KEANEKARAGAMAN HAYATI
NAMA GURU :
IBU JUBAEDAH
NAMA KELOMPOK A :
1. Anis Saharani
2. Aam Amaliah
3. Adinda Muslihat
4. Eka Yuliyana
5. M. Nuril Afriansyah
6. Farida
7. Sahliah
8. Indah Hamidah
9. Hilma
10. Ayu Uswatun Khasanah
11. Soleman
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................i
DAFTAR ISI .....................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Keanekaragaman Hayati .......................................................................3
B. Tingkat Keanekaragaman Hayati ...........................................................................4
C. Fungsi dan Manfaat Keanekaragaman Hayati di Indonesia ...................................10
D. Faktor Penyebab Menghilangnya Keanekaragaman Hayati. ..................................11
E. Usaha Pelestarian Keanekaragaman Hayati............................................................13
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................................15
B. Saran .......................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keanekaragaman hayati adalah tingkat variasi bentuk kehidupan dalam,
mengingat ekosistem bioma spesies,, atau seluruh planet. Keanekaragaman hayati adalah
ukuran dari kesehatan ekosistem. Keanekaragaman hayati adalah sebagian fungsi
dari iklim. Pada habitat darat, s daerah tropis biasanya kaya
sedangkan spesies dukungan daerah kutub s lebih sedikit. Perubahan lingkungan yang
cepat biasanya menyebabkan kepunahan massal s. Salah satu perkiraan adalah bahwa
kurang dari 1% dari spesies yang ada di Bumi adalah yang masih ada.
Sejak kehidupan dimulai di bumi, lima kepunahan massal besar dan peristiwa kecil
telah menyebabkan beberapa tetes besar dan mendadak dalam keanekaragaman hayati.
Para eon Fanerozoikum (yang 540 juta tahun terakhir) ditandai pertumbuhan yang cepat
dalam keanekaragaman hayati melalui ledakan-Kambrium sebuah periode di mana
mayoritas filum multiseluler pertama muncul. 400 juta tahun ke depan termasuk diulang,
kerugian besar keanekaragaman hayati diklasifikasikan sebagai kepunahan massal.
Dalam Karbon, kolaps hutan hujan menyebabkan kerugian besar dari kehidupan tanaman
dan hewan. Peristiwa kepunahan Permian-Trias, 251 juta tahun lalu, adalah yang
terburuk;. Pemulihan vertebrata butuh waktu 30 juta tahun. Yang paling terakhir,
peristiwa kepunahan Cretaceous-Paleogen, terjadi 65 juta tahun lalu, dan sering menarik
perhatian lebih dari yang lain karena mengakibatkan kepunahan dinosaurus s.
Periode sejak munculnya manusia telah menunjukkan pengurangan
keanekaragaman hayati yang sedang berlangsung dan kerugian atas keragaman
genetik. Dinamakan kepunahan Holocene, pengurangan ini disebabkan terutama oleh
dampak manusia, terutama kerusakan habitat. Sebaliknya, keanekaragaman hayati
dampak kesehatan manusia dalam berbagai cara, baik secara positif maupun negatif.
Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup yangmenunjukkan
keseluruhan variasi gen, spesies dan ekosistem di suatu daerah. Adadua faktor penyebab
keanekaragaman hayati, yaitu faktor genetik dan faktor luar. Faktor genetik bersifat
relatif konstan atau stabil pengaruhnya terhadap morfologiorganisme. Sebaliknya, faktor
luar relatif stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme. Keanekaragaman hayati
dapat terbentuk karena adanya keseragaman dan keanekaragaman untuk sifat atau ciri
makhluk hidup. Keanekaragam hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan.
Saat ini tekanan terhadap keanekaragaman hayati makin tinggi. Kemajuan tekhnologi
1
telah mengubah fungsi berbagai flora dan fauna sebagai hasil hutan. Akibatnya dimasa
mendatang diramalkan degradasi lingkungan makin tinggi. Oleh karena itu
keaekaragaman hayati perlu dilestarikan.
B. Rumusan Masalah
Masalah umum yang terdapat dalam penulisan makalah ini adalah tentang
keanekaragaman hayati. Agar permasalahan tersebut tidak terlalu luas maka dibatasi
menjadi sub-sub masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan keanekaragaman hayati?
2. Apa saja tingkat keanekaragaman hayati?
3. Apa fungsi dan manfaat keanekaragaman hayati di Indonesia?
4. Apa faktor penyebab menghilangnya keanekaragaman hayati?
5. Bagaimana usaha pelestarian keanekaragaman hayati?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang pengertian keanekaragaman hayati.
2. Untuk mengetahui tingkat keanekaragaman hayati.
3. Untuk mengetahui fungsi dan manfaat keanekaragaman hayati.
4. Untuk mengetahui faktor penyebab hilangnya keanekaragaman hayati.
5. Untuk mengetahui bagaimana usaha pelestarian keanekaragaman hayati.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
B. Tingkat Keanekaragaman Hayati
1. Keanekaragaman Tingkat Gen
Keanekaragaman gen adalah variasi atau perbedaan gen yang terjadi dalam
suatu jenis atau spesies mahluk hidup. Contohnya, buah durian (Durio ziberhinus)
ada yang berkulit tebal, berkulit tipis, berdaging buah tebal, berdaging buah tipis,
berbiji besar, atau berbiji kecil. Sementara keanekaragaman genetik pada spesies
hewan, misalnya warna rambut pada kucing (Felis silvestris catus) ada yang berwarna
hitam, putih, abu-abu, dan cokelat.
Keanekaragaman sifat genetik pada suatu organisme dikendalikan oleh gen-
gen yang terdapat di dalam kromosom yang di milikinya. Kromosom tersebut
diperoleh dari kedua induknya dari pewarisan sifat. Namun demikian, ekspresi gen
suatu organisme juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tempat hidupnya.
Peningkatan keanekaraman gen dapat terjadi melalui hibridisasi atau
perkawinan silang antara organisme satu spesies yang berbeda sifat, atau melalui
proses domestikasi atau budidaya hewan atau tumbuhan liar oleh manusia. Dengan
hibridisasi akan diperoleh sifat genetik baru dari organisme-organisme pada satu
spesies. Keanekaragaman gen pada organisme dalam satu spesies disebut varietas atau
ras.
7
Ekosistem Estuari
Estuari (muara) merupakan wilayah perairan tempat pertemuan antara sungai
dan laut atau disebut muara sungai. Muara sungai disebut pantai lumpur.
Estuari mempunyai ciri berair payau dengan tingkat salinitas di antara air
tawar dan laut. Vegetasi didominasi oleh tumbuhan bakau dan rumput laut.
Beberapa organisme laut melakukan perkembangbiakan di wilayah ini seperti
ikan, ganggang, dan fitoplankton, udang dan moluska yang dapat dimakan.
Estuari banyak terdapat di wilayah Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Papua.
Nutrien dari sungai memperkaya daerah estuari.
Ekosistem Pantai
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi
dengan ion CI– mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya
tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25 °C.
Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi, sehingga terdapat batas antara
lapisan air yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah
yang disebut daerah termoklin. Dinamakan demikian karena yang paling
banyak tumbuh di gundukan pasir adalah tumbuhan Ipomoea pes
caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin. Tumbuhan
yang hidup di ekosistem ini menjalar dan berdaun tebal.
Ekosistem Sungai
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin
dan jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan
gelombang secara konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi
sesuai dengan ketinggian dan garis lintang. Komposisi komunitas hewan juga
berbeda antara sungai, anak sungai, dan hilir. Di anak sungai sering dijumpai
ikan air tawar. Di hilir sering dijumpai ikan lele dan gurame. Beberapa
sungai besar dihuni oleh berbagai kurakura dan ular. Khusus sungai di daerah
tropis, dihuni oleh buaya dan lumba-lumba.
Ekosistem Terumbu Karang
Di laut tropis, pada daerah neritik, terdapat suatu komunitas khusus yang
terdiri dari karang batu clan organisme-organisme lainnya. Komunitas ini
disebut terumbu karang. Daerah komunitas ini masih dapat ditembus cahaya
matahari sehingga fotosintesis dapat berlangsung.
8
Terumbu karang didominasi oleh karang (koral) yang merupakan kelompok
Cnidaria yang mensekresikan kalsium karbonat. Rangka dari kalsium
karbonat ini bermacam-macam bentuknya dan menyusun substrat tempat
hidup karang lain dan ganggang.Hewan-hewan yang hidup di karang
memakan organisme mikroskopis dan sisa organik lain. Berbagai
invertebrata, mikroorganisme, dan ikan hidup di antara karang clan
ganggang. Herbivor seperti siput, landak laut, ikan, menjadi mangsa bagi
gurita, bintang laut, dan ikan karnivor.
Ekosistem Laut Dalam
Merupakan zona pelagik laut. Ekosistem ini berda pada kedalaman 76000 m
dari permukaan laut. Sehingga tidak ada lagi cahaya matahari, oleh karena itu
produsen utama di ekosistem ini merupakan organisme kemoautrotof.
Biasanya terdapat lele laut dan ikan laut yang dapat mengeluarkan cahaya
(bioluminisensi). Sebagai produsen terdapat bakteri yang bersimbiosis
dengan karang tertentu.
Ekosistem Lamun
Lamun atau seagrass adalah satu-satunya kelompok tumbuh-tumbuhan
berbunga yang hidup di lingkungan laut. Tumbuh-tumbuhan ini hidup di
habitat perairan pantai yang dangkal.
3. Ekosistem Buatan
Ekosistem buatan adalah ekosistem yang diciptakan manusia untuk
memenuhi kebutuhannya. Ekosistem buatan mendapatkan subsidi energi dari
luar, tanaman atau hewan peliharaan didominasi pengaruh manusia, dan memiliki
keanekaragaman rendah. Contoh ekosistem buatan adalah:
Bendungan.
Hutan tanaman produksi seperti jati dan pinus.
Agroekosistem berupa sawah tadah hujan.
Sawah
Ekosistem pemukiman seperti kota dan desa.
Ekosistem ruang angkasa.
9
C. Fungsi dan Manfaat Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Keanekaragaman Hayati Indonesia merupakan anugrah terbesar dati Tuhan Yang
Maha Kuasa. Keanekaragaman hayati memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai berikut.
1. Nilai Ekonomi Keanekaragaman Hayati
Nilai ekonomi keanekaragaman hayati merupakan nilai kemanfaatan dari berbagai
sumber hayati yang dapat menghasilkan keuntungan bagi penggunaanya, yaitu dapat
di perjual belikan. Keanekaragaman hayati yang memiliki nilai ekonomi antara lain
sebagai bahan pangan, obat-obatan, kosmetik, sandang, papan, dan memiliki aspek
budaya.
a. Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan pangan.
Keanekaragaman hayati di jadikan sebagai makanan pokok yang di konsumsi
oleh manusia misalnya dari tumbuhan yaitu padi, jangung, singkong, ubi jalar,
talas kentang, sorgum dan lain lain sedangkan dari hewan misalnya daging sapi,
daging ayam, ikan laut dan telur.
b. Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan obat-obatan
Keanekaragaman hayati yang berasal dari tumbuhan sebagai sumber obat-
obatan, misalnya : mengkudu untuk menurunkan tekanan darah tinggi, kina
untuk obat malaria, buah merah untuk mengobati kanker, kolesterol tinggi, dan
diabetes. Sedangkan yang berasal dari hewan contohnya madu lebah
dimanfaatkan untuk meningkatkan daya tahan tubuh, dan bagian daging dan
lemak ular dipercaya dapat mengobati penyakit kulit
c. Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan kosmetik
Beberapa tumbuhan digunakan untuk kosmetika, antara lain sebagai berikut
misalnya : Bunga mawar, melati, cendana, kenanga, dan kemuning
dimanfaatkan untuk wewangian (parfum). Kemuning, bengkoang, alpukat, dan
beras digunakan sebagai lulur tradisional untuk menghaluskan kulit. Sedangkan
urang aring, mangkokan, pandan, minyak kelapa, dan lidah buaya digunakan
untuk pelumas dan penghitam rambut.
d. Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan sandang
Keanekaragaman hayati yang dijadikan sumber sandang, misalnya : rami, kapas,
pisang hutan atau abaca, dan jute, dimanfaatkan seratnya untuk membuat kain
atau bahan pakaian, ulat sutera untuk membuat kain sutera yang memiliki nilai
ekonomi sangat tinggi, kulit sapi dan kambing untuk membuat jaket, bulu
burung untuk membuat aksesoris pakaian.
10
e. Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan papan
Sebagai bahan papan, keanekaragaman hayati dimanfaatkan untuk membuat
rumah dan sejenisnya misalnya kayu jati, kelapa, nangka, meranti keruing,
rasamala, ulin dan bambu dimanfaatkan kayunya untuk membuat jendela, pintu,
tiang dan atap rumah.
f. Keanekaragaman hayati sebagai aspek budaya
Beberapa upacara ritual keagamaan dan kepercayaan antara lain : Budaya nyeka
(ziarah kubur) pada masyarakat jawa menggunakan bunga mawar, kenanga,
kuntil, dan melati. Umat islam menggunakan heawan ternak seperti sapi,
kambing dan kerbau pada hari qurban. Upacara ngaben di Bali menggunakan 39
jenis tumbuhan yang mengandung minyak atsiri yang berbau harum, antara lain
kenanga, melati, cempaka, pandan, sirih, dan cendana.
11
2. Pencemaran Tanah, Udara, dan Air
Zat pencemar (polutan) adalah produk buangan yang dihasilkan dari aktivitas
manusia. Polutan tersebut dapat mencemari air, tanah, dan udara. Beberapa polutan
berbahaya bagi organisme misalnya, nitrogen dan sulfur oksida yang dihasilkan dari
kendaraan bermotor jika bereaksi dengan air akan membentuk hujan asam yang
merusak ekosistem. Pembuangan chlorofluorocarbon (CFC) yang berlebihan
menyebabkan lapisan ozon di atmosfer berlubang. Akibatnya intensitas sinar
ultraviolet yang masuk ke bumi meningkat dan menyebabkan banyak masalah,
antara lain berkurangnya biomassa fitoplankton di lautan yang menyebabkan
terganggunya keseimbangan rantai makanan organisme.
3. Perubahan Iklim
Salah satu penyebab perubahan iklim adalah pencemaran udara oleh gas karbon
dioksida (CO2) yang menimbulkan efek rumah kaca. Menurut Raven (1995), “ efek
rumah kaca meningkatkan suhu udara 1-30C dalam kurn waktu 100 tahun.”
Kenaikan suhu tersebut menyebabkan pencairan es di kutub dan kenaikan
permukaan air laut sekitar 1-2 m yang berakibat terjadinya perubahan struktur dan
fungsi ekosistem lautan.
4. Eksploitasi Tanaman dan Hewan
Eksploitasi Hewan dan tumbuhan secara besar-besaran biasanya dilakukan terhadap
komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi, misalnya kayu hutan yang digunakan
untuk bahan bangunan dan ikan tuna sirip kuning yang harganya mahal dan banyak
diminati oleh pencinta makanan laut. Eksploitasi yang berlebihan dapat
menyebabkan kepunahan spesies-spesies tertentu, apalagi bila tidak diimbangi
dengan usaha pengembangbiakannya.
5. Masuknya Spesies Pendatang
Masuknya spesies dari luar ke suatu daerah seringkali mendesak spesies lokal yang
sebenarnya merupakan spesies penting dan langka di daerah tersebut. Beberapa
spesies asing tersebut dapat menjadi spesies invasif yang menguasai ekosistem.
Contohnya ikan pelangi (Melanotaenia ayamaruensis) merupakan spesies endemik
Danau Ayamaru, Papua Barat. Ikan pelangi terancam punah karena dimangssa oleh
ikan mas (Cyprinus carpio) yang dibawa dari jepang dan menjadi spesies invasif di
danau tersebut.
12
6. Industrilisasi Pertanian dan Hutan
Para petani cendrung menanam tumbuhan dan memelihara hewan yang bersifat
unggul dan menguntungkan, sedangkan tumbuhan dan hewan yang kurang unggul
dan kurang menguntungkan akan disingkirkan. Selain itu, suatu lahan pertanian atau
hutan industri umumnya hanya ditanami satu jeis tanaman (monokultur) misalnya
teh, karet, dan kopi. Hal ini dapat menurunkan keanekaragaman hayati tingkat
spesies.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Keanekaragaman hayati (biodiversitas) adalah keanekaragaman organisme yang
menunjukkan kesuluruhan atau totalitas variasi gen, jenis, dan ekosistem pada
daerah. Tingkat keanekaragaman hayati terdiri dari tiga yaitu keanekaragaman gen,
keanekaragaman spesies, dan keanekaragaman ekosistem.
2. Berdasarkan pengertiannya, keanekaragaman hayati dapat dibedakan menjadi tiga
tingkatan yaitu keanekaragaman gen (genetik), keanekaragaman spesies (jenis), dan
Keanekaragaman ekosistem.
3. Fungsi dan manfaat keanekaragaman hayati yaitu memiliki nilai ekonomi sebagai
sumber bahan pangan, obat-obatan, kosmetik, sandang, papan dan memiliki aspek
budaya. Selain itu keanekaragaman hayati juga memiliki nilai pendidikan dan
ekologi.
4. Faktor-faktor yang menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati di suatu daerah
disebabkan oleh hilangnya habitat, pencemaran tanah, udara dan air, perubahan
iklim, eksploitasi tanaman dan hewan, masuknya spesies pendatang dan
industrilisasi pertanian dan hutan.
5. Untuk mencegah kepunahan keanekaragaman hayati diperlukan usaha untuk
melestarikannya baik usaha untuk perlindungan maupun pengawetan alam serta
pelestarian keanekaragaman hayati yang meliputi pelestarian secara in situ maupun
ek situ.
B. Saran
Didalam kehidupan didunia ini terdapat berbagai jenis keanekaragaman baik hewan
maupun tumbuhan. Untuk mencegah kepunahan maka diperlukan usaha bersama antara
pemerintah dan masyarakat dalam upaya untuk melestarikannya, dan memberikan sanksi
yang tegas kepada oknum-oknum yang bertanggung jawab atas perusakan tersebut.
15
DAFTAR PUSTAKA
16