Anda di halaman 1dari 50

V III

h ke
ulia
K

1. Potensi tanah masam,


2. Masalah tanah masam
3. Pengapuran tanah masam
(tujuan,cara, manfaat dan
pelaksanaannya
Tabel 3.2. Penyebaran tanah masam dunia berdasarkan
Ordo Soil Taxonomy (Uexkull and Mutert, 1995)

Ordo Luas Area dan persentase


Juta ha (%)
Entisols 824 20,9
Inceptisols 561 14,2
Andisols 34 0,9
Spodosols 415 10,5
Alfisols 255 6,5
Ultisols 864 21,8
Oxisols 727 18,4
Histosols 270 6,8
Total 3.950 100
Tabel 3.5. Penyebaran Tanah masam di Indonesia berdasarkan
Ordo tanah Dudal dan Soepraptohardjo dan analog Soil Taxonomy
(Pusat Penelitian Tanah, 1981)

Pulau Ordo Tanah yang tergolong tanah masam


Aluvial Latosol Organosol Podzol Podzolik
Inceptisol Oxisol Histosol Ultisol
(juta ha)
Jawa Madura 5.201 272 - - 1.172
Sumatera 17.561 5.900 6.591 1,031 9.469
Kalimantan 14,903 4,531 4,448 4,581 21.938
Sulawesi 1,562 2,649 0,240 - 1,308
NusaTenggara 0,312 0,563 - - -
Maluku 0,488 0,331 0,525 - 2,406
Irian Jaya 2,575 0,356 10,875 - 8,706
Jumlah 18,913 17,160 27,063 5,612 38,437
Klasifikasi (Ordo) tanah di Indonesia
Ordo Kesuburan Sebaran Luas
(Ribu ha)

Histosols (rawa, pH masam, miskin Kal, Sum, Papua 13,203


gambut) hara
Entisols (Litosol) Pencucian NTT, NTB 18,006
Inceptisol (Aluvial dll) pH masam,bervariasi Indonesia 70,520
Vertisols (Grumosol) +K, +Ca Jatim, Jateng, Sul 2,119
Andisols(Andosol) Masam,Fiksasi P tg, Jabar, Sumut-bar 5,395
Mollisols +K, +Ca NTT, Sul, 9,913
Ultisols (PMK, masam, Al tg, Sum, Kal, Pap, 45,794
Latosol) Miskin hara Sul, Jabar
Oxisols ( Latosol) masam+Al, Miskin Sum, Kal, Pap, 14,110
hara Jabar
Spodosols pH rd, miskin hara, Kalteng, Kaltim 2,155
pasir kwarsa, porous Kalbar
Complex - - 1,700
Total 188,212
MASALAH TANAH MASAM

(1) kemungkinan tingginya konsentrasi ion H sehingga


menyebabkan plasmolisis pada akar tanaman,
(2) keracunan Al karena tingginya kejenuhan Al dalam tanah,
(3) kahat unsur P karena terikat kuat paha Al ataupun Fe hidroksida,
(4) kekurangan Ca dan Mg,
(5) kekurangan unsur Mo, sehingga mengambat proses penambatan N
udara oleh tanaman kekacangan,
(6) keracunan unsur mikro seperti Mn dan Fe yang kelarutannya sering
tinggi pada tanah masam.

Akan tetapi, dari sekian banyak masalah, yang paling menonjol adalah
masalah keracunan Al dan kahat P.
PEMBENTUKAN TANAH MASAM
CURAH HUJAN MELEBIHI
KEBUTUHAN TANAH DAN TANAMAN
EVAPORASI+TRANSPIRASI

1. Pelarutan dan Penghanyutan Basa-basa

2KAlSi3O8 + 3H2O Al2Si2O5(OH)4+4SiO2 + 2K + + OH-


Velspat Kaolinit

3KAlSi3O8 + 2H2O KAl3Si3O10(OH)2 + 6SiO2 + 2K + +2OH-


Velspat Illit

CaAl2Si2O8 + 2NaAlSi3O8 + KMgFeAlSi3O10(OH)2 + 7CO2 + 20H2O + 1/2O2


anortit albit biotit

Al2Si2O5(OH)4+Al2Si4O10(OH)2+Al(OH)3+2Fe(OH)3+Ca2++K++Mg2++7HCO3+5H4SiO4
kaolinit smectit gibsit ferihidrit kation basa asam silisik
2.Hidrolisis Aluminium

Al_ _ Al _Al + Al 3+

Al3+ + H2O Al (OH) 2+ + H+


Al (OH) 2+ + 2H2O Al (OH)2 + + 2H+
Al (OH)2 + + 3H2O Al (OH)3 o + 3H+
Al (OH)3 o + 4H2O Al (OH)4 - + 4H+
Al (OH)4 - + 5H2O Al (OH)5 2- + 5H+
Al (OH)5 2- + 6H2O Al (OH)6 3- + 6H+
3. Oksidasi Mineral Pirit
FS2 + 3,75O2 + 3,5 H2O Fe (OH)3 + 2H2SO4
4. Pengaruh Aktivitas Pertanian

Penggunaan pupuk ZA

(NH4)2SO4 2NH4+ + SO4 2-


2NH4 + 3O2 2HNO2 + 2H+ + 2H2O
2HNO2 + O2 2NO3- + 2H+

Penggunaan pupuk Urea

CO (NH)2 + 2H2O (NH4)2CO3


(NH4)2CO3 2NH4 + CO32-
2NH4 + 3O2 2HNO2 + 2H+ + 2H2O
2HNO2 + O2 2NO3- + 2H+

Penggunaan pupuk fosfat


Ca2+ + 2H2PO4- + Liat-2Ca2+ Ca3(PO4)2 + Liat-4H+
Ca2+ + 2H2PO4- + 2(Fe,Al)-(OH)2 (Fe,Al)-(PO4)2-Ca2+ + 4H+ + 2H2O
Penggunaan bahan organik (R-NH2)
R-NH2 + H2O 2 NH4 + CO32-
2NH4 + 3O2 2HNO2 + 2H+ + 2H2O
2HNO2 + O2 2NO3- + 2H+

Tabel 2.1. Jumlah kapur CaCO3 yang dibutuhkan untuk menetralkan


kemasaman atnah akibat penggunaan pupuk yang mengandung N (Sumner, 2001)

Jenis pupuk Kemasaman yang Kebutuhan kapur


dihasilkan untuk netralisasi
kemasaman
mol H+ mol N-1 Kg kg-1
Anhidrous ammoniak 1 2,92
Urea 1 1,62
Ammonium nitrat 1 0,57
Amonium sulfat (ZA) 2 1,50
Monoammonium fosfat 2 0,78
Diammonium fosfat 2 1,29
Hubungan Iklim dan Bahan Induk dengan pH

Masam Netral Basa


sangat kuat sedang sedikit sedikit sedang kuat sangat
Kuat kuat

3 4 5 6 7 8 9 10 11

pH ekstrim rentang pH rentang pH tanah pH Ekstrim

gambut tanah mineral tanah mineral tanah mineral

wilayah basah wilayah kering

rentang pH tanah mineral

Gambar 2.1. Kisaran pH tanah gambut dan tanah mineral di wilayah


basah dan kering ( Brady, 1974 )
Tabel 2.2. Rerata nilai pH dari horizon berbagai ordo tanah*

Ordo Tanah Nilai pH H2O 1:1 Jumlah pengamatan


Aridisol 8,1 4.421
Vertisol 7,5 1.279
Mollisol 7,0 13.927
Entisol 6,9 3.747
Inceptisol 6,0 5.506
Alfisol 6,0 11.465
Oxisol 5,5 300
Spodosol 5,1 2.074
Ultisol 5,0 5.565

* Sumber. Manrique, jones, dan Dyke (1991 cit Foth dan Ellis, 1996)
. Hubungan pH dengan Ketersediaan Hara
Tabel 2.3. Hasil relatif beragai jenis tanaman pada berbagai pH*

Jenis tanaman Hasil relatif tanaman pada


berbagai pH
4,7 5,0 5,7 6,8 7,5
Alfalfa 2 9 42 100 100
Barley 0 23 80 95 100
Jagung 34 73 83 100 85
Oats 77 93 99 98 100
Red clover 12 21 53 98 100
Kedelai 65 79 80 100 93
Sweet clover 0 2 49 98 100
Gandum 68 76 89 100 99

* Sumber : Ohio Agr.Exp.Sta.Spec.Cir. 53. (1938, cit Foth dan Ellis, 1996).
KERACUNAN Al PENYEBAB PTBH BURUK

Tabal 4.1. Bobot kering tanaman barley yang dipengaruhi pH dan Al


(Vlamis 1953)

Perlakuan pH Al Mn B.Akar B.Tajuk


(ppm) (ppm) mg pot-1 mg pot-1
A = Ekstrak tanah 4,2 1,8 16 32 107
B = A + kapur 5,8 0,8 7 152 201
C = B + Asam Sulfat 4,2 0,3 7 125 190
D = C + Al2 (SO4)3 4,2 1,8 8 39 137
E = C + Mn SO4 4,2 0,3 16 125 216
AKIBAT KERACUNAN Al
1. Menghambat pembelahan sel
2. Menghambat pbtk heksosa-P dan P-organik

Tabel 4.2. Perubahan senyawa P dalam tanaman barley


yang keracunan Al dilacak dengan 32P ( Clarkson, 1969)

Senyawa P yang Perendaman Perendaman


diamati 20 menit 100 menit
konrol Al kontrol Al

UTP 7 10 10 14
ATP 19 29 37 56
ADP 4 6 11 9
Heksosa P 58 21 161 66
Total P-organik 101 79 271 180
Total P inorganik 237 804 524 1304
3.Menghambat serapan O2 dan unsur hara umumnya

Tabel 4.3.Hubungan Bobot Kering dan Serapan P dengan Al-dd


Tanah atau dengan Bobot Kering Akar Tanaman Jagung 28 HST
pada Podzolik Jasinga (Nurhajati Hakim, 1982).

b0 b1 Koefisien
Y X
Korelasi (r)
Bobot Kering Akar 2.7331 - 0.1040 Al-dd - 0.98 **
Bobot Kering Total 6.3399 - 0.2383 Al-dd - 0.97 **
Serapan P Total 3.4399 - 0.0987 Al-dd - 0.94 **
Bobot Kering 0.0719 + 1.3045 Bobot Akar + 0.997 **
Bagian Atas 0.0721 + 2.3053 Bobot Akar + 0.999 **
Bobot Kering Total 0.8217 + 0.9644 Bobot Akar + 0.97 **
4.Menghambat ptbh akar dan bulu akar
Akar menebal dan pendek,shg menghambat serapan hara
PENGAPURAN
OBAT TANAH MASAM
Pengapuran dinyatakan sebagai teknologi yang
paling tepat dalam pemanfaatan tanah masam
didasarkan atas beberapa pertimbangan.

Pertama, reaksi kapur sangat cepat dalam


menaikkan pH tanah dan menurunkan kelarutan Al
yang meracun.
Kedua, Respons tanaman sangat tinggi terhadap
pemberian kapur pada tanah masam.
Ketiga, efek sisa kapur atau manfaat kapur dapat
dinikmati selama 3 samai 4 tahun berikutnya.
Keempat, bahan kapur cukup tersedia dan relatif
murah, termasuk di Indonesia.
Tujuan utama Pengapuran

Menaikkan pH dan menurunkan Al hingga sesuai bagi


pertumbuhan tanaman yang optimal

Manfaat kapur lainnya


1. Memperbaiki fisika tanah (memantapkan agregat, infiltrasi
besar, erosi kurang

2.Memperbaiki kimia tanah, (pH naik, Al turun, ketersediaan


hara meningkat, KTK naik, meningkatkan serapan hara

3. Memperbaiki biologi tanah ( cacing dll berkembang baik,


bakteri berkembang dan aktif)
Akhirnya pertumbuhan dan produksi meningkat
LANDASAN PENETAPAN KEBUTUHAN KAPR
1. Nilai pH tanah kurang cocok untuk Tropika
basah
2. Kandungan Al-dd tanah =lebih cocok untuk
Tropika basah

Buol, Sanchez, Cate dan Grange (1975)


menetapkan batas kejenuhan Al yang meracuni
tanaman pada umumnya sebagai berikut :

Kejenuhan Al > 67 persen terhadap KTK (jumlah


kation pada pH 7) dengan kedalaman tanah 50
cm.

Kejenuhan Al > 60 persen terhadap KTK ( jumlah


basa dan Al yang tidak disangga), dengan
kedalaman tanah 50 cm.

Kejenuhan Al > 86 persen terhadap KTK (jumlah


kation pada pH 8.2), dengan kedalaman tanah 50
Tabel 5.7. Nilai maksimum pH tanah dimana Respons terhadap
kapur diperoleh berbagai tanaman (Adams dan Pearson, 1967).
pH maksimum diperoleh respons
Jenis Tanaman terhadap pemberian kapur
Rendah Tinggi
ubi jalar 5,5 5,5
kacang tanah 5,2 5,7
Kedele 5,0 6,0
sorgum 4,8 5,7
jagung 4,8 5,7
kentang 4,7 5,0
padi gogo 4,5 5,2
nenas 4,7 4,7
pisang 4,6 4,6
tebu 5,5 5,5
kapas 4,8 5,8
kopi 4,2 4,2
FAKTOR YG PERLU DIPERHATIKAN
SEBELUM MENGAPUR

Faktor tanah
pH tanah, kemudian jumlah Al-dd dan kejenuhan Al.
nilah pH 6, tidak perlu diberi kapur, karena Al-dd sangat rendah nilai
pH < 6, mungkin tanah tersebut perlu dikapur, ukur Al-dd dulu
Jika Al-dd tanah 2 me 100g-1 tanah, maka dapat dipastikan bahwa
tanah tersebut perlu diberi kapur.
jika kandungan Al-dd tanah < 2 me 100g-1, hitung kejenuhan Al (me
Al-dd/ me Al+H+Ca+Mg+K+Na) dahulu.
Sekiranya kejenuhan Al 60%, tanah tersebut perlu dikapur
bila kejenuhan Al < 60%, maka kebutuhan kapur tergantung pada
jenis tanaman yang akan diusahakan.
Jenis tanaman
1. Padi gogo dan ubi kayu relatif toleran kejenuhan Al hingga 60%.
Perlu kapur bila kejenuhan Al > 60 %.

2.Jagung menhendaki kejenuhan Al < 40 %. perlu kapur jika


kejenuhan Al > 40%.

3.Kedelai dan kapas menghendaki kejenuhan Al< 20%.. Perlu dikapur


bila kejenuhan Al > 20 %,

Apabila dari faktor tanah dan tanaman, pemberian kapur sudah


dipastikan, maka yang perlu dipertimbangkan berikutnya adalah jenis
bahan kapur yang akan digunakan.
MENGHITUNG KEBUTUHAN KAPUR

Jumlah Kebutuhan Kapur (KK) secara matematik dihitung sebagai berikut


dengan asumsi bobot tanah dalam 1 ha sama dengan 2 juta kg.

KK = 1 x Al-dd = 1 me Ca 100g-1 tanah untuk 1 me Al-dd 100g-1 tanah

= 20 mg Ca 100g-1 tanah ( 1me Ca = 20 mg Ca)


= 200 mg Ca kg-1 tanah = 2 x 106 x 200 mg Ca ha-1= 400 kg Ca ha-1
= 100/40 x 400 kg CaCO3 ha-1 = 1 ton CaCO3 ha-1
= 56/40 x 400 kg CaO ha-1 = 0,56 ton CaO ha-1
= 74/40 x 400 kg Ca (OH)2 ha-1 = 0,74 ton Ca(OH)2 ha-1

Jika tanah mengandung 4 me Al--/100g tanah, maka diperlukan kapur


sebanyak 4 ton CaCO3/ha
Penetapan AI-dd tanah dengan 1 N KCl

10 g tanah +100 ml 1N KCl, dikocok selama 30 menit, lalu disaring.


Hasil saringan dipipet 25 ml + indikator pp 5 tetes, dititar dengan
larutan 1N NaOH sampai muncul warna pink.
Warna pink tersebut dihilangkan kembali dengan menambahkan satu
sampai dua tetes 1N HCl.
Selanjutnya + 10 ml larutan NaF 4%.
Jika tanah mengandung Al-dd, maka akan muncul warna pink,
sebaliknya jika tidak muncul warna pink.
Jika warna pink muncul, maka larutan tersebut dititar dengan larutan
1N HCl, sampai warna pink hilang.
Jumlah HCl terpakai dicatat untuk menghitung jumlah Al-dd tanah
sebagai berikut.

me Al 100 g-1 tanah = ml HCl x N HCl x 100/25 x 100/10

Angka tersebut perlu dikoreksi dengan kadar air tanah yang dianalisis.
Penentuan kebutuhan kapur berdasarkan pH tanah dengan
larutan TSK untuk mencapai pH 5.5 (Balitbang Pertanian Bogor, 1985)

Kebutuhan kapur pH TSK Kebutuhan kapur


pH TSK
(ton CaCO3/ha) (ton CaCO3/ha)
4,0 6,38 5,1 2,00
4,1 5,99 5,2 1,73
4,2 5,59 5,3 1,33
4,3 5,32 5,4 0,93
4,4 4,92 5,5 0,53
4,5 4,52 5,6 0,27
4,6 4,12 5,7 -
4,7 3,86 5,8 -
4,8 3,46 5,9 -
4,9 3,06 6,0 -
5,0 2,39
Reaksi kapur dalam tanah

3 CaCO3 3 Ca2+
+ 3 CO32-

3 CO32- + 6 HOH 3 H2CO3


+ 6 OH-

Al Al + 6 OH-
+ 2 Al (OH)3
koloid koloid

+ 3 Ca 2+
Ca
Ca + 2 Al (OH)3

Ca
Reaksi kapur dalam tanah

2 CaCO3 2 Ca2+
+ 2 CO32-

H
H H + 2 CO32-
+ 2 H2CO3

H koloid

+ 2 Ca 2+
Ca
Ca + 2 H2CO3
Tabel 5.1. Manfaat kapur bagi peningkatan pH
dan penurunan kejenuhan Al tanah ( Kamprath, 1970)

CaCO 3 pH H20 1:1 Kejenuhan Al


Setara Al-dd

Tanah Norfolk
0,5 4,9 52
1,0 5,4 27
1,5 5,6 13
2,0 5,9 6
Tanah Dunbar
0,5 4,9 48
1,0 5,3 23
1,5 5,7 6
2,0 6,0 3
Tabel 5.2. Peningkatan pH serta penurunan Al-dd dan kejenuhan Al
akibat pemberian kapur dan pupuk P pada Ultisol Jasinga Jawa Barat
(Nurhajati Hakim, 1982)

Takaran pH Al-dd Kej.Al P-Bray2


P(ppm) H2O 1:1 me 100g-1 % ppm

Tanpa pemberian kapur


0 4,05 21,27 85 4
25 4,00 20,87 84 10
50 4,00 20,70 85 15
100 4,00 21,97 85 36
Diberi kapur 1 x Al-dd
0 5,43 0,22 0,8 5
25 5,38 0,20 0,6 12
50 5,40 0,13 0,4 22
100 5,42 0,13 0,4 38
Tabel 5.2. Peningkatan pH serta penurunan Al-dd dan kejenuhan Al
akibat pemberian kapur dan pupuk P pada Ultisol Jasinga Jawa Barat
(Nurhajati Hakim, 1982)

Takaran pH Al-dd Kej.Al P-Bray2


P(ppm) H2O 1:1 me 100g-1 % ppm

Tanpa pemberian kapur


0 4,05 21,27 85 4
25 4,00 20,87 84 10
50 4,00 20,70 85 15
100 4,00 21,97 85 36
Diberi kapur 1 x Al-dd
0 5,43 0,22 0,8 5
25 5,38 0,20 0,6 12
50 5,40 0,13 0,4 22
100 5,42 0,13 0,4 38
Tabel 5.3 Peningkatan pH serta penurunan Al-dd dan kejenuhan Al
akibat pemberian kapur dan pupuk P pada Ultisol Sitiung Sumatera Barat
(Nurhajati Hakim, 1982)
Takaran P pH Al-dd Kej.Al P-Bray2
Takaran g pot-1 H2O 1:1 me 100g-1 % ppm
kapur

2 (400 ppm) 4,70 2,81 31 152


0,5 x Al-dd 4 (800 ppm) 4,73 2,25 26 364
6 (1200 ppm) 4,78 1,83 21 621

2 (400 ppm) 4,98 1,41 16 152


1 x Al-dd 4 (800 ppm) 5,08 0,83 9 379
6 (1200 ppm) 5,13 0,73 7 667

2 (400 ppm) 5,23 0,50 5 152


1,5 x Al-dd 4 (800 ppm) 5,40 0,40 4 349
Tabel 5.4.Pengaruh takaran kapur terhadap kejenuhan kemasaman
Ultisol Sitiung (Wade, et. al., 1985)

(bulan setelah pemberian kapur)


takaran kapur
4 12 24
ton ha-1 % kejenuhan kemasaman
0,0 66 66 62
0,5 42 42 48
1,0 20 40 36
2,0 6 22 25
4,0 0 5 5
Tanpa Dengan Tanpa Dengan
Perlakuan pupuk hijau pupuk hijau pupuk hijau pupuk hijau
Serapan N (mg pot-1) Serapan P (mg pot-1)
Keracunan Al
tanpa P 17,89 34,92 0,69 1,56
50 ppm P 20,94 37,26 0,97 1,67
100 ppm P 25,79 37,78 1,27 1,84
Tanpa keracunan Al
tanpa P 96,27 110,60 2,57 3,01
50 ppm P 119,16 112,71 3,48 3,79
100 ppm P 125,46 141,29 3,91 3,89

Keracunan Al Serapan K (mg pot-1) Serapan Ca (mg pot-1)

tanpa P 12,36 24,36 3,03 11,33


50 ppm P 12,99 24,15 4,54 14,04
100 ppm P 15,17 31,57 6,12 15,74
Tanpa keracunan Al
tanpa P 202,21 212,91 72,61 100,70
50 ppm P 220,83 243.33 93,56 102,38
100 ppm P 237,87 298,06 94,20 117,98
Pemberian kapur memperbaiki sistem perakaran
Tanpa kapur

Kapur + P

Kapur tanpa
P
DIBERI KAPUR
TANPA KAPUR
DIBERI KAPUR
TANPA KAPUR
Tabel 5.10. Produksi Pipilan Kering Jagung Empat Kali Panen dan Satu kali
Panen Sorghum (panen III) Sebagai Pengaruh Sisa Pengapuran pada tanah masam
di Cerrado Brazil (Salinas et. al., 1978)

Pa n en ke
Kapur diaduk
0 15 cm I II III IV V Jumla
h
5 kali
panen
(ton/ha) ( ton/ha )

0 2,11 4,57 0,88 1,48 2,36 11,40


1 3,42 5,28 1,47 3,52 4,28 17,97
2 3,53 5,69 1,86 5,58 4,32 20,98
4 4,00 5,90 2,27 6,23 4,62 23,02
8 3,72 5,96 2,05 6,88 5,41 24,02
Tabel 5.12. Keragaman padi gogo yang diberi berbagai takaran kapur
di Sitiung, Sumatera Barat (Zaini, et. al.,1985)

bobot gabah padi gogo


takaran
kapur G. Medan Sitiung Ia Sitiung Ib Sitiung IV

(ton/ha) (ton/ha)
0 2,2 2,0 2,0 0,4
2 3,6 3,6 3,2 1,9
4 3,6 3,4 3,3 1,9
6 3,4 2,8 - -
8 3,4 3,2 - -
Al-dd
1,1 0,9 1,6 3,8
(me Al/100 g)
Tabel 5.13. Dampak pengapuran terhadap pH, Al-dd dan kejenuhan Al pada Ultisol
di Sitiung II Sumatera Barat sampai 4 tahun setelah aplikasi (Nurhajati Hakim, 1985)

Kapur CaCO3 pH (H2O) Al-dd kejenuhan Al


(ton/ha) (me/100 g)
Before limed
4,1 4,0 67
Sebelum dikapur
Satu bulan setelah pemberian kapur
2 (0,5 x Al) 4,8 1,48 27
4 (1,0 x Al) 5,2 0,70 12
6 (1,5 x Al) 5,2 0,70 12
Empat bulan setelah pemberian kapur
2 (0,5 x Al) 5,1 0,20 2,0
4 (1,0 x Al) 6,2 0,08 0,4
6 (1,5 x Al) 5,8 0,16 1,0
Delapan bulan setelah pemberian kapur
2 (0,5 x Al) 4,9 0,57 7,0
4 (1,0 x Al) 5,3 0,06 0,3
Kapur CaCO3 pH (H2O) Al-dd kejenuhan Al
(ton/ha) (me/100 g)
Before limed
4,1 4,0 67
Sebelum dikapur

Setelah tiga tahun ditanami

2 (0,5 x Al) 4,3 2,50 45


4 (1,0 x Al) 4,4 1,60 24
6 (1,5 x Al) 4,6 0,50 5

Setelah empat tahun ditanami

2 (0,5 x Al) 4,0 3,25 47


4 (1,0 x Al) 4,3 2,15 34
6 (1,5 x Al) 4,4 1,30 20
Tabel 5.14.Produksi jagung pada tahun I, II, dan III (2 musim tanam dalam 1 tahun)
dan kedelai tahun IV setelah pemberian kapur dan TSP pada Ultisol di Sitiung II
Sumatera Barat (Nurhajati Hakim, 1985)

Tahun
TSP Tahun I Tahun II Tahun III
Kapur IV
kedelai
ton ha-1 kg ha-1 Jagung (ton ha-1)
ton ha-1
2 250 1,590 4,458 3,212 2,035 0,467 0,021 0,078
(0.5xAl) 500 1,650 4,578 3,331 3,300 0,765 0,889 0,106
750 1,705 4,703 3,847 3,486 1,027 1,277 0,142

4 250 1,674 4,813 2,941 2,151 0,670 1,589 0,462


(1.0xAl) 500 1,944 4,789 3,489 2,795 1,373 2,717 0,589
750 1,662 5,003 3,749 3,173 1,963 2,345 0,639

6 250 1,624 4,542 3,293 2,376 1,242 2.833 0,775


(1.5xAl) 500 1,490 5,276 3,856 3,424 1,670 3.893 1,020
750 1,695 5,008 3,814 3,922 2,155 4,335 0,809
APLIKASI KAPUR
1. Tanah diolah satu kali
2. Kapur ditabur merata diatas permukaan tanah
3. Kapur diaduk dengan tanah sedalam 10-20cm
4. Dibiarkan selama 2 minggu, baru ditanami
5. Kapur ditaburkan dalam petak-petak kecil, jika jumlah kapur 2
ton /ha = 40 karung ( 50kg/karung)
6. Lahan 1 ha dibagi 40 petak (5mx5m), taruh 1 karung/petak
7. Petak tsb dibagi 5 petak kecil (5mx1m). 1 ember 10kg/petak
kecil
Jika jumlah kapur sedikit, aplikasi boleh dalam larikan tanam

Anda mungkin juga menyukai