Anda di halaman 1dari 14

10 Gangguan Ekosistem

Faktor Manusia

Faktor penyebab terjadinya kerusakan ekosistem lainnya disebabkan oleh berbagai aktifitas
manusia. Manusia sebagai salah satu organisme atau mahluk hidup dalam sebuah ekosistem
tentu memerlukan kehadiran organisme lainnya. Untuk memenuhi kebutuhannya tersebut
maka manusia melakukan sejumlah kegiatan yang justru berperan dalam kerusakan
lingkungan di sekitarnya. Sebut saja penebangan pohon secara berlebihan, pembakaran hutan
dalam rangka pembukaan lahan untuk bertani, penangkapan ikan dengan menggunakan
racun, terapi kejut juga bom, penggunaan bahan-bahan kimia yang berlebihan dalam
pertanian, kebiasaan membuang sampah yang tak bisa diurai sampai ribuan tahun, aktifitas
tertentu yang menghasilkan limbah kimia yang berbahaya bagi lingkungan seperti limbah
rumah tangga, limbah pertanian, limbah industri dan masih banyak lagi lainnya.
Salah satu hal yang marak saat ini disoroti adalah pemburuan liar yang dilakukan oleh
manusia terhadap hewan. Dahulu, perburuan atau penangkapan dilakukan hanya untuk alasan
konsumsi, maka dewasa ini perburuan juga dilakukan dengan tujuan relaksasi. Misalnya saja
beruang diburu karena ingin diambil bulunya, harimau dibunuh karena bulunya bisa diambil
sebagai bahan garmen, demikian pula dengan gajah yang ditembaki agar gadingnya bisa
diambil. Jika pemburuan liar ini semakin menjadi-jadi, maka akan terjadi kelangkaan hewan
dan berakibat pada ketidakseimbangan ekosistem.

Limbah Industri
Sungai merupakan sumber air yang sangat penting untuk menunjang kehidupan
manusia. Sungai menjadi jalan air alami untuk dapat mengalir dari mata air melewati
berbagai alur sungai menuju samudera, danau, laut atau ke sungai yang lain. Kedinamisan
aliran sungai dipengaruhi oleh faktor cuaca, karakteristik aliran sungai dan pola hidup
masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar tepian sungai. Kondisi ini menyebabkan
kualitas dan kuantitas sungai dipengaruhi oleh perubahan-perubahan iklim dan pola hidup
masyarakat sekitar sungai. Faktor-faktor tesebut saling keterkaitan interaksi satu dengan
lainnya. Bila interaksi beberapa komponen tersebut mengalami gangguan maka ekosistem
menjadi tidak seimbang.

Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan


air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Perairan tersebut
merupakan salah satu bagian dari siklus kehidupan manusia dan hidrologi. Bertambahnya
jumlah penduduk, dan kurangnya daerah resapan air serta semakin bertambahnya
pemukiman di sekitar aliran sungai, menyebabkan sungai mengalami penurunan kualitas
mutu air dan pencemaran air yang diakibatkan oleh pola aktivitas masyarakat sekitar aliran
sungai dan resapan air yang dijadikan tempat tinggal, pembuangan sisa aktivitas rumah
tangga dan limbah sisa hasil industri ke sekitar atau kedalam aliran sungai. Akibat dari
buangan sisa hasil aktivitas manusia (sedimen dan polutan) menyebabkan terganggunya
ekosistem aliran sungai tersebut. Mulai dari tidak terpenuhinya kualitas air berstandar 3B
(tidak berwarna, berbau dan tidak beracun), berkurangnya jumlah ikan dan satwa air,
timbulnya lingkungan kumuh sampai pada munculnya masalah kesehatan dan lainnya.

Pencemaran Lingkungan

Pencemaran disebut juga dengan polusi, terjadi karena masuknya bahan-bahan pencemar
(polutan) yang dapat mengganggu keseimbangan lingkungan. Bahan-bahan pencemar
tersebut pada umumnya merupakan efek samping dari aktivitas manusia dalam
pembangunan. Berdasarkan jenisnya, pencemaran dapat dibagi menjadi empat, yaitu
pencemaran udara, pencemaran tanah, pencemaran air, dan pencemaran suara. Pencemaran
udara yang ditimbulkan oleh ulah manusia antara lain, disebabkan oleh asap sisa hasil
pembakaran, khususnya bahan bakar fosil (minyak dan batu bara) yang ditimbulkan oleh
kendaraan bermotor, mesin-mesin pabrik, dan mesin-mesin pesawat terbang atau roket.
Dampak yang ditimbulkan dari pencemaran udara, antara lain, berkurangnya kadar oksigen
(O2) di udara, menipisnya lapisan ozon (O3), dan bila bersenyawa dengan air hujan akan
menimbulkan
hujan
asam
yang
dapat
merusak
dan
mencemari air, tanah, atau tumbuhan. Pencemaran tanah disebabkan karena sampah plastik
ataupun sampah anorganik lain yang tidak dapat diuraikan di dalam tanah.
Pencemaran tanah juga dapat disebabkan oleh penggunaan pupuk atau obat-obatan kimia
yang digunakan secara berlebihan dalam pertanian, sehingga tanah kelebihan zat-zat tertentu
yang justru dapat menjadi racun bagi tanaman.
Dampak rusaknya ekosistem tanah adalah semakin berkurangnya tingkat kesuburan tanah
sehingga lambat laun tanah tersebut akan menjadi tanah kritis yang tidak dapat diolah atau
dimanfaatkan.

KERUSAKAN HUTAN
Kerusakan hutan yang terjadi memberikan akibat yang nyata bagi kehidupan manusia.
Sekarang orang merasakan betapa pentingnya menjaga dan memelihara hutan karena begitu
banyak bencana yang terjadi akibat kelalaian dan keserakahan manusia. Hutan diperlakukan
semena-mena tanpa memikirkan dampak dan akibatnya ketika hutan menjadi rusak. Menjaga
dan memelihara hutan dampaknya bukan saja untuk saat ini tetapi untuk masa depan anak
dan cucu. Kerusakan hutan yang terjadi memberikan dampak langsung maupun tidak
langsung terhadap lingkungan sekitar.

Gambar Banjir Bandang Akibat Kerusakan Hutan Sumber : matanews.com

Banyak penyuluhan telah dilakukan untuk menyadarkan masyarakat akan arti pentingnya
manfaat hutan. Berbagai media dipergunakan untuk membuat iklan-iklan tentang
penyelamatan hutan, kampanye lingkungan dilakukan dimana-mana, ditambah lagi artikel,
makalah, paper maupun hasil penelitian oleh para ahli yang mengulas mengenai dampak dan
akibat kerusakan hutan, namun semua itu belum juga sepenuhnya dapat menyadarkan
masyarakat.

Akibat Pertambangan

Kerusakan lahan akibat pertambangan dapat terjadi selama kegiatan pertambangan maupun
pasca pertambangan. Dampak yang ditimbulkan akan berbeda pada setiap jenis
pertambangan, tergantung pada metode dan teknologi yang digunakan (Direktorat Sumber
Daya Mineral dan Pertambangan, 2003). Kebanyakan kerusakan lahan yang terjadi
disebabkan oleh perusahaan tambang yang menyimpang dari ketentuan yang berlaku dan
adanya penambangan tanpa izin (PETI) yang melakukan proses penambangan secara liar dan
tidak ramah lingkungan (Kementerian Lingkungan Hidup, 2002).
Semakin besar skala kegiatan pertambangan, makin besar pula areal dampak yang
ditimbulkan. Perubahan lingkungan akibat kegiatan pertambangan dapat bersifat permanen,
atau tidak dapat dikembalikan kepada keadaan semula (Dyahwanti, 2007).

kebakaran hutan
Merupakan faktor utama penyebab kerusakan hutan di Indonesia, dan setiap tahunnya
puluhan bahkan ratusan ribu hektar hutan di Indonesia terbakar. Ini merupakan suatu
kerugian yang begitu besar bagi Indonesia mengingat kita tidak bisa memanfaatkan hutan
yang terbakar tersebut. Dan inilah pembahasan mengenai penyebab dan dampak kebakaran
hutan.

Aktivitas Vulkanis
Salah satu penyebab kebakaran hutan adalah karena aktivitas vulkanis dari gunung berapi
seperti hutan yang terbakar karena terkena aliran lahar atau hawa panas (wedus gembel)
letusan gunung merapi. Berdasarkan pengalaman yang ada kebakaran seperti ini sulit untuk
diantisipasi, tetapi mungkin bisa diminimaliasir.
Sambaran Petir
Sambaran petir juga bisa menjadi sebab terjadinya kebakaran hutan, terlebih ketika musim
kemarau. Kita semua tahu bahwa musim kemarau hutan-hutan akan menjadi kering dan
keringnya hutan ini akan memudahnya terjadinya kebakaran ketika petir datang menyambar.
Hal ini bisa diminimalisir dengan menyiramnya.
Ulah Tangan Manusia
Salah satu yang menyebabkan terbakarnya hutan adalah karena ulah tangan manusia seperti
membersihkan lahan pertanian, membuka lahan pertanian bahkan hingga tindakan
vandalisme dari segelintir atau sekelompok orang. Tindakan-tindakan seperti ini harus segera
dihentikan dengan sosialiasi kepada masyarakat.
Kecerobohan Manusia
Kebakaran hutan yang disebabkan manusia tidak hanya yang sifanya disengaja seperti yang
telah dijelaskan pada no 3 sebelumnya, melainkan juga karena ketidaksengajaan atau
kecerobohan manusia. Tindakan dari kecerobohan manusia tersebut antara lain membuang
puntung rokok dan lupa mematikan api ungun.

Perburuan Hewan Liar


Belakangan ini sering kita lihat di beberapa media banyak kabar tentang terjadinya perburuan
hewan, mulai dari hewan peliharaan hingga satwa liar di hutan belantara. Sebagai negara
yang cukup besar dan masih berkembang, negara kita Indonesia mempunyai luas hutan yang
cukup besar, dengan satwa liar yang sangat beragam pula. Perhatian dunia akan satwa liar
yang rawan punah di Indonesia bukan barang baru di telinga para pemerhati fauna atau satwa
di negara kita ini. Media asing telah seringkali memberitakan mengenai hal ini. Sepatutnya
kita harus tanggap akan hal ini.

Sebelumnya, jangan lupa juga cek update terbaru dari rangkaiankata.com, yang beberapa
waktu lalu habis wisata kuliner dan nonton film (cari kopi di Pasar Santa, dan ulasan film The
Fault in Our Stars).
Berbicara mengenai perburuan hewan ataupun satwa liar, seringkali mengenai kepunahan
ragam satwa yang rawan punah, yang sudah barang tentu itu benar dan fatal dampaknya.
Akan tetapi kita jarang mempelajari dampak dari sudut pandang yang lain.
Beberapa waktu yang lalu, saya sempat membaca sana dan sini, ternyata dampak perburuan
hewan atau perburuan satwa ini dapat mengakibatkan beberapa hal yang cukup membuat
saya kaget dan merenung cukup lama. Ternyata kita sebagai manusia adalah perusak
kehidupan kita sendiri.
Dengan maraknya perburuan hewan liar, penyakit ini akan mempunyai persentase
perkembangan dan mewabah ke manusia yang semakin besar. Penyakit Zoonosis adalah
infeksi yang ditularkan di antara hewan vertebrata dan manusia ataupun bisa sebaliknya.
Penyakit Zoonosis ini belakangan menjadi perhatian di dunia dengan dikenalnya penyakit flu
burung dan virus H5N1 oleh penduduk seantero dunia.

Pencemaran Laut
Bahan pencemar yang masuk ke wilayah pesisir dan laut secara elemental bisa berasal
dari berbagai sumber. Keadaan fisik bahan pencemar dari suatu sumber bisa berbeda dengan
dari sumber lain, dengan komposisi yang berbeda-beda pula. Dengan demikian dampaknya
terhadap lingkungan juga bervariasi. Untuk itu, dalam memahami pencemaran yang terjadi di
lingkungan pesisir dan laut, beberapa hal berikut perlu dibahas, meliputi bahan pencemar apa
saja yang masuk ke lingkungan, bagaimana sifat polutan dan keadaan lingkungan pesisir dan
laut tersebut, dan apa pengaruh atau dampak dari masuknya polutan tersebut ke lingkungan
(Mukhtator , 2002).

Pencemaran laut diartikan sebagai adanya kotoran atau hasil buangan aktivitas
makhluk hidup yang masuk ke daerah laut. Sumber dari pencemaran laut ini antara lain
adalah tumpahan minyak, sisa damparan amunisi perang, buangan proses di kapal, buangan
industri ke laut, proses pengeboran minyak di laut, buangan sampah dari transportasi darat
melalui sungai, emisi transportasi laut dan buangan pestisida dari perairan. Namun sumber
utama pencemaran laut adalah berasal dari tumpahan minyak baik dari proses di kapal,
pengeboran lepas pantai maupun akibat kecelakaan kapal. Polusi dari tumpahan minyak di
laut merupakan sumber pencemaran laut yang selalu menjdi fokus perhatian dari masyarakat
luas, karena akibatnya akan sangat cepat dirasakan oleh masyarakat sekitar pantai dan sangat
signifikan merusak makhluk hidup di sekitar pantai tersebut (Hartanto , 2008).

Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan
merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran tanah dapat diakibatkan oleh aktivitas
pembuangan sampah yang tidak dikelola dengan baik, kebocoran limbah cair dari industri
dan rumah sakit, tumpahan minyak, zat kimia dan limbah, kebocoran limbah cair atau bahan
kimia industri atau fasilitas komersial, penggunaan pestisida, masuknya air permukaan tanah
tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan, kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat
kimia, atau limbah air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang
langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping).

Apabila tanah telah tercemar oleh suatu polutan, maka polutan tersebut akan
mengendap dalam tanah sebagai zat yang beracun, ini biasanya terjadi karena: kebocoran
limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial, penggunaan pestisida;
masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan, kecelakaan
kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah air limbah dari tempat penimbunan
sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat
(illegal dumping).

Upaya Manusia Mencegah Kerusakan Ekosistem

1. Reboisasi

2. Mencegah penebangan hutan dan menerapkan tebang pilih

3. Mengurangi penggunaan bahan bakar fosil

4. Membuat sengkedan di daerah pegunungan

5. Mengolah limbah sebelum dibuang

6. Menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan (mudah terurai oleh


mikroorganisme tanah)

7. Mengurangi penggunaan bahan kimia (pestisida, pupuk buatan dll)

8. Mengatur sistem pembuangan limbah industri sehingga tidak mencemari lingkungan

9. Menempatkan industri atau pabrik terpisah dari kawasan permukiman penduduk

10. Menghemat penggunaan energi(minyak, listrik,dll).

M. FAHMI HIDAYAT .Lg.

X-IPA

Anda mungkin juga menyukai