PROPOSAL MAGANG II
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pertanian
Oleh :
Satria Dwi Tama
NIM: 522016033
i
MANAJEMEN PRODUKSI GETAH KARET
DI KEBUN NGOBO PTPN XI JAWA TENGAH
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANGAN I
Oleh:
Satria Dwi Tama
522016033
Salatiga, .............
2
1.4.2 Bagi Perguruan Tinggi
1. Dapat menguji sejauh mana pemahaman mahasiswa terhadap teori yang
diterima dibangku kuliah dalam pengaplikasian didunia kerja yang
sebenarnya.
2. Memberi kesempatan langsung kepada mahasiswa untuk terjun langsung ke
dunia kerja.
1.4.3 Bagi Perusahaan
1. Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengenal perkebunan karet
dan produksi penyadapan karet di oleh PT. Perkebunan Nusantara IX
Kebun Ngobo.
2. Menjalin kerjasama antara Fakultas Pertanian dan Bisnis UKSW dengan
oleh PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Ngobo.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.2 Sadapan Karet
Menurut Siregar (1995) sistem sadap menjadi penentu naik atau turunya
produksi lateks.Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam sistem sadapan
modern yang umum dipergunakan di perkebunan besar, yaitu sistem sadap jangka
pendek dan sistem sadap jangka panjang. Berikut beberapa sistem dalam
penyadapan :
1. Alur sadap terbagi atas tiga bentuk, yaitu S (alur bentuk spiral), V alur
bentuk V dan C (alur tanpa bentuk). Alur sadap dibuat dari kiri atas ke
kanan bawah. Ini dilakukan karena pembuluh lateks letaknya tidak lurus,
melainkan miring dari kanan atas ke kiri bawah sehingga dengan kemiringan
yang demikian akan diperoleh hasil lateks yang maksimal.
2. Panjang alur sadap dapat dinyatakan dengan rumus antara lain S/1 (satu
spiral), S/2 (setengah spiral), V/2 (setengah V), C/3 (sepertiga tanpa bentuk),
dan sebagainya.
3. Banyaknya alur sadap ada tiga jenis, yaitu 2S/2 (dua sayatan dengan
setengah spiral), 2V/2 (dua sayatan dengan setengah V), dan 2C/2 (dua
sayatan dengan tanpa bentuk).
4. Jangka waktu sadapan biasanya dinyatakan dengan satuan waktu dan angka
pembagian secara continue, satuan harinya adalah d (hari), w (minggu), m
(bulan), dan y (tahun). Jika ada sistem sadapan d/1, berarti sadapan setiap
hari, d/2 berarti sadapan dua hari sekali, dan seterusnya.
Istilah lain yang tak lepas dari kegiatan sistem sadap adalah intensitas
sadapan. Penentuan intensitas sadapan tidak lepas dari umur tanaman atau siklus
hidupnya dan kondisi tanaman.Selain itu, alat-alat yang digunakan harus
diperhatikan. Pada proses sadap karet ada beberapa hal yang harus diketahui dan
diperhatiakan oleh para penyadap antara lain :
1. Kedalaman irisan sadap
Kedalaman irisan yang dianjurkan adalah 1-1,5 mm dari lapisan
kambium. Jika dalam penyadapan lapisan kambium tersentuh maka kulit
pulihan akan rusak dan nantinya berpengaruh pada produksi lateks. Pada
sadapan berat atau sadapan mati, kedalaman sadap harus kurang dari 1 mm sisa
kulit. Penyadapan yang terlalu dangkal menyebabkan berkurangnya berkas
pembuluh lateks yang terpotong, terutama bagian dalam yang paling banyak
mengandung pembuluh lateks. Dengan berkurangnya pembuluh lateks yang
teriris maka jumlah lateks yang keluar semakin sedikit.
Untuk mengetahui apakah lapisan kambium sudah terlalu dekat, biasanya
penyadap menggunakan quadri atau sigmat. Ujung yang tajam dari alat ini
ditusukkan pada sisa kulit batang. Bila jumlah quadri atau sigmat telah masuk
semunya ke dalam sisa kulit batang dan masih terasa lunak maka kulit sisa
yang menutupi kambium masih lebih dari 1,5 mm. Bila terasa keras maka kulit
sisanya sekitar 1,5 mm. Pengukuran kedalaman irisan sadap sangat besar
pengaruhnya terhadap kelanjutan produksi dari pohon karet yang bersangkutan
(PS, 2008).
2. Waktu penyadapan
Lateks bisa mengalir keluar dari pembuluh lateks akibat adanya turgor.
Turgor adalah tekanan pada dinding sel oleh isi sel. Banyak sedikitnya isi sel
berpengaruh pada besar kecilnya tekanan pada dinding sel. Tekanan yang besar
akan meperbanyak lateks yang keluar dari pembuluh lateks. Oleh sebab itu,
penyadap dianjurkan dimulai saat turgor masih tinggi, yaitu saat sebelum
terjadi pengurangan isi sel melalui penguapan oleh daun atau pada saat
matahari belum tinggi. Penyadapan hendaknya dilakukan pada pagi hari antara
pukul 05.00 – 06.00 pagi. Sedangkan pengumpulan lateksnya dimulai antara
pukul 08.00 – 10.00 (PS, 2008).
3. Pemulihan kulit bidang sadap
Pemulihan kulit pada bidang sadap perlu diperhatikan. Salah dalam
penentuan rumus sadap dan penyadapan yang terlalu tebal atau dalam akan
menyebabkan pemulihan kulit bidang sadap tidak normal. Hal ini akan
berpengaruh pada produksi ataupun kesehatan tanaman. Bila semua kegiatan
pendahuluan dilakukan dengan baik dan memenuhi syarat maka kulit akan
pulih selama enam tahun. Dalam praktik, kulit pulihan bisa disadap kembali
setelah sembilan tahun untuk kulit pulihan pertama dan delapan tahun untuk
kulit pulihan kedua. Penentuan layak tidaknya kulit pulihan untuk disadap
kembali ditentukan oleh tebal kulit pulihan, minimum sudah mencapai 7 mm
(PS, 2008).
6
2.3 Pengolahan Karet
Pengolahan karet memiliki posisi yang cukup penting dalam rangkaian
agribsinis karet. Pengolahan karet menentukan nilai tambah yang akan diperoleh.
Hasil sadapan yang baik, apabila tidak diolah dengan optimal akan mendapatkan
harga yang rendah. Oleh karena itu pengolahan karet harus diperhatiakan dengan
baik, sehingga diperoleh hasil olahan karet yang bermutu dan berharga jual tinggi.
Prinsip pengolahan jenis karet ini adalah mengubah lateks segar menjadi
lembaran-lembaran sheet lewat proses penyaringan, pengenceran, pembekuan,
penggilingan, pengasapan dan pembukusan menurut Suseno dan Suwarti (1989).
Tahapan proses pengolahan karet secara umum adalah sebagai berikut :
1. Penerimaan Lateks Kebun
Lateks dari kebun harus dijaga kebersihannya dengan selalu mengunakan
peralatan yang bersih. Lateks pada mangkuk sadap dikumpulkan dalam suatu
tempat kemudian disaring untuk memisahkan kotoran serta bagian lateks yang
telah mengalami prakoagulasi. Setelah proses penerimaan selesai, lateks
kemudian dialirkan ke dalam bak koagulasi untuk proses pengenceran dengan air
yang bertujuan untuk menyeragamkan Kadar Karet Kering (KKK).
2. Pengenceran Lateks
Tujuan pengenceran adalah untuk memudahkan penyaringan kotoran serta
menyeragamkan kadar karet kering sehingga cara \ pengolahan dan mutunya
dapat dijaga tetap. Pengenceran dapat dilakukan dengan penambahan air yang
bersih dan tidak mengandung unsur logam > 1 mgr/liter air, pH air antara 5.8-8.0,
kesadahan air maks. 6o serta kadar bikarbonat tidak melebihi 0.03 %. Pengenceran
dilakukan hingga KKK mencapai 12-15 %.Lateks dari tangki penerimaan
dialirkan melalui talang dengan terlebih dahulu disaring menggunakan saringan
aluminium (Rizal, 1988).
3. Pembekuan
Pembekuan lateks dilakukan di dalam bak koagulasi dengan menambahkan zat
koagulan yang bersifat asam. Pada umumnya digunakan larutan asam format /
asam semut atau asam asetat / asam cuka dengan konsentrasi 1 – 2 % ke dalam
lateks dengan dosis 4 ml/kg karet kering. Jumlah tersebut dapat diperbesar jika
didalam lateks telah ditambahkan zat antikoagulan sebelumnya. Asam format
pekat 0.5 – 0.7 ml/liter lateks atau asam asetat pekat 1.0 – 1.4 ml/liter lateks.
Sebelumnya lateks ditambahkan Na Bisulfit untuk menghilangkan warna kuning
dari lateks (Salibury, 2011).
4. Penggilingan
Penggilingan dilakuan setelah proses pembekuan selesai. Hasil bekuan atau
koagulum digiling untuk mengeluarkan kandungan air, mengeluarkan sebagian
8
serum, membilas, membentuk lembaran tipis dan memberi garis batikan pada
lembaran. Untuk memperoleh lembaran sit, koagulum digiling dengan beberapa
gilingan rol licin, rol belimbing dan rol motif (batik). Menggunakan baterai crepe
3-5 gilingan beroda dua .
Gilingan Pendahuluan
Berupa pattron berbentuk V dengan lebar dan dalam alur dari patron ± 2-3 mm
Gilingan Menengah
Mempunyai lebar dan dalam alur dari patron 0,5-1,5 mm.
Gilingan Akhir
Disebut “finisher” tidak berpatron permukaan rata.(Suseno, 1989).
5. Pengasapan dan Pengeringan
Menurut Triwijoso (1995), tujuan pengasapan adalah untuk mengeringkan sit,
memberi warna khas cokelat dan menghambat pertumbuhan jamur pada
permukaan. asap yang dihasilkan dapat menghambat pertumbuhan jamur pada
permukaan lembaran karet. Hal ini disebabkan asap mengandung zat antiseptic
yang dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme. Suhu yang digunakan di
dalam kamar asap adalah sebagai berikut :
o Hari pertama, pengasapan dilakukan dengan suhu kamar asap sekitar 40-
45 oC.
o Hari kedua, pengasapan dengan suhu kamar asap mencapai 50-55 oC.
o Hari ketiga sampai berikutnya, pengasapan dengan suhu kamar asap mencapai
55-60 oC.
6. Sortasi dan Pembungkusan
Setelah diasap dan dikeringkan, maka sheet dapat dipilih berdasarkan
beberapa macam kriteria mutu tertentu. Dasar penentuan mutu RSS secara visual
dan organoleptik adalah sebagai berikut:
- jumlah kapang
- keseragaman warna
- noda oleh benda asing (kebersihan)
- gelembung udara
- kekeringan
- berat antara 1-1,5 kg per lembar
- tebal sheet 2,5-3,5 mm dan lebarnya 4,5 mm
Kegiatan sortasi ini biasanya dilakukan di atas meja sortasi kaca yang
diberi lampu penerang. Setelah sortasi dilakukan dilanjutkan dengan
pembungkusan sesuai klasifikasi mutu karet dan permintaan konsumen.
Pembungkusan yang dilakukan harus sesuai agar karet tidak mengalami
penurunan mutu (Setyamidjaja, 1995).
10
1. Perkebunan rakyat, yaitu suatu usaha budidaya tanaman yang dilakukan
oleh rakyat yang hasilnya sebagian besar untuk dijual, dengan area
pengusahaan dalam skala yang terbatas luasnya.
2. . Perkebunan besar, yaitu suatu usaha budidaya tanaman yang dilakukan
oleh perusahaan yang berbadan hukum dikelola secara komersial dengan
areal pengusahaan yang sangat luas. Perkebunan Besar terdiri dari
Perkebunan Besar Negara (PBN) dan Perkebunan Besar Swasta (PBS)
Nasional/Asing. Fungsi perkebunan menurut UU Perkebunan mencakup
tiga hal, pertama, fungsi secara ekonomi yaitu peningkatan kemakmuran
dan kesejahteraan rakyat serta penguatan struktur ekonomi wilayah dan
nasional. Kedua, fungsi ekologi yaitu peningkatan konservasi tanah dan
air, penyerap karbon, penyedia oksigen dan penyangga kawasan lindung.
Ketiga, fungsi sosial budidaya yaitu sebagai pemersatu kesatuan bangsa
Tanaman Tahunan adalah tanaman perkebunan yang umumnya berumur lebih dari
satu tahun dan pemungutan hasilnya dilakukan lebih dari satu kali masa panen
untuk satu kali pertanaman
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Tempat dan Waktu Magang II
Kegiatan Magang dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun
Ngobo yang akan dilaksanakan mulai tanggal 10 Juni 2019 sampai dengan 24 Juli
2019 sesuai dengan ketetapan magang selama ±45 hari
3.2 Metode Praktik Magang II
Metode yang digunakan selama Magang II adalah praktik kerja, wawancara
dan observasi langsung. Praktik kerja adalah beraktifitas langsung pada bidang
pekerjaan yang seluruh atau sebagian ada di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun
Ngobo.
Dalam pelaksanaan kegiatan Magang ini digunakan beberapa metode
pendekatan, antara lain :
1. Metode Observasi
Mahasiswa ikut berpartisipasi dalam setiap kegiatan di lapangan dan terjun
langsung dalam mengamati serta melihat keadaan yang terjadi di lapangan.
2. Metode Praktik
Mahasiswa ikut melakukan kegiatan yang ada di PT. Perkebunan Nusantara
IX Kebun Ngobo
3. Metode Wawancara
Mahasiswa bertanya langsung dengan Kepala Bagian dan karyawan di PT.
Perkebunan Nusantara IX Kebun Ngobo
4. Studi Pustaka
Selama proses pelaksanaan praktik kerja lapangan mahasiswa
mengumpulkan data yang tersedia dan berhubungan dengan kegiatan
praktik kerja lapangan.
3.3 Ketrampilan yang Dipelajari
Keterampilan yang dipelajari selama kegiatan magang di PT. Perkebunan
Nusantara IX Kebun Ngobo adalah manajemen produksi dari pengambilan getah
karet sehingga melalui produksi. Selain itu, mempelajari penanganan
permasalahan dalam produksi karet
12
3.4 Rencana Kegiatan Magang II
Adapun rencana kegiatan yang akan dilakukan selama 45 hari, dapat dilihat
pada tabel 3,1 berikut:
Tabel Rencana Kegiatan Magang
Tabel 3.1 Realisasi Kegiatan Praktik Kerja Lapangan II
14
31 Mempelajari permasalahan dan penanganan masalah di Kantor dan pabrik
bagian produksi
16