Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Dasar-Dasar Ilmu Tanah

Pengaruh Waktu Terhadap Proses Pembentukan Tanah

Kelompok 5

Kelas : B

Dosen Pengampu :

1. Prof. Dr. Ir. Benny Joy, MS.


2. Dr. Muhammad Amir Solihin, SP., MT.

Anggota :
1. Nida Najahlia Rusdiyono (150510180005)
2. Salma Khairunnisa (150510180017)
3. Vika Faradhita (150510180)
4. Sania Safira (150510180091)
5. Evi Entang Fatimah (150510180150)

Program Studi Agroteknologi

Fakultas Pertanian

Universitas Padjadjaran

2018/2019

14
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas ridho dan
hidayahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah tentang Pengaruh Waktu
terhadap Proses Pembentukan Tanah ini. Maksud dan tujuan dari penulisan Tugas Makalah ini
adalah untuk memenuhi persyaratan tugas kelompok pada mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Selain itu kami juga dapat membandingkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh saat di
kelas dan ketika berdikusi kelompok di luar kelas.

Kami merasa bahwa dalam menyusun makalah ini masih menemukan beberapa kesulitan
dan hambatan, disamping itu juga menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna dan masih banyak kekurangan-kekurangan lainnya, maka dari itu kami mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari semua pihak.

Menyadari penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, maka pada
kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu terutama Dosen Pengampu Kelas B Mata Kuliah Dasar-Dasar Ilmu Tanah:

1. Prof. Dr. Ir. Benny Joy, MS.


2. Dr. Muhammad Amir Solihin, SP., MT.

Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan karunia-Nya dan membalas
segala amal budi serta kebaikan pihak-pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan
makalah ini dan semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang
membutuhkan.

Jatinangor, 17 Maret 2019

Penulis

14
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………… i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………… ii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………… 1


1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………… 2
1.3 Tujuan Makalah ……………………………………………………………… 2

BAB II

PEMBAHASAN ……………………………………………………………… 3

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………. . 13

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….……14

14
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah terdapat dimana-mana, tetapi kepentingan orang terhadap tanah berbeda-beda. Dalam
kehidupan sehari-hari tanah diartikan sebagai wilayah darat dimana di atasnya dapat digunakan
untuk berbagai usaha misalnya pertanian, peternakan, mendirikan bangunan, dan lain-lain.
Dalam pertanian, tanah diartikan sebagai media tumbuhnya tanaman darat. Tanah berasal dari
hasil pelapukan batuan bercampur dengan sisa-sisa bahan organic dan organisme yang hidup di
atasnya atau di dalamnya. Selain itu di dalam tanah terdapat pula udara dan air.

Air dalam tanah berasal dari air hujan yang ditahan oleh tanah sehingga tidak meresap ke
tempat lain.Di samping proses pencampuran bahan mineral dan bahan organic, maka dalam
proses pembentukan tanah terbentuk pula lapisan-lapisan tanah atau horizon-horison. Tanah
tersusun dari 4 bahan utama yaitu bahan mineral, bahan organic, air dan udara. Bahan-bahan
tersebut jumlahnya berbeda di setiap lapisan-lapisan tanah.

Proses pembentukan tanah dikendalikan oleh lima faktor pembentuk tanah yaitu Bahan
Induk (parent material), Iklim (Climate), Organisme (Organism), Topografi, dan Waktu (Time) ,
yang dirumuskan dalam fungsi sebagai berikut:

F= (B.I.O.T.W)

Keterangan:

B= Bahan induk

I= Iklim

O= Organisme

T= Topograpi

W= Waktu

14
Dalam kenyataannya kelima faktor tersebut bersifat saling mempengaruhi satu sama lain atau
ada interdependensi antar faktor, misalnya antara organisme dan iklim. Tanah merupakan bahan
alam yang terbentuk melalui proses pembentukan tanah (pedogenesis) dalam waktu yang sangat
lama. Maka dari itu, butuh waktu yang cukup panjang untuk tanah dapat membentuk lapisan-
lapisan dan horizon-horiso tanah.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh waktu terhadap proses pembentukan tanah?

1.3 Tujuan Makalah

Untuk mengetahui pengaruh waktu terhadap proses pembentukan tanah.

14
BAB II

PEMBAHASAN

Tanah merupakan benda alam yang terus menerus akan berubah akibat pelapukan dan
pencucian yang terus menerus. Oleh karena itu, semakin lama tanah akan semakin tua dan
semakin terkikis. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami
pelapukan sehingga hanya tinggal mineral yang sukar lapuk (seperti kuarsa).

Pelapukan dan proses pembentukan tanah (pedogen) terjadi dalam waktu yang lama.
Tahap awal yaitu terjadi pencampuran bahan organik dan perubahan kimia dan mineralogi pada
bahan induk, selanjutnya perubahan kimia, mineralogi dan fisika tanah, sehingga membentuk
horison yang jelas, hingga dapat mencapai keadaan steady state, yaitu keadaan tanah yang tidak
berubah dalam waktu yang lama

Lamanya bahan induk mengalami pelapukan dan perkembangan tanah, mempunyai


peranan penting dalam menentukan jenis-jenis tanah yang terbentuk. Gunung berapi
mengendapkan lava dan abu gunung disaat terjadi letusan gunung berapi tersebut, seringkali
pengendapan lava ataupun terjadinya letusan gunung tidak terjadi pada waktu yang sama. Semua
tingkatan perkembangan tanah dapat di temukan kembali pada endapan-endapan itu. Di daerah
beriklim tropika, pembentukan tanah dari bahan induk berupa abu gunung berapi berlangsung
cepat, sehingga dalam waktu empat belas tahun sudah dapat terbentuk tanah yang cukup subur.
Proses pembentukan tanah yang terus berjalan akan menyebabkan induk tanah berubah berturu-
turut menjadi tanah muda, tanah dewasa dan tanah tua.

1. Tanah Muda

Proses pembentukan tanah pada tanah muda berupa proses pelapukan bahan organik dan
bahan mineral, pencampuran bahan organik dan bahan mineral dipermukaan tanah dan
pembentuk struktur tanah karena pengaruh bahan organik tersebut. Hasilnya adalah
pembentukan horison A dan horison C. Sifat dan struktur tanah masih didominasi oleh sifat-sifat
dan struktur dari bahan induknya. Yang termasuk ke dalam tanah muda adalah jenis tanah
Entisol (Aluvial, Regosol) dan Litosol.

14
a. Tanah Aluvial

Tanah Aluvial merupakan tanah endapan, dibentuk dari lumpur dan pasir halus yang
mengalami erosi tanah. Banyak terdapat di dataran rendah, di sekitar muara sungai, rawa-rawa,
lembah-lembah, maupun di kanan kiri aliran sungai besar. Tanah ini banyak mengandung pasir
dan liat, tidak banyak mengandung unsur-unsur zat hara. Ciri-cirinya berwarna kelabu dengan
struktur yang sedikit lepas-lepas dan peka terhadap erosi. Kadar kesuburannya sedang hingga
tinggi tergantung bagian induk dan iklim. Di Indonesia tanah alluvial ini merupakan tanah yang
baik dan dimanfaatkan untuk tanaman pangan (sawah dan palawija) musiman hingga tahunan.

Proses pembentukan tanah Alluvial yaitu:

- Tekstur bahan yang diendapkan pada tempat dan waktu yang sama akan lebih seragam.
Makin jauh dari sumbernya semakin halus butir yang diangkut.
- Tanah Alluvial mempunyai kelebihan agregat tanah yang didalamnya terkandung banyak
bahan organik sekitar setengah dari kapasitas tukar katio (KTK), berasal dari bahan
bahan sumber hara tanaman.
- Bahan organik merupakan sumber energi dari sebagian besar organism tanah, dalam
memainkan peranannya bahan organik sangat dibutuhkan oleh sumber dan susunanya.

b. Tanah Regosol

14
Penggunaan Regosol sebagai lahan pertanian dapat dilakukan, jika terlebih dahulu
diperbaiki sifat fisika, kimia dan biologinya. Sifat fisika yang menjadi penghambat adalah
drainase dan porositas serta belum membentuk agregat sehingga peka terhadap erosi (Munir,
1996). Hal ini menyebabkan tingkat produktivitas tanah Regosol rendah sehingga diperlukan
perbaikan secara fisika, kimia dan biologi. Perbaikan Regosol perlu dilakukan untuk
memperkecil faktor pembatas yang ada pada tanah tersebut sehingga mempunyai tingkat
kesesuaian yang lebih baik untuk lahan pertanian. Untuk menghindari kerusakan tanah lebih
lanjut dan meluas diperlukan usaha konservasi tanah dan air yang lebih.

c. Tanah Litosol

Terbentuk dari batuan beku dari proses letusan gunung berapi dan sedimen keras yang
proses pelapukan kimia (dengan bantuan organisme hidup) dan fisikanya (dengan bantuan sinar
matahari dan hujan) belum sempurna. Kandungan unsur hara dan mineral dalam tanah litosol
masih tergolong sedikit, tekstur tanahn dan kesuburan tanahnya jug bervariasi.

2. Tanah Dewasa

Pada proses yang lebih lanjut tanah-tanah muda dapat berubah menjadi tanah dewasa yaitu
dengan proses pembentukan horison B.

Horizon B adalah sub horizon tanah yang terbentuk dari adanya pencucian (elluviasi) koloid
liat dan atau koloid organik pada horizon A sehingga terbentuk horizon Albik (E), kemudian
ditimbun pada horizon yang ada dibawahnya (illuviasi) (B). Dengan demikian Horizon B ialah
horizon tanah di bawah permukaan (sub horizon), bertekstur gumpal atau prismatik atau tiang
(kolumnar) berwarna lebih kelam dari horizon lainnya, dan berkonsistensi teguh hingga sangat
teguh.

Pada tingkat ini tanah mempunyai kemampuan berproduksi tertinggi, karena unsur-unsur hara di
dalam tanah cukup tersedia, akibat pelapukan mineral dan pencucian unsur hara belum lanjut.

14
Jenis tanah yang termaksuk dalam tingkat ini antara lain Inceptisol (Latosol Coklat, dan lain-
lain), Andisol, Vertisol, Mollisol dan sebagainya.

1. Inceptisol

 Inceptisols adalah tanah yang masih tergolong muda dengan perkembangan profil tanah
lebih baik bila dibandingkan dengan Entisols
 Epipedon penciri antara lain umbrik ataupun okrik
 Horizon bawah adalah kambik yang dicirikan dengan adanya perubahan warna atau
struktur tanah
 Horizon lainnya yang mungkin dijumpai antara lain duripan, fragipan, kalsik, gypsik
ataupun sulfidik. Inceptisols dijumpai pada kondisi iklim ataupun fisiografi yang berbeda
 Produktivitas alami tanah tergantung kepada bahan induk penyusunnya
 Di Asia, tanah ini terutama ditanami dengan padi
 Luas Inceptisols: 12.8 juta km2 atau 10% dari luas permukaan bumi.

14
2. Andisol

 Andisols adalah tanah yang terbentuk dari abu gunung api atau hasil letusan gunung api
lainnya dan mempunyai ≥ 60 % sifat tanah andik sampai kedalaman 60 cm
 Tanah ini didominasi oleh mineral liat nonkristalin atau para kristalin seperti alofan,
ferrihidrit atau imogolit dan Al dan Fe-humus kompleks
 Ciri khas tanah ini adalah berat volume tanah rendah (≤ 0.90 Mg m-3), retensi fosfat yang
tinggi (≥85%), kadar air tersedia tinggi, kapasitas tukar kation sedang sampai tinggi dan
koloid tanah bermuatan permukaan bervariasi
 Epipedon penciri antara lain melanik, umbrik atau okrik, sedangkan horizon kambik
terdapat di lapisan bawah
 Luas Andisols: 910.000 km2 atau 0.7% dari luas permukaan bumi

14
3. Vertisol

 Vertisols adalah tanah yang kaya akan mineral liat yang dapat mengembang dan
menyusut akibat perubahan kadar air
 Tanah menjadi lekat waktu basah ataupun retak-retak jika kering
 Ciri khas Vertisol lainnya adalah ditemui mikro relief ‘gilgai’, slickenside, pH dan kadar
basa yang relatif tinggi
 Vertisols mempunyai mineral liat tipe 2:1 seperti montmorilonit dan vermikulit (>30%)
sampai kedalaman 1 m
 Tanah ini berwarna gelap atau kehitaman dengan kadar bahan organik mencapai 6%
 Vertisols merupakan tanah yang bermasalah karena menjadi lekat, licin dan plastis waktu
basah serta sangat keras waktu kering
 Luas Vertisols: 3.2 juta km2 atau 2.4% dari luas permukaan bumi

14
4. Mollisol

 Mollisols adalah tanah padang rumput atau prairie yang dicirikan dengan horizon
permukaan yang tebal dan gelap
 Epipedon penciri adalah mollik yang mempunyai kejenuhan basa dan karbon organik
yang tinggi serta berstrutur granular atau remah
 Horizon bawah antara lain kambik, argillik, albik, natrik, gipsik ataupun duripan tetapi
tidak mungkin memiliki horizon oksik ataupun spodik
 Kesuburan alaminya tinggi akibat akumulasi bahan organik yang kaya dengan kandungan
Ca dan Mg dari hasil dekomposisi akar rumput-rumputan
 Berarti Mollisols adalah tanah pertanian yang paling subur di dunia
 Luas Mollisols: 9 juta km2 atau 7% dari luas permukaan bumi

14
3. Tanah Tua

Dengan meningkatnya umur, maka proses pembentukan tanah berjalan lebih lanjut, sehingga
terjadi perubahan-perubahan yang lebih nyata pada horizon A dan B terbentuklah horizon-
horison A, E, EB, BE, Bt, (Bs), (Bo), BC dan lain-lain. Disamping itu pelapukan mineral dan
pencucian basa-basa semakin meningkat sehingga tinggal mineral-mineral yang sukar lapuk di
dalam tanah dan tanah menjadi kurus dan masam. Jenis-jenis tanah tua tersebut antara lain
adalah tanah Ultisol (Podsolik Merah Kuning) dan Oxisol (Laterit).

a. Tanah Ultisol (Podsolik Merah Kuning)


Sifat atau ciri tanah Ultisols yaitu terdapat pengendapan liat dari lapisan A
(iluviasi) dan diendapkan di lapisan B (eluviasi), sehingga kadar liat horizon B > 1,2
kandungan liat horizon A atau disebut Horizon Argilik. Tanah ordo Ultisol merupakan
tanah penimbunan liat di horison bawah, bersifat masam, kejenuhan basa (KB) pada
kedalaman 180 cm dari permukaan tanah kurang dari 35%. KB < 35% dapat
didekati dengan mengukur pH (kemasaman tanah) < 6,5. Padanan nama tanahsistem
klasifikasi lama (FAO/Unesco, 1970) termasuk tanah Podzolik Merah Kuning,
Latosol, dan Hidromorf Kelabu. Warna tanah biasanya merah sampai kuning
karena kandungan Al, Fe dan Mn yang tinggi. Untuk meningkatkan produktivitas
tanah dapat dilakukan melalui pemberian kapur, pemupukan , penambahan BO, dan
penanaman tanaman adaptif. Penerapan teknik budidaya tanaman lorong (tumpang
sari), terasiring, drainase dan pengolahan tanah yang seminim mungkin.

14
b. Tanah Oxisol (Laterit)
Sifat utama tanah ordo Oxisol merupakan tanah tua sehingga mineral mudah
lapuk tinggal sedikit(banyak kwarsa SiO2). Kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif
sehingga kapasitas tukar kation (KTK) rendah, yaitu kurang dari 16 me/100 g liat.
Banyak mengandung oksida-oksida besi atau oksida Al.Memiliki horizon oksik
atau kandik dengan cadangan mineral yang sedikit, batashorizon baur. Padanan
dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Latosol (Latosol Merah & Latosol
Merah Kuning), Lateritik, atau Podzolik Merah Kuning. Cara Pengelolaan tanah
Oxisols dengan membuat irigasi untuk suplai air. Pemupukan tanah agarsuplai
unsur hara yang di butuhkan tersedia. Memperbaiki sifat kimia dengan cara
pengapuran dan penambahan BO. Usaha pertanian yang sesuai yaitu dijadikan hutan
lindung, permukaan tanah harus dalam kondisi tertutup untuk mencegaherosi
dan mengintensifkan pelapukan tanah. Dapat juga terjadi pengerasan tanah karena
adanya Fe yang tinggi. Pemupukan unsur anorganik atau pengapuran juga
diperlukan masukan bahan organik yang cukup besar untuk mempertahankan
kondisi tanah.

Banyaknya waktu yang diperlukan untuk pembentukan tanah berbeda-beda. Tanah yang
berkembang dari batuan yang keras memerlukan waktu yang lebih lama untuk pembentukan
tanah dibanding dengan yang berasal dari bahan induk yang lunak dari lepas. Dari bahan induk
volkanik lepas seperti abu gunung api, dalam waktu kurang dari 100 tahun telah dapat terbentuk
tanah muda. Tanah dewasa dapat terbentuk dalam waktu 1.000 – 10.000 tahun seperti halnya
tanah Spodosol di Alaska yang berkembang dari bahan induk berpasir (1.000 tahun) dan tanah
Molisol di Amerika Serikat yang berkembang dari bahan induk berlempung lepas (10.000
tahun). Tanah berasal dari abu Gunung Krakatau letusan tahun 1883, membentuk horison A

14
setebal 25 cm selama 100 tahun (1883-1983), terutama yang tidak terjadi erosi. Di tempat-
tempat yang terjadi erosi ketebalan horison A hanya mencapai 5 cm atau kurang (hardjowigeno,
et al, 1983).

Perlu dicatat bahwa tingkat perkembangan tanah tidak setara dengan tingkat pelapukan
tanah. Tingkat perkembangan tanah berhubungan dengan perkembangan pembentukan horison-
horison tanah, sedang tingkat pelapukan tanah berhubungan dengan tingkat pelapukan mineral
dalam tanah. Tanah muda yang baru mempunyai horison A dan C dapat berupa tanah yang baru
sedikit mengalami pelapukan bila berasal dari bahan induk baru seperti abu volkan, tetapi dapat
juga telah mengalami pelapukan lanjut bila berasal dari bahan induk tua atau bahan induk yang
telah mengalami pelapukan lanjut di tempat lain.

Kekeringan dan erosi dapat menghambat perkembangan tanah. Dalam periode waktu
yang sama (umur yang sama) tanah di suatu tempat mungkin telah berkembang lanjut sedang di
tempat lain yang beriklim kering atau terus menerus tererosi, mungkin tanahnya belum
berkembang. Oleh karena itu, tua mudanya tanah tidak dapat dinyatakan dari umur tanah tersebut
(dalam tahun), tetapi harus didasarkan pada tingkat perkembangan horison-horison tanah yang
ada.

14
BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan

Tanah merupakan benda alam yang terus menerus akan berubah akibat pelapukan dan
pencucian yang terus menerus. Oleh karena itu, semakin lama tanah akan semakin tua dan
semakin terkikis. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami
pelapukan sehingga hanya tinggal mineral yang sukar lapuk (seperti kuarsa). Pelapukan dan
proses pembentukan tanah (pedogen) terjadi dalam waktu yang lama. Tahap awal yaitu terjadi
pencampuran bahan organik dan perubahan kimia dan mineralogi pada bahan induk (tanah
muda), selanjutnya perubahan kimia, mineralogi dan fisika tanah (tanah dewasa dan tanah tua),
sehingga membentuk horison yang jelas, hingga dapat mencapai keadaan steady state, yaitu
keadaan tanah yang tidak berubah dalam waktu yang lama.

Banyaknya waktu yang diperlukan untuk pembentukan tanah berbeda-beda. Tanah yang
berkembang dari batuan yang keras memerlukan waktu yang lebih lama untuk pembentukan
tanah dibanding dengan yang berasal dari bahan induk yang lunak dari lepas. Dari bahan induk
volkanik lepas seperti abu gunung api, dalam waktu kurang dari 100 tahun telah dapat terbentuk
tanah muda. Tanah dewasa dapat terbentuk dalam waktu 1.000 – 10.000 tahun. Dan tanah tua
terbentuk dalam jangka waktu yang panjang dan sangat berbeda jauh dari taha dewasa.

14
DAFTAR PUSTAKA

Fiantis, D. (n.d.). Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Padang: Lembaga Pengembangan Teknologi Informasi
dan Komunikasi (LPTIK).

Hardjowigeno, S. 2015. Ilmu Tanah. Bekasi: Akademika Pressindo.

Sugiharyanto, & khotimah, N. (n.d.). Bahan Ajar Geografi Tanah. Retrieved from staff.uny.ac.id:
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/sugiharyantodrs-msi/diktat-geografi-
tanah_0.doc

14

Anda mungkin juga menyukai