OLEH:
NAMA
NO. BP
ASISTEN
:
:
:
CILFYZHA VEMITHASYA
1210212007
SILVIA QURRATUL AINI
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan
Laporan Akhir Praktikum Kesuburan Tanah dan Pemupukan ini.
Kami berterima kasih kepada dosen pengampuh mata kuliah Kesuburan
Tanah dan Pemupukan ini serta tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada
asisten yang telah membimbing kami dalam melaksanakan praktikum.
Kami menyadari bahwa penulisan laporan kali ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu, kami mengharapkan saran dan kritikan dari pembaca guna
menyempurnakan isi dari laporan ini. Akhir kata semoga laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi pembacanya.
Cilfyzha Vemithasya
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................ i
Daftar Isi.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Tujuan..............................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penentuan pH..................................................................................3
2.2 Penentuan Al-dd..............................................................................5
2.3 Penentuan N-total...........................................................................7
2.4 Penentuan C-organik...................................................................... 9
BAB III BAHAN DAN METODA
3.1 Waktu dan Tempat.........................................................................11
3.2 Alat dan Bahan..............................................................................11
3.3 Cara Kerja.....................................................................................12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil..............................................................................................14
4.2 Pembahasan..................................................................................16
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan..................................................................................20
5.2 Saran............................................................................................20
Daftar Pustaka...............................................................................................21
Daftar Lampiran............................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
Tanah ini memiliki unsur hara makro seperti fosfor dan kalium yang sering
kahat dan merupakan sifat-sifat tanah ultisol yang sering menghambat
pertumbuhan tanaman. Walaupun tanah ultisol sering diidentikkan dengan tanah
yang tidak subur, dimana mengandung bahan organik yang rendah, nutrisi rendah
dan pH rendah (kurang dari 5,5) tetapi sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk
lahan pertanian potensial jika dilakukan pengelolaan yang memperhatikan kendala
yang ada.
Oleh karena itu untuk meningkatkan produktivitas tanah ultisol, maka
perlu dilakukan penambahan bahan organik. Pemberian bahan organik dapat
menurunkan bulk density tanah karena membentuk agregat tanah yang lebih baik
dan memantapkan agregat yang telah terbentuk sehingga aerasi, permeabilitas dan
infiltrasi menjadi lebih baik. Akibatnya adalah daya tahan tanah terhadap erosi
akan meningkat.
Untuk meningkatkan produktivitas ultisol, juga dapat dilakukan melalui
pemberian kapur. Pengapuran yang dimaksudkan untuk mempengaruhi sifat fisik
tanah, sifat kimia dan kegiatan jasad renik tanah. Pengapuran pada Ultisol di
daerah beriklim humid basah seperti di Indonesia tidak perlu mencapai pH tanah
6,5 (netral), tetapi sampai pada pH 5,5 sudah dianggap baik sebab yang terpenting
adalah bagaimana meniadakan pengaruh meracun dari aluminium dan penyediaan
hara kalsium bagi pertumbuhan tanaman.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan kemasaman
dan kebasaan suatu larutan tanah, menentukan kemasaman tanah yang
dipengaruhi oleh pH, Al-dd, untuk menentukan kadar perbandingan C dan N
dalam menilai tingkat pelapukan bahan organic.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 pH dan Pengaruh Terhadap Kesuburan Tanah
Kesuburan tanah adalah kondisi suatu tanah yg mampu menyediakan
unsur hara essensial untuk tanaman tanpa efek racun dari hara yang ada. Tanah
yang subur adalah tanah yang mempunyai profil yang dalam (kedalaman yang
sangat dalam) melebihi 150 cm, strukturnya gembur remah, pH 6-6,5, mempunyai
aktivitas jasad renik yang tinggi (maksimum). Kandungan unsur haranya yang
tersedia bagi tanaman adalah cukup dan tidak terdapat pembatas-pembatas tanah
untuk pertumbuhan tanaman (Pairunan, dkk. 1985)
Dalam kimia, pH adalah ukuran tingkat keasaman atau kebasaan suatu
senyawa. Kemasaman tanah merupakan salah satu sifat yang penting sebab
terdapat hubungan pH dengan ketersediaan unsur hara dan juga terdapat hubungan
antara pH dengan proses pembentukan tanah. Reaksi tanah menunjukkan tentang
keadaan atau status kimia tanah. Reaksi atau pH yang ekstrim menunjukkan
keadaan kimia tanah yang dapat mengganggu proses biologik. Kelas pH tanah ada
6 macam, yaitu < 4,5 sangat masam, 4,5-5,5 masam, 5,6-6,5 agak masam, 6,6-7,5
netral, 7,6-8,5 agak alkalis, dan < 8,5 alkalis (Pairunan, dkk. 1985).
Ada tiga alasan utama nilai pH tanah sangat penting untuk diketahui:
1. Menentukan rendah tidaknya ion-ion unsur hara diserap oleh tanaman,
Umumnya unsur hara mudah diserap oleh akar tanaman pada pH
tanah netral 6-7 karena pada pH tersebut sebagian besar unsur hara mudah
larut di dalam air. Unsur-unsur makro seperti N, P, K, Mg, Ca dan S lebih
banyak tersedia di dalam larutan tanah ber pH 6 sampai 7,5. Sementara itu
jumlah unsur mikro yang tersedia pada pH netral cenderung lebih kecil
dibandingkan dengan pH rendah atau tinggi tetapi jumlah tersebut telah
mencukupi kebutuhan tanaman.
2. Derajat keasaman atau pH tanah juga menunjukan keberadaan unsurunsur yang bersifat racun bagi tanaman. Pada tanah asam banyak
gelap dan lambat matang, batang, daun dan urat berwarna ungu, ujung daun
menguning dan mati.
Secara fisiologis dan biokimiawi, keracunan Al menyebabkan:
1. Terganggunya pembelahan sel pada pucuk akar dan akar lateralnya
2. Pengerasan dinding sel akibat terbentuknya jalinan peptin abnormal
3. Berkurangnya replikasi DNA akibat meningkatnya kekerasan helix ganda
DNA
4. Terjadinya penyematan (fiksasi) P dalam tanah menjadi tidak tersedia atau
pada permukaan akar
5. Menurunnya respirasi akar
6. Terganggunya enzim-enzim regulator fosforilasi gula
7. Terjadinya penumpukan polisakarida dinding sel; (8) terganggunya
penyerapan, pengangkutan dan penggunaan beberapa unsur esensial
seperti Ca, Mg, K, P dan Fe (Hanafiah, 2005).
Poerwowidodo (1992), menyatakan bahwa, kandungan Al-dd dapat
ditetapkan dengan menggunakan metode titrasi. Kegiatan titrasi pada tahap
pertama akan mengukur jumlah total asam yang dititrasi dapat digantikan oleh ion
K+, yang setara dengan jumlah H-dd dan Al-dd. Titrasi pada tahap kedua akan
mengukur jumlah ion H yang diganti sehingga jumlah ion Al yang digantikan
dapat dihitung dengan pengurangan. Kandungan H-dd dan Al-dd ini dinyatakan
dalam me terhadap kation per 100 gram tanah kering.
Tanah yang mempunyai sifat yang sangat masam (pH 4,2), dapat
menyebabkan tanah tersebut mempunyai kapasitas tukar kation yang tinggi dan
mempunyai kejenuhan basa rendah dan bereaksi masam (Sanchez, 1976).
senyawa nitrogen dapat berupa nitrogen organik dan anorganik. Nitrogen terdiri
atas amonia (NH3), amonium (NH4+), nitrat (NO3-) dan nitrit (NO2-), jumlah
secara kuantitas dari nitrogen yang terakumulasi oleh tiap mahluk hidup baik
hewan maupun tumbuhan bervariasi 1 sampai 10 persen dari total berat kering
(dryweight). Nitrogen diserap tanaman sebagai NO3- dan NH4+, yang kemudian
dimasukkan ke dalam semua asam amino dan protein. Nitrogen merupakan unsur
hara yang sangat banyak sering membatasi hasil tanaman (Foth, 1994).
Nitrogen dalam tanah berasal dari bahan organik tanah (bahan organik
halus, N tinggi, L/N rendah, dan bahan organik kasar, N rendah rasio l/n tinggi).
Lalu, faktor lainnya yaitu peningkatan mikroorganisme dan N udara. Faktor
lainnya yaitu pupuk dan air hujan. Fungsi unsur N adalah untuk memperbaiki
pertumbuhan vegetatif dan pembentukan protein. Jika tanaman kekurangan N
maka tanaman akan kerdil, pertumbuhan akar terbatas dan daun kuning. Jika
tanaman kelebihan N maka akan menyebabkan tanaman lambat dalam proses
pematangan. Nitrogen dalam tanah dalam berbagai bentuk yaitu protein, senyawasenyawa amino, amonium, dan nitrat (Hardjowigeno, 2003)
Cara utama nitrogen masuk ke dalam tanah adalah akibat kegiatan jasad
renik, baik yang hidup bebas maupun yang bersimbiose dengan tanaman. Dalam
hal yang terakhir nitrogen yang diikat digunakan dalam sintesa amino dan protein
oleh tanaman inang. Jika tanaman atau jasad renik pengikat nitrogen bebas, maka
bakteri pembusuk membebaskan asam amino dari protein, bakteri amonifikasi
membebaskan amonium dari grup amino, yang kemudian dilarutkan dalam larutan
tanah. Amonium diserap tanaman, atau diserap setelah dikonversikan menjadi
nitrat oleh bakteri nitrifikasi (Hakim, dkk., 1986).
Adapun nilai dan kriteria N di dalam tanah yang berdasarkan Standar
Internasional (SI) dapat dilihat pada tabel berikut:
Nilai N-Total
< 0,1
Kriteria N-Total
Sangat rendah
0,1 0,21
Rendah
0,22 0,51
Sedang
0,52 0,75
Tinggi
7
> 0,75
Sangat tinggi
komposisi dan mobilitas kation yang terjerap, warna tanah, keseimbangan panas,
konsistensi, kerapatan partikel, kerapatan isi, sumber hara, pemantap agregat,
karakteristik air, dan aktifitas organisme tanah (Mukhlis, 2007).
Bahan organik berperan penting untuk menciptakan kesuburan tanah.
Peranan bahan organik bagi tanah adalah dalam kaitannya dengan perubahan
sifat-sifat tanah, yaitu sifat fisik, biologis, dan sifat kimia tanah. Bahan organik
merupakan pembentuk granulasi dalam tanah dan sangat penting dalam
pembentukan agregat tanah yang stabil. Melalui penambahan bahan organik,
tanah yang tadinya berat menjadi berstruktur remah yang relatif lebih ringan.
Pergerakan air secara vertikal atau infiltrasi dapat diperbaiki dan tanah dapat
menyerap air lebih cepat sehingga aliran permukaan dan erosi diperkecil.
Demikian pula dengan aerasi tanah yang menjadi lebih baik karena ruang pori
tanah (porositas) bertambah akibat terbentuknya agregat (Mukhlis, 2007).
C-organik merupakan bahan organik yang terkandung di dalam maupun
pada permukaan tanah yang berasal dari senyawa karbon di alam, dan semua jenis
senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan
organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air,
dan bahan organik yang stabil atau humus (Hardjowigeno, 2003).
Kadar C-organik tanah cukup bervariasi, tanah mineral biasanya
mengandung C-organik antara 1 hingga 9%, sedangkan tanah gambut dan lapisan
organik tanah hutan dapat mengandung 40 sampai 50% C-organik dan biasanya <
1% di tanah gurun pasir (Mukhlis, 2007).
Faktor-faktor yang mempengaruhi bahan organik dalam tanah adalah
kedalaman tanah, iklim (curah hujan dan suhu), drainase, tekstur tanah dan
vegetasi. Kadar bahan organik terbanyak ditemukan pada lapisan atas setebal 20
cm,
sehingga
lapisan
tanah
makin
ke
bawah
maka
bahan
organik
bagian terdalam tanah. Semakin dalam lapisan tanah maka semakin sedikit
kandungan bahan organik dalam lapisan tersebut (Hakim, 1986)
Kandungan bahan organik pada masing-masing horizon tanah merupakan
petunjuk besarnya akumulasi bahan organik dalam kedaan lingkungan yang
berbeda. Komponen bahan organik yang penting adalah C dan N, kandungan
bahan organik tanah ditentukan secara tidak langsung dengan cara mengalikan
kadar C dengan suatu faktor. Bila C organik dalam tanah diketahui maka bahan
organik dalam tanah juga dapat diketahui. Kandungan bahan organik dapat
digunakan sebagai salah satu indikator tingkat kesuburan tanah. Oleh karena itu,
maka dilaknakan praktikum penentuan C organik tanah ini. Berikut ini adalah
beberapa kriteria tanah berdasarkan kandungan bahan organik yang yang
terkandung di dalamnya:
No
Sifat Tanah
Kategori Tanah
1.
Sangat Rendah
< 1,00
Tidak Subur
2.
Rendah
1,00-2,00
Kurang Subur
3.
Sedang
2,01-3,00
Subur
4.
Tinggi
3,01-5,00
Subur
5.
Sangat Tinggi
>5,00
Sangat Subur
BAB III
BAHAN DAN METODE
10
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum kali ini adalah tiap hari
Senin, pukul 11.10 wib di Laboratorium kimia tanah, Fakultas Pertanian
Universitas Andalas.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Penetapan pH
Adapun alat yang digunakan adalah tabung film, shaker dan pH meter.
Sedangkan untuk bahan yang digunakan adalah tanah yang sudah diayak,
aquadest 10ml, HCL 10ml.
3.2.2
Penetapan Al-dd
Adapun alat yang digunakan adalah tabung film, botol plastic, Erlenmeyer,
gelas piala, corong, kertas saring, pipet tetes, buret, timbangan analitik dan
shaker. Sedangkan untuk bahannya adalah tanah yang sudah lolos ayak,
aquadest, KCL 1 N, Indikator PP. NaOH 0,1 N, HCL 0,1 N, NaF 4%.
3.2.3
Penetapan N-total
Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah asam sulfat pekat, NaOH
50%, karborandum, indicator Conway, asam borat 4%, H2SO4 0,5N, serbuk
SE dan aquadest serta CuSO4.
3.2.4
Penetapan C-organik
Adapun alat yang digunakan adalah tabung reaksi, shaker, labu ujur dan
spektofotometer. Sedangkan bahan yang digunakan adalah tanah yang sudah
diayak, 10 ml 1N K2Cr2O7, 20 ml H2SO4 96%, 100 ml BaCl2 0,5%,
aquadest.
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Penetapan pH
Ditimbang 10 gr tanah sebanyak 2 sampel. Kemudian, dimasukan kedalam
tabung film. Untuk tabung yang pertama, ditambahkan aquadest 10 ml dan
tabung kedau ditambahkan 10 ml HCl, lalu dikocok selama 15 menit.
Kemudian, didiamkan sebentar dan di ukur dengan menggunakan pH meter.
11
3.3.2
Penetapan Al-dd
Sampel tanah ditimbang 0,5 gram yang sebelumnya telah diayak dengan
ayakan 250 mikron dan dimasukkan kedalam labu kdjal 50 ml. kemudian,
ditambahkan 1,9 g katalisator, campuran terdiri dari serbuk SE, H2SO4 dan
Na2So2 (1:1:9) dan 5 ml asam sulfat pekat. Campuran ini di beri batu didih
dan dipanaskan dengan api kecil selama 15 menit. Kemudian, dibesarkan
sedikit demi sedikit sampai mendidih dan diberhentikan setelah larutan
berwarna jernis sampai keputihan. Setelah dingin, ditambahkan aquadest.
3.3.4
Penetapan C-organik
12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 pH
Indikator
Sampel
B
pH terukur
5,71
Kriteria
Agak Asam
13
H20
C
E
B
C
E
KCl
5,62
5,54
4,28
4,04
4,09
Agak Asam
Masam
Sangat Masam
Sangat Masam
Sangat Masam
4.1.2 Al-dd
Kelompok
1 dan 2
3,4 dan 5
Me Al dd / 100 mg
4,104 /100g
5,472 /100 g
4.1.3 N-total
H2SO4 Terpakai
0,7
0,8
0,2
0,7
0,6
0,3
Sampel
kelompok 1 dan 2
kelompok 3, 4 dan
5
% N Tanah
0,191
0,223
0,031
0,191
0,159
0,063
Kriteria
Rendah
Sedang
Sangat Rendah
Rendah
Rendah
Sangat Rendah
4.1.4 C-organik
No.
1.
2.
3.
Sampel
1
2
3
%c-organik
1,498%
1,18%
1,2%
%B-organik
2,58%
2,03%
2,074%
Kriteria
Kurang Subur
Kurang Subur
Kurang Subur
Lebar Daun
Tinggi Batang
Panjang Daun
pengamatan)
1 (11-11-
(cm)
(cm)
(cm)
0,3
2015)
2 (12-112015)
Banyak Daun
14
3 (13-112015)
4 (14-112015)
5 (15-112015)
6 (16-112015)
7 (17-112015)
8 (18-112015)
9 (19-112015)
10 (20-112015)
0,5
1,3 cm
4 cm
0,7 cm
2,7 cm
8 cm
1,2 cm
3 cm
15 cm
1,4 cm
3,9 cm
19 cm
1,4 cm
4.6 cm
23 cm
1,5 cm
5, 2 cm
26 cm
1,5 cm
6 cm
27,4 cm
1,5 cm
6,1 cm
28.5 cm
4.2 Pembahasan
4.2.1 Penetapan pH
Praktikum kali ini adalah penentapan ph tanah. Adapun tujuan dari
praktikum kali ini adalah untuk menentukan derajat kemasaman dan kebasaan
suatu larutan tanah. Sampel yang digunakan adalah sampel B, C dan E. Untuk
sampel B, C dan E bila indikator yang digunakan adalah KCL, maka kriteria tanah
tersebut adalah sangat masam. Ini terlihat dari pH yang telah diukur dengan ratarata sebesar 4,13. Jika indikator yang digunakan adalah H2O, maka untuk sampel
B yang telah diukur pH nya sebesar 5,71 dengan kriteria tanah agak masam.
Sampel C dengan pH yang terukur sebesar 5,62 dengan kriteria tanah agak
masam. Untuk sampel C, ph yang terukur sebesar 5,54 dengan kriteria tanah
masam.
Dalam penggunaan zat pelarut yang berbeda sebagai pemisah unsur
H+ dengan KCL memisahkan H+ lebih tinggi dibandingkan H20, sehingga
15
16
17
biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik
yang stabil atau humus. Untuk jumlah standar seluruhnya sebesar 75. Untuk
absorbannya, jumlah seluruhnya 0,595. Jika telah dihitung dengan rumus rekresi,
maka didapatkan untuk perlakuan ke 1 dengan %c-organik sebesar 1,4% dengan
%BO sebesar 2,58%. Ini menandakan bahwa kriteria tanah tersebut mempunya
kandungan karbon yang sangat rendah. Untuk perlakuan ke 2, %c-organik nya
sebesar 1,2% dengan %BO nya sebesar 2,03%. Ini menandakan bahwa tanah
tersebut mengandung karbon yang sangat rendah. Untuk perlakuan ke 5 dengan
%c-organik sebesar 1,2% dan %BO nya sebesar 2,074%. Kriterianya pun juga
sangat rendah.
Menurut Hardjowogeno, C-organik merupakan bahan organik yang
terkandung di dalam maupun pada permukaan tanah yang berasal dari senyawa
karbon di alam, dan semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah,
termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan
organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus. Dari hasil
praktikum, bahwa tanah tersebut memiliki kandungan c-organik dan bahan
organic yang rendah. Hal ini bisa disebabkan karena tanah mengalami degradasi,
sehingga kandungan unsur hara dan bahan organik hilang.
Kadar C-organik tanah cukup bervariasi, tanah mineral biasanya
mengandung C-organik antara 1 hingga 9%, sedangkan tanah gambut dan lapisan
organik tanah hutan dapat mengandung 40 sampai 50% C-organik dan biasanya <
1% di tanah gurun pasir
4.2.5 Pertumbuhan Tanaman Jagung
Untuk
pertumbuhan
jagung,
perlakuan
yang
digunakan
adalah
penambahan kapur. Hasilnya, untuk lebar daun berdasarkan grafik yang dibuat,
pertumbuhannya makin lama makin meningkat. Untuk hari pertama, tanaman
belum tumbuh. Tetapi, pada hari kedua sudah terlihat batangnya dengan tinggi 0,3
cm. Pada hari ketiga, lebar daunnya 0,5 cm, tingginya 1,3 cm dengan panjang
daun 4 cm. Dalam satu batang, baru terdapat 1 helai. Pada hari ke 4, lebar
18
daunnya 0,7 cm dengan tinggi 2,7 cm. Panjang daunnya 8 cm dengan banyak
daun 1.
Pada hari ke 5, lebar daunnya 1,2 cm. Tinggi batangnya sebesar 3 cm.
Panjang daunnya 15 cm dengan jumlah daun 2 helai. Pada hari ke 6 dan 7,
mempunyai lebar daun 1,4 cm tetapi dengan tinggi yang berbeda yaitu 3,9 cm dan
4,6cm. Pada hari ke 8 dan 9, mempunyai lebar daun 1,5 cm dengan tinggi masingmasing 5,2 cm dan 6 cm. Panjang daun masing-masing 226 cm dan 27,4 cm. Dan
hari ke 10, lebar daunnya 1,5cm dengan tinggi 6,1 cm. Pertumbuhan dari hari ke
hari semakin meningkat dengan adanya pemberian kapur.
Ini dibuktikan dengan pemberian kapur pada tanah ultisol sangat baik
untuk pertumbuhan tanaman. Karena, tanah ini merupakan tanah yang memiliki
kadar kapur terendah baik secara teoritis.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Tanah sebagai media tumbuh tanaman mempunyai fungsi menyediakan
air, udara dan unsur-unsur hara untuk pertumbuhan tanaman namun demikian
kemampuan tanah menyediakan unsur hara sangat terbatas. Kesuburan tanah
adalah mutu tanah untuk bercocok tanam yang ditentukan oleh interaksi sejumlah
sifat fisika, kimia dan biologi tanah yang menjadi habitat akar-akar aktif tanaman.
Tanah yang memiliki tingkat kemasaman yang rendah, perlu diberi kapur.
19
Pengapuran yang dimaksudkan untuk mempengaruhi sifat fisik tanah, sifat kimia
dan kegiatan jasad renik tanah. Untuk meningkatkan produktivitas tanah tersebut,
juga perlu dilakukan penambahan bahan organik. Pemberian bahan organik dapat
menurunkan bulk density tanah karena membentuk agregat tanah yang lebih baik
dan memantapkan agregat yang telah terbentuk sehingga aerasi, permeabilitas dan
infiltrasi menjadi lebih baik. Akibatnya adalah daya tahan tanah terhadap erosi
akan meningkat.
5.2 Saran
Dalam praktikum, disarankan harus lebih teliti dan lebih diperhatikan lagi
cara kerjanya agar tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan hasil data. Setiap
praktikum, ditambahkan juga dokumentasi kegiatan yang dilakukan selama
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
21
DAFTAR LAMPIRAN
22
Nilai N-Total
< 0,1
Kriteria N-Total
Sangat rendah
0,1 0,21
Rendah
0,22 0,51
Sedang
0,52 0,75
Tinggi
> 0,75
Sangat tinggi
Sifat Tanah
Kategori Tanah
1.
Sangat Rendah
< 1,00
Tidak Subur
2.
Rendah
1,00-2,00
Kurang Subur
3.
Sedang
2,01-3,00
Subur
4.
Tinggi
3,01-5,00
Subur
5.
Sangat Tinggi
>5,00
Sangat Subur
Tabel Kriteria pH
23
Tinggi Tanaman
7
6
5
4
Tinggi Tanaman
3
2
1
0
Lebar Daun
1.6
1.4
1.2
1
0.8
Lebar Daun
0.6
0.4
0.2
0
24
Panjang Daun
30
25
20
15
Panjang Daun
10
5
0
Banyak Daun
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
Banyak Daun
25