Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Konservasi mengacu kepada pengertian pengelolaan penggunaan biosfer
oleh manusia sedemikian rupa sehingga memberikan manfaat lestari tertinggi
bagi generasi sekarang, sementara itu mempertahankan potensinya untuk
memenuhi kebutuhan aspirasi generasi mendatang (Hanson dan Manuel,
1987). Upaya konservasi di dunia ini telah dimulai sejak ribuan tahun yang
lalu.
Naluri manusia untuk mempertahankan hidup dan berinteraksi dengan
alam dilakukan antara lain dengan cara berburu, yang merupakan suatu
kegiatan untuk memenuhi kebutuhan hidup, ataupun sebagai suatu hobi atau
hiburan. Sejak jaman dahulu, konsep konservasi telah ada dan diperkenalkan
kepada manusia meskipun konsep konservasi tersebut masih bersifat
konservatif dan eksklusif (kerajaan). Konsep tersebut adalah konsep kuno
konservasi yang merupakan cikal bakal dari konsep modern konservasi
dimana konsep modern konservasi menekankan pada upaya memelihara dan
memanfaatkan sumberdaya alam secara bijaksana (Vera, 2010). Pada
dasarnya usahatani konservasi merupakan suatu paket teknologi usahatani
yang bertujuan meningkatkan produksi dan pendapatan petani, serta
melestarikan sumberdaya tanah dan air pada DAS kritis (Saragih, 1996).
Pada awalnya, upaya konservasi di dunia ini telah dimulai sejak ribuan
tahun yang lalu. Naluri manusia untuk mempertahankan hidup dan
berinteraksi dengan alam dilakukan antara lain dengan cara berburu, yang
merupakan suatu kegiatan baik sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan
hidup, ataupun sebagai suatu hobi/hiburan. Sejak jaman dahulu, konsep
konservasi telah ada dan diperkenalkan kepada manusia meskipun konsep
konservasi tersebut masih bersifat konservatif dan eksklusif (kerajaan).
Konsep tersebut adalah konsep kuno konservasi yang merupakan cikal bakal
dari konsep modern konservasi dimana konsep modern konservasi
menekankan pada upaya memelihara dan memanfaatkan sumberdaya alam
secara bijaksana.
Di Indonesia, pertanian konservasi pernah populer di tahun 1990-an,
namun gerakannya sangat lambat. Tidak ada yang jelas sampai di mana
tingkat perkembangan olah tanah konservasi di Indonesia.Teknik konservasi
ini dapat sangat berarti, karena memberikan manfaat praktis yang langsung
dapat dinikmati oleh petani dalam hal efisiensi biaya dan energi,
mempercepat siklus tanam dan pemanfaatan air, meningkatkan kesuburan
tanah dan bahkan membantu pengurangan emisi GRK. Untuk menanggulangi
kemandegan ini, maka pemerintah perlu memfasilitasi kembali gerakan olah
tanah konservasi melalui program-program praktis dan nyata, serta
mendukung secara finansial maupun penelitian dan penyuluhan, serta
merangkul berbagai pihak yang tertarik untuk mengakselerasi gerakan olah
tanah konservasi.
Pertanian yang berbasis olah tanah konservasi tidak akan berhasil
dikembangkan jika setiap pelaku di sektor ini masih terikat di dalam mind-set
olah tanah konvensional. Untuk merebut kembali momentum yang telah
hilang dibutuhkan motivasi yang besar dan perubahan paradigma dari
segenap pihak yang bergerak di sektor pertanian, baik itu pejabat, peneliti,
ilmuwan, penyuluh, maupun petani sebagai pelaku langsung pertanian.
Sumber daya alam utama yaitu tanah dan air mudah mengalami
kerusakan atau degradasi. Tanah mempunyai dua fungsi utama yaitu sebagai
sumber unsur hara bagi tumbuhan, dan sebagai matriks tempat akar tumbuhan
berjangkar dan air tanah tersimpan (Arsyad S, 1989). Kedua fungsi tersebut
dapat menurun atau hilang, hilang atau menurunnya fungsi tanah ini yang
biasa disebut kerusakan tanah atau degradasi tanah.
Hilangnya fungsi tanah sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dapat
terus menerus diperbaharui dengan pemupukan. Hilangnya fungsi tanah
sebagai tempat berjangkarnya perakaran dan menyimpan air tanah tidak
mudah diperbaharui karena diperlukan waktu yang lama untuk pembentukan
tanah.
Kerusakan air berupa hilangnya atau mengeringnya sumber air dan
menurunnya kualitas air. Hilang atau mengeringnya sumber air berkaitan erat
dengan erosi, sedangkan menurunnya kualitas air dapat dikarenakan
kandungan sedimen yang bersumber dari erosi atau kandungan bahan-bahan
dari limbah industri atau pertanian.
Kedua sumber daya tersebut (tanah dan air) harus dijaga kelestarian
fungsinya dengan upaya-upaya konservasi tanah dan air. Konservasi tanah
adalah penempatan tiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai
dengan kemampuan tanah dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-
syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Konservasi tanah
dilihat hanya sebagai control terhadap kerusakan akibat erosi dan memelihara
kesuburan tanah (Lundgren dan Nair, 1985: Young, 1989).
Pemakaian istilah konservasi tanah sering diikuti dengan istilah
konservasi air. Meskipun keduanya berbeda tetapi saling terkait. Ketika
mempelajari masalah konservasi sering menggunakan kedua sudut pandang
ilmu konservasi tanah dan konservasi air. Secara umum, tujuan konservasi
tanah adalah meningkatkan produktivitas lahan secara maksimal,
memperbaiki lahan yang rusak atau kritis, dan melakukan upaya pencegahan
kerusakan tanah akibat erosi.
Konservasi tanah dan air atau yang sering disebut pengawetan tanah
merupakan usaha-usaha yang dilakukan untuk menjaga dan meningkatkan
produktifitas tanah, kuantitas dan kualitas air. Apabila tingkat produktifitas
tanah menurun, terutama karena erosi maka kualitas air terutama air sungai
untuk irigasi dan keperluan manusia lain menjadi tercemar sehingga jumlah
air bersih semakin berkurang. Sasaran konservasi tanah meliputi keseluruhan
sumber daya lahan, yang mencakup kelestarian produktivitas tanah dalam
meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mendukung keseimbangan
ekosistem.
Konservasi tanah mempunyai arti luas dan sempit dimana konservasi
tanah dalam arti luas adalah penempatan setiap bidang tanah dengan cara
penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan
memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak
terjadi kerusakan tanah. Kosenvasi tanah dalam arti sempit adalah upaya
mencegah kerusakan tanah oleh erosi dan memperbaiki tanah yang rusak oleh
erosi.
Konservasi tanah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan
konservasi air. Setiap perlakuan yang diberikan pada sebidang tanah akan
mempengaruhi tata air pada tempat itu dan tempat-tempat di hilirnya.
Konservasi tanah dan konservasi air merupakan dua hal yang berhubungan
erat. Tindakan konservasi tanah sama dengan tindakan konservasi air.
Konservasi air pada prinsipnya adalah penggunaan air hujan yang jatuh ke
tanah untuk pertanian seefisien mungkin, dan mengatur waktu aliran agar
tidak terjadi banjir yang merusak dan terdapat cukup air pada waktu musim
kemarau.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Ditinjau dari uraian pada latar belakang, didapat permasalahan sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud
2. Bagaimana prosedur sistem drainase agar tidak terjadi genangan di kawasan
jalan tersebut?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


Ada beberapa tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu :
1. Memberi informasi kepada pembaca tentang konservasi tanah dan air.
2. Mengetahui fungsi dan manfaat dari konservasi tanah dan air.
3. Mengetahui metode konservasi tanah dan air.

1.4 MANFAAT PENULISAN


Adapun manfaat penulisan ini adalah:
1. Untuk menjelaskan apa yang dimakasud dengan sistem drainase jalan.
2. Apabila sistem drainase yang direncanakan dibangun maka air limpasan
yang terjadi dipermukaan jalan tidak akan tergenang langsung ke saluran-
saluran drainase menuju saluran akhir (outlet).
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 PENGERTIAN
2.1.1 Pengertian Konservasi
Konservasi berasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata con
(together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai
upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), yang
digunakan secara bijaksana (wise use) (Theodore Roosevelt, 1902).
Konservasi merupakan suatu bentuk evolusi kultural dimana pada saat dulu,
upaya konservasi lebih buruk daripada saat sekarang (Rijksen,
1981). Konservasi juga dapat dipandang dari segi ekonomi dan ekologi
dimana konservasi dari segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan
sumberdaya alam untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi, konservasi
merupakan alokasi sumberdaya alam untuk sekarang dan masa yang akan
datang.

1.2.2 Pengertian Konservasi Tanah


Tanah merupakan media tumbuh tanaman yang sangat dipengaruhi sifat
fisik dan kimia tanah. Tanah adalah permukaan lahan yang kontiniu
menutupi kerak bumi kecuali di tempat-tempat berlereng terjal, puncak-
puncak pegunungan, daerah salju abadi (Simmonson, 1957). Tanah adalah
kumpulan tubuh alami pada permukaan bumi yang dapat berubah atau
dibuat oleh manusia dari penyusun-penyusunnya, yang meliputi bahan
organik yang sesuai bagi perkembangan akar tanaman (Soil Survey Staff,
1973).
Konservasi tanah adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara
penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan
memperlakukkannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak
terjadi kerusakan tanah (Sitanala Arsyad, 1989). Konservasi tanah dalam
arti luas adalah penempatan tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan
kemampuan tanah tersebar dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-
syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Dalam arti sempit
konservasi tanah diartikan sebagai upaya untuk mencegah kerusakan tanah
oleh erosi dan memperbaiki tanah yang rusak oleh erosi.
Upaya konservasi tanah bertujuan untuk :
a. Mencegah erosi.
b. Memperbaiki tanah yang rusak.
c. Memelihara serta meningkatkan produktivitas tanah agar tanah dapat
digunakan secara berkelanjutan.

2.1.2 Pengetian Konservasi Air


Penghematan air atau konservasi air adalah perilaku yang disengaja
dengan tujuan mengurangi penggunaan air segar, melalui metode
teknologi atau perilaku sosial. Konservasi air pada prinsipnya adalah
penggunaan air hujan yang jauh ke tanah untuk pertanian seefisien
mungkin, dan mengatur waktu aliran agar tidak terjadi banjir yang dapat
merusak serta tersedianya air pada musim kemarau.
Usaha konservasi air bertujuan untuk:
a. Untuk menjamin ketersediaan untuk generasi masa depan,
pengurangan air segar dari sebuah ekosistem tidak akan melewati nilai
penggantian alamiahnya.
b. Penghematan energi - Pemompaan air, pengiriman, dan fasilitas
pengolahan air limbah mengonsumsi energi besar.
c. Konservasi habitat - Penggunaan air oleh manusia yang diminimalisir
untuk membantu mengamankan simpanan sumber air bersih untuk
habitat liar lokal dan penerimaan migrasi aliran air, termasuk usaha-
usaha baru pembangunan waduk dan infrastruktur berbasis air lain
(pemeliharaan yang lama).

2.2 METODE KONSERVASI AIR DAN LAHAN


2.2.1 Metode Konservasi Tanah
Metode konservasi tanah dapat dibagi dalam tiga golongan utama,
yaitu:
a. Metode vegetatif
Metode vegetatif adalah suatu cara pengelolaan lahan miring dengan
menggunakan tanaman sebagai sarana konservasi tanah (Seloliman,
1997). Metode vegetatif adalah penggunaan tanaman atau bagian-
bagian tanaman atau sisa-sisanya untuk mengurangi daya tumbuk butir
hujan yang jatuh, mengurangi jumlah dan kecepatan aliran permukaan
yang pada akhirnya mengurangi erosi tanah (Arsyad, 2006).
Tanaman penutup tanah ini selain untuk mencegah atau
mengendalikan bahaya erosi juga dapat berfungsi memperbaiki struktur
tanah, menambahkan bahan organik tanah, mencegah proses pencucian
unsur hara dan mengurangi fluktuasi temperatur tanah.
Metode vegetatif untuk konservasi tanah dan air termasuk antara
lain: penanaman penutup lahan (cover crop) berfungsi untuk menahan
air hujan agar tidak langsung mengenai permukaan tanah, menambah
kesuburan tanah (sebagai pupuk hijau), mengurangi pengikisan tanah
oleh air dan mempertahankan tingkat produktivitas tanah (Seloliman,
1997). Beberapa jenis tanaman penutu tanah diantaranya : C.
Pubescens, P. javanica, C. mucunoides, Mucuna sp. A. hypogea, V
unguiculata, dan G, max. Tanaman - tanaman tersebut dapat di
rotasikan atau tumpang gilir dengan tanaman pangan seperti padi gogo,
jagung, kacang dan sebagainya.
Penanaman rumput kegunaannya hampir sama dengan penutup
tanah, tetapi mempunyai manfaat lain, yakni sebagai pakan ternak dan
penguat terras. Cara penanamannya dapat secara rapat, barisan maupun
menurut kontur.
Syarat-syarat dari tanaman penutup tanah, antara lain:
1. Dapat berkembang dan daunnya banyak.
2. Tahan terhadap pangkasan.
3. Mudah diperbanyak dengan menggunakan biji.
4. Mampu menekan tanaman pengganggu.
5. Akarnya dapat mengikat tanah, bukan merupakan saingan tanaman
pokok.
6. Tahan terhadap penyakit dan kekeringan.
7. Tidak berduri dan bersulur yang membelit.

Beberapa teknik konservasi tanah dan air melalui:


1. Pertanaman lorong (alley cropping)
Sistem bercocok tanam dan konservasi tanah dimana barisan
tanaman perdu leguminosa ditanam rapat (jarak 10-25 cm) menurut
garis kontur (nyabuk gunung) sebagai tanaman pagar dan tanaman
semusim ditanam pada lorong di antara tanaman pagar. Menerapkan
pertanaman lorong pada lahan miring biayanya jauh lebih murah
dibandingkan membuat teras bangku, tapi efektif menahan erosi.
Setelah 3-4 tahun sejak tanaman pagar tumbuh akan terbentuk teras.
Terbentukannya teras secara alami dan berangsur sehingga sering
disebut teras kredit.

2. Sistem silvipastura
Sistem silvipastura sebenarnya bentuk lain dari tumpangsari,
tetapi yang ditanam di sela-sela tanaman hutan bukan tanaman
pangan melainkan tanaman pakan ternak, seperti rumput gajah,
setaria, dan lain-lain. Ada beberapa bentuk silvipastura yang dikenal
di Indonesia antara lain:
a) tanaman pakan di hutan tanaman industri,
b) tanaman pakan di hutan sekunder,
c) tanaman pohon-pohonan sebagai tanaman penghasil pakan,
d) tanaman pakan sebagai pagar hidup.

3. Pemberian mulsa
Sistem silvipastura dimaksudkan untuk menutupi permukaan
tanah agar terhindar dari pukulan butir hujan. Mulsa merupakan
teknik pencegahan erosi yang cukup efektif. Jika bahan mulsa
berasal dari bahan organik, maka mulsa juga berfungsi dalam
pemeliharaan bahan organik tanah. Bahan organik yang dapat
dijadikan mulsa dapat berasal dari sisa tanaman, hasil pangkasan
tanaman pagar dari sistem pertanaman lorong, hasil pangkasan
tanaman penutup tanah atau didatangkan dari luar lahan pertanian.

Gambar 2.1 Pemberian Mulsa

b. Metode mekanik
Metode mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanik yang
diberikan terhadap tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi
aliran permukaan dan erosi, dan meningkatkan kemampuan
penggunaan tanah.
Termasuk dalam metode mekanik untuk konservasi tanah dan air
di antaranya pengolahan tanah. Pengolahan tanah adalah setiap
manipulasi mekanik terhadap tanah yang diperlukan untuk
menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman.
Tujuan pokok pengolahan tanah adalah menyiapkan tempat tumbuh
bibit, menciptakan daerah perakaran yang baik, membenamkan sisa-
sisa tanaman dan memberantas gulma (Arsyad, 1989).
Pengendalian erosi secara teknis-mekanis merupakan usaha-usaha
pengawetan tanah untuk mengurangi banyaknya tanah yang hilang di
daerah lahan pertanian dengan cara mekanis tertentu. Sehubungan
dengan usaha-usaha perbaikan tanah secara mekanik yang ditempuh
bertujuan untuk memperlambat aliran permukaan dan menampung
serta melanjutkan penyaluran aliran permukaan dengan daya
pengikisan tanah yang tidak merusak.
Pengolahan tanah menurut kontur adalah setiap jenis pengolahan
tanah (pembajakan, pencangkulan, pemerataan) mengikuti garis kontur
sehingga terbentuk alur-alur dan jalur tumpukan tanah yang searah
kontur dan memotong lereng. Alur-alur tanah ini akan menghambat
aliran air di permukaan dan mencegah erosi sehingga dapat menunjang
konservasi di daerah kering. Keuntungan utama pengolahan tanah
menurut kontur adalah terbentuknya penghambat aliran permukaan
yang memungkinkan penyerapan air dan menghindari pengangkutan
tanah. Oleh sebab itu, pada daerah beriklim kering pengolahan tanah
menurut kontur juga sangat efektif untuk konservasi ini.
Pembuatan teras adalah untuk mengubah permukaan tanah miring
menjadi bertingkat-tingkat untuk mengurangi kecepatan aliran
permukaan dan menahan serta menampungnya agar lebih banyak air
yang meresap ke dalam tanah melalui proses infiltrasi (Sarief, 1986).
Menurut Arsyad (1989), pembuatan terras berfungsi untuk mengurangi
panjang lereng dan menahan air sehingga mengurangi kecepatan dan
jumlah aliran permukaan dan memungkinkan penyerapan oleh tanah,
dengan demikian erosi berkurang. Berikut adalah bentuk metode
mekanik :
1. Teras bangku atau teras tangga.
Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan cara memotong
panjang lereng dan meratakan tanah di bagian bawahnya, sehingga
terjadi deretan bangunan yang berbentuk seperti tangga. Fungsi
utama teras bangku adalah:
a) memperlambat aliran permukaan;
b) menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan
yang tidak sampai merusak;
c) meningkatkan laju infiltrasi tanah; dan
d) mempermudah pengolahan tanah.

Teras bangku dapat dibuat datar (bidang olah datar, membentuk


sudut 0o dengan bidang horizontal), miring ke dalam/goler kampak
(bidang olah miring beberapa derajat ke arah yang berlawanan
dengan lereng asli), dan miring keluar (bidang olah miring ke arah
lereng asli). Teras biasanya dibangun di ekosistem lahan sawah
tadah hujan, lahan tegalan, dan berbagai sistem wanatani.

Gambar 2.1 Teras Bangku

2. Teras Gulud atau Guludan


Gulud adalah barisan guludan yang dilengkapi dengan saluran air
di bagian belakang gulud. Metode ini dikenal pula dengan istilah
guludan bersaluran. Bagian-bagian dari teras gulud terdiri atas
guludan, saluran air, dan bidang olah . Fungsi dari gulud hampir
sama dengan teras bangku, yaitu untuk menahan laju aliran
permukaan dan meningkatkan penyerapan air ke dalam tanah.
Saluran air dibuat untuk mengalirkan aliran permukaan dari
bidang olah ke saluran pembuangan air. Untuk meningkatkan
efektivitas gulud dalam menanggulangi erosi dan aliran permukaan,
guludan diperkuat dengan tanaman penguat teras. Jenis tanaman
yang dapat digunakan sebagai penguat teras bangku juga dapat
digunakan sebagai tanaman penguat gulud. Sebagai kompensasi dari
kehilangan luas bidang olah, bidang teras gulud dapat pula ditanami
dengan tanaman bernilai ekonomi (cash crops), misalnya tanaman
katuk, cabai rawit, dan sebagainya.
Gambar 2.2 Teras Gulud atau Guludan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan teras gulud:
a) Teras gulud cocok diterapkan pada lahan dengan kemiringan 10-
40%, dapat juga pada lahan dengan kemiringan 40-60% namun
relatif kurang efektif.
b) Pada tanah yang permeabilitasnya tinggi, guludan dapat dibuat
menurut arah kontur. Pada tanah yang permeabilitasnya rendah,
guludan dibuat miring terhadap kontur, tidak lebih dari 1% ke
arah saluran pembuangan. Hal ini ditujukan agar air yang tidak
segera terinfiltrasi ke dalam tanah dapat tersalurkan ke luar
ladang dengan kecepatan rendah.

3. Teras individu
Teras individu adalah teras yang dibuat pada setiap individu
tanaman, terutama tanaman tahunan. Teras ini ditujukan untuk
mengurangi erosi dan meningkatkan ketersediaan air tanah bagi
tanaman tahunan. Biasanya dibuat pada bidang lahan yang tidak ada
diperlakukan budidaya pertanian dengan kemiringan > 450.
Persyaratan cocok untuk lereng 15 60 % atau lebih dan solum
tanahnya cukup dalam untuk menggali lubang tanaman ( > 25 cm).
Tidak perlu sejajar garis kontur, tetapi menurut arah yang paling
cocok untuk penanaman tanaman (misalnya arah timur barat untuk
mendapatkan cahaya matahari maksimal). Jarak masing-masing
teras individu sesuai dengan jarak tanam optimum yang digunakan.
Areal kosong diantara teras perlu ditanami jenis legum penutup
tanah atau tanaman rumput yang berguna melindungi tanah dari
terpaan langsung butir-butir hujan, mengurangi kecepatan aliran air
permukaan dan memperbaiki struktur tanah. Keuntungan teras
individu yaitu membutuhkan lebih sedikit tenaga kerja dari pada
teras kebun dan bila aliran permukaan tidak terkonsentrasi maka
SPA tidak diperlukan.

Gambar 3.1 Teras Individu

4. Teras kebun
Teras kebun adalah jenis teras untuk tanaman tahunan, khususnya
tanaman pekebunan dan buah-buahan. Teras dibuat dengan interval
yang bervariasi menurut jarak tanam. Pembuatan teras bertujuan
untuk :
a) Meningkatkan efisiensi penerapan teknik konservasi tanah
b) Memfasilitasi pengelolaan lahan (land management facility),
diantaranya untuk fasilitas jalan kebun, dan penghematan tenaga
kerja dalam pemeliharaan kebun.
Gambar 2.4 Teras Kebun
5. Rorak atau lubang resapan air
Rorak merupakan lubang penampungan atau peresapan air,
dibuat di bidang olah atau saluran resapan. Pembuatan rorak
bertujuan untuk memperbesar peresapan air ke dalam tanah dan
menampung tanah yang tererosi. Pada lahan kering beriklim kering,
rorak berfungsi sebagai tempat pemanen air hujan dan aliran
permukaan.
Dimensi rorak yang disarankan sangat bervariasi, misalnya
kedalaman 60 cm, lebar 50 cm, dan panjang berkisar antara 50-200
cm. Panjang rorak dibuat sejajar kontur atau memotong lereng. Jarak
ke samping antara satu rorak dengan rorak lainnya berkisar 100-150
cm, sedangkan jarak horizontal 20 m pada lereng yang landai dan
agak miring sampai 10 m pada lereng yang lebih curam. Dimensi
rorak yang akan dipilih disesuaikan dengan kapasitas air atau
sedimen dan bahan-bahan terangkut lainnya yang akan ditampung.
Sesudah periode waktu tertentu, rorak akan terisi oleh tanah atau
serasah tanaman. Agar rorak dapat berfungsi secara terus-menerus,
bahan-bahan yang masuk ke rorak perlu diangkat ke luar atau dibuat
rorak yang baru.
Gambar 2.5 Teras Rorak

c. Metode kimia.
Metode Kimia atau cara kimia dalam usahan pencegahan erosi,yaitu
dengan pemanfaatan soil conditiner atau bahan pamtap tanah dalam hal
memperbaiki struktur tanah sehingga tanah akan tetap resisten terhadap
erosi. Bahan kimia memiliki pengaruh yang besar terhadap stabilitas
tanah karena senyawa tersebuttahan terhadap mikrobia tanah
permeabilitas tanah dipertinggi dan erosi berkurang.
Beberapa bahan kimia yang biasa digunakan untuk memperbaiki
kondisi fisik dan kimia tanah yaitu:
1. Bitumen berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah.
2. Soil conditioner untuk memperkuat agregat tanah.
3. Pupuk kimia untuk menyuburkan tanah.
4. Kapur untuk menetralkan tanah yang asam.
5. Belerang untuk menetralkan tanah yang basa.

Bahan pemantap tanah yang baik harus mempunya sifat-sifat sebagai


berikut:
1. Mempunyai sifat yang adesif serta dapat bercampur dengan tanah
secara merata.
2. Dapat merubah sifat hidrophobik atau hidrophilik tanah, yang
demikian dapat merubah kurva penahanan air tanah.
3. Dapat meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, yang berarti
mempengaruhi kemampuan tanah dalam menahan air.
4. Daya tahan tanah sebagai pemantap tanah cukup memadai, tidak
terlalu singkat dan tidak terlalu lama.
5. Tidak bersifat racun (phytotoxix) dan harganya terjangkau.

2.2.2 Metode Konservasi Air


Metode pengendalian tata air yang umum digunakan yaitu irigasi dan
drainase. Irigasi merupakan usaha untuk menambah air ke dalam wilayah,
sedangkan drainase sebaliknya. Drainase berarti keadaan dan cara air-lebih
keluar dari tanah. Air lebih adalah bagian dari air yang ada di dalam tanah
yang tidak dapat dipegang atau ditahan oleh butir-butir tanah dan memenuhi
ruang pori tanah sehingga tanah menjadi jenuh air (Pahan, 2008).
Drainase pada tanah gambut secara alami selalu berada dalam kondisi
sangat terhambat hingga tergenang. Hal ini memerlukan penanganan yang
tepat sehingga drainase dapat diperbaiki untuk mencapai muka air tanah
yang optimum tanpa mengakibatkan drainase yang berlebihan (over
drainage). Drainase yang berlebihan akan mengakibatkan kekeringan pada
tanah gambut yang bersifat tidak dapat balik (irreversible) dan penurunan
muka tanah yang serius. Keberadaan mineral pirit pada tanah gambut
sehingga tetap tereduksi juga harus diperhatikan.
Diperlukan jaringan drainase dan pintu-pintu air yang cukup untuk
mencapai kondisi ini (PPKS, 2006). Pembangunan sistem drainase di
perkebunan terutama ditujukan untuk mengendalikan kelembaban tanah
sehingga kadar airnya stabil antara 20-25% dengan kedalaman arus air
maksimum 60 cm. Pembangunan drainase juga diusahakan terhindar dari
kejenuhan air secara terus-menerus selama maksimum 2 minggu (Pahan,
2008).
Irigasi bertujuan untuk memberikan tambahan air terhadap air hujan
dan memberikan air kepada tanaman dalam jumlah yang cukup dan pada
waktu yang diperlukan. Air irigasi mempunyai kegunaan lain, yaitu :
a. Mempermudah pengolahan tanah,
b. Mengatur suhu tanah dan iklim mikro,
c. Mencuci tanah dari kadar garam atau asam yang terlalu tinggi,
d. Menggenangi tanah untuk memberantas gulma serta hama penyakit.
Pada perkebunan kelapa sawit, pemberian air irigasi biasanya dilakukan
dengan cara pemberian air dalam selokan atau saluran (furrows irrigation)
(PPKS, 2006).
2.3 CONTOH KONSEVASI TANAH DAN AIR
Contoh konservasi tanah dan air yang dilakukan oleh para petani di Jalan
Pomahan, Sleman,yogyakarta yang mana ini merupakan daerah sekitar
tempat tinggal saya. Konservasi tanah dan air oleh para petani ini
menggunakan metode vegetatif dan metode mekanik. Pengelolahannya bisa
dilihat pada gambar.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil, sebagai berikut :

Konservasi tanah diartikan sebagai penempatan setiap bidang tanah


pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan
memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak
terjadi kerusakan tanah (Arsyad, 2000), dikatakan selanjutnya bahwa
konservasi tanah tidaklah berarti penundaan atau pelarangan pengunaan tanah,
tetapi menyesuaikan jenis penggunaannya dengan kemampuan tanah dan
memberikan perlakuan sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan.
Dalam konservasi secara jelas dikemukakan bahwa pemanfaatan
sumberdaya alam dan lingkungan harus dilaksanakan secara bertanggung
jawab. Sebab lingkungan dengan segala komponen yang kita manfaatkan pada
hakekatnya adalah milik anak cucu kita.

3.2. SARAN
Diharapkan mahasiswa dapat memahami konservasi tanah dan air,
sehingga kita bisa lebih bijak menggunakan air dan tanah.
Perlu dilakukan penelitian-penelitian dengan metode yang sama pada
daerah yang berbeda untuk melihat matrik tingkat kesamaannya sehingga bisa
dilihat apakah metode ini cocok atau tidak diterapkan di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1992. Kunci taksonomi tanah. Pusat Penelitian tanah dan Agroklimat.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.
Hardjowigeno sarwono, 1987. Ilmu Tanah. PT. Mediyatama Sarana Perkasa,
Jakarta
Kononova, 1966. Soil Organik matter. Ferganon Press. London
Rachman Sutanto, 1994. Klasifikasi Tanah. Program Studi Ilmu Tanah, Jurusan
ilmu-ilmu pertanian. Fakultas Pasca Sarjana, UGM. Yogyakarta.
Soegiman, 1982. Ilmu Tanah. Bhratara Karya Aksara, Jakarta.
Sri Andani. B. Hudoyo, 1991. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University
Press
Stevenson, F. I, 1982. Humus Chemistry. Genesis, Composition, Reaction, Wiley
Interscience publikation Co, New York.
Tan. K.H., 1991. Dasar- dasar Kimia Tanah. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah Dan Air. Bogor : IPB Pres
Asdak, Chay. 1995. Hidrologi dan Pengelolan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:
UGM Press.
Kartosapoetra. 1985. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta: Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai