Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

JENIS-JENIS ILMU TANAH

DOSEN: Ir.Osten M. Samosir,M.P

Disusun Oleh: Odita Septrilisa Zalukhu (22061111018)

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS DARMA AGUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.Makalah ini
ditulis dengan tujuan untuk memenuhi tugas Bapak Ir.Osten M. Samosir,M.P

pada mata kuliah Ilmu Tanah Dan sumber daya alam serta untuk menambah wawasan
tentang klasifikasi tanah bagi pembaca dan juga bagi kami selaku penyusun makalah ini.

Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu
dalampenyelesaian makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ir.Osten
M.Samosir,M.P selaku dosen mata kuliah IlMU TANAH DAN SUMBER DAYA ALAM
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu,kami
senantiasa menanti kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna
penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada pihak-
pihak yang membutuhkan.

Medan,02 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 TANAH ....................................................................................................................... 2
1.3 PENGERTIAN KLASIFIKASI TANAH .................................................................... 2
1.4 PROFIL TANAH ......................................................................................................... 2
1.5 CIRI MORFOLOGI TANAH ................................................................................. 3
1.6. PERKEMBANGAN MORFOLOGI TANAH .......................................................... 5
1.7 SISTEM KLASIFIKASI TANAH NASIONAL ......................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 8
2.1 JENIS JENIS ILMU TANAH .......................................................................................... 8
2.2 PEDOLOGI ...................................................................................................................... 8
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 11
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan organisme, membentuk tubuh
unik yang menutupi batuan. Proses pembentukan tanah dikenal sebagai ''pedogenesis''. Proses
yang unik ini membentuk tanah sebagai tubuh alam yang terdiri atas lapisan-lapisan atau
disebut sebagai horizon tanah. Setiap horizon menceritakan mengenai asal dan proses-proses
fisika, kimia, dan biologi yang telah dilalui tubuh tanah tersebut
Tanah terbentuk dari batuan dan batuan memerlukan waktu jutaan tahun untuk
berubah menjadi tanah. Batuan menjadi tanah karena pelapukan yaitu proses hancurnya
batuan menjadi tanah.. Batuan dapat mengalami pelapukan karena berbagai faktor, di
antaranya cuaca dan kegiatan makhluk hidup. Faktor cuaca yang menyebabkan pelapukan
batuan, misalnya suhu dan curah hujan.
Tanah sangat vital peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah
mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai
penopang akar. Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi
akar untuk bernapas dan tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai
mikroorganisme. Bagi sebagian besar hewan darat, tanah menjadi lahan untuk hidup dan
bergerak.
Penelitian tanah di Indonesia dimulai sejak tahun 1817 namun secara resmi penelitian
klasifikasi tanah di Indonesia dimulai pada tahun 1905. Klasifikasi tanah pertama di
Indonesia disusun oleh E. C. J. Mohr pada tahun 1910 yang bekerja di Bodemkundig
Instituut. Klasifikasi tanah ini berdasarkan prinsip genesis dan tanah-tanah yang
diklasifikasikan diberi nama atas dasar warna. Klasifikasi tersebut mengalami beberapa kali
perbaikan diantaranya pada tahun 1910, 1916, 1922, dan 1933. Pada tahun 1972 Mohr
bersama van Baren dan Schuylenborgh menerbitkan buku mengenai tanah-tanah di daerah
tropika dengan judul "Tropical Soil, A comprehensive study of their genesis".

1
1.2 TANAH
Tanah merupakan medium alam untuk pertumbuhan tanaman. Tanah menyediakan
unsur-unsur hara sebagai makanan tanaman untuk pertumbuhannya. Tanah yang terbentuk
dari bahan-bahan berupa bahan mineral dan organik, air serta udara tersusun didalam ruangan
yang membentuk tubuh tanah. Akibat berlangsungnya proses pembentukan tanah, maka
terbentuklah perbedaan sifat kimia, fisis, biologi dan morfologi dari tanah yang berbeda-beda
pula(Hakim, dkk, 1986). Tanah tidak terbentuk secara sendiri tanpa ada faktor-faktor
pembentuknya. Ada 5 faktor pembentuk tanah yaitu iklim (climate), bahan induk (parent
material), organisme (organism), topografi (relief), dan waktu (time). Faktor-faktor tersebut
tidak berjalan atau bekerja sendiri-sendiri tetapi bekerja secara simultan atau saling bekerja
sama. Pembentukan dan perkembangan tanah membutuhkan waktu sehingga menghasilkan
jenis-jenis tanah tertentu yang berbeda sesuai dengan kondisi faktor-faktor pembentuknya
(Hasibuan, 2006).
1.3 PENGERTIAN KLASIFIKASI TANAH
Klasifikasi tanah adalah cara mengumpulkan dan mengelompokkan tanah
berdasarkan kesamaan dan kemiripan sifat dan ciri morfologi, fisika dan kimia, serta
mineralogi, kemudian diberi nama agar mudah dikenal, diingat, dipahami dan digunakan
serta dapat dibedakan satu dengan lainnya. Menurut Harjowigeno (1993) klasifikasi tanah
adalah ilmu yang mempelajari cara-cara membedakan sifat-sifat tanah satu sama lain dan
mengelompokkan tanah kedalam kelas-kelas tertentu berdasarkan atas kesamaan sifat yang
dimiliki. Dapat dikatakan bahwa ilmu klasifikasi tanah menuntut kita untuk berpikir secara
sistematis, mengikuti aturan dan menggunakan logika serta didukung oleh data yang jelas dan
akurat. Tanah yang diklasifikasikan adalah benda alami yang terdiri dari padatan (bahan
mineral dan bahan organik), cairan dan gas, yang terbentuk di permukaan bumi dari hasil
pelapukan bahan induk oleh interaksi faktor iklim, relief, organisma dan waktu, berlapis-lapis
dan mampu mendukung pertumbuhan tanaman, sedalam 2 m atau sampai batas aktifitas
biologi tanah (Soil Survey Staff, 2014).
Di Indonesia, sejak tahun 1975 dikenal dengan tiga sistem klasifikasi tanah yang
banyak digunakan oleh Lembaga Penelitian, Perguruan Tinggi, Dinas Teknis dan Teknisi di
lapangan, yaitu : (1) Sistem Klasifikasi Tanah Nasional (Dudal & Soepraptohardjo, 1957;
Soepraptohardjo, 1961), (2) Sistem Klasifikasi Tanah Internasional, dikenal sebagai
Taksonomi Tanah (Soil Taxonomy, USDA, 1975; 2003), dan (3) Sistem FAO/UNESCO
(1974).
1.4 PROFIL TANAH
Untuk mengamati dan mempelajari tanah di lapangan, perlu dilakukan penggalian
tanah dengan dimensi minimal 1 x 1 x 1 meter. Dinding / penampang vertikal dari tanah yang
memperlihatkan susunan horison dinamakan profil tanah, yang merupakan suatu jendela
untuk memahami tanah. Seperti juga tanah, profil tanah berbeda dari satu tempat ke tempat
lainnya. Profil tanah yang berkembang pada daerah panas dan kering mempunyai susunan
horison yang berbeda dengan profil tanah pada daerah tropis dan lembab. Horison genetik
utama yang terdapat di dalam tanah dan dinamakan sebagai horison O, A, E, B, C dan R.
Horison adalah suatu lapisan tanah yang terletak hampir paralel (sejajar) dengan
permukaan tanah, mempunyai ketebalan minimal dan dibedakan berdasarkan warna, tekstur,
struktur, konsistensi dan sifat-sifat lainnya yang dapat diamati di lapangan. Horizonisasi
merupakan suatu proses yang menyebabkan bahan induk terdiferensiasi menjadi profil tanah
dengan sejumlah horison. Epipedon adalah horison diagnostik yang terbentuk di permukaan

2
tanah dan struktur batuannya telah hancur. Epipedon berwarna cukup gelap akibat
dekomposisi bahan organik ataupun telah mengalami eluviasi. Epipedon bukan merupakan
horizon A saja tetapi dapat juga meliputi horizon B-iluvial jika tanah masih berwarna gelap
oleh bahan organik. Epipedon penciri yang dapat dijumpai pada tanah dapat berupa epipedon
antropik, folistik, histik, melanik, mollik, okrik, plaggen dan umbrik.
1.5 CIRI MORFOLOGI TANAH
I. Warna tanah
Warna tanah merupakan sifat atau ciri tanah yang paling mudah dibedakan di
lapangan. Dengan melihat warna tanah tertentu, maka dapat dijadikan indikator keberadaan
sifat tanah yang lainnya. Jika warna tanah hitam atau gelap, menandakan bahwa kadar bahan
organik tanah cukup tinggi, sedangkan jika tanah berwarna merah, maka memberikan
indikasi adanya besi oksida dan tanah mengalami proses oksidasi sebaliknya jika tanah
berwarna abu-abu kebiruan berarti terjadi peristiwa reduksi di dalam tanah.
I. Tekstur tanah
Tekstur menunjukkan perbandingan butir-butir pasir (2 mm – 50 M), debu (50 M – 2
M) dan liat (< 2 M) di dalam tanah. Sedangkan kelas dasar tekstur tanah dapat dilihat pada
segitiga tekstur yang terdapat pada Gambar 6. Tekstur tanah merupakan salah satu sifat fisika
tanah yang dapat diamati di lapangan. Pengamatan tekstur dilapangan dilakukan setelah
selesai mengamati warna tanah. Keakuratan pengamatan tekstur dilapangan sangat tergantung
kepada pengalaman dan kepekaan perasaan yang dipunyai. Pengamatan tekstur dilakukan
dengan cara memijat tanah dengan jari-jari. Di lapangan, tekstur dapat digolongkan akan 5
kelompok yaitu:
• Kasar terdiri dari: pasir dan pasir berlempung, dimana sewaktu tanah dipijat
dengan jari, terasa kasar dari jelas sampai sangat jelas, tanah tidak melekat dan
tidak membentuk bola dan gulungan;
• Agak kasar: lempung berpasir, tanah terasa kasar yang agak jelas, sedikit
melekat dan membuat bola agak keras dan mudah hancur;
• Sedang terdiri dari: lempung yaitu jika tanah terasa tidak kasar dan tidak licin,
lempung berdebu terasa licin dan agak melekat, dan debu jika terasa licin
sekali dan agak melekat. Pada ketiga kelas tekstur ini jika tanah digulung mala
permukaan tanah terlihat mengkilat dan dapat membentuk bola yang agak
teguh;
• Agak halus terdiri dari: lempung liat berpasir jika tanah terasa halus dengan
sedikit bagian agak kasar, lempung liat berdebu tanah terasa halus agak licin,
dan lempung berliat jika tanah terasa agak licin, sifat lain yang dapat diamati
adalah tanah dapat membentuk bola teguh dan gulungan mengkilat dan mudah
hancur;
• Halus terdiri dari: liat berpasir jika tanah terasa halus, berat dan terasa sedikit
kasar, liat berdebu tanah terasa halus, berat dan agak licin, dan liat jika tanah
terasa berat. Untuk kedua jenis tekstur ini, tanah dapat membentuk bola
dengan baik, mudah digulung dan sangat melekat.

II. Struktur tanah

Sifat fisika tanah lain yang diamati dilapangan adalah struktur tanah. Struktur tanah
adalah gumpalan-gumpalan kecil alami dari tanah yang terbentuk akibat melekatnya butir-
butir tanah. Tanah dapat mempunyai struktur jika terbentuk ped (satu unit struktur tanah

3
alami) dan dapat juga tidak mempunyai struktur. Tanah yang tidak mempunyai struktur
terdiri dari butir tunggal (butir-butir tanah tidak melekat satu sama lain, contoh pasir) ataupun
berbentuk massif (pejal) yaitu jika butir-butir tanah sangat melekat satu sama lain. Struktur
tanah yang diamati meliputi 3 aspek yaitu bentuk, tingkat perkembangan dan ukuran. Bentuk
struktur tanah terdiri dari lempeng (platy), prismatik, tiang (columnar), gumpal bersudut
(angular blocky), gumpal membulat (subangular blocky), granular dan remah (crumb).

Gambar 1. Tipe Struktur Tanah (Brady and Weil,1999)

Tabel 1. Kriteria Kemantapan Struktur Tanah

Kemantapan struktur tanah yang kuat bila tidak rusak waktu diambil dan tidak hancur
sewaktu digerak-gerakan. Sedangkan ukuran struktur tanah mulai dari sangat halus, halus,
sedang, kasar dan sangat kasar.

Gambar 2. Segitiga Struktur Tanah

III. Konsistensi tanah

4
Konsistensi tanah juga merupakan salah satu sifat fisika tanah akibat terjadinya daya
tarik menarik (kohesi) antara butir-butir tanah dan/atau tarik menarik (adhesi) butir tanah
dengan benda lain, serta ketahanan tanah terhadap gaya dari luar atau terhadap perubahan
bentuk. Pengamatan konsistensi dapat dilakukan pada tanah dalam keadaan basah, lembab
dan kering.
IV. Pori-pori tanah
Pori-pori tanah artinya bagian tanah yang tidak terisi oleh bahan padat tanah, ataupun
ruang antara bahan padatan tanah (mineral dan bahan organik). Biasanya pori-pori tanah diisi
oleh udara atau dalam keadaan basah maka airlah yang mengisi pori-pori tanah. Pori-pori
tanah dapat dibedakan atas pori tanah kasar (makro) dan halus (mikro). Porisitas tanah
tergantung kepada kandungan bahan organik, tekstur dan struktur tanah.
V. Perakaran
Sistem perakaran yang dapat diamati dilapangan menunjukkan aktivitas biologis
tanaman didalam tanah dan dapat menjadi indikasi terhadap kesuburan tanah serta kedalaman
efektif tanah yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman. Jika dalam suatu profil tanah
terdapat perakaran yang banyak, menandakan daya dukung tanah terhadap pertumbuhan
tanaman cukup baik. Perakaran yang diamati di lapangan dapat dibedakan menjadi bentuk
perakaran yang terdiri dari akar kasar dan halus, jumlahnya (banyak, sedang, sedikit).
VI. Batas horison
Untuk menjelaskan batas horison yang diamati pada profil tanah dapat dibedakan atas
2 yaitu ketajaman batas horison satu sama lain dan bentuk topografi dari peralihan horison.
Ketajaman horison terdiri dari nyata (tebal peralihan < 2.5 cm), jelas (tebal peralihan 2.5 –
6.5 cm), berangsur (tebal peralihan 6.5 – 12.5 cm) serta baur (tebal peralihan > 12.5 cm).
Bentuk topografi peralihan horison dapat dilihat pada Gambar 2.8. dan dibedakan atas rata
(bila batas horison datar), bergelombang (batas horison bergelombang), tidak teratur (batas
horison naik turun tidak teratur) serta terputus (bila batas horison tidak kontinyu).

Gambar 3. Bentuk Topografi Horison Tanah

1.6. PERKEMBANGAN MORFOLOGI TANAH


Klasifikasi tanah nasional ditetapkan berdasarkan sifat-sifat horison penciri
(diagnostic horizon). Sifat penciri dapat diukur dan diamati secara kualitatif dari sifat
morfologi tanah di lapangan, dan secara kuantitatif dari hasil analisis tanah di laboratorium.
Tata nama tanah terbagi dalam dua tingkatan/kategori, yaitu Jenis Tanah dan Macam
Tanah. Nama-nama Jenis Tanah mengacu pada sistem klasifikasi Dudal dan Soepraptohardjo

5
(1957) dengan sedikit modifikasi dan penambahan yang disesuaikan dengan perkembangan
klasifikasi tanah dunia. Sedangkan pada tingkat/kategori Macam Tanah menggunakan warna
tanah pada horison penciri bawah (B-warna). Hasil kajian beberapa peneliti menyimpulkan
bahwa pada tanah-tanah tertentu penggunaan warna tanah pada Macam Tanah kurang
mencerminkan karakteristik dan potensi tanah yang sesungguhnya. Sebagai contoh, warna
tanah merah mencerminkan sifat Oxisols yang telah mengalami perkembangan lanjut, tetapi
pada tanah Mediteran warna merah tidak mencerminkan sifat perkembangan lanjut. Oleh
karena itu Suhardjo dan Soepraptohardjo (1981), dan Suhardjo, et al. (1983) menggunakan
nama-nama atau istilah dari sifat atau horison penciri dari Sistem Taksonomi Tanah USDA
dan atau Unit Tanah FAO/UNESCO. Sifat-sifat tersebut tetap dilanjutkan dipakai dalam
klasifikasi tanah nasional dengan berbagai revisi dan penyesuaian.
1.7 SISTEM KLASIFIKASI TANAH NASIONAL
A. Struktur Klasifikasi Tanah
Sistem klasifikasi tanah nasional disusun mengacu kepada sistem klasifikasi tanah
yang telah ada (Suhardjo dan Soepraptohardjo, 1981; Suhardjo et. al., 1983) yang merupakan
penyempurnaan dari sistem klasifikasi Dudal dan Soepraptohardjo (1957) dan
Soepraptohardjo (1961). Sistem klasifikasi tanah ini didasarkan pada morfogenesis, bersifat
terbuka dan dapat menampung semua jenis tanah di Indonesia. Struktur klasifikasi tanah
terbagi dalam dua tingkat/ kategori, yaitu Jenis Tanah dan Macam Tanah. Pembagian Jenis
Tanah didasarkan pada susunan horison utama penciri, proses pembentukan (genesis) dan
sifat penciri lainnya. Pada tingkat Macam Tanah digunakan sifat tanah atau horison penciri
lainnya. Tata nama pada tingkat Jenis Tanah lebih dominan menggunakan nama Jenis Tanah
yang lama dengan beberapa penambahan baru. Sedangkan pada tingkat Macam Tanah
sepenuhnya menggunakan nama/istilah yang berasal dari Unit Tanah FAO/UNESCO dan
atau Sistem Taksonomi Tanah USDA. Klasifikasi tanah dilakukan dengan mengikuti kunci
penetapan Jenis dan Macam Tanah.

Gambar 4. Hierarki Penetapan Klasifikasi Tanah Nasional

6
Tabel 2. Bagan Klasifikasi Tanah

B. Kunci Jenis

Tanah Kunci penetapan Jenis Tanah berdasarkan pada perkembangan horison tanah
dan sifat penciri lainnya, secara ringkas disajikan pada Tabel 1, sedangkan uraiannya di
berikan pada Lampiran 1. Perkembangan Susunan Horison: AR, AC, ABC atau AEBC,
dimana: A (Horison Atas), E dan B (Horison Bawah), C (Bahan Induk), dan R (Batuan
Induk). Sifat penciri tanah lainnya adalah: KTK-liat, Kejenuhan Basa (KB), kenaikan liat,
kandungan C-organik tanah. Pada Jenis Tanah terdapat beberapa perubahan nama dan
penambahan nama baru, yaitu Ranker menjadi Umbrisol, Brunizem menjadi Molisol, dan
menambah atau memunculkan kembali Jenis Tanah Lateritik.
C. Kunci Macam
Tanah Macam Tanah merupakan turunan atau tingkat kedua dari Jenis Tanah,
ditetapkan secara berurutan menurut kunci klasifikasi tanah. Nama Macam Tanah sebagian
besar mengambil dari istilah FAO/UNESCO dan Taksonomi Tanah dengan sedikit
modifikasi sesuai perkembangan IPTEK tanah di Indonesia.

7
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 JENIS JENIS ILMU TANAH

Ilmu tanah dipelajari oleh berbagai bidang ilmu pengetahuan, seperti ilmu-ilmu keteknikan
(rekayasa), agronomi/pertanian, kimia, geologi, geografi, ekologi, biologi (termasuk cabang-
cabangnya), ilmu sanitasi, arkeologi, dan perencanaan wilayah. Akibat banyaknya
pendekatan untuk mengkaji tanah, ilmu tanah bersifat multidisiplin dan memiliki sisi ilmu
murni maupun ilmu terapan.
Ilmu tanah dibagi menjadi dua cabang utama: pedologi dan edafologi. Pedologi mempelajari
tanah sebagai objek geologi. Edafologi, atau ilmu kesuburan tanah, mempelajari tanah
sebagai benda pendukung kehidupan. Keduanya menggunakan alat-alat dan sering kali juga
metodologi yang sama dalam mempelajari tanah, sehingga muncul pula disiplin ilmu
seperti fisika tanah, kimia tanah, biologi tanah (atau ekologi tanah), serta ilmu konservasi
tanah. Karena tanah juga memiliki aspek ketataruangan dan sipil, berkembang pula disiplin
seperti mekanika tanah, pemetaan (kartografi), geodesi dan survai tanah,
serta pedometrika atau pedostatistika. Penggunaan informatika juga melahirkan beberapa
ilmu campuran seperti geomatika.
2.2 PEDOLOGI

Pedologi adalah salah satu cabang ilmu yang mempelajari mengenai tanah. Ilmu ini
memiliki peran yang cukup penting untuk membantu manusia dalam mengelola sumber daya
alam yang ada. Dengan adanya ilmu ini maka manusia bisa mengerti jenis dan, struktur dan
lain sebagainya

Ilmu yang mendukung untuk pedologi antara lain adalah

▪ ilmu tanah
▪ ilmu fisika tanah
▪ ilmu biologi tanah dan lain-lain.

Salah satu aspek penting dari ilmu pedologi adalah pengelolaan tanah yang
berkelanjutan. Tanah yang sehat dapat menghasilkan hasil panen yang lebih baik, sehingga
sangat penting bagi petani dan pengusaha pertanian untuk memahami sifat-sifat tanah dan
bagaimana mengelola tanah dengan benar.

Pedologi berkaitan dengan seluruh aspek tanah, termasuk sifat fisik dan kimianya.
Pedologi berfokus pada penelitian serta pemetaan tanah. Melansir dari Encyclopaedia
Britannica, pedologi adalah salah satu disiplin ilmu yang mempelajari seluruh aspek tanah,
peran organisme, karakter tanah, deskripsi serta pemetaan tanah, dan asal usul pembentukan
tanah.

8
Secara etimologi, pedologi berasal dari Bahasa Yunani, yakni ‘pedon’ yang berarti
tanah serta ‘logos’ berarti pengetahuan. Maka dapat diartikan jika pedologi ialah pengetahuan
atau ilmu yang mempelajari tentang tanah. Dalam penjelasan tentang definisi pedologi,
beberapa para ahli telah mengemukakan pendapatnya. Berikut penjelasannya:

• Gardiner dan Miller: Dikutip dari buku Ilmu Tanah: Dasar-dasar dan
Pengetahuan (2016) karya Muhajir Utomo, dkk, Gardiner dan Miller
mendefinisikan pedologi sebagai ilmu yang mempelajari tanah dan bagian dari
entitas geologi. Lebih spesifiknya, tentang asal usul, morfologi, geografi serta
taksonomi tanah.
• The Soil Science Society of America Pedologi diartikan sebagai salah satu
cabang disiplin ilmu yang mempelajari tanah serta pelapukannya, mulai dari
profil tanah hingga proses pelapukannya.
• Garrison Sposito dan Robert J. Reginato Dalam buku Pedology: The Science
of Soil Development (1992) karya Garrison Sposito dan Robert J. Reginato,
disebutkan jika dalam terminologi modern, pedologi adalah cabang ilmu tanah
yang menggabungkan serta menghitung formasi, morfoloi serta klasifikasi
tanah sebagai bagian dari bentang alam

ruang lingkup ilmu pedologi mencakup beberapa hal yang berkaitan dengan aspek
multidimensi tanah. Karena pedologi bertujuan untuk mengkaji secara lebih mendalam
tentang tanah. Jika ditelusur lebih dalam, ruang lingkup pedologi mencakup:
➢ Sifat fisik dan kimia dari tanah
➢ Peran organisme dan pengaruhnya dengan tanah
➢ Karakter tanah serta dampak organismenya
➢ Asal usul tanah serta pembentukannya

9
2.3 EDAFOLOGI

Edafologi, atau ilmu kesuburan tanah, adalah salah satu dari dua cabang utama ilmu tanah
yang mempelajari peran tanah sebagai pendukung kehidupan, terutama tumbuhan. Cabang utama
ilmu tanah yang lain adalah pedologi.
Edafologi adalah Ilmu yang berhubungan dengan pengaruh tanah pada mahluk hidup; terutama
tanaman, termasuk penggunaan lahan oleh manusia untuk pertumbuhan tanaman.
Pengertian tanah yang berkenaan dengan produksi tanaman, sering digunakan
istilah edafologi (edaphic atau edaphon = tanah yang subur tempat tumbuh tanaman, logos =
ilmu), yaitu tanah sebagai habitat atau tempat/media tumbuh bagi tanaman yang diusahakan.

Edafologi mempelajari tanah sebagai tempat tumbuh dan penyedia unsur hara
bagi tumbuhan. Edafologi mengidentifikasikan dan menerangkan mengapa terdapat
perbedaan produktivitas, perbedaan kesesuian atau kemampuan penggunaan tanah,
mengembangkan cara-cara meningkatkan produktivitas tanah, memelihara kelestarian fungsi tanah
dan memperbaiki tanah-tanah yang rusak. Edafologi dapat berfungsi demikian, jika reaksi-reaksi
tertentu dan sifat-sifat dasar tanah telah diungkapkan oleh pedologi.
Sejalan dengan semakin tingginya kesadaran manusia akan lingkungan hidupnya, ilmu ini juga
semakin mendalami pengaruh tanah terhadap kualitas kehidupan manusia dan lingkungan, dan juga
penggunaan tanah oleh manusia. Selain mempelajari kesuburan tanah dan daya dukung tanah dalam
mendukung pertanian, edafologi juga mempelajari kualitas kandungan bahan-bahan berbahaya di
tanah dan air tanah, serta mengkaji pemanfaatan zat-zat yang dapat memperbaiki kualitas tanah
(misalnya dalam pengembangan teknologi pupuk organik cair dan pembuatan starter kompos yang
efektif).
Edafologi dalam pertanian dikenal pula di beberapa tempat di dunia sebagai agrologi. Edafologi juga
dipelajari oleh ilmu lingkungan sebagai ilmu tanah lingkungan. Di Rusia edafologi dianggap sama
dengan pedologi, namun dengan sisi terapan yang kuat di bidang fisika dan kimia pertanian..

Sejarah

Xenophon (431–355 SM), dan Cato (234–149 SM) dianggap telah mempelajari edafologi. Xenophon
telah mencatat manfaat pemendaman tanaman penutup tanah (cover crop) terhadap hasil
pertanaman. Cato, dengan karyanya De Agri Cultura ("On Farming"), telah menyarankan
pengolahan tanah, dan rotasi tanaman (termasuk penggunaan legum dalam salah satu tahap rotasi).
Ia di sana juga telah memberikan panduan jenis-jenis tanah yang sesuai dengan tanaman tertentu
untuk mendukung pertanaman yang baik.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Klasifikasi tanah adalah cara mengumpulkan dan mengelompokkan tanah
berdasarkan kesamaan dan kemiripan sifat dan ciri morfologi, fisika dan kimia, serta
mineralogi, kemudian diberi nama agar mudah dikenal, diingat, dipahami dan digunakan
serta dapat dibedakan satu dengan lainnya. Dengan melakukan pengklasifikasian kita dapat
mengetahui bagaimana karateristik dan sifat-sifat suatu tanah karena setiap jenis tanah
memiliki potensi dan kendala berbeda sehingga diperlukan input teknologi yang berbeda
untuk suatu jenis penggunaan pertanian dan atau non-pertanian. Karena alasan tersebut,
penggunaan tanah perlu dikelola dengan baik, sesuai karakteristik dan potensi, kendala dan
input teknologi spesifik lokasi yang diperlukan agar diperoleh produktivitas pertanian yang
optimal dan berkelanjutan melalui pendekatan pemahaman klasifikasi tanah.

pedologi adalah salah satu disiplin ilmu yang mempelajari seluruh aspek
tanah, peran organisme, karakter tanah, deskripsi serta pemetaan tanah, dan asal
usul pembentukan tanah.
Edafologi, atau ilmu kesuburan tanah, adalah salah satu dari dua cabang utama ilmu tanah
yang mempelajari peran tanah sebagai pendukung kehidupanEdafologi adalah Ilmu yang
berhubungan dengan pengaruh tanah pada mahluk hidup; terutama tanaman, termasuk penggunaan
lahan oleh manusia untuk pertumbuhan tanaman

11
DAFTAR PUSTAKA

Subardja S, Djadja., Ritung, Sofyan., Anda, Markus., Sukarman, Suryani, Erna., E.


Subandiono. Rudi. 2014. Klasifikasi Tanah Nasional. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan
Pertanian : Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian.
Fiantis, Dian. -. Morfologi Dan Klasifikasi Tanah. Universitas Andalas : Lembaga
Pengembangan Teknologi Informasi Dan Komunikasi (LPTIK).
Badan Standardisasi Nasional. 2015. Tata Cara Pengklasifikasian Tanah Untuk Keperluan
Teknik Dengan Sistem Klasifikasi Unifikasi Tanah. Jakarta : Badan Standardisasi Nasional.
Dudal, R. Dan M. Soepraptohardjo. 1957. Soil Classification In Indonesia. Cont.
Gen. Agr. Res. Sta. No. 148. Bogor. Soil Survey Staff. 2010. Keys To Soil Taxonomy.
11thed. Usda, Nrcs. Washington. 338 Hal.

Soepraptohardjo, M. 1961. Sistim Klasifikasi Tanah Di Balai Penyelidikan Tanah.


Kongres Nasional Ilmu Tanah (Knit) I. Bogor.
Rahmatasari, Puteri Suci Amaliah.2020. Laju Infiltrasi
Dan Permeabilitas Akibat Perubahan Tutupan Lahan Di Das Maros (Studi Eksperimental).
Skripsi. Fakultas Teknik. Program Studi Teknik Pengairan. Universitas Muhammadiyah
Makassar, Makassar
Nafisah , Sari. 2008. Pengklasifikasian Jenis Tanah Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan
Dengan Algoritma Backpropagation. Tesis. Fakultas Teknologi Industri . Jurusan Teknik
Informatika. Universitas Gunadarma , Jakarta
Fahriana , Nina, Yulina Ismida, Ellida Novita Lydia, Hendra Ariesta. 2019. Analisis
Klasifikasi Tanah Dengan Metode Uscs (Meurandeh Kota Langsa). Jurnal Ilmiah Jurutera
Vol.06 No.02 (12.2019) 005–013. 7-8.
Subardja, D., S. Ritung, M. Anda, Sukarman, E. Suryani, Dan R.E. Subandiono. 2016.
Petunjuk Teknis Klasifikasi Tanah Nasional. Edisi Ke-2. Balai Besar
Penelitian Dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Penelitian Dan
Pengembangan Pertanian, Bogor. 60 Hal.
Sukarman, Kusumo Nugroho, Dan Yiyi Sulaeman. 2013. Perkembangan Dan Permasalahan
Sistem Klasifikasi Tanah Di Indonesia. Bogor : Peneliti Badan Litbang Pertanian Di Balai
Besar Penelitian Dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian

12

Anda mungkin juga menyukai