organisme-organisme lainnya. Komunitas ini
disebut terumbu karang. Daerah komunitas ini masih dapat ditembus cahaya
matahari sehingga fotosintesis dapat berlangsung.

8
Terumbu karang didominasi oleh karang (koral) yang merupakan kelompok
Cnidaria yang mensekresikan kalsium karbonat. Rangka dari kalsium
karbonat ini bermacam-macam bentuknya dan menyusun substrat tempat
hidup karang lain dan ganggang.Hewan-hewan yang hidup di karang
memakan organisme mikroskopis dan sisa organik lain. Berbagai
invertebrata, mikroorganisme, dan ikan hidup di antara karang clan
ganggang. Herbivor seperti siput, landak laut, ikan, menjadi mangsa bagi
gurita, bintang laut, dan ikan karnivor.
 Ekosistem Laut Dalam
Merupakan zona pelagik laut. Ekosistem ini berda pada kedalaman 76000 m
dari permukaan laut. Sehingga tidak ada lagi cahaya matahari, oleh karena itu
produsen utama di ekosistem ini merupakan organisme kemoautrotof.
Biasanya terdapat lele laut dan ikan laut yang dapat mengeluarkan cahaya
(bioluminisensi). Sebagai produsen terdapat bakteri yang bersimbiosis
dengan karang tertentu.
 Ekosistem Lamun
Lamun atau seagrass adalah satu-satunya kelompok tumbuh-tumbuhan
berbunga yang hidup di lingkungan laut. Tumbuh-tumbuhan ini hidup di
habitat perairan pantai yang dangkal.

3. Ekosistem Buatan
Ekosistem buatan adalah ekosistem yang diciptakan manusia untuk
memenuhi kebutuhannya. Ekosistem buatan mendapatkan subsidi energi dari
luar, tanaman atau hewan peliharaan didominasi pengaruh manusia, dan memiliki
keanekaragaman rendah. Contoh ekosistem buatan adalah:
 Bendungan.
 Hutan tanaman produksi seperti jati dan pinus.
 Agroekosistem berupa sawah tadah hujan.
 Sawah
 Ekosistem pemukiman seperti kota dan desa.
 Ekosistem ruang angkasa.

9
C. Fungsi dan Manfaat Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Keanekaragaman Hayati Indonesia merupakan anugrah terbesar dati Tuhan Yang
Maha Kuasa. Keanekaragaman hayati memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai berikut.
1. Nilai Ekonomi Keanekaragaman Hayati
Nilai ekonomi keanekaragaman hayati merupakan nilai kemanfaatan dari berbagai
sumber hayati yang dapat menghasilkan keuntungan bagi penggunaanya, yaitu dapat
di perjual belikan. Keanekaragaman hayati yang memiliki nilai ekonomi antara lain
sebagai bahan pangan, obat-obatan, kosmetik, sandang, papan, dan memiliki aspek
budaya.
a. Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan pangan.
Keanekaragaman hayati di jadikan sebagai makanan pokok yang di konsumsi
oleh manusia misalnya dari tumbuhan yaitu padi, jangung, singkong, ubi jalar,
talas kentang, sorgum dan lain lain sedangkan dari hewan misalnya daging sapi,
daging ayam, ikan laut dan telur.
b. Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan obat-obatan
Keanekaragaman hayati yang berasal dari tumbuhan sebagai sumber obat-
obatan, misalnya : mengkudu untuk menurunkan tekanan darah tinggi, kina
untuk obat malaria, buah merah untuk mengobati kanker, kolesterol tinggi, dan
diabetes. Sedangkan yang berasal dari hewan contohnya madu lebah
dimanfaatkan untuk meningkatkan daya tahan tubuh, dan bagian daging dan
lemak ular dipercaya dapat mengobati penyakit kulit
c. Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan kosmetik
Beberapa tumbuhan  digunakan untuk kosmetika, antara lain sebagai berikut
misalnya : Bunga mawar, melati, cendana, kenanga, dan kemuning
dimanfaatkan untuk wewangian (parfum). Kemuning, bengkoang, alpukat, dan
beras digunakan sebagai lulur tradisional untuk menghaluskan kulit. Sedangkan
urang aring, mangkokan, pandan, minyak kelapa, dan lidah buaya digunakan
untuk pelumas dan penghitam rambut.
d. Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan sandang
Keanekaragaman hayati yang dijadikan sumber sandang, misalnya : rami, kapas,
pisang hutan atau abaca, dan jute, dimanfaatkan seratnya untuk membuat kain
atau bahan pakaian, ulat sutera untuk membuat kain sutera yang memiliki nilai
ekonomi sangat tinggi, kulit sapi dan kambing untuk membuat jaket, bulu
burung untuk membuat aksesoris pakaian.
10
e. Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan papan
Sebagai bahan papan, keanekaragaman hayati dimanfaatkan untuk membuat
rumah dan sejenisnya misalnya kayu jati, kelapa, nangka, meranti keruing,
rasamala, ulin dan bambu dimanfaatkan kayunya untuk membuat jendela, pintu,
tiang dan atap rumah.
f. Keanekaragaman hayati sebagai aspek budaya
Beberapa upacara ritual keagamaan dan kepercayaan antara lain : Budaya nyeka
(ziarah kubur) pada masyarakat jawa menggunakan bunga mawar, kenanga,
kuntil, dan melati. Umat islam menggunakan heawan ternak seperti sapi,
kambing dan kerbau pada hari qurban. Upacara ngaben di Bali menggunakan 39
jenis tumbuhan yang mengandung minyak atsiri yang berbau harum, antara lain
kenanga, melati, cempaka, pandan, sirih, dan cendana.

2. Nilai Pendidikan Keanekaragaman Hayati


Keanekaragaman hayati dapat menambah pemahaman dan pengetahuan manusia.
Pemanfaatan hewan dan tumbuhan digunakan untuk bahan percobaan untuk
kedokteran dan eksperimen eksperimen tertentu.
3. Nilai Ekologi Keanekaragaman Hayati
Nilai ekologi dari keanekaragaman hayati, antar lain sebagai perlindungan terhadap
kerusakan lahan karena akar tanaman akan melindungi tanah dari kerusakan,
pengikisan, menyerap air hujan sehingga tidak terjadi banjir atau tanah longsor.

D. Faktor Penyebab Menghilangnya Keanekaragaman Hayati


Menghilangnya kanekaragaman hayati di suatu wilayah dapat disebabkan oleh beberapa
faktor berikut ini :
1. Hilangnya Habitat
Daftar merah IUCN (International Union for Conservation of Nature) menunjukkan
bahwa hilangnya habitat yang diakibatkan manajemen pertanian dan hutan yang
tidak berkelanjutan menjadi penyebab terbesar hilangnya kenaekaragaman hayati.
Bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan semakin bertambah pula kebutuhan
yang harus dipenuhi. Lahan yang tersedia untuk kehidupan tumbuhan dan hewan
semakin sempit karena digunakan untuk tempat tinggal penduduk, dibabat untuk
digunakan sebai lahan pertanian atau dijadikan lahan industri.

11
2. Pencemaran Tanah, Udara, dan Air
Zat pencemar (polutan) adalah produk buangan yang dihasilkan dari aktivitas
manusia. Polutan tersebut dapat mencemari air, tanah, dan udara. Beberapa polutan
berbahaya bagi organisme misalnya, nitrogen dan sulfur oksida yang dihasilkan dari
kendaraan bermotor jika bereaksi dengan air akan membentuk hujan asam yang
merusak ekosistem. Pembuangan chlorofluorocarbon (CFC) yang berlebihan
menyebabkan lapisan ozon di atmosfer berlubang. Akibatnya intensitas sinar
ultraviolet yang masuk ke bumi meningkat dan menyebabkan banyak masalah,
antara lain berkurangnya biomassa fitoplankton di lautan yang menyebabkan
terganggunya keseimbangan rantai makanan organisme.
3. Perubahan Iklim
Salah satu penyebab perubahan iklim adalah pencemaran udara oleh gas karbon
dioksida (CO2) yang menimbulkan efek rumah kaca. Menurut Raven (1995), “ efek
rumah kaca meningkatkan suhu udara 1-30C dalam kurn waktu 100 tahun.”
Kenaikan suhu tersebut menyebabkan pencairan es di kutub dan kenaikan
permukaan air laut sekitar 1-2 m yang berakibat terjadinya perubahan struktur dan
fungsi ekosistem lautan.
4. Eksploitasi Tanaman dan Hewan
Eksploitasi Hewan dan tumbuhan secara besar-besaran biasanya dilakukan terhadap
komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi, misalnya kayu hutan yang digunakan
untuk bahan bangunan dan ikan tuna sirip kuning yang harganya mahal dan banyak
diminati oleh pencinta makanan laut. Eksploitasi yang berlebihan dapat
menyebabkan kepunahan spesies-spesies tertentu, apalagi bila tidak diimbangi
dengan usaha pengembangbiakannya.
5. Masuknya Spesies Pendatang
Masuknya spesies dari luar ke suatu daerah seringkali mendesak spesies lokal yang
sebenarnya merupakan spesies penting dan langka di daerah tersebut. Beberapa
spesies asing tersebut dapat menjadi spesies invasif yang menguasai ekosistem.
Contohnya ikan pelangi (Melanotaenia ayamaruensis) merupakan spesies endemik
Danau Ayamaru, Papua Barat. Ikan pelangi terancam punah karena dimangssa oleh
ikan mas (Cyprinus carpio) yang dibawa dari jepang dan menjadi spesies invasif di
danau tersebut.

12
6. Industrilisasi Pertanian dan Hutan
Para petani cendrung menanam tumbuhan dan memelihara hewan yang bersifat
unggul dan menguntungkan, sedangkan tumbuhan dan hewan yang kurang unggul
dan kurang menguntungkan akan disingkirkan. Selain itu, suatu lahan pertanian atau
hutan industri umumnya hanya ditanami satu jeis tanaman (monokultur) misalnya
teh, karet, dan kopi. Hal ini dapat menurunkan keanekaragaman hayati tingkat
spesies.

E. Usaha Pelestarian Keanekaragaman Hayati


Menurunnya keanekaragaman hayati menyebabkan semakin sedikit pula manfaat
yang dapat diperoleh manusia. Penurunan keanekaragaman hayati dapat dicegah dengan
melakukan pelestarian (konservasi) keanekaragaman hayati. Konservasi keanekaragaman
hayati memiliki beberapa tujuan, antara lain sebagai berikut :
1. Menjamin kelestarian fungsi ekosistem sebagai penyangga kehidupan;
2. Mencegah kepunahan spesies yang disebabkan oleh kerusakan habitat dan
pemanfaatan yang tidak terkendali;
3. Menyediakan sumber plasma nuftah untuk mendukung pengembangan dan budidaya
tanaman pangan, obat-obatan, maupun hewan ternak.
Konservasi  keanekaragaman hayati di Indonesia diatur oleh UU No. 5 tahun 1990
tentang Konservasi Sumber Daya dan UU No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup dengan tiga azas, yaitu tanggung jawab, berkelanjutan, dan
bermanfaat.
Pelestarian sumber daya alam hayati harus dilakukan secara terpadu dan melibatkan
banyak pihak.  Beikut ini akan dijelaskan dua jenis pelestarian yaitu pelestarian secara In
Situ dan Pelestarian Ek Situ.
1. Pelestarian Secara In Situ
Pelestarian secara in situ artinya pelestarian sumber daya alam hayati yang dilakukan
di habitat asalnya. Contohnya, bunga Rafflesia arnoldi di Bengkulu, badak jawa di
Ujung Kulon, dan komodo di Pulau Komodo. Yang termasuk pelestarian sumber daya
alam hayati secara in situ yaitu :
a. Perlindungan alam ketat, yaitu perlindungan alam yang membiarkan alam
berkembang secara alamiah.
b. Perlindungan alam terbimbing, yaitu perlindungan alam yang dibina oleh para
ahli.
13
c. Perlindungan geologi, yaitu perlindungan terhadap formasi geologi (tanah).
d. Perlindungan alam zoologi, yaitu perlindungan terhadap hewan langka dan
hampir punah serta perkembangbiakannya.
e. Perlindungan alam botani, yaitu perlindungan terhadap tumbuhan.
f. Taman nasional, digunakan sebagai tempat rekreasi.
g. Perlindungan pemandangan alam berupa danau dan air terjun.
h. Perlindungan monumen alam berupa perlindungan terhadap benda benda alam
yang terpencil.
i. Perlindungan suaka margasatwa, yaitu perlindungan hewan dari perburuan.

2. Pelestarian Secara Ek Situ


Pelestarian secara ek situ artinya pelestarian sumber daya alam hayati yang dilakukan
di luar habitat asalnya atau dipelihara di tempat lain. Pelestarian secara ek situ ada
beberapa macam, misalnya kebun koleksi, kebun plasma nuftah, dan kebun raya.
 

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Keanekaragaman hayati (biodiversitas) adalah keanekaragaman organisme yang
menunjukkan kesuluruhan atau totalitas variasi gen, jenis, dan ekosistem pada
daerah. Tingkat keanekaragaman hayati terdiri dari tiga yaitu keanekaragaman gen,
keanekaragaman spesies, dan keanekaragaman ekosistem.
2. Berdasarkan pengertiannya, keanekaragaman hayati dapat dibedakan menjadi tiga
tingkatan yaitu keanekaragaman gen (genetik), keanekaragaman spesies (jenis), dan
Keanekaragaman ekosistem.
3. Fungsi dan manfaat keanekaragaman hayati yaitu memiliki nilai ekonomi sebagai
sumber bahan pangan, obat-obatan, kosmetik, sandang, papan dan memiliki aspek
budaya. Selain itu keanekaragaman hayati juga memiliki nilai pendidikan dan
ekologi.
4. Faktor-faktor yang menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati di suatu daerah
disebabkan oleh hilangnya habitat, pencemaran tanah, udara dan air, perubahan
iklim, eksploitasi tanaman dan hewan, masuknya spesies pendatang dan
industrilisasi pertanian dan hutan.
5. Untuk mencegah kepunahan keanekaragaman hayati diperlukan usaha untuk
melestarikannya baik usaha untuk perlindungan maupun pengawetan alam serta
pelestarian keanekaragaman hayati yang meliputi pelestarian secara in situ maupun
ek situ.

B. Saran
Didalam kehidupan didunia ini terdapat berbagai jenis keanekaragaman baik hewan
maupun tumbuhan. Untuk mencegah kepunahan maka diperlukan usaha bersama antara
pemerintah dan masyarakat dalam upaya untuk melestarikannya, dan memberikan sanksi
yang tegas kepada oknum-oknum yang bertanggung jawab atas perusakan tersebut.

15
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2009). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.


Henny Riandari. (2014). Biologi untuk Kelas X SMA dan MA. Solo : Global.
Irnaningtyas. (2013). Biologi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta : Erlangga.
Mochamad Indrawan. (2007). Biologi Konservasi. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Nunung Nurhayati, Mukhlis, & Agus Jaya. (2014). Biologi untuk SMA/MA Kelas X. (cetakan
ke-1). Bandung : Yrama Widya.
Supardi. (1994). Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Bandung : Alumni.

16

Anda mungkin juga menyukai