Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SISTEM AGRIBISNIS DAN USAHATANI

PENGANTAR ILMU PERTANIAN

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2

FAKULTAS PERTANIAN

PRODI AGRIBISNIS

KELAS A

UNIVERSITAS ANDALAS
ANGGOTA KELOMPOK 2

Dita Adestia 1910222034


Predi Arianto Aji 1910222008
Putra Chaniago 1910222042
Sherly Dwi Utami 1910222017

Dosen pengajar
Ibu Dwi Evaliza,Ir.,Msi.
2
ii
i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia dan
hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “SISTEM
AGRIBISNIS DAN USAHA TANI”. Tidak lupa penyusun mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusun dalam menyelesaikan
makalah ini terutama Ibu Dosen.

Penyusun menyadari adanya banyak kekurangan dalam penulisan makalah


ini. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang
membangun demi kesempurnaan dalam makalah ini.

Harapan penyusun agar makalah ini berguna dan dapat dimanfaatkan


sebagaimana mestinya,serta dapat menambah ilmu pengetahuan di bidang
perencanaan pembelajaran.

Padang, 2 September 2019

Penulis

3
DAFTAR ISI

ANGGOTA KELOMPOK....................................................................2

KATA PENGANTAR...........................................................................3

DAFTAR ISI..........................................................................................4

PENDAHULUAN

Latar Belakang............................................................................4

Rumusan Masalah.......................................................................5

Tujuan Pembahasan....................................................................5

PEMBAHASAN

Pertanian sebagai usaha ekonomi dalam sistem Agribisnis......6

Pertanian sebagai usaha ekonomi dalam ilmu usaha tani.........12

PENUTUP

KESIMPULAN.....................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................18

4
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Agribisnis adalah suatu sistem yang membahas tentang usaha pertanian baik secara
sempit maupun secara luas, baik yang berhubungan langsung ataupun berhubungan
tidak langsung kepada pertanian.

Agribisnis pada hakikatnya merupakan bagian dari sistem ekonomi. Hal tersebut
didasari dengan seluruh kegiatan yang melibatkan pembuatan dan penyaluran
sarana usahatani; kegiatan produksi di unit usahatani; penyimpanan, pengolahan
dan distribusi komoditas usahatani dan berbagai produk yang dibuat dari proses
produksi tersebut.

Secara garis besar, seluruh kegiatan usahatani dalam agribisnis berlandaskan pada
ilmu ekonomi. Hal tersebut merunut pada hakikat agribisnis sebagai bagian dari
sistem ekonomi. Namun demikian, tidak sepenuhnya agribisnis membahas tentang
ilmu ekonomi.

Agribisnis sangat diperlukan dalam pengembangan pertanian di Indonesia, karena


kondisi lahan pertanian yang ada di Indonesia sangat berpotensi akan tetapi pada
kenyataannya pertanian di Indonesia masih saja tertinggal dari pertanian-pertanian
negara lain yang potensi lahan pertaniannya jauh dibawah kualitas yang dimiliki
Indonesia. Oleh karena itu perlu untuk membahas betapa pentingya agribisnis
dalam pengembangan pertanian umumnya agribisnis sebagai suatu sistem ekonomi
yang bisa mendongkrak kemajuan pertanian Indonesia.

2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Pertanian sebagai usaha ekonomi dalam


sistem Agribisnis?
2. Apa yang dimaksud dengan Pertanian sebagai usaha ekonomi dalam
ilmu usaha tani/bercocok tanam?

3. Tujuan Masalah

Tujuan pembuatan makalah ini adalah agar para pembaca bisa lebih
mengetahui Sistem Agribisnis dan Usahatani.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. PERTANIAN SEBAGAI USAHA EKONOMI DALAM SISTEM AGRIBISNIS

1. Pengertian Agribisnis

Secara sempit agribisnis didefenisikan sebagai bisnis dibidang pertanian, namun


secara luas agribisnis didefinisikan sebagai keseluruhan aktivitas produksi dan
distribusi sarana produksi usaha tani, aktivitas usaha tani, serta penyimpanan,
pengolahan, distribusi komoditas usaha tani, dan aktivitas lain yang membentuk
produk tersebut. Sistem Agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri dari sub-
sub sistem yang saling terkait satu sama lainnya.Secara umum agribisnis dapat
dipandang dari dua segi, yaitu agribisnis sebagai suatu sistem dan agribisnis
sebagai suatu bidang usaha atau perusahaan pertanian (Firdaus, 2008).

2. Agribisnis Sebagai Suatu Sistem

Pada dasarnya sistem dapat didefinisikan sebagai sekumpulan unsur-unsur


(subsistem-subsistem ) yang saling berhubungan melalui berbagai bentuk interaksi
dan bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang tedrtentu. Menurut (Sukirno,
1985) Karakteristik atau ciri-ciri suatu sistem adalah sebagai berikut :

· Terdiri atas unsur-unsur/komponen-komponen/subsistem-subsistem yang


membentuk satu kesatuan (totalitas) sistem .

· Adanya tujuan dan saling ketergantungan antara satu subsistem dengan subsistem
yang lainnya.

· Adanya interaksi antar subsistem.

· Mengandung mekanisme, kadang-kadang disebut juga sebagai transformasi


(dalam sistem produksi misalnya mengubah input menjadi output)

· Ada lingkungan yang mengakibatkan dinamika sistem (cuaca, lingkungan


ekonomi, sosial-budaya, hukum dan politik, perkembangan teknologi, persaingan,
kekuatan eksternal lainnya).

Contoh : Sistem Agribisnis Kedelai

Sistem ini terdiri atas

6
a. Subsistem pasukan input untuk budidaya di tingkat usahatani kedelai, misalnya

Produsen atau pemasok barang berupa pupuk, pestisida, benih kedelai, alat dan
mesin pertanian,

· Produsen atau penyedia jasa seperti perdagangan, kredit, tenaga kerja (SDM) dan
sebagainya.

b. Subsistem budidaya atau produksi biologis di tingkat usahatani sebagai


subsistem utama, di mana semua input (lahan, modal dan tenaga kerja) diramu
dalam suatu proses produksi untuk menghasilkan biji kedelai sebagai produk
utamanya dan hasil ikutannya seperti daun, akar dan batangnya yang bila
dikeringkan dapat dipakai untuk bahan bakar atau yang masih segar bisa dijadikan
makanan ternak.

c. Subsistem pasca panen, agro-processing atau agroindustri, di mana:

· buah kedelai dipanen, dikeringkan dan dipisahkan biji dari polongnya, disortir,
dikemas dan sebagainya.

· biji kedelai diolah untuk menjadi benih atau menjadi komoditas yang siap
dipasarkan dengan suatu standar perdagangan tertentu.

· biji kedelai diolah lebih lanjut untuk menjadi produk konsumsi atau setengah
matang seperti tahu, tempe atau lainnya.

· atau oleh warung makanan atau pedagang kaki lima diolah dari tempe setengah
matang menjadi produk akhir siap santap seperti tempe goreng; kripik tempe atau
pepes tahu.

· daun ; akar dan batangnya serta kulit polongnya diolah untuk menjadi pupuk
kompos atau untuk media budidaya jamur.

d. Subsistem agro-marketing, di mana semua komoditas atau produk komsumsi


tersebut dipasarkan melalui serangkaian kegiatan promosi, dan didistribusikan
melalui pedagang besar, eceran, dan sebagainya.

e. Subsistem penunjang yang meliputi: sistem informasi, litbang tanaman pangan,


hukum dan perundang-undangan, kebijaksanaan pemerintah (kebijaksanaan
substitrasi impor).

7
3. Agribisnis Sebagai Bidang Usaha

Selanjutnya agribisnis juga dapat dipandang sebagai suatu bidang usaha


(perusahaan). Perusahaan agribisnis adalah suatu institusi atau organisasi bisnis
yang berusaha di dalam salah satu subsistem, beberapa subsistem atau secara
terpadu total di dalam sistem agribisnis yang dikelola dengan
keterampilanmanajerial yang baik untuk meraih keuntungan, materiil maupun
moril. (Soekartawi, 1999).

Beberapa contoh:

a. Perusahaan dalam satu subsistem

· Pabrik pupuk (PT Pupuk Sriwijaya), alsintan (PT United Tractor)

· Petani kacang-kacangan yang bermitra dengan PT Kacang Garuda

· Pabrik rokok (PT Gudang Garam), pabrik susu (PT Sari Husada)

· Eksportir gaplek, koperasi pemasaran, pialang komoditas

b. Perusahaan dalam dua subsistem atau lebih

· Perkebunan lengkap dengan pabriknya (PTP Nusantara) untuk teh, karet dan
kelapa sawit.

· Peternakan ayam pedaging, lengkap dengan pabrik pakan dan rumah pemotongan
ayamnya.

c. Perusahaan terpadu (integrasi vertikal)

· Kebun nenas, pabrik pengalengan nenas, dan eksportir nenas kalengan

· Kebun tanaman obat, pabrik jamu, outlet-outlet tempat penjualan jamu milik
perusahaan.

8
4. Prinsip-prinsip Ekonomi dalam Agribisnis

Sistem Perekonomian, secara garis besar, organisasi perekonomian di berbagai


negara dapat dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu :

a. Sistem pasar bebas atau pasar persaingan sempurna

b. Sistem ekonomi perencanaan

c. Sistem ekonomi campuran

1) Sistem Pasar Bebas

Sistem pasar bebas sering juga disebut dengan pasar persaingan sempurna. Pada
sistem ini masyarakat diberikan kesempatan dan kebebasan penuh untuk
menentukan kegiatan ekonomi yang ingin mereka lakukan dan pemerintah sama
sekali tidak ikut campur tangan serta tidak berusaha mempengaruhi kegiatan
ekonomi yang dilakukan masyarakat.

Menurut (Sastraatmadja, 1984) ciri-ciri sistem pasar bebas (pasar persaingan


sempurna):

a. Jumlah perusahaan banyak sehingga setiap perusahaan relatif kecil peranannya


dan tidak dapat menentukan harga.

Masing-masing perusahaan mengikuti harga pasar (Price Teker), dan keuntungan


yang diperoleh adalah keuntungan secara akunting (keuntungan normal).

b. Produknya homogen (Homogenous product) dan relatif tidak memiliki


perbedaan yang spesifik. Jadi masing-masing penjual relatif tidak memiliki
kekuatan pasar untuk mempengaruhi pembeli.

c. Bebas untuk memasuki atau keluar pasar (Free Entry and Free Exit).

Ciri ini berkenaan dengan keuntungan normal yang diperoleh setiap penjual pada
pasar persaingan sempurna. Jika dalam suatu periode waktu terdapat banyak
permintaan (Boom) maka akan terjadi keuntungan secara ekonomis, dan ini
merangsang perusahaan baru untuk memasuki pasar.

9
d. Konsumen dan produsen mempunyai informasi yang sempurna mengenai harga
barang dan biaya faktor produksi.

2) Sistem Ekonomi Perencanaan

Sistem ekonomi perencanaan (sosialisme) dipraktikkan di negara-negara Komunis,


seperti, Uni Soviet (sekarang Rusia) dan Eropa Timur. Sistem ini menghendaki
pemerintah sepenuhnya menentukan corak kegiatan ekonomi yang akan dilakukan.
Sistem ini berawal dari adanya keyakinan bahwa kegiatan ekonomi yang diatur
oleh mekanisme pasar akan menimbulkan pengangguran dan ketidakadilan. Sistem
ini berkeyakinan bahwa pemerintah akan dapat menjalankan fungsinya secara
lebih efisien daripada sistem yang dapat dijalankan dalam sistem pasar bebas.
Untuk menjamin kelancaran usaha dan mencapai sasaran yang ditetapkan dalam
perencanaan yang dibuat maka alat-alat modal dikuasai dan dimiliki oleh
pemerintah (Sastraatmadja, 1984).

3) Sistem Ekonomi Campuran

Sistem ekonomi campuran adalah sistem ekonomi yang dikendalikan dan diawasi
oleh pemerintah, tetapi masyarakat masih mempunyai kebebasan yang cukup luas
untuk menentukan kegiatan-kegiatan ekonomi yang ingin mereka jalankan.
Mekanisme pasar masih tetap memegang peranan penting dalam menentukan
corak kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat(Sastraatmadja, 1984).

Tujuan pokok campur tangan pemerintah adalah untuk menghindari akibat yang
kurang menguntungkan dari sistem ekonomi pasar bebas. Misalnya, dalam sistem
pasar bebas, golongan ekonomi lemah makin tertindas dan golongan ekonomi kuat
akan semakin kuat. Campur tangan pemerintah memungkinkan dilakukannya
usaha-usaha untuk menghindari hal tersebut.

Campur tangan pemerintah dalam perekonomian dapat dibedakan dalam tiga


bentuk, yaitu sebagai berikut:

a. Peraturan-peraturan yang bertujuan untuk mengatur dan mengawasi kegiatan


ekonomi agar dapat berjalan dengan baik.

b. Secara langsung melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi (perusahaan negara).

c. Dengan mengadakan kebijakan fiskal (kebijakan yang berkenaan dengan tarif


pajak dan pengeluaran pemerintah) dan kebijaksanaan moneter (mengatur dan
mengawasi sektor moneter) dengan tujuan agar perekonomian dapat berkembang
dengan baik.
10
Sistem ekonomi campuran ini di Indonesia dikenal dengan nama sistem ekonomi
kerakyatan. Pada hakikatnya sistem ini benar-benar berorientasi pada kekuatan,
sekaligus kepentingan rakyat banyak. Ekonomi kerakyatan adalah ekonomi yang
demokratis, yang ditujukan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam
ekonomi kerakyatan yang demokratis, ada pemihakan sepenuh hati dari pemerintah
kepada mereka yang lemah dan miskin pada “sektor” ekonomi rakyat
(Sastraatmadja, 1984).

5. Perlunya Agribisnis

Agribisnis adalah kegiatan manusia yang memanfaatkan sumber daya alam untuk
pemenuhan kebutuhan hidupnya. Agribisnis, dengan perkataan lain,adalah cara
pandang ekonomi bagi kegiatan dalam bidang pertanian. Agribisnis mempelajari
strategi memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, pascapanen,
proses pengolahan, hingga tahap pemasaran. Secara luas, agribisnis berarti “bisnis
berbasis sumber daya alam” (Soekartawi, 1999).

Objek agribisnis dapat berupa tumbuhan, hewan, ataupun organisme


lainnya.Kegiatan budidaya termasuk dalam bagian hulu agribisnis.Apabila produk
budidaya (hasil panen) dimanfaatkan oleh pengelola sendiri, kegiatan ini disebut
pertanian subsisten, dan merupakan kegiatan agribisnis paling primitif.
Pemanfaatan sendiri dapat berarti juga menjual atau menukar untuk memenuhi
keperluan sehari-hari.

Dalam arti luas agribisnis tidak hanya mencakup kepada industri makanan
saja.Seiring perkembangan teknologi, pemanfaatan produk pertanian berkaitan erat
dengan farmasi, teknologi bahan, dan penyediaan energi.

Agribisnis bisa menjadi tulang punggung perekonomian dunia karena merupakan


sektor yang mampu menyediakan bahan makanan atau pun bahan baku bagi
industri-industri pengolahan. Hal tersebut patut menjadi perhatian untuk segenap
pelaku agribisnis Indonesia untuk senantiasa meningkatkan kinerja sektor tersebut,
khususnya pada sektor hilir agribisnis (off farm).Dengan perhatian yang diberikan
diharapkan menurunnya kontribusi dari kegiatan on farm dapat dikompensasikan
dengan peningkatan kontribusi sektor industry dari pengolahan hasil-hasil
agribisnis.

B. PERTANIAN SEBAGAI USAHA EKONOMI DALAM ILMU USAHA


TANI/BERCOCOK TANAM
1. Definisi Usaha Tani

11
Usaha tani (farm) adalah organisasi dari alam (lahan), tenaga kerja, dan modal
yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanaian. Di Indonesia, selain
usahatani dikenal pula istilah perkebunan, yang sebenarnya juga merupakan usaha
tani yang dilaksanakan secara komersial. Usaha tani dan perkebunan dibedakan
berdasarkan beberapa hal:
 Luas lahan
Usahatani memiliki lahan yang sempit, sedangkan perkebunan memiliki lahan
yang luas.

 Status lahan
Usahatani status lahannya milik sendiri, sewa, dan sakap(garapan) sedangkan,
perkebunan status lahannya memakai Hak Guna Usaha (HGU), dan biasanya
dimiliki oleh swasta.

 Pengelolaan
Usahatani dikelola secara sederhana, sedangkan perkebunan secara kompleks.

 Jenis tanaman
Usahatani jenis tanamannya campuran atau monokultur pangan, sedangkan
perkebunan tanaman perdagangan monokultur.

 Teknik budidaya
Usahatani secara sederhana, sedangkan perkebunan mengikuti perkembagan
teknologi.

 Permodalan
Usahatani permodalannya padat karya, sedangkan perkebunan padat modal dan
padat karya.

 Tenaga kerja
Usahatani meliputi petani dan keluarga, sedangkan perkebunan semuanya tenaga
upah.

 Orientasi
Usahatani berorientasi kepada subsistem, semi komersial, dan komersial,
sedangkan perkebunan hanya secara komersial (Anonima,2011).

2. Fungsi Produksi
Fungsi produksi adalah suatu bagian fungsi yang ada pada perusahaan yang
bertugas untuk mengatur kegiatan-kegiatan yang diperlukan bagi terselenggaranya
proses produksi. Dengan mengatur kegiatan itu maka diharapkan proses produksi
akan berjalanlancar dan hasil produksi pun akan bermutu tinggi sehingga dapat
diterima oleh masyarakat pemakainya. Bagian produksi dalam menjalankan
tugasnya tidaklah sendirian akan tetapi bersama-sama dengan bagian-bagian lain

12
seperti bagian pemasaran, bagian keuangan serta bagian akuntansi. Oleh karena
itu haruslah diadakan koordinasi kerja agar semua bagian dapat berjalan seiring
dan seirama dan dapat dihindarkan benturan – benturan kepentingan antar bagian
dalam perusahaan. Tugas utama dari bagian produksi dalam kaitannya dengan
pencapaian tujuan perusahaan secara umum adalah berusaha mencapai biaya
produksi yang rendah, mutu produk yang tinggi, tanggapan yang cepat atas
permintaan, dan fleksibilitas untuk membuat beragam barang yang sesuai dengan
selera dan spesifikasi pelanggan (Anonimb, 2011).
Produksi adalah hubungan fisik atau hubungan teknis antara jumlah faktor
produksi yang dipakai dengan jumlah yang dihasilkan. Secara matematis: Y = f
( X), atau Y adalah fungsi dari... , tergantung pada…, atau ditentukan oleh X.
Faktor produksi yang digunakan dalam suatu proses produksi itu dalam
kenyataannya lebih dari satu macam sehingga fungsi produksi tersebut bisa
berbentuk fungsi linier, kuadratik, Cobb-Douglas atau bentuk lainnya. Fungsi
produksi yang umum (fungsi produksi klasik) dapat dinyatakan sebagai
berikut: Y = f ( X1 / X2, X3,…, Xn)
Faktor produksi adalah segala sesuatu atau sumber-sumber yang digunakan
dalam suatu proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa secara terus
menerus. Faktor produksi utama à lahan, modal tenaga kerja dan
kewiraswastaan (entrepreneurship).
Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi dibagi menjadi dua
jenis:

1. Faktor Produksi Tetap (Fixed factor of production), yaitu faktor


produksi yang sifatnya tidak habis dipakai dalam satu periode produksi
serta relatif tidak dipengaruhi oleh jumlah produk yang
dihasilkan. Contoh: kandang, peralatan tahan lama, kendaraan, mesin pelet
dan lain-lain.
2. Faktor Produksi Variabel (Variable factor of production),yaitu
faktor produksi yang sifatnya habis dipakai dalam satu periode produksi,
serta besar penggunaannya sangat berkaitan dengan jumlah produk yang
dihasilkan. Contoh: pakan, doc, bahan bakar dan lain-lain. Dalam suatu
fungsi, maka fungsi produksi dapat dituliskan:
Y = f ( X1 / X2, X3, …, Xn )
Produk Y merupakan fungsi dari faktor produksi variabel X1, jika faktor
produksi tetap X2, X3, …, Xn ditetapkan pemakaiannya pada tingkat tertentu.

3. Hukum Kenaikan Hasil Yang Makin Berkurang (The Law Of Diminishing


Return)
Dalam suatu proses produksi apabila secara berturut-turut ditambahkan satu
satuan faktor produksi variabel pada faktor produksi tetap, pada tahap awal,
produksi total akan bertambah dengan pertambahan yang makin bsar, tetapi
sampai pada tingkat tertentu pertambahannya akan semakin berkurang dan
akhirnya mencapai nilai negatif, dan ini mengakibatkan pertambahan produksi

13
total semakin kecil sampai mencapai produksi maksimal dan kemudian produksi
total menurun.
Sifat dari The Law of Diminishing Return:
1. Penambahan terus menerus faktor produksi menyebabkan produk
total meningkat sampai tingkat tertentu.
2. Mula-mula terjadi kenaikan hasil bertambah, produk marjinal
semakin besar (naik).
3. Pada saat fungsi produksi total mencapai titik balik (inflection
point), produk marjinal mencapai titik maksimum.
4. Sesudah titik balik terjadi kenaikan hasil yang semakin berkurang
(produk marjinal menurun).
5. Pada tingkat produksi total maksimum, produk marjinal sama
dengan nol.
6. Sesudah produk total maksimum, produk marjinal mempunyai nilai
negatif
4. Hubungan Antar Faktor Produksi
Dalam proses produksi ternak tidak hanya satu jenis faktor produksi yang
digunakan, misalnya rumput dan konsentrat pada penggemukan ternak potong.
Pemberian konsentrat yang lebih banyak dapat mengurangi penggunaan rumput
atau sebaliknya. Contoh lain misalnya penggunaan teknologi yang lebih maju
berkaitan dengan berkurangnya penggunaan jumlah tenga kerja manusia dan lain-
lain. Dalam proses produksi kombinasi apapun yang dipakai tujuannya adalah
berupaya untuk menekan biaya produksi sekecil mungkin (least cost combination)
atau kombinasi faktor poduksi yang menghasilkan biaya yang paling murah.
Sementara itu kemampuan satu faktor produksi X2 (misalnya konsentrat) untuk
menggantikan faktor produksi X1 (misalkan rumput) disebut Daya Substitusi
Marjinal (DSM).
Dalam kaitannya dengan kemampuan satu faktor produksi menggantikan
faktor produksi yang lain dalam suatu proses produksi ada tiga macam pola
hubungan antar input:
1. Hubungan dengan Daya Substitusi Tetap (DSM Tetap), yaitu bila
penambahan satu satuan faktor produksi yang satu (X1) menyebabkan
pengurangan faktor produksi yang lain (X2), dalam jumlah yang tetap,
sementara jumlah produk yang dihasilkan tidak berubah (iso produk).
2. Hubungan Komplementer, yaitu bila kedua jenis faktor produksi
harus dikombinasikan dalam satu perbandingan yang tetap. Misalnya X1 =
1 satuan dan X2 = 4 satuan. Apabila X1 = 5 satuan maka X2 = 20 satuan.
3. Hubungan dengan Daya Substitusi yang Semakin Berkurang, yaitu
apabila dalam kondisi iso produk, penggunaan jumlah faktor produksi
yang satu (X1) dapat digantikan oleh faktor produksi kedua (X2) dengan
penggunaan yang semakin kecil (Anonimc, 2011).

5. Hubungan Antar Hasil Produksi


Dalam praktek usaha produksi sering menghasilkan tidak hanya satu macam
produk, tetapi beberapa produk dihasilkan dalam satu kali proses produksi.

14
Usahaternak sapi perah menghasilkan susu dan daging, usahaternak ayam petelur
menghasilkan telur dan daging atau usahaternak domba menghasilkan wool dan
daging. Kombinasi berbagai produk yang dihasilkan dari sejumlah faktor produksi
yang digunakan dalam proses produksi membentuk empat macam pola hubungan
antar hasil produksi:
1. Joint Products (Produk-produk dihasilkan secara bersama), yaitu
dua macam produk dihasilkan secara bersamaan dalam sekali proses
produksi.
2. Complementary Products (Produk-produk Komplemen), yaitu dua
produk dihasilkan dengan pola kenaikan produk yang satu diikuti oleh
kenaikan produk yang lainnya, pada penggunaan faktor produksi tertentu.
3. Supplementary Products (Produk-produk Suplemen), yaitu bila
kenaikan produk yang satu tidak mempengaruhi produk yang lain dalam
satu proses produksi.
4. Competitive Products (Produk-produk Bersaing), yaitu bila
kenaikan produk yang satu mengakibatkan turunnya produk yang lain
(Anonima, 2011).

BAB III
PENUTUP

15
KESIMPULAN

Pertanian sebagai usaha ekonomi dalam sistem agribisnis

Agribisnis didefinisikan sebagai keseluruhan aktivitas produksi dan distribusi


sarana produksi usaha tani, aktivitas usaha tani, serta penyimpanan, pengolahan,
distribusi komoditas usaha tani, dan aktivitas lain yang membentuk produk
tersebut. Agribisnis terbagi dalam beberapa subsistem, yaitu (1) subsitem
pengadaan sarana produksi pertanian (Agro input),(2) subsistem produksi
pertanian (Agro product),(3) subsistem pengolahan dan industri hasil pertanian
(agro industry), (4) subsistem pemasaran hasil pertanian (agro marketing), dan (5)
subsistem kelembagaan penunjang kegiatan pertanian (agro supporting).

Sistem ekonomi dalam agribisnis terbagi menjadi tiga, yaitu: sistem pasar bebas,
sistem ekonomi perencanaan, dan sistem ekonomi campuran.

Sistem dan Manajemen Agribisnis adalah suatu konsep yang dapat dijadikan usaha
membangun keberaturan pada keselarasan antara kegiatan pertanian dengan tujuan
pertanian.

Agribisnis sangat dibutuhkan untuk perkembangan dan kemajuan pertanian di


Indonesia. Agribisnis menunjang semua sektor karena pemenuhan kebutuhan akan
bahan pangan yang berasal dari pertanian sebagai kelangsungan hidup manusia.
Apabila kebutuhan pangan dasar manusia terpenuhu maka akan menunjang sektor
yang lainnya untuk bergerak, sebaliknya apabila sektor agribisnis tidak berjalan
dengan baik maka akan berpengaruh buruk terhadap sektor lainnya.

Pertanian sebagai usaha ekonomi dalam ilmu usaha tani/bercocok tanam :

1. Usaha tani (farm) adalah organisasi dari alam (lahan), tenaga kerja,
dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanaian. Di
Indonesia, selain usahatani dikenal pula istilah perkebunan, yang
sebenarnya juga merupakan usaha tani yang dilaksanakan secara
komersial.
2. Fungsi produksi adalah suatu bagian fungsi yang ada pada
perusahaan yang bertugas untuk mengatur kegiatan-kegiatan yang
diperlukan bagi terselenggaranya proses produksi. Faktor produksi adalah
segala sesuatu atau sumber-sumber yang digunakan dalam suatu proses
produksi untuk menghasilkan barang dan jasa secara terus menerus.
3. Hukum kenaikan hasil yang makin berkurang (the law of
diminishing return) menyatakan bahwa dalam suatu proses produksi
apabila secara berturut-turut ditambahkan satu satuan faktor produksi
variabel pada faktor produksi tetap, pada tahap awal, produksi total akan
bertambah dengan pertambahan yang makin bsar, tetapi sampai pada
tingkat tertentu pertambahannya akan semakin berkurang dan akhirnya
mencapai nilai negatif, dan ini mengakibatkan pertambahan produksi total

16
semakin kecil sampai mencapai produksi maksimal dan kemudian
produksi total menurun.
4. Dalam praktek usaha produksi sering menghasilkan tidak hanya
satu macam produk, tetapi beberapa produk dihasilkan dalam satu kali
proses produksi. Usahaternak sapi perah menghasilkan susu dan daging,
usahaternak ayam petelur menghasilkan telur dan daging atau usahaternak
domba menghasilkan wool dan daging.

DAFTAR PUSTAKA

17
https://medium.com/@rinalw01/peran-agribisnis-dalam-mengembangkan-
pertanian-59993a90143c

Firdaus, M. (2008). Manajemen Agribisnis. Jakarta: Bumi Aksara.

Sastraatmadja, E. (1984). Ekonomi Pertaian Indonesia. Bandung: Angkasa.

Soekartawi. (1999). Agribisnis, Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers.

Sukirno, S. (1985). Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Jakarta: Lembaga FE-UI.

https://kutukuliah.blogspot.com/2012/07/makalah-prinsip-ekonomi-dalam-usaha-
tani.html

Anonima.2011.http://kamaluddin86.blogspot.com/2010/01/usahatani-pertanian-dan-
agribisnis.html. Diakses tanggal 1 Mei 2011.
Anonimb.2011.http://cassonsmart.blogspot.com/2010/03/fungsi-produksi.html. Diakses
tanggal 1 Mei 2011.
Anonimc.2011.http://gozarago.blogspot.com/2010/03/fungsi-produksi.html. Diakses
tanggal 1 Mei 2011.

18

Anda mungkin juga menyukai