Anda di halaman 1dari 24

Teknik Konservasi Tanah

dan Air
Metode Vegetatif
Kelompok 6
• Hanum Syifa Sabila Y
3211417050
• Shahibul Wafa Tajul A
3211417056
• Muhammad Muzaki
3211417060
• Wahyu Sufa Ramadhan
About Us 3211417094
Your Logo or Name Here 2
Konsevasi Tanah dan Air
Konservasi tanah dan air atau seringkali disebut KTA merupakan
suatu tindakan pengawetan terhadap kualitas dan kuantitas tanah
dan air. KTA menjadi sangat mendesak dilakukan di berbagai DAS
prioritas di Indonesia mengingat kerap terjadinya berbagai
bencana alam hidrometeorologis, seperti banjir, banjir bandang,
dan longsor.
Konservasi tanah menurut Arsyad (1989), adalah penempatan setiap
bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah
tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan
agar tidak terjadi kerusakan tanah.

Konservasi air pada prinsipnya adalah penggunaan air yang jatuh ke


tanah untuk pertanian seefisien mungkin dan pengaturan waktu aliran air
dengan cara meresapkan air ke dalam tanah agar pada musim hujan tidak
terjadi banjir dan pada musim kemarau air untuk kebutuhan hidup masih
tersedia.
Your Logo or Name Here 3
Mengapa KTA Penting Dilakukan?

• Hilangnya unsur hara dan bahan organik di daerah perakaran


tanah
Intinya KTA ini • Terakumulasinya garam di daerah perakaran (salinisasi) atau
secara sederhana disebut juga pengumpulan senyawa beracun
bertugas untuk bagi tanaman
memelihara tanah • Jenuhnya air tawar pada akar atau batang bagian bawah suatu
dan air dari tanaman
• Erosi
kerusakan. Kerusakan
yang dapat terjadi • Mengeringnya mata air akibat volme air tanah yang semakin
pada tanah dan air sedikit
• Menurunnya kualitas air akibat adanya sedimen hasil erosi
diantaranya adalah: • Tercampurnya limbah
• Masuknya unsur hara pada badan air sehingga terjadi eutrofikasi

Your Logo or Name Here 4


Tujuan Konsevasi Tanah dan Air

konservasi habitat Mencegah proses Penghematan Menjaga Menjamin


bagi makhluk desertifikasi energi yang cukup kesuburan tanah ketersedian air
hidup yang lain besar untuk ketahanan untuk generasi
pangan mendatang

Your Logo or Name Here 5


Metode Konservasi Tanah dan Air

Metode Metode
Mekanik Kimiawi

Metode
Teknis
Your Logo or Name Here 6
Metode Vegetatif

• Metode vegetatif adalah penggunaan tanaman atau


bagian-bagian tanaman atau sisa-sisanya untuk
mengurangi daya tumbuk butir air hujan yang jatuh, • Tanaman ataupun sisa-sisa tanaman berfungsi
mengurangi jumlah dan kecepatan aliran sebagai pelindungan tanah terhadap daya pukulan
permukaan yang pada akhirnya mengurangi erosi butir air hujan maupun maupun terhadap daya
tanah (Arsyad 2006). angkut air aliran permukaan (runoff), serta
meningkatkan peresapan air ke dalam tanah.
• Selain itu dapat meningkatkan kandungan lengas
tanah, serta perbaikan sifat-sifat tanah, baik sifat
fisik, kimia maupun biologi.

Your Logo or Name Here 7


Growth Erosion
Pada wilayah hutan yang bagus, air hujan banyak yang diserapkan ke dalam tanah dan kecepatannya
rendah sehingga tidak akan menimbulkan erosi yang merugikan. Hal ini akan sangat berbeda dengan
wilayah yang tidak berhutan sehingga air hujan yang jatuh akan menghantam permukaan tanah secara
langsung.

Phase 1 Phase 2 Phase 3

• Hantaman atau pukulan • Kemudian percikan- • Bila aliran permukaan ini


air hujan ini akan percikan air hujan terkumpul dan
menimbulkan percikan tersebut terus terkumpul membesar akan
sehingga terjadi erosi dan mengalir menjadi membentuk aliran yang
percikan atau spash aliran air permukaan membentuk parit
erosion maka terjadilah erosi sehingga membentuk
permukaan atau sheet erosi parit
erosion

Your Logo or Name Here 8


Dampak KTA Metode Vegetatif

Kelebihan / + Kekurangan / -

• Memelihara kestabilan struktur tanah melalui sistem • Tidak semua tanaman dapat digunakan untuk
perakaran dengan memperbesar granulasi tanah melaksanakan konsevasi secara vegetatif, sehingga
• Penutup lahan oleh seresah dan tajuk mengurangi secara tidak langsung akan menghambat
evaporasi pertumbuhan tanaman.
• Disamping itu dapat meningkatkan aktifitas
mikroorganisme yang mengakibatkan peningkatan
porositas tanah, sehingga memperbesar jumlah
jumlah infiltrasi dan mencegah terjadinya erosi
• Memiliki nilai ekonomis sehingga dapat menambah
penghasilan petani

Your Logo or Name Here 9


Metode Vegetatif
1. Penghutanan Kembali (Reforestation)
• Penghutanan kembali (reforestation) secara umum dimaksudkan
untuk mengembalikan dan memperbaiki kondisi ekologi dan
hidrologi suatu wilayah dengan tanaman pohon-pohonan.
Penghutanan kembali juga berpotensi untuk peningkatan kadar
bahan organic tanah dari serasah yang jauh di permukaan tanah
dan sangat mendukung kesuburan tanah. Penghutanan kembali
biasanya dilakukan pada lahan-lahan kritis yang diakibatkan oleh
bencana alam misalnya kebakaran, erosi, abrasi, tanah longsor,
dan aktivitas manusia seperti pertambangan, perladangan
berpindah, dan penebangan hutan.
• Pengembalian fungsi hutan akan memakan waktu 20-50 tahun
sampai tajuk terbentuk sempurna. Jenis tanaman yang digunakan
sebaiknya berasal dari jenis yang mudah beradaptasi terhadap
lingkungan baru, cepat berkembang biak, mempunyai perakaran
yang kuat, dan kanopi yang rapat/rindang.
2. Wanatani (Argoforestri)
• Wanatani (agroforestry) adalah salah satu bentuk usaha konservasi tanah
yang menggabungkan antara tanaman pohon-pohonan, atau tanaman
tahunan dengan tanaman komoditas lain yang ditanam secara bersama-sama
ataupun bergantian. Penggabungan keduanya diharapkan dapat member
keuntungan ganda baik dari tanaman tahunan maupun dari tanaman
semusim.
• Penerapan wanatani pada lahan dengan lereng curam atau agak curam
mampu mengurangi tingkat erosi dan memperbaiki kualitas tanah,
dibandingkan apabila lahan tersebut gundul atau hanya ditanami tanaman
semusim. Secara umum proporsi tanaman tahunan makin banyak pada
lereng yang semakin curam demikian juga sebaliknya.
• Adapun macam-macam teknik wanatani
1. Pertanaman sela
2. Pertanaman lorong
3. Talun hutan rakyat
4. Kebun campuran
5. Tanaman pelindung
6. Silvipastura
3. Strip Rumput
• Teknik konservasi dengan strip rumput (grass strip) biasanya
menggunakan rumput yang didatangkan dari luar areal
lahan, yang dikelola dan sengaja ditanam secara strip
menurut garis kontur untuk mengurangi aliran permukaan
dan sebagai sumber pakan ternak. Untuk lahan yang
mempunyai lereng di atas 20% dibutuhkan tindakan
konservasi lainnya seperti alley cropping atau teras bangku.
Rumput yang ditanam sebaiknya dipilih dari jenis yang
berdaun vertical sehingga tidak menghalangi kebutuhan
sinar matahari bagi tanaman pokok, tidak banyak
membutuhkan ruangan untuk pertumbuhan vegetatifnya,
mempunyai perakaran kuat dan dalam, cepat tumbuh, tidak
menjadi pesaing terhadap kebutuhan hara tanaman pokok
dan mampu memperbaiki sifat tanah. Strip rumput gajah
(Pennisetum purpureum) sebagai tanaman penguat
4. Mulsa
• Mulsa adalah bahan-bahan (sisa tanaman, serasah, sampah,
plastik atau bahan-bahan lain) yang disebar atau menutup
permukaan tanah untuk melindungi tanah dari kehilangan air
melalui evaporasi. Bahan mulsa yang sudah melapuk akan
menambah kandungan bahan organik tanah dan hara. Mulsa
mampu menjaga stabilitas suhu tanah pada kondisi yang baik
untuk aktivitas mikroorganisma. Relatif rendahnya evaporasi,
berimplikasi pada stabilitas kelengasan tanah. Secara umum mulsa
berperan dalam perbaikan sifat fisik tanah.
• Pemanfaatan mulsa di lahan pertanian juga dimaksudkan untuk
menekan pertumbuhan gulma. Mulsa yang diberikan sebaiknya
berupa sisa tanaman yang tidak mudah terdekomposisi misalnya
jerami padi dan jagung dengan takaran yang disarankan adalah 6
ton/ha atau lebih. Bahan mulsa sebaiknya dari bahan yang mudah
diperoleh seperti sisa tanaman pada areal lahan masing-masing
petani sehingga dapat menghemat biaya, mempermudah
pembuangan limbah panen sekaligus mempertinggi produktivitas
lahan.
5. Sistem pertanaman menurut Strip
• Penanaman menurut strip (strip cropping) adalah system
pertanaman, dimana dalam satu bidang lahan ditanami tanaman
dengan jarak tanam tertentu dan berselang-seling dengan jenis
tanaman lainnya searah kontur. Misalnya penanaman jagung
dalam satu strip searah kontur dengan lebar strip 3-5 m atau 5-10
m tergantung kemiringan lahan, di lereng bawahnya ditanam
kacang tanah dengan sistem sama dengan penanaman jagung,
strip rumput atau tanaman penutup tanah yang lain.
• Sistem ini biasa diterapkan di daerah dengan topografi berbukit
sampai bergunung dan biasanya dikombinasikan dengan teknik
konservasi lain seperti tanaman pagar, saluran pembuangan air,
dan lain-lain. Penanaman menurut strip merupakan usaha
pengaturan tanaman sehingga tidak memerlukan modal yang
besar.
6. Barisan Sisa Tanaman
• Pada dasarnya, sistem barisan sisa tanaman (trash line) ini sama
dengan sistem strip. Sistem ini adalah teknik konservasi tanah
yang bersifat sementara dimana gulma/rumput/sisa tanaman yang
disiangi ditumpuk berbaris. Untuk daerah berlereng biasanya
berfungsi sebagai mulsa. Ketersediaan bahan sisa tanaman harus
cukup banyak sehingga penumpukannya membentuk struktur
yang lebih kuat. Sisa tanaman tersebut lemah dalam menahan
gaya erosi air dan akan cepat terdekomposisi sehingga mudah
hanyut. Penggunaan kayu-kayu pancang diperlukan untuk
memperkuat barisan sisa tanaman ini. Sistem ini cukup bagus
untuk mempertahankan ketersediaan hara melalui dekomposisi
bahan organik dan melindungi tanah dari bahaya erosi sampai
umur tanaman <5 bulan (Dariah et al., 1998). Barisan sisa tanaman
tidak memerlukan banyak tenaga kerja.
7. Tanaman penutup tanah
• Tanaman penutup tanah (cover crop) adalah tanaman yang
biasa ditanam pada lahan kering dan dapat menutup seluruh
permukaan tanah. Tanaman yang dipilih sebagai tanaman
penutup tanah umumnya tanaman semusim/tahunan dari
jenis legum yang mampu tumbuh dengan cepat, tahan
kekeringan, dapat memperbaiki sifat tanah (fisik, kimia, dan
biologi) dan menghasilkan umbi, buah, dan daun.
Sebagaimana dilaporkan Lal (1978), tanaman penutup tanah
mampu meningkatkan laju infiltrasi.
• Tanaman penutup tanah dibedakan menjadi empat (Agus et
al., 1999), yaitu:
• TPT Rendah, TPT Sedang, TPT Tinggi dan Belukar Lokal
8. Penyiangan Parsial
• Penyiangan parsial merupakan teknik dimana lahan tidak disiangi
seluruhnya yaitu dengan cara menyisakan sebagian rumput alami
maupun tanaman penutup tanah (lebar sekitar 20-30 cm) sehingga
di sekitar batang tanaman pokok akan bersih dari gulma. Tanaman
penutup tanah yang tidak disiangi akan berfungsi sebagai penahan
erosi. Pada dasarnya teknik ini menyerupai strip rumput dimana
vegetasi gulma mampu menahan aliran permukaan dan
mengendapkan material terangkut. Hasil tanaman yang disiangi
dikembalikan ke lahan atau ditumpuk sebagai barisan sisa
tanaman sehingga dapat menambah bahan organik bagi tanah dan
memperbaiki sifat tanah.
• Teknik Penyiangan Parsial antara lain : Strip tumbuhan alami
(natural vegetative strips = NVS) dan Penyiangan sekeliling batang
tanaman pokok
9. Penerapan pola tanam
• Pola tanam adalah sistem pengaturan waktu tanam dan jenis
tanaman sesuai dengan iklim, kesesuaian tanah dengan jenis
tanaman, luas lahan, ketersediaan tenaga, modal, dan pemasaran.
Pola tanam berfungsi meningkatkan intensitas penutupan tanah
dan mengurangi terjadinya erosi.
• Sistem ini bertujuan untuk mempertinggi intensitas penggunaan
lahan, dan dapat mengurangi risiko gagal panen untuk salah satu
tanaman, meningkatkan nilai tambah bagi petani dan juga
termasuk tindakan pengendalian hama dan pengendalian erosi.
Dengan penerapan pertanaman majemuk, penutupan tanah akan
lebih rapat sehingga mampu melindungi tanah dari pukulan air
hujan secara langsung dan menahan aliran permukaan.
• Sistem pertanaman yang termasuk sistem pertanaman majemuk
adalah sistem pergiliran tanaman (crop rotation), tumpang sari
(inter cropping), dan tumpang gilir (relay cropping)
Web Deep Links
Lorem ipsum dolor sit
amet, consectetuer
adipiscing elit
• Tidak semua tanaman dapat digunakan untuk
melaksanakan konsevasi secara vegetatif, sehingga
secara tidak langsung akan menghambat
Instant Communication
pertumbuhan tanaman.
Lorem ipsum dolor sit
amet, consectetuer
adipiscing elit

Networked API
Lorem ipsum dolor sit
amet, consectetuer
adipiscing elit

Your Logo or Name Here 20


Perencanaan Konservasi Tanah dan Air Partisipatif
Perencanaan konservasi tanah dan air dapat dilakukan dengan pendekatan
kemasyarakatan. Pelibatan masyarakat dalam hal ini sangat penting karena masyarakat
memiliki andil yang sangat besar dalam usaha konservasi tanah dan air.

Sosialisai Pendampingan Realisasi


Sosialisasi mengenai Wujud nyata dari hasil
Pendampingan dilakukan
konservasi merupakan pendampingan yang telah
guna menentukan strategi
langkah awal penting yang dilakukan, Biasanya
konservasi pilihan model-
wajib dilaksanakan karena masyarakat menginginkan
model konservasi agar
kegiatan ini bertujuan metode KTA vegetatif
nantinya masyarakat
untuk membentuk karena mereka masih
memilih model KTA yang
pemahaman mengenai dapat memanfaatkan
disukai dan
kegiatan konservasi tanah lahan yang ada secara
menguntungkan mereka
dan air. optimal.
(para petani/masyarakat) Your Logo or Name Here 21
• Tanah dan air merupakan sumber alam
yang menyokong kehidupan berbagai
makhluk di bumi termasuk manusia.
Kedua sumber alam tersebut mudah
mengalami kerusakan atau degradasi.
Kerusakan tanah bisa terjadi karena
hilangnya unsur hara, penjenuhan tanah
oleh air, dan erosi. Apabila tanah
mengalami kerusakan, maka kita bisa
bayangkan bahwa tanah tersebut sangat
tidak produktif jika dimanfaatkan. Air juga
Summary rentan mengalami kerusakan. Rusaknya
air bisa berupa mengeringnya mata air
dan juga menurunnya kualitas air.
....................................... Penyebabnya adalah erosi dan masuknya
limbah-limbah pertanian maupun
industri.
Your Logo or Name Here 22
Salam Geografi
Salam Lestari – Salam Konservasi

Your Logo or Name Here 23


Thank You
...............................................

Anda mungkin juga menyukai