PENDAHULUAN
2.1 PENGERTIAN
2.1.1 Pengertian Konservasi
Konservasi berasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata con
(together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai
upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), yang
digunakan secara bijaksana (wise use) (Theodore Roosevelt, 1902).
Konservasi merupakan suatu bentuk evolusi kultural dimana pada saat dulu,
upaya konservasi lebih buruk daripada saat sekarang (Rijksen,
1981). Konservasi juga dapat dipandang dari segi ekonomi dan ekologi
dimana konservasi dari segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan
sumberdaya alam untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi, konservasi
merupakan alokasi sumberdaya alam untuk sekarang dan masa yang akan
datang.
2. Sistem silvipastura
Sistem silvipastura sebenarnya bentuk lain dari tumpangsari,
tetapi yang ditanam di sela-sela tanaman hutan bukan tanaman
pangan melainkan tanaman pakan ternak, seperti rumput gajah,
setaria, dan lain-lain. Ada beberapa bentuk silvipastura yang dikenal
di Indonesia antara lain:
a) tanaman pakan di hutan tanaman industri,
b) tanaman pakan di hutan sekunder,
c) tanaman pohon-pohonan sebagai tanaman penghasil pakan,
d) tanaman pakan sebagai pagar hidup.
3. Pemberian mulsa
Sistem silvipastura dimaksudkan untuk menutupi permukaan
tanah agar terhindar dari pukulan butir hujan. Mulsa merupakan
teknik pencegahan erosi yang cukup efektif. Jika bahan mulsa
berasal dari bahan organik, maka mulsa juga berfungsi dalam
pemeliharaan bahan organik tanah. Bahan organik yang dapat
dijadikan mulsa dapat berasal dari sisa tanaman, hasil pangkasan
tanaman pagar dari sistem pertanaman lorong, hasil pangkasan
tanaman penutup tanah atau didatangkan dari luar lahan pertanian.
b. Metode mekanik
Metode mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanik yang
diberikan terhadap tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi
aliran permukaan dan erosi, dan meningkatkan kemampuan
penggunaan tanah.
Termasuk dalam metode mekanik untuk konservasi tanah dan air
di antaranya pengolahan tanah. Pengolahan tanah adalah setiap
manipulasi mekanik terhadap tanah yang diperlukan untuk
menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman.
Tujuan pokok pengolahan tanah adalah menyiapkan tempat tumbuh
bibit, menciptakan daerah perakaran yang baik, membenamkan sisa-
sisa tanaman dan memberantas gulma (Arsyad, 1989).
Pengendalian erosi secara teknis-mekanis merupakan usaha-usaha
pengawetan tanah untuk mengurangi banyaknya tanah yang hilang di
daerah lahan pertanian dengan cara mekanis tertentu. Sehubungan
dengan usaha-usaha perbaikan tanah secara mekanik yang ditempuh
bertujuan untuk memperlambat aliran permukaan dan menampung
serta melanjutkan penyaluran aliran permukaan dengan daya
pengikisan tanah yang tidak merusak.
Pengolahan tanah menurut kontur adalah setiap jenis pengolahan
tanah (pembajakan, pencangkulan, pemerataan) mengikuti garis kontur
sehingga terbentuk alur-alur dan jalur tumpukan tanah yang searah
kontur dan memotong lereng. Alur-alur tanah ini akan menghambat
aliran air di permukaan dan mencegah erosi sehingga dapat menunjang
konservasi di daerah kering. Keuntungan utama pengolahan tanah
menurut kontur adalah terbentuknya penghambat aliran permukaan
yang memungkinkan penyerapan air dan menghindari pengangkutan
tanah. Oleh sebab itu, pada daerah beriklim kering pengolahan tanah
menurut kontur juga sangat efektif untuk konservasi ini.
Pembuatan teras adalah untuk mengubah permukaan tanah miring
menjadi bertingkat-tingkat untuk mengurangi kecepatan aliran
permukaan dan menahan serta menampungnya agar lebih banyak air
yang meresap ke dalam tanah melalui proses infiltrasi (Sarief, 1986).
Menurut Arsyad (1989), pembuatan terras berfungsi untuk mengurangi
panjang lereng dan menahan air sehingga mengurangi kecepatan dan
jumlah aliran permukaan dan memungkinkan penyerapan oleh tanah,
dengan demikian erosi berkurang. Berikut adalah bentuk metode
mekanik :
1. Teras bangku atau teras tangga.
Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan cara memotong
panjang lereng dan meratakan tanah di bagian bawahnya, sehingga
terjadi deretan bangunan yang berbentuk seperti tangga. Fungsi
utama teras bangku adalah:
a) memperlambat aliran permukaan;
b) menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan
yang tidak sampai merusak;
c) meningkatkan laju infiltrasi tanah; dan
d) mempermudah pengolahan tanah.
3. Teras individu
Teras individu adalah teras yang dibuat pada setiap individu
tanaman, terutama tanaman tahunan. Teras ini ditujukan untuk
mengurangi erosi dan meningkatkan ketersediaan air tanah bagi
tanaman tahunan. Biasanya dibuat pada bidang lahan yang tidak ada
diperlakukan budidaya pertanian dengan kemiringan > 450.
Persyaratan cocok untuk lereng 15 60 % atau lebih dan solum
tanahnya cukup dalam untuk menggali lubang tanaman ( > 25 cm).
Tidak perlu sejajar garis kontur, tetapi menurut arah yang paling
cocok untuk penanaman tanaman (misalnya arah timur barat untuk
mendapatkan cahaya matahari maksimal). Jarak masing-masing
teras individu sesuai dengan jarak tanam optimum yang digunakan.
Areal kosong diantara teras perlu ditanami jenis legum penutup
tanah atau tanaman rumput yang berguna melindungi tanah dari
terpaan langsung butir-butir hujan, mengurangi kecepatan aliran air
permukaan dan memperbaiki struktur tanah. Keuntungan teras
individu yaitu membutuhkan lebih sedikit tenaga kerja dari pada
teras kebun dan bila aliran permukaan tidak terkonsentrasi maka
SPA tidak diperlukan.
4. Teras kebun
Teras kebun adalah jenis teras untuk tanaman tahunan, khususnya
tanaman pekebunan dan buah-buahan. Teras dibuat dengan interval
yang bervariasi menurut jarak tanam. Pembuatan teras bertujuan
untuk :
a) Meningkatkan efisiensi penerapan teknik konservasi tanah
b) Memfasilitasi pengelolaan lahan (land management facility),
diantaranya untuk fasilitas jalan kebun, dan penghematan tenaga
kerja dalam pemeliharaan kebun.
Gambar 2.4 Teras Kebun
5. Rorak atau lubang resapan air
Rorak merupakan lubang penampungan atau peresapan air,
dibuat di bidang olah atau saluran resapan. Pembuatan rorak
bertujuan untuk memperbesar peresapan air ke dalam tanah dan
menampung tanah yang tererosi. Pada lahan kering beriklim kering,
rorak berfungsi sebagai tempat pemanen air hujan dan aliran
permukaan.
Dimensi rorak yang disarankan sangat bervariasi, misalnya
kedalaman 60 cm, lebar 50 cm, dan panjang berkisar antara 50-200
cm. Panjang rorak dibuat sejajar kontur atau memotong lereng. Jarak
ke samping antara satu rorak dengan rorak lainnya berkisar 100-150
cm, sedangkan jarak horizontal 20 m pada lereng yang landai dan
agak miring sampai 10 m pada lereng yang lebih curam. Dimensi
rorak yang akan dipilih disesuaikan dengan kapasitas air atau
sedimen dan bahan-bahan terangkut lainnya yang akan ditampung.
Sesudah periode waktu tertentu, rorak akan terisi oleh tanah atau
serasah tanaman. Agar rorak dapat berfungsi secara terus-menerus,
bahan-bahan yang masuk ke rorak perlu diangkat ke luar atau dibuat
rorak yang baru.
Gambar 2.5 Teras Rorak
c. Metode kimia.
Metode Kimia atau cara kimia dalam usahan pencegahan erosi,yaitu
dengan pemanfaatan soil conditiner atau bahan pamtap tanah dalam hal
memperbaiki struktur tanah sehingga tanah akan tetap resisten terhadap
erosi. Bahan kimia memiliki pengaruh yang besar terhadap stabilitas
tanah karena senyawa tersebuttahan terhadap mikrobia tanah
permeabilitas tanah dipertinggi dan erosi berkurang.
Beberapa bahan kimia yang biasa digunakan untuk memperbaiki
kondisi fisik dan kimia tanah yaitu:
1. Bitumen berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah.
2. Soil conditioner untuk memperkuat agregat tanah.
3. Pupuk kimia untuk menyuburkan tanah.
4. Kapur untuk menetralkan tanah yang asam.
5. Belerang untuk menetralkan tanah yang basa.
3.2. SARAN
Diharapkan mahasiswa dapat memahami konservasi tanah dan air,
sehingga kita bisa lebih bijak menggunakan air dan tanah.
Perlu dilakukan penelitian-penelitian dengan metode yang sama pada
daerah yang berbeda untuk melihat matrik tingkat kesamaannya sehingga bisa
dilihat apakah metode ini cocok atau tidak diterapkan di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1992. Kunci taksonomi tanah. Pusat Penelitian tanah dan Agroklimat.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.
Hardjowigeno sarwono, 1987. Ilmu Tanah. PT. Mediyatama Sarana Perkasa,
Jakarta
Kononova, 1966. Soil Organik matter. Ferganon Press. London
Rachman Sutanto, 1994. Klasifikasi Tanah. Program Studi Ilmu Tanah, Jurusan
ilmu-ilmu pertanian. Fakultas Pasca Sarjana, UGM. Yogyakarta.
Soegiman, 1982. Ilmu Tanah. Bhratara Karya Aksara, Jakarta.
Sri Andani. B. Hudoyo, 1991. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University
Press
Stevenson, F. I, 1982. Humus Chemistry. Genesis, Composition, Reaction, Wiley
Interscience publikation Co, New York.
Tan. K.H., 1991. Dasar- dasar Kimia Tanah. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah Dan Air. Bogor : IPB Pres
Asdak, Chay. 1995. Hidrologi dan Pengelolan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:
UGM Press.
Kartosapoetra. 1985. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta: Bumi Aksara