Anda di halaman 1dari 28

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Teori Dasar Tanah Inceptisol
Inceptisol adalah tanah yang belum matang (immature) dengan perkembangan profil
yang lebih lemah dibanding dengan tanah yang matang dan masih banyak menyerupai
sifat bahan induknya (Hardjowigeno, 1993). Pembentukan solum tanah Inceptisol yang
terdapat di dataran rendah umumnya tebal, sedangkan pada daerah-daerah berlereng
curam solum yang terbentuk tipis. Warna tanah Inceptisol beranekaragam tergantung dari
jenis bahan induknya. Warna kelabu bahan induknya dari endapan sungai, warna coklat
kemerahmerahan karena mengalami proses reduksi, warna hitam mengandung bahan
organic yang tinggi (Resman dkk.,2006). Sifat fisik dan kimia tanah Inceptisol antara
lain; bobot jenis 1,0 g/cm3, kalsium karbonat kurang dari 40 %, pH mendekati netral atau
lebih (pH < 4 tanah bermasalah), kejenuhan basa kurang dari 50 % pada kedalaman 1,8
m, COLE antara 0,07 dan 0,09, nilai porositas 68 % sampai 85 %, air yang tersedia cukup
banyak antara 0,1 1 atm (Resman dkk., 2006). Proses pedogenesis yang mempercepat
proses pembentukan tanah Inceptisol adalah pemindahan, penghilangan karbonat,
hidrolisis mineral primer menjadi formasi lempung, pelepasan sesquioksida, akumulasi
bahan organik dan yang paling utama adalah proses pelapukan, sedangkan proses
pedogenesis yang menghambat pembentukan tanah Inceptisol adalah pelapukan batuan
dasar menjadi bahan induk (Resman dkk., 2006).

1.2 Deskripsi Tanaman Jagung
Jagung sudah ditanam sejak ratusan tahun yang lalu, diduga berasal dari benua Amerika.
Berawal dari Peru dan Meksiko, jagung berkembang terutama di daerah Amerika
Tengah, dan Amerika Selatan. Pada awal abad ke-16 jagung sampai ke India dan Cina.
Di Indonesia, jagung sudah di kenal sejak 400 tahun lalu, dibawa oleh orang Portugis dan
Spanyol pada abad ke-16 melalui Eropa, India dan Cina (Suprapto dan Marzuki, 2002).

2

Jagung merupakan salah satu tanaman serelia yang tumbuh hampir di seluruh dunia dan
tergolong spesies dengan variabilitas genetik yang besar. Tanaman jagung dapat
menghasilkan genotipe yang dapat beradaptasi terhadap berbagai karakteristik
lingkungan. Banyak masyarakat di daerah Indonesia yang berbudaya mengkonsumsi
jagung, antara lain Madura, Pantai Selatan Jawa Barat, Sulawesi Selatan bagian Timur,
Kendari, Gorontalo, Karo, Dairi, NTT, dan NTB (Suprapto dan Marzuki,2002).
Di Indonesia, jagung merupakan bahan pangan penting sumber karbohidrat kedua setelah
beras. Nilai ekonomi jagung semakin tinggi karena digunakan sebagai bahan pakan
ternak dan bahan baku Industri. Biji jagung sebagai sumber karbohidrat yang potensial
untuk bahan pangan ataupun non-pangan. Produksi sampingan berupa batang, daun, dan
kelobot dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak ataupun pupuk kompos. Biji jagung tua
dapat diolah menjadi pati, tepung jagung, makanan kecil (snack), dan brondong (pop
corn). Sementara biji jagung yang sudah kering biasanya diolah menjadi jagung pipilan,
beras jagung ataupun jagung giling (Rukmana, 1997).

Jagung memiliki daya adaptasi yang luas, karena dapat ditanam di daerah berbagai iklim
yang berbeda, dan pada berbagai jenis tanah. Jagung dapat ditanam di dataran tinggi
maupun rendah, baik pada tegalan, sawah tadah hujan, maupun irigasi. Namun untuk
pertumbuhan yang baik, sebaiknya ditanam pada tanah yang subur dengan pH 5.5 8.0
(Suprapto dan Marzuki, 2002). Suhu antara 21 320 C sangat ideal untuk pertumbuhan
jagung. Juga daerah yang curah hujannya merata sepanjang tahun, dengan curah hujan
rata-rata bulanan 100 125 mm. Kemampuan tumbuhan jagung untuk tumbuh secara
normal dan menghasilkan di suatu daerah disebut kemampuan beradaptasi. Wilayah yang
cocok untuk tanaman jagung disebut agroekosistem (Suprapto dan Marzuki, 2002).

Daerah pertumbuhan jagung meliputi skala lingkungan yang sangat luas yaitu antara 580
LU 400 LS. Tanaman ini dapat tumbuh di daerah dengan ketinggian 0 1300 mdpl
dengan curah hujan tahunan 250 10,000 mm. jagung dapat hidup dengan baik di daerah
yang beriklim panas dan daerah yang beriklim sedang, yaitu pada temperature 23 2700
C (Suprapto dan Marzuki, 2002). Jagung dapat tumbuh hampir di semua jenis tanah,
tanah berpasir maupun tanah liat bobot. Namun tanaman ini akan tumbuh lebih baik pada
3

tanah yang gembur dan kaya akan humus dengan pH sekitar 5.5 7.0. tanah yang padat
serta kuat menahan air tidak baik bila ditanam jagung, karena dapat menghambat
pertumbuhan akarnya, bahkan membusuk akarnya. Untuk tanah yang bobot perlu dibuat
saluran drainase di dekat tanaman karena tanaman jagung tidak tahan terhadap genangan
air. Tanah miring dengan tingkat kemiringan tidak lebih dari 8%, masih dapat ditanam
jagung. Pada tanah miring, jagung ditanam dengan arah barisan melintang searah
kemiringan tanah. Hal ini untuk mencegah erosi bila turun hujan (Suprapto dan Marzuki,
2002).

1.3 Parameter
Penetapan Kadar Air Kering Mutlak
Kadar air tanah dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase volume air terhadap
volume tanah. Cara penetapan kadar air dapat dilakukan dengan sejumlah tanah basah
dikering ovenkan dalam oven pada suhu 100
0
C 110
0
C untuk waktu tertentu. Air yang
hilang karena pengeringan merupakan sejumlah air yang terkandung dalam tanah
tersebut. Air irigasi yang memasuki tanah mula-mula menggantikan udara yang terdapat
dalam pori makro dan kemudian pori mikro. Jumlah air yang bergerak melalui tanah
berkaitan dengan ukuran pori-pori pada tanah.
Kandungan air tanah dapat ditentukan dengan beberapa cara. Sering dipakai istilah-istilah
nisbih, seperti basah dan kering. Kedua-duanya adalah kisaran yang tidak pasti tentang
kadar air sehingga istilah jenuh dan tidak jenuh dapat diartikan yang penuh terisi dan
yang menunjukkan setiap kandungan air dimana pori-pori belum terisi penuh. Jadi, yang
dimaksud dengan kadar air tanah adalah jumlah air yang bila dipanaskan dengan oven
yang bersuhu 105C hingga diperoleh berat tanah kering yang tetap.
Penetapan Kemasaman Tanah (pH)
Nilai pH tanah dipengaruhi oleh sifat misel dan macam katron yang komplit antara lain
kejenuhan basa, sifat misel dan macam kation yang terserap. Semakin kecil kejenuhan
basa, maka semakin masam tanah tersebut dan pH nya semakin rendah. Sifat misel yang
berbeda dalam mendisosiasikan ion H beda walau kejenuhan basanya sama dengan
4

koloid yang mengandung Na lebih tinggi mempunyai pH yang lebih tinggi pula pada
kejenuhan basa yang sama (Pairunan,dkk, 1985).
pH tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung berupa ion hidrogen
sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu tersedianya unsur-unsur hara tertentu dan
adanya unsur beracun. Kisaran pH tanah mineral biasanya antara 3,510 atau lebih.
Sebaliknya untuk tanah gembur, pH tanah dapat kurang dari 3,0. Alkalis dapat
menunjukkan pH lebih dari 3,6. Kebanyakan pH tanah toleran pada yang ekstrim rendah
atau tinggi, asalkan tanah mempunyai persediaan hara yang cukup bagi pertumbuhan
suatu tanaman (Sarwono, 2003).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah unsur-unsur yang terkandung dalam
tanah, konsentrasi ion H+ dan ion OH-, mineral tanah, air hujan dan bahan induk, bahwa
bahan induk tanah mempunyai pH yang bervariasi sesuai dengan mineral penyusunnya
dan asam nitrit yang secara alami merupakan komponen renik dari air hujan juga
merupakan faktor yang mempengaruhi pH tanah (Kemas, 2005), selain itu bahan organik
dan tekstur. Bahan organik mempengaruhi besar kecilnya daya serap tanah akan air.
Semakin banyak air dalam tanah maka semakin banyak reaksi pelepasan ion H+ sehingga
tanah menjadi masam. Tekstur tanah liat mempunyai koloid tanah yang dapat yang dapat
melakukan kapasitas tukar kation yang tinggi. tanah yang banyak mengandung kation
dapat berdisiosiasi menimbulkan reaksi masam.

Penetapan C Organik Metode Walkley & Black
Adapun sumber primer bahan organik adalah jaringan tanaman berupa akar, batang,
ranting, daun, dan buah. Bahan organik dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses
fotosintesis sehingga unsur karbon merupakan penyusun utama dari bahan organik
tersebut. Unsur karbon ini berada dalam bentuk senyawa-senyawa polisakarida, seperti
selulosa, hemiselulosa, pati, dan bahan- bahan pektin dan lignin. Selain itu nitrogen
merupakan unsur yang paling banyak terakumulasi dalam bahan organik karena
merupakan unsur yang penting dalam sel mikroba yang terlibat dalam proses perombakan
bahan organik tanah. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan akan
5

terangkut ke lapisan bawah serta diinkorporasikan dengan tanah. Tumbuhan tidak saja
sumber bahan organik, tetapi sumber bahan organik dari seluruh makhluk hidup.

Kandungan bahan organik dalam setiap jenis tanah tidak sama. Hal ini tergantung dari
beberapa hal yaitu; tipe vegetasi yang ada di daerah tersebut, populasi mikroba tanah,
keadaan drainase tanah, curah hujan, suhu, dan pengelolaan tanah. Komposisi atau
susunan jaringan tumbuhan akan jauh berbeda dengan jaringan binatang. Pada umumnya
jaringan binatang akan lebih cepat hancur daripada jaringan tumbuhan. Jaringan
tumbuhan sebagian besar tersusun dari air yang beragam dari 60-90% dan rata-rata
sekitar 75%. Bagian padatan sekitar 25% dari hidrat arang 60%, protein 10%, lignin 10-
30% dan lemak 1-8%. Ditinjau dari susunan unsur karbon merupakan bagian yang
terbesar (44%) disusul oleh oksigen (40%), hidrogen dan abu masing-masing sekitar 8%.
Susunan abu itu sendiri terdiri dari seluruh unsur hara yang diserap dan diperlukan
tanaman kecuali C, H dan O.

Penetapan N Total Metode Kjeldahl
Nitrogen dalam tanah berasal dari (1.) Bahan organik tanah (bahan organik halus, N
tinggi, C/N rendah; dan bahan organik, kasar, N rendah C/N tinggi. Bahan organik
merupakan sumber N yang utama di dalam tanah.); (2.) Pengikatan oleh mikroorganisme
dan N udara (Simbiose dengan tanaman legumenose, yaitu oleh bakteri bintil akar atau
Rhizobium; Bakteri yang hidup bebas (nonsimbiotik) yaitu Azotobacter (aerobik) dan
Clostridium (anaerobik)); (3.) Pupuk, misalnya ZA, Urea, dan lain-lain; dan (4.) Air
hujan.
Fungsi N adalah memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman dan pembentukan protein.
Gejala-gejala kekurangan N adalah tanaman kerdil, pertumbuhan akar terbatas, dan daun-
daun kuning dan gugur. Gejala-gejala kebanyakan N adalah memperlambat kematangan
tanaman, batang-batang lemah mudah roboh, dan mengurangi daya tahan tanaman
terhadap penyakit. Nitrogen di dalam tanah terdapat dalam berbagai bentuk yaitu protein,
senyawa-senyawa amino, Amonium (NH4+), dan Nitrat (NO3-).
6

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan N adalah kegiatan jasad renik, baik yang
hidup bebas maupun yang bersimbiose dengan tanaman. Pertambahan lain dari nitrogen
tanah adalah akibat loncatan suatu listrik di udara. Nitrogen dapat masuk melalui air
hujan dalam bentuk nitrat. Jumlah ini sangat tergantung pada tempat dan iklim (Hakim,
dkk., 1986).

Penetapan P-Tersedia dan K-Tersedia Metode Bray I
Fosfor di dalam tanah dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu P-organik dan P-
anorganik.Kandungannya sangat bervariasi tergantung pada jenis tanah, tetapi pada
umumnya rendah , Gambar 20 menunjukkan bagian dunia yang kekuranagn P
(Handayanto dan Hairiyah,2007). Posfor organik di dalam tanah terdapat sekitar 50%
dari P total tanah dan bervariasi sekitar 15-80% pada kebanyakan tanah. Bentuk-bentuk
fospat ini berasal dari sisa tanaman, hewan dan mikrobia. Di sini terdapat sebagai
senyawa ester dari asam orthofospat yaitu inositol , fosfolipid, asam nukleat, nukleotida,
dan gula posfat. Tiga senyawa yaitu inositol fospolopid dan asam nukleat amat dominan
dalam tanah.Inositol fospat dapat mempunyai satu sampai enam atom P setiap unitnya,
dan senyawa ini dapat ditemukan dalam tanah atau organisme hidup (bakteri) yang
dibentuk secara enzimatik. Asam nukleat sebagai DNA dan RNA menyusun 1-10% P-
organik total.
Adanya K tersedia yang cukup dalam tanah menjamin ketegaran tanaman. Selanjutnya
membuat tanaman lebih tahan terhadap berbagai penyakit dan merangsang pertumbuhan
akar (Soepardi 1983). K dikenal sebagai hara penentu mutu produksi tanaman (Janke
1992).




7

BAB II
BAHAN DAN METODE

2.1 Penetapan Kadar Air Kering Mutlak
Contoh tanah dipanaskan pada suhu 105
o
C selama tiga jam untuk menghilangkan air.
Kadar air dari contoh diketahui dari perbedaan bobot contoh sebelum dan setelah
dikeringkan. Faktor koreksi kelembaban dihitung dari kadar air contoh.

Peralatan :
1. Cawan Aluminium
2. Penjepit tahan karat
3. Oven
4. Eksikator
5. Neraca analitik
Bahan :
Contoh tanah
Cara Kerja :
1. Timbang cawan aluminium dengan timbangan analitik (W
0
).
2. Masukkan 5 gr contoh tanah kering udara (KU) ke dalam cawan aluminium tadi,
kemudian ditimbang kembali (W
1
).
3. Keringkan dalam oven pada suhu 105
0
C selama 3 jam.
4. Angkat cawan yang berisi tanah dengan penjepit dan masukkan ke dalam eksikator.
5. Setelah dingin ( 15 menit), kemudian ditimbang kembali (W
2
), disebut bobot kering
mutlak (KM).
6. Bobot air / kehilangan bobot adalah W
1
W
2
.


8

2.2 Penetapan Kemasaman Tanah (pH)
Dasar Penetapan :
Nilai pH adalah indikator kemasaman tanah (reaksi tanah) yang dicirikan oleh nilai log
H
+
(pH). Semakin tinggi konsentrasi H
+
dalam larutan tanah maka tanah bereaksi kea rah
masam atau nilai pH semakin rendah. Tanah tanah yang bereaksi basa akan mempunyai
nilai pH lebih besar dari 7.

Konsentrasi H
+
di dalamlarutan tanah diukur oleh pH meter dan dikonversi dalam skala
pH dengan electrode gelas yang selektif khusus mengukur [H
+
], sehingga memungkinkan
hanya mengukur potensial yang disebabkan konsentrasi H
+
. Potensial yang timbul diukur
berdasarkan potensial electrode pembanding (kalomel atau AgCl). Biasanya digunakan
satu elektrode yang sudah terdiri atas elektrode pembanding dan electrode gelas
(electrode kombinasi).

Konsentrasi H
+
yang diekstrak dengan air menyatakan kemasaman aktif (aktual)
sedangkan pengekstrak KCl 1 N menyatakan kemasaman cadangan (potensial).

Peralatan :
1. Neraca analitik
2. Botol kocok
3. Dispenser 50 ml gelas ukur
4. Mesin kocok
5. Labu semprot
6. pH meter
Pereaksi :
1. Air bebas ion
2. Larutan buffer pH 4,0
3. Larutan buffer 7,0

9

Cara kerja :
1. Timbang 10 g contoh tanah sebanyak dua buah, satu untuk penetapan pH H
2
O dan
satu lagi untuk penetapan pH KCl.
2. Masing masing dimasukkan ke dalam botol kocok 100 ml.
3. Untuk pH H
2
O, tambahkan 25 ml air bebas ion; dan untuk pH KCl, tambahkan 25 ml
KCl 1 N
4. Kocok dengan mesin pengocok selama 30 menit. Kalau tidak ada mesin pengocok
dapat diaduk dengan batang pengaduk dari gelas atau digoncang dengan tangan.
Biarkan sebentar atau paling lama satu jam.
5. Ukur dengan pH meter yang telah dikaliberasi menggunakan larutan buffer pH 7,0
dan 4,0.
6. Nilai pH dicatat dalam satu desimal.
Catatan :
1. Prosedur di atas menggunakann rasio 1 : 2,5.
2. Rasio dapat berubah sesuai jenis contoh dan permintaan.

2.3 Penetapan C Organik Metode Walkley & Black
Dasar Penetapan :
Oksidasi bahan organik oleh K
2
Cr
2
O
7
dalam suasana asam kuat menjadi gas CO
2
dan
pembentukan Cr
2
(SO
4
)
3
yang berwarna hijau. Intensitas warna hijau yang terbentuk
menyatakan kadar karbon.
Reaksi :
C organik + 2K
2
Cr
2
O
7
+ 8H
2
SO
4
2Cr(SO
4
)
3
+ 2K
2
SO
4
+ 8H
2
O + 3 CO
2
Peralatan :
1. Labu Erlenmeyr 250 ml
2. Pipet 10 ml
3. Gelas ukur 25 ml
10

4. Buret
Bahan :
1. K
2
Cr
2
O
7
1 N
2. H
2
SO
4
pekat
3. Indikator Feroin 0,025 N
4. FeSO
4
0,5 N
Cara Kerja :
1. Timbang 0.5 g tanah diameter 0,5 mm tempatkan dalam labu Erlenmeyer 250 mL.
2. Tambahkan 5 mL K
2
Cr
2
O
7
1 N sambil digoyangkan perlahan lahan agar
berlangsung penrcampuran dengan tanah.
3. Tambahkan 10 mL H
2
SO
4
pekat dengan gelas ukur dalam ruang asam sambil
digoyangkan sehingga tercampur rata. Usahakan tidak ada arah tanah yang terlempar
ke dinding labu.
4. Biarkan campuran tersebut selama 30 menit dalam ruangan asam hingga dingin.
5. Encerkan dengan aquadest sampai 100 mL, kemudian dinginkan dan disaring.
6. Tambahkan 810 tetes indikator ferroin 0,025 N.
7. Segera titrasi dengan larutan FeSO
4
0.5 N hingga larutan berwarna merah anggur.
8. Lakukan juga penetapan blanko sama seperti di atas tanpa menggunakan contoh
tanah.
2.4 Penetapan N Total Metode Kjeldahl
Dasar Penetapan :
Senyawa nitrogen dioksidasi melalui pemanasan dalam lingkungan asam sulfat pekat
dengan katalis campuran selen membentuk (NH
4
)
2
SO
4
. Kadar amonium dalam ekstrak
ditetapkan dengan cara destilasi. Selanjutnya, ekstrak dibasakan dengan penambahan
11

larutan NaOH, dan NH
3
yang dibebaskan diikat oleh asam borat, kemudian dititrasi
dengan larutan baku HCl 0,05 N.

Peralatan :
1. Labu Kjedahl 100 ml
2. Labu Erlenmeyer 250 ml
3. Labu didih 1000 ml
4. Pemanas destruksi Kjedahl
5. Alat destilasi N-Kjedahl
6. Ruang asam
7. Buret
Bahan :
1. H
2
SO
4
pekat p.a
2. NaOH 40%
3. H
3
BO
3
4%
4. Indikator campuran selenium
5. HCl 0,05 N
Cara Kerja :
1. Timbang 500 mg atau 0,5 g tanah diameter 0,5 mm, masukkan ke dalam labu
Kjedahl.
2. Tambahkan 1-2 g campuran selen (satu ujung spatula).
3. Tambahkan 3 ml H
2
SO
4
pekat, goyangkan perlahan agar tercampur rata dan terbasahi
oleh H
2
SO
4
.
4. Panaskan labu di ruang asam, dari panas rendah (3-5 menit), panas ditinggikan ( - 1
jam) hingga larutan jernih, kemudian didinginkan.
5. Pindahkan ke dalam labu didih (labu destilasi) secara kualitatif, tambahkan 25 ml
NaOH 40%.
12

6. Lakukan Destilasi, tampung destilat dengan erlenmeyer 250 ml yang terisi 10 ml
H
3
BO
3
4% dan 3-5 tetes indikator campuran, isi destilat sampai 100 ml.
7. Titrasi destilat dengan HCl 0,05 N yang normalitasnya telah dibakukan terlebih
dahulu sampai terjadi perubahan warna dari hijau ke merah muda.
8. Lakukan juga penetapan blanko.

2.5 Penetapan P-Tersedia dan K-Tersedia Metode Bray I
Dasar Penetapan :
Fosfat dalam suasana asam akan diikat sebagai senyawa Fe, Al-fosfat yang sukar larut.
NH
4
F yang terkandung dalam pengekstrak bray akan membentuk senyawa rangkai
dengan Fe dan Al yang membebaskan ion PO
4
3-
. Pengekstrak ini biasanya digunakan
pada tanah dengan pH < 5,5.

Peralatan :
1. Meraca analitik dengan ketelitian 3 desimal
2. Dispenser 25 ml, 10 ml
3. Tabung reaksi
4. Pipet 2 ml, botol kocok 50 ml
5. Kertas saring
6. Mesin pengocok
7. Spektrofotometer
Pereaksi :
1. HCl 5 N
2. Pengekstrak Bray dan Kurts I (larutan 0,025 N HCl + NH
4
F 0,003 N)
3. Pereaksi P pekat
4. Pereaksi pewarna P
5. Standar induk 1000 ppm PO
4

6. Standar 100 ppm PO
4
3-

7. Deret standar PO
4
(0-20 ppm)
13

Cara Kerja :
1. Timbang 2,5 g contoh tanah ukuran , 2 mm, ditambah pengekstrak Bray dan Kurt I
sebanyak 25 ml, kemudian dikocok selama 5 menit.
2. Saring dan bila larutan keruh dikembalikan lagi ke atas saringan semula. (Proses
penyaringanmaksimum 5 menit).
3. Dipipet 2 ml ekstrak jernih ke dalam tabung reaksi.
4. Contoh dan deret standar masing-masing tambah pereaksi pewarna fosfat sebanyak
10 ml, kocok dan biarkan 30 menit.
5. Ukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 693 nm.
6. Untuk kalium, ekstrak contoh encer dan deret standar K diukur langsung dengan alat
AAS (Atomic Absortion Spektrofotometric).













14

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan
Kadar Air Kering Mutlak
Sampel Tanah : K
0
T
2
P
2

W
0
(bobot cawan aluminium) = 11,8132 gram
W
1
(bobot cawan aluminium dengan 5 gram tanah) = 16,8211 gram
W
2
(bobot cawan aluminium dengan 5 gram tanah setelah di oven) = 16,3919 gram
Perhitungan :
a.




b.


1,09




15

Perhitungan Kemasaman Tanah (pH)
Tabel perhitungan pH tanah
1 2 3 4 5
H
2
O 6,53 6,49 6,46 6,42 6,43
KCl 5,30 5,34 5,35 5,38 5,36



Perhitungan C-Organik Metode Walkey & Black
Sampel tanah = K
0
T
2
P
2

V awal = 30 ml
V akhir = 33,8 ml
Vc = 3,8 ml
Vb = 5,5 ml
[FeSO
4
] = 0,4712 N
FKA = 1,09
Berat sampel tanah = 0,5 g = 500 mg
Perhitungan :


%
No Contoh Tanah pH H
2
O pH KCl
1. K
0
T
2
P
2
6,4660 5,346
16

N-Total Metode Kjedahl
Sampel tanah = K
0
T
2
P
2

V awal = 0 ml
V akhir = 1,4 ml
Vc = 1,4 ml
Vb = 0,1 ml
[H
2
SO
4
] = 0,0513 N
FKA = 1,09
Berat sampel tanah = 0,5 g = 500 mg
Perhitungan :




Perhitungan P-Tersedia Metode Bray I
Persamaan Regresi Linear
N [std] (x) Abs. (y) x.y


1 0 0 0 0
2 1,25 0,103 0,12875 1,05625
3 2,5 0,224 0,56 625
4 5 0,503 2,515 25
5 10 0,919 9,19 100
6 20 1,705 34,1 400
= 6 38,75 3,454 46,49375 532,8124

17

Persamaan Regresi Linear
y = a + bx
keterangan : y = absorban sample
x = ppm kurva







Maka persamaannya menjadi :
y = a + bx
y = 0,4651 + 0,01712x

Diketahui :
Data absorban sampel tanah K
0
T
2
P
2
(y) = 1,327
Dengan menggunakan persamaan y = 0,4651 + 0,01712x

Perhitungan :
y = 0,4651 + 0,01712x
1,327 = 0,4651 + 0,01712x
0,8619 = 0,01712x
x = 50,3446 ppm kurva
Kadar P2O5 tersedia (ppm)
18


(


) (


) (

)
(

) (

) (




Perhitungan K-Tersedia Metode Bray I
Data absorban sampel tanah K
0
T
2
P
2
= 5,1521
Perhitungan :

(


) (


) (

)
(

) (

) (


Hasil Tanaman
Hasil Tanaman dari tanah inceptisol
Komponen pertumbuhan dan keadaan tanaman jagung 14 dan 21 MST
Pengamatan
K
0
t
2
P
0
K
0
t
2
p
1
K
0
t
2
p
2

Tanaman
1
Tanaman
2
Tanaman
1
Tanaman
2
Tanaman
1
Tanaman
2
Umur Tanaman 14 HST 21 HST 14 HST 21 HST 14 HST 21 HST
Rata-rata Tinggi
Tanaman (cm)
28,25 47 - - - -
Rata-Rata Jumlah
Daun
3,5 5,5 - - - -
Gejala
Terdapat
penyakit
karat daun
Terdapat
penyakit
karat daun
- - - -
19

Keterangan Tumbuh dengan baik
Tidak Tumbuh
(dilakukan
penyulaman)
Tidak Tumbuh
(dilakukan
penyulaman)

Berat basah atau berat segar
Perlakuan Berat
Tanaman
Utuh (g)
Tanpa
Tanaman
Tanpa
Akar (g)
Berat
Akar
(g)
K
0
t
2
p
0
Tanaman 1 11.46 9.74 1.37
Tanaman 2 11.08 9.45 1.93
Rata - Rata 11.27 9.60 1.65

Berat Kering








Keterangan : Jagung tumbuh hanya pada perlakuan kontrol (K
0
t
2
p
0
)








Perlakuan Berat
Tanaman
Utuh (g)
Tanpa
Tanaman
Tanpa
Akar (g)
Berat
Akar
(g)
K
0
t
2
p
0
Tanaman 1 1.56 1.26 0.3
Tanaman 2 1.12 0.91 0.21
Rata - Rata 1.34 1.09 0.26
20

Hasil Tanaman tanah ultisol
Komponen Pertumbuhan dan keadaan tanaman








Pengamatan
Perlakuan
K0T1P0 K0T1P1 K0T1P2
14 HST 21 HST 14 HST 21 HST 14 HST 21 HST
Rata-rata
Tinggi
Tanaman
(cm)
17.83 24 17.5 21.67 29.1 24.67
Rata-rata
Jumlah
Daun
3 3.67 3 3.67 4 4.3
Gejala
Defisiensi
Terdapat
gigitan
hama
Terdapat
gigitan
serangga,
dan di
ujung daun
dan
pinggir-
pinggirnya
warnanya
coklat
kekuningan
Terdapat
gigitan
serangga
Terdapat
gigitan
serangga,
dan di
ujung daun
dan
pinggir-
pinggirnya
warnanya
coklat
kekuningan
Terdapat
gigitan
serangga
Terdapat
gigitan
serangga,
dan di
ujung daun
dan
pinggir-
pinggirnya
warnanya
coklat
kekuningan
21

Berat basah atau berat segar
Pengamatan
Perlakuan
K0T1P0 K0T1P1 K0T1P2
Rata-rata Berat
Tanaman Utuh
(g)
1.74 5.63 5.4
Rata-rata Berat
Akar (g)
0.37 0.36 1.97
Rata-rata Berat
Batang dan
Daun (g)
1.37 5.27 3.43

Berat kering
Pengamatan
Perlakuan
K0T1P0 K0T1P1 K0T1P2
Berat Bobot
Tanaman Utuh
0.60 1.50 1.94

Hasil Tanaman dari pasir
Komponen pertumbuhan dan keadaan tanaman jagung 14 dan 21 MST
Pengamatan
Perlakuan
K0T3P0 K0T3P1 K0T3P2
14 HST 21 HST 14 HST 21 HST 14 HST 21 HST
Rata-rata
Tinggi
Tanaman
(cm)
0 8 13.5 31 32.5 54
Rata-rata
Jumlah
Daun
0 4 2.5 5 5 5
22

Gejala
Defisiensi
- - -
ada bekas
gigitan
hama ,
daun
keriting
Terdapat
gigitan
serangga
bercak
kuning
pada daun

Berat basah atau berat segar
Pengamatan
Perlakuan
K0T3P0 K0T3P1 K0T3P2
Rata-rata
Berat
Tanaman Utuh
(g)
3.67 14.86 58.39
Rata-rata
Berat Batang
dan Daun (g)
1.74 5.47 12.44

Berat kering
Pengamatan
Perlakuan
K0T3P0 K0T3P1 K0T3P2
Berat Bobot
Tanaman Utuh
- 1.3 5.78

3.2 Pembahasan

Sample tanah yang digunakan adalah tanah Inceptisol tanpa perlakuan (kontrol) dari hasil
penanaman jagung yang kemudian dianalisis. Hasil praktikum dengan tanah inseptisol
didapat kadar air sebesar 8, 57% dengan FKA sebesar 1,09. Banyaknya kandungan air
tanah berhubungan erat dengan besarnya tegangan air (moisture tension) dalam tanah
tersebut. Kemampuan tanah dapat menahan air antara lain dipengaruhi oleh tekstur tanah.
Tekstur tanah inceptisol adalah liat yang umumnya tidak mudah kering. Manfaat
23

mengetahui kadar air tanah yaitu untuk mengetahui proses pelapukan mineral dan bahan
organik tanah yaitu reaksi yang mempersiapkan hara yang larut bagi pertumbuhan
tanaman, menduga kebutuhan air selama proses irigasi, mengetahui kemampuan suatu
jenis tanah mengenai daya simpan lengas tanah (Soviani, 2012).

Kemudian dilanjutkan dengan pengukuran pH. Pada percobaan penetapan pH yang telah
dilakukan adalah dengan menggunakan metode elektrometrik, yaitu metode yang
digunakan di laboratorium dengan menggunakan pH tanah yang diukur dengan pH meter.
Berdasarkan percobaan didapat rata-rata pH pada tanah yang yang dicampur KCl adalah
5,35 termasuk masam, sedangkan untuk tanah yang dicampur dengan H
2
O didapat rata-
rata pH sebesar 6,47. Pada pH tanah yang diberi air (H2O) lebih besar, disebabkan karena
air cenderung mengandung H
+
atau OH
-
yang berbeda dengan pelarut KCl. Pengukuran
pH dengan larutan pengekstrak KCl akan memberikan nilai lebih rendah 0,5--1,5 satuan
pH dibanding jika menggunakan pelarut H2O. Konsentrasi H
+
yang diekstrak dengan air
menyatakan kemasaman aktif (aktual) sedangkan pengekstrak KCl 1 N menyatakan
kemasaman cadangan (potensial). Dengan mengetahui pH tanah yang dilarutkan H
2
O,
maka dapat ditentukan metode untuk penetapan P dan K tersedia untuk praktikum
selanjutnya.

Untuk tanah inceptisol tanpa perlakuan ini hasil C - organiknya sebesar 2,09%, termasuk
kriteria tanah dengan kandungan C organik sedang. Dari hasil yang didapat, diketahui
hubungan antara C-Organik dan bahan Organik berbanding lurus (semakin tinggi C -
organik semakin tinggi juga bahan organik yang terkandung di dalam tanah tersebut). Hal
tersebut karena bahan organik dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis
sehingga unsur karbon merupakan penyusun utama dari bahan organik tersebut. Unsur
karbon ini berada dalam bentuk senyawa-senyawa polisakarida, seperti selulosa,
hemiselulosa, pati, dan bahan- bahan pektin dan lignin.

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dari tanah inceptisol ini, memiliki nilai N total
0,20 % dengan kriteria rendah. Hal ini disebabkan karena rendahnya bahan organik yang
terdapat pada sempel tanah Alfisol, sedangkan bahan organik merupakan sumber bahan
24

N yang paling utama. Sesuai dengan pernyataan Lopulisa (2004) yang menyatakan
bahwa Nitrogen dalam tanah berasal dari bahan organik tanah, bahan organik halus, N
tinggi, C/N rendah, bahan organik kasar, N rendah C/N tinggi. Kriteria yang rendah pada
N-Total mengakibatkan terganggunya pertumbuhan tanaman bahkan dapat mati. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Kemas (2005) yang menyatakan bahwa kekurangan N
menyebabkan tanaman kerdil, pertumbuhan akar terbatas, daun-daun kuning dan gugur.
Hal tersebut sama dengan tanaman jagung kelompok kami yang tumbuhnya tidak tinggi.
Kemudian analisis dilanjutkan dengan penetapan fosfor dan kalium dengan cara metode
Bray I, hal ini ditujukan untuk mengetahui jumlah P dan K yang tersedia di dalam tanah.
Didapat data absorban untuk P adalah 1,327, termasuk dalam kriteria sangat rendah
dengan hasil pengukuran P-tersedia


. Sedangkan data absorban
untuk K adalah 5,1521 dengan hasil pengukuran K-tersedia

.
Dari hasil pengamatan hasil tanaman untuk tanah inceptisol, jagung yang tumbuh hanya
pada perlakuan control yaitu K
0
t
2
P
0,
pada perlakuan K0t2P1 dan K0t2P2 tidak tumbuh
sama sekali padahal sudah dilakukan penyulaman berulang kali. Bahkan tanah relihat
sangat lembek. Dari hasil analisis tanah dapat disimpulkan sample tanah inceptisol ini
mengalami degradasi kualitas dan berefek pada tanaman yang ditumbuhkan. Sedangkan
pada tanah ultisol dari perlakuan K0t1P0 sampai K0t1P2 semua jagung tumbuh, bahkan
pertumbuhan jagung pada perlakuan dengan pupuk organic ditambah anorganik sangat
baik. Begitu juga dengan tanah pasir, pada perlakuan control (K0t3P0) tidak ada jagung
yang tumbuh, hal ini dikarenakanan pasir tidak menjadi tanah dengan criteria yang
memadai untuk jangung tumbuh. Namun, pada perlakuan K0t3P1 dan K0t3P2 jagung
dapat tumbuh karena dibantu dengan adanya pupuk organic dan anorganik guna
mencukupi unsur hara yang dibutuhkan jagung untuk hidup dan bertumbuh. Seharusnya
tanah inceptisol lah yang terbaik baik pertumbuhan jagung, namun pada praktikum ini
kemungkinan terjadi kesalahan sehingga jagung pada perlakuan K0t2P1 dan K0t2P2
tidak tumbuh dan dari hasil analisis sampel tanah ini mengalami penurunan kualitas.


25

BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Dari praktikum ini didapat data analisis tanah :
1. Kadar air sebesar 8,57% dengan FKA senilai 1,09
2. Nilai pH dengan KCl 5,35 dengan criteria masam, yang lebih rendah dari nilai pH
dengan H2O yang senilai 6,47.
3. Penetapan C - organiknya sebesar 2,09% yang berkriteria sedang.
4. Penetapan N totalnya sebesar 0,20% dengan kriteria rendah.
5. Data absorban untuk P adalah 1,327, termasuk dalam kriteria sangat rendah dengan
hasil pengukuran P-tersedia


. Sedangkan data absorban untuk
K adalah 5,1521 dengan hasil pengukuran K-tersedia

.
Berdasarkan data hasil tanaman, tanah yang menunjukkan perkembangan yang baik dari
setiap perlakuannya adalah tanah ultisol. Walaupun yang berperan baik dalam
pertumbuhan tanaman jagung ini seharusnya adalah tanah inceptisol, namun karena
terjadi kesalahan dan dari data analisis sample tanah mengalami penurunan kualitas maka
pertumbuhan jagung tidak baik bahkan untuk perlakuan K0t2P1 dan K0t2P2 jagung sama
sekali tidak tumbuh.






26

DOKUMENTASI
Alat dan bahan yang dipakai serta proses kerja
27



28

DAFTAR PUSTAKA

Apriyanti, Mety. 2012. Penetapan Kadar Air Tanah at http://mety-
apriyanti.blogspot.com/2012/05/penetapan-kadar-air-tanah.html.online (diakses
tanggal 12 Juni 2013)
Hakim, N., Y.M. Nyakpa, M.A. Lubis, G.S. Nogroho, Saul R.M., Diha A.M., Hong B.G., dan
Anonim. 2011. Karakteristik Kimia dan Kesuburan Tanah Inceptisol. Online at
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20347/4/Chapter%20II.pdf (diakses
tanggal 13 Juni 2013
Lopulisa. 2004. Tanah-Tanah Utama Dunia Ciri, Genesa, dan Klasifikasinya. Lembanga
Penerbitan Universitas Hasanuddin. Makassar.
Soviani. 2012. Kadar Air Tanah. Online at http://soviasonia.blogspot.com/2012/12/laporan-
kadar-air-tanah.html (diakses 12 Juni 2013)

Anda mungkin juga menyukai