Anda di halaman 1dari 9

Jurusan Perencanaan Wilayah dan

Kota
Fakultas Tenik Sipil Dan Perencanaan
Universitas Bung Hatta

SISTEM KLASIFIKASI TANAH


1.

Pengertian Sistem Klasifikasi Tanah

Adalah suatu cara pengelompokan tanah berdasarkan sifat dan ciri tanah
yang sama atau hampir sama, kemudian diberi nama agar mudah dikenal, diingat,
dipahami dan dibedakan dengan tanah-tanah lainnya. Setiap Jenis Tanah
memiliki sifat dan ciri tertentu dan berbeda dengan jenis tanah lainnya. Setiap
jenis tanah memiliki sifat, ciri, potensi kesesuaian tanaman dan kendala tertentu
untuk pertanian sehingga memerlukan teknologi pengelolaan tanah yang spesifik
untuk dapat berproduksi optimal.
Berbagai usaha telah dilakukan untuk memperoleh klasifikasi umum yang
dapat membantu dalam memprediksi perilaku tanah ketika mengalami
pembebanan. Metode yang telah dibuat didasarkan pada pengalaman yang
diperoleh dalam perancangan fondasi dan riset. Dari sini, tanah fondasi yang
ditinjau menurut klasifikasi tertentu dapat diprediksi perilakunya, yaitu
didasarkan pada pengalaman di lokasi lain, namun memiliki tipe tanah yang sama.
Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa
jenis tanah yang berbeda-beda tapi mempunyai sifat yang serupa ke
dalam kelompokkelompok dan sub kelompok-sub kelompok berdasarkan
pemakaiannya.
Sistem klasifikasi memberikan bahasa yang mudah untuk menjelaskan
secara singkat sifat-sifat tanah yang bervariasi tanpa penjelasan yang
terinci.

2. Fungsi Klasifikasi Tanah


Dalam perancangan fondasi, klasifikasi tanah berguna sebagai petunjuk
awal dalam memprediksi kelakuan tanah. Engineer akan mempunyai gambaran
yang baik mengenai perilaku tanah tersebut dalam berbagai situasi, misalnya
selama konstruksi, di bawah beban-beban struktural dan lain lain.

3. Tujuan Klasifikasi Tanah


a. Mengorganisasi atau menyusun pengetahuan tentang tanh secara sistematis
b. Mengetahui hubungan individu tanah satu sama lain
c. Memudahkan mengingat sifat-sifat tanah
Dr. Ivonne Ayesha, SP., MP

Page 1

Jurusan Perencanaan Wilayah dan


Kota
Fakultas Tenik Sipil Dan Perencanaan
Universitas Bung Hatta
d. Mengklasifikasi tanah untuk tujuan yang lebih praktis seperti
menaksir sifat-sifat tanah,
menetapkan lahan-lahan terbaik,
menduga produktivitas tanah dan
menentukan wilayah penelitian untuk tujuan agrotechnology transfer.
e. Mempelajari hubungan sifat-sifat tanah yang baru

4. Azas Klasifikasi Tanah


Dalam penyusunan suatu klasifikasi tanah biasanya, digunakan beberapa
ketentuan atau asas yang digunakan sebagai dasar. Hardjowigeno (1993)
menyatakan ada beberapa asas yang digunakan dalam klasifikasi tanah yaitu :
a. Asas genetik (genetic principle)
Dalam asas genetik ini, sifat tanah pembeda adalah sifat yang terbentuk
sebagai hasil dari protes pembentukan tanah atau sifat-sifat yang
mempengaruhi pembentukan tanah.
b.Asas sifat pembeda makin bertambah (Principle of accumulating
differentia)
Dalam asas ini sifat-sifat tanah pembeda semakin bertambah semakin
mendekati kategori yang lebih rendah. Oleh karena itu, pada kategori rendah
tanah tidak hanya dibedakan berdasar sifat-sifat tanah pembeda, tetapi juga
digunakan pembeda yang lebih tinggi.
c. Asas menyeluruh kategori taksonomi (Principle of wholeness of taxonomic
categories)
Setiap individu tanah harus diklasifikasikan pada masing-masing kategori
berdasarkan atas sifat-sifat tanah pembeda yang telah dipilih untuk kategori
tersebut. Setiap sifat pembeda yang telah dipilih harus dapat
mengklasifikasikan semua individu populasi tersebut.
d. Pembatas asas bebas (Ciling of independence principle)
Sifat tanah yang digunakan sebagai pembeda untuk tanah tingkat kategori
tanah, tidak dapat digunakan tapi sebagai faktor pembeda untuk kategori yang
lebih rendah.

Dr. Ivonne Ayesha, SP., MP

Page 2

Jurusan Perencanaan Wilayah dan


Kota
Fakultas Tenik Sipil Dan Perencanaan
Universitas Bung Hatta

5. Klasifikasi Tanah ada 2:


Klasifikasi Alami
Didasarkan atas sifat tanah yg dimiliki tanpa menghubungkan dg tujuan
penggunaan tanah tersebut.
Klasifikasi Teknis
Didasarkan pada sifat-sifat tanah yang mempengaruhi kemampuan tanah untuk
penggunaan-penggunaan tertentu.
Sistem Klasifikasi Tanah yang ideal mampu mengelompokkan tanah dalam satu
kelas yang dapat berupa :
a. Isogenus yaitu Tanah yang mempunyai genesis sama
b. Isomorf yaitu Tanah yang mempunyai kenampakan yang sama
c. Isofungsi yaitu Tanah yang mempunyai fungsi sama dalamlingkungan
d. Isotropik yaitu Tanah yang mempunyai lokasi yang sama

2.

SISTEM PENG-KLASIFIKASI-AN TANAH


Sistem Peng-klasifikasi-an Tanah yang umum digunakan ada 5, yaitu:
1. Sistem Klasifikasi Tanah Nasional (Dudal & Soepraptohardjo, 1957;
Soepraptohardjo, 1961),
2. Sistem Klasifikasi Tanah Internasional, dikenal sebagai Taksonomi Tanah
(Soil Taxonomy, USDA, 1975; 2003)
3. Sistem World Reference Base for Soil Resources
4. Sistem ppt (Pusat Penelitian Tanah) - bogor

5. Sistem Klasifikasi Tanah Berdasarkan AASHTO


2.1. Sistem Klasifikasi Tanah Nasional (Dudal & Soepraptohardjo,
1957; Soepraptohardjo, 1961)
Taksonomi tanah berdasarkan sistem Dudal-Soepraptohardjo mendasarkan pada
penampilan profil tanah dan sejumlah ciri-ciri fisika dan kimia. Dasar sistem ini
adalah dari Rudi Dudal, ahli tanah dari Belgia, yang dimodifikasi untuk situasi
Indonesia oleh M. Soepraptohardjo.
Dr. Ivonne Ayesha, SP., MP

Page 3

Jurusan Perencanaan Wilayah dan


Kota
Fakultas Tenik Sipil Dan Perencanaan
Universitas Bung Hatta
Sistem ini disukai oleh pekerja lapangan pertanian karena mudah untuk
diterapkan di lapangan. Versi aslinya dirilis pada tahun 1957. Modifikasinya
dilakukan oleh Pusat Penelitian Tanah pada tahun 1978 dan 1982. Sistem ini (dan
modifikasinya) berlaku khusus untuk Indonesia, dengan mengadopsi beberapa
sistem internasional, khususnya dalam penamaan dan pemberian kriteria.
Sistem Klasifikasi Tanah LPT (Soepraptohardjo, 1961)
Dalam ategori:
1. Golongan (ordo) kriteria Perkembangan profil Meliputi 2 satuan
a. Tanpa perkembangan
b. Telah berkembang
2.Kumpulan (sub-ordo) kriteria Susunan horizon utama Meliputi 8 jenis horizon
utama dari : O, A, B, C, dan R
3. Jenis (great soil group) kriteria Horison utama penciri dan gejala
pengikutPenciri utama sebagaiberikut :
1. Tanpa perkembangan
a. Tebal profil, tekstur dan struktur.
2. Dengan perkembangan
a. A1 prominen, fragmen atau kongkresi kapur
b. A1 cherrozem, fragmen/ kongresi kapur
c. A1 prominen, basa tinggi
d. B2 warna, basa tinggi warna/tekstur; basa tinggi,sedang, rendah.
Horizon kapur,penuh kongkresi
e. B2 podsol; warna lemah ataukuat
f. B2 tiang; Na tinggi ataurendah
g. B2 latosol; gembur gley, BOtinggi/ rendahNa-tinggi, alihantekstur
nyata. B-warna/ tekstur,podsol, latosol
4. Macam ( sub-group) kriteria Warna horizon atau penciri pada kedalaman
50 cm horizon tambahan meliputi peralihan antara hitam, merah, kuning
dan putih, berdasarkan Hue, Value, Chroma meliputi akumulasi BO, humus,
Fe, Mn, R2O3 kongkresi Fe, Mn, kapur lapisan gley.
5. Rupa ( Family) Sifat fisik umum h2 utama ataulapisan 50 cm tekstur 5
kelas, drainase3 kelas.
6. Serie (serie) Sifat fisik khusus h2- utamaatau lapisan 50cm tekstur 12
kelas, drainase 7 kelas.
Kategori nomer 1-3 Kategori Tinggi sedangkan Kategori nomer 4-6 Kategori
Rendah.

Dr. Ivonne Ayesha, SP., MP

Page 4

Jurusan Perencanaan Wilayah dan


Kota
Fakultas Tenik Sipil Dan Perencanaan
Universitas Bung Hatta

2.2. Sistem Klasifikasi Tanah Internasional, dikenal sebagai Taksonomi


Tanah (Soil Taxonomy, USDA, 1975; 2003)
Sistem USDA atau Soil Taxonomy dikembangkan pada tahun 1975 oleh tim
Soil Survey Staff yang bekerja di bawah Departemen Pertanian Amerika
Serikat (USDA). Sistem ini pernah sangat populer namun juga dikenal sulit
diterapkan. Oleh pembuatnya, sistem ini diusahakan untuk dipakai sebagai alat
komunikasi antarpakar tanah, tetapi kemudian tersaingi oleh sistem WRB.
Meskipun demikian, beberapa konsep dalam sistem USDA tetap dipakai dalam
sistem WRB yang dianggap lebih mewakili kepentingan dunia.
Sistem klasifikasi ini menggunakan enam (6) kategori, yaitu:
1. Ordo (Order)
2. Subordo (Sub-Order)
3. Grup (Great group)
4. Sub-grup (Subgroup)
5. Famili (Family)
6. Seri.
Sistem klasifikasi tanah ini berbeda dengan sistem yang sudah ada
sebelumnya. Sistem klasifikasi ini memiliki keistimewaan terutama dalam hal:
A. Penamaan atau Tata Nama atau cara penamaan.
Menurut Hardjowigeno (1992) terdapat 10 ordo tanah dalam sistem
Taksonomi Tanah USDA 1975 dengan disertai singkatan nama ordo tersebut,
adalah sebagai berikiut:
1. Alfisol > disingkat: Alf
2. Aridisol > disingkat: Id
3. Entisol > disingkat: Ent
4. Histosol > disingkat: Ist
5. Inceptisol > disingkat: Ept
6. Mollisol > disingkat: Oll
7. Oxisol > disingkat: Ox
8. Spodosol > disingkat: Od
9. Ultisol > disingkat: Ult
10. Vertisol > disingkat: Ert
Sistem ini bersifat hierarkis. terdapat penggolongan 12 (pada versi pertama
berjumlah sepuluh) kelompok utama yang disebut soil order ("ordo tanah").
Mereka adalah

Dr. Ivonne Ayesha, SP., MP

Page 5

Jurusan Perencanaan Wilayah dan


Kota
Fakultas Tenik Sipil Dan Perencanaan
Universitas Bung Hatta
1. Entisol (membentuk akhiran -ent) merupakan tanah-tanah yang masih
sangat muda yaitu baru tingkat permulaan dalam perkembangan.
2. Inceptisol (membentuk akhiran -ept) merupakan tanah muda, tetapi
lebih berkembang daripada Entisol.
3. Alfisol (membentuk akhiran -alf) merupakan tanah-tanah yang terdapat
penimbunan liat di horison bawah (terdapat horison argilik)dan
mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35% pada kedalaman
180 cm dari permukaan tanah.
4. Ultisol (membentuk akhiran -ult) merupakan tanah-tanah yang terjadi
penimbunan liat di horison bawah, bersifat masam, kejenuhan basa pada
kedalaman 180 cm dari permukaan tanah kurang dari 35%.
5. Oxisol (membentuk akhiran -ox) tanah tua sehingga mineral mudah lapuk
tinggal sedikit. Kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif sehingga
kapasitas tukar kation (KTK) rendah,
6. Vertisol (membentuk akhiran -vert) merupakan tanah dengan kandungan
liat tinggi (lebih dari 30%) di seluruh horison, mempunyai sifat
mengembang dan mengkerut. Kalau kering tanah mengkerut sehingga
tanah pecah-pecah dan keras.
7. Mollisol (membentuk akhiran -mol) merupakan tanah dengan tebal
epipedon lebih dari 18 cm yang berwarna hitam (gelap), kandungan bahan
organik lebih dari 1%, kejenuhan basa lebih dari 50%.
8. Spodosol (membentuk akhiran -od) merupakan tanah dengan horison
bawah terjadi penimbunan Fe dan Al-oksida dan humus (horison spodik)
sedang, dilapisan atas terdapat horison eluviasi (pencucian) yang
berwarna pucat (albic).
9. Histosol (membentuk akhiran -ist) merupakan tanah-tanah dengan
kandungan bahan organik lebih dari 20% (untuk tanah bertekstur pasir)
atau lebih dari 30% (untuk tanah bertekstur liat).
10. Andosol (membentuk akhiran -and)
11. Aridisol (membentuk akhiran -id) merupakan tanah-tanah yang
mempunyai kelembapan tanah arid (sangat kering).
12. Gleisol (membentuk akhiran )
Penamaan berikutnya ditentukan oleh kondisi masing-masing order. Sistem
USDA mempertimbangkan aspek pembentukan tanah akibat faktor aktivitas di
bumi dan atmosfer.

Dr. Ivonne Ayesha, SP., MP

Page 6

Jurusan Perencanaan Wilayah dan


Kota
Fakultas Tenik Sipil Dan Perencanaan
Universitas Bung Hatta
B. Definisi-definisi horison penciri.
Horizon Penciri terdiri dari dua bagian:
(a) horizon atas (permukaan) atau epipedon, dan
(b) horizon bawah atau endopedon.
Epipedon atau horison atas / permukaan penciri dibedakan dalam 8
kategori (Soil Survey Staff, 2003), yaitu:
(a) epipedon mollik,
(b) epipedon umbrik,
(c) epipedon okrik,
(d) epipedon histik,
(e) epipedon melanik,
(f) epipedon anthropik,
(g) epipedon folistik, dan
(h) epipedon plagen.
Endopedon atau horizon bawah penciri dibedakan menjadi 13 (Soil Survey Satff,
2003), yiatu:
(a) horizon argilik,
(b) horizon kambik,
(c) horizon kandik,
(d) horizon kalsik,
(e) horizon oksik,
(f) horison gipsik,
(g) horizon petrokalsik,
(h) horizon natrik,
(i) horizon plakik,
(j) horizon spodik,
(k) horizon sulfuric,
(l) horizon albik.
Beberapa Sifat Penciri Khusus, adalah:
(a) konkresi,
(b) padas (pan),
(c) fraipan, (duripan),
(d) Plintit,
(e) slickenside,
(f) selaput liat,

Dr. Ivonne Ayesha, SP., MP

Page 7

Jurusan Perencanaan Wilayah dan


Kota
Fakultas Tenik Sipil Dan Perencanaan
Universitas Bung Hatta
(g) kontak litik,
(h) kontak paralithik.
C. Beberapa sifat penciri lainnya, adalah:
a. Rezim suhu tanah,
Rezim suhu tanah dibedakan dalam 3 kategori, yaitu:
(1) mesic: merupakan suhu tanah rata-rata tahunan 8C s/d 15C.
(2) thermic: merupakan suhu tanah rata-rata tahunan 15C s/d 22C.
(3) hyperthermic: merupakan suhu tanah rata-rata tahunan > 22C.
Istilah iso (iso-mesic, iso-thermic, iso-hyperthermic) digunakan untuk
menunjukkan perbedaan suhu tanah rata-rata musim panas dan musim
dingin < 6C).
b. Rezim lengas tanah,
Rezim lengas tanah dibedakan dalam 4 kategori, yaitu:
(1) aquic: tanah hampir selalu jenuh air, sehingga terjadi reduksi dan
ditunjukkan oleh adanya karatan dengan chroma rendah (chroma < 2
dan value < 4).
(2) perudic: curah hujan setiap bulan selalu melebihi evapotranspirasi.
(3) udic: tanah tidak pernah kering selama 90 hari (kumulatif) setiap
tahunnya.
(4) ustic: tanah setiap tahunnya kering lebih dari 90 hari (kumulatif)
tetapi kurang dari 180 hari.
c. Sifat-sifat tanah Andik.
3. Sistem World Reference Base for Soil Resources
Sistem ini, disingkat sistem WRB, merupakan hasil kerja dari tim bentukan
FAO dan disarankan oleh Organisasi Ilmu Tanah Sedunia. Berdasarkan
kesepakatan pada tahun 1998, sistem WRB menggantikan sistem FAO. Versi
terbarunya terbit tahun 2006.
Sistem WRB terdapat dua pembagian yaitu:
1. peringkat primer merupakan penggambaran terhadap 32 jenis tanah
utama dunia.
2.

peringkat sekunder merupakan kata sifat yang menggambarkan keadaan


fisik dan kimia tanah.

Berbeda dari sistem USDA, sistem WRB tidak mempertimbangkan aspek iklim
sebagai alat untuk pengelompokan.

Dr. Ivonne Ayesha, SP., MP

Page 8

Jurusan Perencanaan Wilayah dan


Kota
Fakultas Tenik Sipil Dan Perencanaan
Universitas Bung Hatta

4.

Sistem ppt (Pusat Penelitian Tanah) - bogor :


Sistem ini ada 6 kategori yaitu:
1. golongan,
2. kumpulan,
3. jenis,
4. macam,
5. rupa,
6. seri.

golongan dan kumpulan didasarkan atas tingkat perkembangan dan susunan


horison. Penciri utama rupa dan seri adalah tekstur dan drainase.
penamaan tanah pada kategori jenis. Contoh jenis tanah : organosol, litosol,
grumosol, aluvial, regosol, andosol, latosol, podsolik, oksisol, mediteran, rendzina,
podsol.
5. Sistem Klasifikasi Tanah Berdasarkan AASHTO
Sistem klasifikasi AASHTO berguna untuk menentukan kualitas tanah guna
pekerjaan jalan yaitu lapis dasar (subbase) dan tanah dasar(subgrade). Karena
sistem ini ditujukan untuk pekerjaan jalan tersebut,maka penggunaan sistem ini
dalam prakteknya harus dipertimbangkan terhadap maksud aslinya.
Sistem ini membagi tanah ke dalam 7 kelompok utama yaitu A-1 Sampai dengan
A-7. Tanah yang terklasifikasikan dalam kelompok A-1, A-2, dan A-3 merupakan
tanah granuler yang memiliki partikel yang lolos saringan No. 200 kurang dari
35%. Tanah yang lolos saringan No. 200 lebih dari 35% diklasifikasikan dalam
kelompok A-4, A-5, A-6, dan A-7. Tanah-tanah dalam kelompok ini biasanya
merupakan jenis tanah lanau dan lempung.
AASHTO sistem mengklasifikasikan tanah menjadi 7 bagian besar, yaitu :
1. A-1 (A-1-a ; A-1-b), kelompok ini termasuk granular .
2. A-2 (A-2-4 ; A-2-5 ; A-2-6 ; A-2-7), A-3, termasuk kelompok gravel dan
sand.
3. A-4, A-5 (fine), A-6((silt dan clay), A-7.

Dr. Ivonne Ayesha, SP., MP

Page 9

Anda mungkin juga menyukai