Anda di halaman 1dari 19

MANAJEMEN PRODUKSI GETAH KARET

DI KEBUN NGOBO PTPN XI JAWA TENGAH

PROPOSAL MAGANG II
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pertanian

Oleh :
Satria Dwi Tama
NIM: 522016033

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2019

i
MANAJEMEN PRODUKSI GETAH KARET
DI KEBUN NGOBO PTPN XI JAWA TENGAH

LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANGAN I

Oleh:
Satria Dwi Tama
522016033

Proposal Praktek Kerja Lapangan telah di setujui Oleh pembimbing


Pada tanggal, ...........

Salatiga, .............

Fakultas Pertanian dan Bisnis


Menyutujui , Menyutuju,

Pembimbing Praktik Kerja Lapangan Ketua Program Studi Agribisnis

Dr. Ir Bayu Nuswantara M M Dr. Ir Yulianti, MP


DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul.....................................................................................................i
Lembar Pengesahan............................................................................................ii
Kata Pengantar ...............................................................................................................iii
Daftar Isi.........................................................................................................................iv
BAB 1. PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Tujuan Penelitian...................................................................................................2
1.2.1 Tujuan Umum............................................................................................2
1.2.2 Tujuan Khusus...........................................................................................2
1.3 Ruang Lingkup Kegiatan.......................................................................................2
1.4 Signifikasi Pelaksanaan Magang I ........................................................................2
1.3.1 Bagi Mahasiswa.........................................................................................2
1.3.2 Bagi Perguruan Tinggi...............................................................................3
1.3.3 Bagi Perusahaan........................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................4
2.1 Klasifikasi Karet....................................................................................................5
2.2 Sadapan Karet.......................................................................................................7
2.3 Pengolahan Karet..................................................................................................8
2.4 Manajemen Produksi.............................................................................................10
BAB 3. PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG.........................................13
3.1 Tempat dan Waktu Magang.........................................................................13
3.2 Metode Magang.....................................................................................................13
3.3 Ketrampilan yang Dipelajari..................................................................................14
3.4 Rencana Kegiatan Magang....................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA…………………………………….............................................16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Karet adalah polimer hidrokarbon yang terbentuk dari emulsi kesusuan
(dikenal sebagai latex) yang diperoleh dari getah beberapa jenis tumbuhan pohon
karet tetapi dapat juga diproduksi secara sintetis. Sumber utama barang dagang
dari latex yang digunakan untuk menciptakan karet adalah pohon karet Havea
Brasiliensis. Ini dilakukan dengan cara melukai kulit pohon sehingga pohon akan
memberikan respon yang memberikan banyak latex lagi (Nasution, 2005).
Sumber utama karet adalah pohon karet Heveabrasiliensis
(Euphorbiaceae). Untuk mendapatkan karet alam, dilakukan penyadapan terhadap
batang pohon tanaman karet hingga dihasilkan getah kekuning-kuningan yang
disebut dengan lateks.Lateks merupakan cairan atau sitoplasma yang berisi ±30%
partikel karet. Penyadapan lateks dapat dilakukan dengan mengiris sebagian dari
kulit batang. Penyadapan ini harus dilakukan secara hati-hati karena kesalahan
dalam penyadapan dapat membahayakan bahkan mematikan pohon karet. Proses
pengolahan karet sangat dipengaruhi oleh kualitas bahan baku karet, mesin yang
digunakan, proses pengolahan, dan kondisi lingkungan pabrik. Pembuatan standar
operasional prosedur (SOP) pengolahan karet RSS sebagai standar kerja pada
proses pengolahan sangat diperlukan agar mutunya tetap terjamin (Nazaruddin,
1998).
Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting baik
untuk lingkup internasional dan terutama di Indonesia.Di Indoneisa karet
merupakan salah satu hasil pertanian terkemuka karena banyak menunjang
perekonomian Negara. Sampai tahun 1992 ada tiga Negara yang menguasai
pasaran karet dunia yaitu Indonesia, Thailand dan Malaysia. Banyak perkebunan-
perkebunan karet yang tersebar di berbagai propinsi di Indonesia.Perkebunan
karet yang besar banyak diusahakan oleh pemerintah dan swasta.Sedangkan
perkebunan-perkebunan karet dalam skala kecil pada umumnya dimiliki oleh
rakyat. Bila dikumpulkan secara keseluruhan, jumlah kebun karet tersebut cukup
menentukan bagi perkaretan nasional (Spillane, 1989).
PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Getas merupakan badan yang
bergerak di bidang perkebunan keret dan pengolahan getah karet atau lateks.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka kegiatan magang yang akan
dilaksanakan meliputi, ikut bekerja dari proses pengambilan lateks sampai
melakukan semua pekerjaan dalam pengolahan hingga lateks tersebut menjadi
RSS.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1. Mahasiswa memperoleh gambaran nyata berupa praktik kerja serta
pengalaman tentang dunia kerja di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun
Ngobo
2. Mahasiswa dapat mengetahui manajemen produksi di PT. Perkebunan
Nusantara IX Kebun Ngobo
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui kegiatan manajemen penyadapan getah karet dan produksi
getah karet di kebun ngobo PTPN XI
2. Mengetahui permasalahan yang terjadi, serta upaya menyelesekan masalah
di menejemen penyadapan dan menejemen produksi di kebun Ngobo PTPN
XI
1.3 Ruang Lingkup Kegiatan Magang II
Ruang lingkup kegiatan magang lebih mengarah kepada kegiatan
manajemen produksi karet yang dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara IX
Kebun Ngobo, yaitu mebgetaui cara memproduksi sadapan karet
Signifikasi Pelaksanaan Magang II
Signifikansi yang diharapkan dari kegiatan Magang II ini meliputi:
1.4.1 Bagi Mahasiswa
1. Memperoleh pengalaman bekerja di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun
Ngobo
2. Memahami manajemen produksi di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun
Ngobo
3. Mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh PT. Perkebunan Nusantara IX
Kebun Ngobo pada manajemen produksi karet lateks

2
1.4.2 Bagi Perguruan Tinggi
1. Dapat menguji sejauh mana pemahaman mahasiswa terhadap teori yang
diterima dibangku kuliah dalam pengaplikasian didunia kerja yang
sebenarnya.
2. Memberi kesempatan langsung kepada mahasiswa untuk terjun langsung ke
dunia kerja.
1.4.3 Bagi Perusahaan
1. Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengenal perkebunan karet
dan produksi penyadapan karet di oleh PT. Perkebunan Nusantara IX
Kebun Ngobo.
2. Menjalin kerjasama antara Fakultas Pertanian dan Bisnis UKSW dengan
oleh PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Ngobo.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Karet


Tanaman karet merupakan tanaman yang cocok didaerah tropis.Menurut
Setyamidjaja (1993) pada zona antara 15oLS dan 15oLU cocok ditanami
karet.Tanaman karet merupakan jenis pohon yang tumbuh tinggi dan batangnya
cukup besar.Tinggi pohon dewasa mencapai 15 – 25 m. Batang tanaman biasanya
tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas. Di beberapa kebun
karet ada kecondongan arah tumbuh tanamannya agak miring ke arah utara.
Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks
(Nazarrudin dan Paimin, 2006).
Karet merupakan polimer yang bersifat elastis, sehingga dinamakan pula
sebagai elastomer. Saat ini karet tergolong atas karet sintetik dan karet alam.
Karet sintetik dibuat secara polimerisasi fraksi-fraksi minyak bumi. Contoh karet
sintetik yang kini banyak beredar adalah SBR (Strirene Butadiene Rubber), NBR
(Nitrile Butadiene Rubber), Silikon, Urethane, dan karet EPDM. Karet alam
adalah suatu komoditi homogen yang cukup baik, kualitas dan hasil produksi
karet alam sangat terkenal.Karet alam mempunyai daya lentur yang tinggi,
kekuatan tensil dan dapat dibentuk dengan panas yang rendah. Daya tahan karet
terhadap benturan, goresan, dan koyakan sangat baik. Namun karet alam tidak
begitu tahan terhadap faktor-faktor lingkungan, seperti oksidasi dan ozon. Karet
alam juga mempunyai daya tahan yang rendah terhadap bahan-bahan kimia
seperti bensin, minyak tanah, bensol, pelarut lemak (degreaser), pelarut, pelumas
sintetis dan cairan hidrolik. Karena sifat fisik dan daya tahannya, karet alam
dipakai untuk produksi-produksi pabrik yang membutuhkan kekuatan yang tinggi
dan panas yang rendah (misalnya ban pesawat terbang, ban truk raksasa, dan ban-
ban kendaraan) dan produksi-produksi teknik lain yang memerlukan daya tahan
sangat tinggi (Spillane, 1989)

4
2.2 Sadapan Karet
Menurut Siregar (1995) sistem sadap menjadi penentu naik atau turunya
produksi lateks.Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam sistem sadapan
modern yang umum dipergunakan di perkebunan besar, yaitu sistem sadap jangka
pendek dan sistem sadap jangka panjang. Berikut beberapa sistem dalam
penyadapan :
1. Alur sadap terbagi atas tiga bentuk, yaitu S (alur bentuk spiral), V alur
bentuk V dan C (alur tanpa bentuk). Alur sadap dibuat dari kiri atas ke
kanan bawah. Ini dilakukan karena pembuluh lateks letaknya tidak lurus,
melainkan miring dari kanan atas ke kiri bawah sehingga dengan kemiringan
yang demikian akan diperoleh hasil lateks yang maksimal.
2. Panjang alur sadap dapat dinyatakan dengan rumus antara lain S/1 (satu
spiral), S/2 (setengah spiral), V/2 (setengah V), C/3 (sepertiga tanpa bentuk),
dan sebagainya.
3. Banyaknya alur sadap ada tiga jenis, yaitu 2S/2 (dua sayatan dengan
setengah spiral), 2V/2 (dua sayatan dengan setengah V), dan 2C/2 (dua
sayatan dengan tanpa bentuk).
4. Jangka waktu sadapan biasanya dinyatakan dengan satuan waktu dan angka
pembagian secara continue, satuan harinya adalah d (hari), w (minggu), m
(bulan), dan y (tahun). Jika ada sistem sadapan d/1, berarti sadapan setiap
hari, d/2 berarti sadapan dua hari sekali, dan seterusnya.
Istilah lain yang tak lepas dari kegiatan sistem sadap adalah intensitas
sadapan. Penentuan intensitas sadapan tidak lepas dari umur tanaman atau siklus
hidupnya dan kondisi tanaman.Selain itu, alat-alat yang digunakan harus
diperhatikan. Pada proses sadap karet ada beberapa hal yang harus diketahui dan
diperhatiakan oleh para penyadap antara lain :
1. Kedalaman irisan sadap
Kedalaman irisan yang dianjurkan adalah 1-1,5 mm dari lapisan
kambium. Jika dalam penyadapan lapisan kambium tersentuh maka kulit
pulihan akan rusak dan nantinya berpengaruh pada produksi lateks. Pada
sadapan berat atau sadapan mati, kedalaman sadap harus kurang dari 1 mm sisa
kulit. Penyadapan yang terlalu dangkal menyebabkan berkurangnya berkas
pembuluh lateks yang terpotong, terutama bagian dalam yang paling banyak
mengandung pembuluh lateks. Dengan berkurangnya pembuluh lateks yang
teriris maka jumlah lateks yang keluar semakin sedikit.
Untuk mengetahui apakah lapisan kambium sudah terlalu dekat, biasanya
penyadap menggunakan quadri atau sigmat. Ujung yang tajam dari alat ini
ditusukkan pada sisa kulit batang. Bila jumlah quadri atau sigmat telah masuk
semunya ke dalam sisa kulit batang dan masih terasa lunak maka kulit sisa
yang menutupi kambium masih lebih dari 1,5 mm. Bila terasa keras maka kulit
sisanya sekitar 1,5 mm. Pengukuran kedalaman irisan sadap sangat besar
pengaruhnya terhadap kelanjutan produksi dari pohon karet yang bersangkutan
(PS, 2008).
2. Waktu penyadapan
Lateks bisa mengalir keluar dari pembuluh lateks akibat adanya turgor.
Turgor adalah tekanan pada dinding sel oleh isi sel. Banyak sedikitnya isi sel
berpengaruh pada besar kecilnya tekanan pada dinding sel. Tekanan yang besar
akan meperbanyak lateks yang keluar dari pembuluh lateks. Oleh sebab itu,
penyadap dianjurkan dimulai saat turgor masih tinggi, yaitu saat sebelum
terjadi pengurangan isi sel melalui penguapan oleh daun atau pada saat
matahari belum tinggi. Penyadapan hendaknya dilakukan pada pagi hari antara
pukul 05.00 – 06.00 pagi. Sedangkan pengumpulan lateksnya dimulai antara
pukul 08.00 – 10.00 (PS, 2008).
3. Pemulihan kulit bidang sadap
Pemulihan kulit pada bidang sadap perlu diperhatikan. Salah dalam
penentuan rumus sadap dan penyadapan yang terlalu tebal atau dalam akan
menyebabkan pemulihan kulit bidang sadap tidak normal. Hal ini akan
berpengaruh pada produksi ataupun kesehatan tanaman. Bila semua kegiatan
pendahuluan dilakukan dengan baik dan memenuhi syarat maka kulit akan
pulih selama enam tahun. Dalam praktik, kulit pulihan bisa disadap kembali
setelah sembilan tahun untuk kulit pulihan pertama dan delapan tahun untuk
kulit pulihan kedua. Penentuan layak tidaknya kulit pulihan untuk disadap
kembali ditentukan oleh tebal kulit pulihan, minimum sudah mencapai 7 mm
(PS, 2008).

6
2.3 Pengolahan Karet
Pengolahan karet memiliki posisi yang cukup penting dalam rangkaian
agribsinis karet. Pengolahan karet menentukan nilai tambah yang akan diperoleh.
Hasil sadapan yang baik, apabila tidak diolah dengan optimal akan mendapatkan
harga yang rendah. Oleh karena itu pengolahan karet harus diperhatiakan dengan
baik, sehingga diperoleh hasil olahan karet yang bermutu dan berharga jual tinggi.

Prinsip pengolahan jenis karet ini adalah mengubah lateks segar menjadi
lembaran-lembaran sheet lewat proses penyaringan, pengenceran, pembekuan,
penggilingan, pengasapan dan pembukusan menurut Suseno dan Suwarti (1989).
Tahapan proses pengolahan karet secara umum adalah sebagai berikut :
1. Penerimaan Lateks Kebun
Lateks dari kebun harus dijaga kebersihannya dengan selalu mengunakan
peralatan yang bersih. Lateks pada mangkuk sadap dikumpulkan dalam suatu
tempat kemudian disaring untuk memisahkan kotoran serta bagian lateks yang
telah mengalami prakoagulasi. Setelah proses penerimaan selesai, lateks
kemudian dialirkan ke dalam bak koagulasi untuk proses pengenceran dengan air
yang bertujuan untuk menyeragamkan Kadar Karet Kering (KKK).

2. Pengenceran Lateks
Tujuan pengenceran adalah untuk memudahkan penyaringan kotoran serta
menyeragamkan kadar karet kering sehingga cara \ pengolahan dan mutunya
dapat dijaga tetap. Pengenceran dapat dilakukan dengan penambahan air yang
bersih dan tidak mengandung unsur logam > 1 mgr/liter air, pH air antara 5.8-8.0,
kesadahan air maks. 6o serta kadar bikarbonat tidak melebihi 0.03 %. Pengenceran
dilakukan hingga KKK mencapai 12-15 %.Lateks dari tangki penerimaan
dialirkan melalui talang dengan terlebih dahulu disaring menggunakan saringan
aluminium (Rizal, 1988).
3. Pembekuan
Pembekuan lateks dilakukan di dalam bak koagulasi dengan menambahkan zat
koagulan yang bersifat asam. Pada umumnya digunakan larutan asam format /
asam semut atau asam asetat / asam cuka dengan konsentrasi 1 – 2 % ke dalam
lateks dengan dosis 4 ml/kg karet kering. Jumlah tersebut dapat diperbesar jika
didalam lateks telah ditambahkan zat antikoagulan sebelumnya. Asam format
pekat 0.5 – 0.7 ml/liter lateks atau asam asetat pekat 1.0 – 1.4 ml/liter lateks.
Sebelumnya lateks ditambahkan Na Bisulfit untuk menghilangkan warna kuning
dari lateks (Salibury, 2011).
4. Penggilingan
Penggilingan dilakuan setelah proses pembekuan selesai. Hasil bekuan atau
koagulum digiling untuk mengeluarkan kandungan air, mengeluarkan sebagian

8
serum, membilas, membentuk lembaran tipis dan memberi garis batikan pada
lembaran. Untuk memperoleh lembaran sit, koagulum digiling dengan beberapa
gilingan rol licin, rol belimbing dan rol motif (batik).  Menggunakan baterai crepe
3-5 gilingan beroda dua .
 Gilingan Pendahuluan
Berupa pattron berbentuk V dengan lebar dan dalam alur dari patron ± 2-3 mm
 Gilingan Menengah
Mempunyai lebar dan dalam alur dari patron 0,5-1,5 mm.
 Gilingan Akhir
Disebut “finisher” tidak berpatron permukaan rata.(Suseno, 1989).
5. Pengasapan dan Pengeringan
Menurut Triwijoso (1995), tujuan pengasapan adalah untuk mengeringkan sit,
memberi warna khas cokelat dan menghambat pertumbuhan jamur pada
permukaan.  asap yang dihasilkan dapat menghambat pertumbuhan jamur pada
permukaan lembaran karet. Hal ini disebabkan asap mengandung zat antiseptic
yang dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme. Suhu yang digunakan di
dalam kamar asap adalah sebagai berikut :
o Hari pertama, pengasapan dilakukan dengan suhu kamar asap sekitar 40-
45 oC.
o Hari kedua, pengasapan dengan suhu kamar asap mencapai 50-55 oC.
o Hari ketiga sampai berikutnya, pengasapan dengan suhu kamar asap mencapai
55-60 oC.
6. Sortasi dan Pembungkusan
Setelah diasap dan dikeringkan, maka sheet dapat dipilih berdasarkan
beberapa macam kriteria mutu tertentu. Dasar penentuan mutu RSS secara visual
dan organoleptik adalah sebagai berikut:
- jumlah kapang
- keseragaman warna
- noda oleh benda asing (kebersihan)
- gelembung udara
- kekeringan
- berat antara 1-1,5 kg per lembar
- tebal sheet 2,5-3,5 mm dan lebarnya 4,5 mm
Kegiatan sortasi ini biasanya dilakukan di atas meja sortasi kaca yang
diberi lampu penerang. Setelah sortasi dilakukan dilanjutkan dengan
pembungkusan sesuai klasifikasi mutu karet dan permintaan konsumen.
Pembungkusan yang dilakukan harus sesuai agar karet tidak mengalami
penurunan mutu (Setyamidjaja, 1995).

2.4 Manajemen Produksi di perkebunan


Secara umum produksi diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang
mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil keluaran (output) yang berupa
barang atau jasa (Assauri, 1993). Menurut Heizer dan Render (2005:4)
Manajemen produksi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam
bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output.
Menurut Assauri (1999) Manajemen produksi (operasi) merupakan proses
pencapaian dan pengutilisasian sumber-sumber daya untuk memproduksi atau
menghasilkan barang-barang atau jasa-jasa yang berguna sebagai usaha untuk
mencapai tujuan dan sasaran organisasi.
Menurut Handoko (2000) Manajemen produksi dan operasi merupakan
usaha-usaha pengelolaan secara optimal penggunaan sumber daya – sumber daya
(atau sering disebut faktor-faktor produksi) tenaga kerja, mesin-mesin, peralatan,
bahan mentah dan sebagainya, dalam proses transformasi bahan mentah dan
tenaga kerja menjadi berbagai produk dan jasa.
Menurut Afifuddin (1989), adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman
tertentu pada tanah atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai,
mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan
bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk
mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat

Perkebunan merupakan usaha pemanfaatan lahan kering dengan menanam


komoditi tertentu. Berdasarkan jenis tanamannya, perkebunan dapat dibedakan
menjadi perkebunan dengan tanaman musim, seperti perkebunan tembakau dan
tebu, serta perkebunan tanaman tahunan, seperti perkebunan kelapa sawit, karet,
kakao, kopi, cengkeh, dan pala. Berdasarkan pengelolaannya, perkebunan dapat dibagi
menjadi :

10
1. Perkebunan rakyat, yaitu suatu usaha budidaya tanaman yang dilakukan
oleh rakyat yang hasilnya sebagian besar untuk dijual, dengan area
pengusahaan dalam skala yang terbatas luasnya.
2. . Perkebunan besar, yaitu suatu usaha budidaya tanaman yang dilakukan
oleh perusahaan yang berbadan hukum dikelola secara komersial dengan
areal pengusahaan yang sangat luas. Perkebunan Besar terdiri dari
Perkebunan Besar Negara (PBN) dan Perkebunan Besar Swasta (PBS)
Nasional/Asing. Fungsi perkebunan menurut UU Perkebunan mencakup
tiga hal, pertama, fungsi secara ekonomi yaitu peningkatan kemakmuran
dan kesejahteraan rakyat serta penguatan struktur ekonomi wilayah dan
nasional. Kedua, fungsi ekologi yaitu peningkatan konservasi tanah dan
air, penyerap karbon, penyedia oksigen dan penyangga kawasan lindung.
Ketiga, fungsi sosial budidaya yaitu sebagai pemersatu kesatuan bangsa
Tanaman Tahunan adalah tanaman perkebunan yang umumnya berumur lebih dari
satu tahun dan pemungutan hasilnya dilakukan lebih dari satu kali masa panen
untuk satu kali pertanaman
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Tempat dan Waktu Magang II
Kegiatan Magang dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun
Ngobo yang akan dilaksanakan mulai tanggal 10 Juni 2019 sampai dengan 24 Juli
2019 sesuai dengan ketetapan magang selama ±45 hari
3.2 Metode Praktik Magang II
Metode yang digunakan selama Magang II adalah praktik kerja, wawancara
dan observasi langsung. Praktik kerja adalah beraktifitas langsung pada bidang
pekerjaan yang seluruh atau sebagian ada di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun
Ngobo.
Dalam pelaksanaan kegiatan Magang ini digunakan beberapa metode
pendekatan, antara lain :
1. Metode Observasi
Mahasiswa ikut berpartisipasi dalam setiap kegiatan di lapangan dan terjun
langsung dalam mengamati serta melihat keadaan yang terjadi di lapangan.
2. Metode Praktik
Mahasiswa ikut melakukan kegiatan yang ada di PT. Perkebunan Nusantara
IX Kebun Ngobo
3. Metode Wawancara
Mahasiswa bertanya langsung dengan Kepala Bagian dan karyawan di PT.
Perkebunan Nusantara IX Kebun Ngobo
4. Studi Pustaka
Selama proses pelaksanaan praktik kerja lapangan mahasiswa
mengumpulkan data yang tersedia dan berhubungan dengan kegiatan
praktik kerja lapangan.
3.3 Ketrampilan yang Dipelajari
Keterampilan yang dipelajari selama kegiatan magang di PT. Perkebunan
Nusantara IX Kebun Ngobo adalah manajemen produksi dari pengambilan getah
karet sehingga melalui produksi. Selain itu, mempelajari penanganan
permasalahan dalam produksi karet

12
3.4 Rencana Kegiatan Magang II
Adapun rencana kegiatan yang akan dilakukan selama 45 hari, dapat dilihat
pada tabel 3,1 berikut:
Tabel Rencana Kegiatan Magang
Tabel 3.1 Realisasi Kegiatan Praktik Kerja Lapangan II

HARI KE Kegiatan PKL Lokasi

1. Pengenalan lingkungan PT.ngobo PTPN X I pengenalan Kantor dan Pabrik


pembimbing lapangan PKL Pengolahan

2 Membantu dan mempelajari manajemen produksi di Kebun


bagian penyadapan

3 Libur ( Pilkada Serentak)

4 Membantu dan mempelajari manajemen produksi di Kebun


bagian penyadapan

5 Mempelajari praktik pengadaan menejemen unit Kantor


produksi di PT. Ngobo PTPN XI

6 Mempelajari praktik pengadaan menejemen unit Kantor


produksi di PT. Perkebunan Ngobo

7 Rekap Data Minggu I

8 Membantu dan mempelajari manajemen produksi di Pabrik Pengolahan


pabrik pengolahan

9 Membantu dan mempelajari manajemen produksi di Pabrik Pengolahan


pabrik pengolahan

10 Membantu dan mempelajari manajemen produksi di Pabrik Pengolahan


pabrik pengolahan

11 Membantu dan mempelajari manajemen produksi di Pabrik Pengolahan


pabrik pengolahan

12 Mempelajari praktik produksi di PT. Perkebunan Ngobo Kantor


PTPN XI

13 Mempelajari produksi lateks di PT. Perkebunan Ngobo Kantor


PTPN XI

14 Rekap data Minggu II

15 Membantu dan mempelajari manajemen produksi di Ruang Sortasi dan


pabrik bagian sortasi Penyimpanan

16 Membantu dan mempelajari manajemen produksi di Ruang Sortasi dan


pabrik bagian sortasi Penyimpanan

17 Membantu dan mempelajari manajemen produksi di Ruang Sortasi dan


pabrik bagian sortasi Penyimpanan

18 Mempelajari praktik pemeliharan alat produksi di PT. Kantor


Ngobo PTPN XI

19 Mempelajari praktik pemeliharaan produksiPT. Kantor


Perkebunan Ngobo PTPN XI

20 Mempelajari menejemen produksi PT. Perkebunan Kantor


Ngobo PTPN XI

21 Rekap data Minggu III

22 Mempelajari praktik pengembilan produksi di PT. Kantor


Perkebunan Ngobo PTPN XI

23 Mempelajari praktik pengembangan produksidi PT. Kantor


Perkebunan Ngobo PTPN XI

24 Mempelajari praktik pengembangan menejemen Kantor


produksi di PT. Perkebunan Ngobo PTPN XI

25 Mempelajari praktik pengembangan produksi di PT. Kantor


Perkebunan Ngobo PTPN XI

26 Mempelajari praktik pengembangan produksidi PT. Kantor


Perkebunan Ngobo PTPN XI

27 Mempelajari praktik pengembangan produksi di PT. Kantor


Perkebunan Ngobo PTPN XI

28 Rekap data Minggu IV

29 Mempelajari permasalahan dan penanganan masalah di Kantor dan pabrik


bagian produksi

30 Mempelajari permasalahan dan penanganan masalah di Kantor dan pabrik


bagian produksi

14
31 Mempelajari permasalahan dan penanganan masalah di Kantor dan pabrik
bagian produksi

32 Mempelajari permasalahan dan penanganan masalah di Kantor dan pabrik


bagian produksi

33 Mempelajari permasalahan dan penanganan masalah di Kantor dan pabrik


bagian produksi

34 Mempelajari permasalahan dan penanganan masalah di Kantor dan pabrik


bagian produksi

35 Rekap data Minggu V

36 Mempelajari permasalahan dan penanganan masalah di Kantor dan pabrik


bagian produksi

37 Melengkapi data dengan metode wawancara bersama


pimpinan dan beberapa karyawan di PT.Perkebunan
Ngobo PTPN XI

38 Melengkapi data dengan metode wawancara bersama Kantor dan pabrik


pimpinan dan beberapa karyawan di PT.Perkebunan
Ngobo PTPN XI

39 Melengkapi data dengan metode wawancarabersama Kantor dan pabrik


pimpinan dan beberapa karyawan di PT.Perkebunan
Ngobo PTPN XI

40 Melengkapi data dengan metode wawancarabersama Kantor


pimpinan di PT.Perkebunan Ngobo PTPN XI

41 Melengkapi data dengan metode wawancarabersama Pabrik


karyawan di PT.Perkebunan Ngobo PTPN X!

42 Rekap data Minggu VI

43 Melengkapi data dengan metode wawancarabersama Kantor dan Pabrik


pimpinan dan beberapa karyawan di PT.Perkebunan
Ngobo PTPN XI

44 Melengkapi data secara mandiri di PT.Perkebunan Kantor


Ngobo PTPN XI

45 Melengkapi data secara mandiri di PT.Perkebunan Kantor


Ngobo PTPN XI
DAFTAR PUSTAKA

Assauri, Sofjan. 1998. Manajemen Operasi Dan Produksi. Jakarta : LP FE UI

Anonim. 2011. Karet Jadi Tulang Punggung PTPN IX.


https://misteergalih.wordpress.com/tag/majalah-hevea/.

Dessler, Gary. 2007. Manajemen Personalia. Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.

Ernie, Tisnawati Sule dan Kurniawan, Saefullah. 2006. Pengantar Manajemen.


Jakarta: Kencana.

Hasibuan, Malayu. 2006. Manajemen sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi


Aksara.

Hasibuan, Malayu. 2009. Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta:


Bumi Aksara.

Mondy, R.W.. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kesepuluh


(terjemahan). Jakarta: Erlangga.

Nasution, M. N.. 2005. Manajemen Mutu Terpadu. Bogor: Ghalia Indonesia.

Nazaruddin dan F.B. Paimin. 1998. Karet. Jakarta: Penebar Swadaya.

Pambudi, Bambang Setiyo. 2013. Pengantar Manajemen. Madura: Universitas


Trunojoyo Press.

Rachmawati, Ike Kusdyah. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia.


Yogyakarta: Andi.

Simamora, Henry. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: SIE


YKPN.

Spillane, J.J.. 1989. Komoditi Karet, Peranannya Dalam Perekonomian


Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.

Afifuddin,.1989 Menganalisis tanah, menejemen Jawa tegah. Semarang


mamadiah

16

Anda mungkin juga menyukai