JURNAL
OLEH :
L A B O R A T O R I U M F I S I O L O G I T U M B U H A N
F A K U L T A S P E R T A N I A N
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.
Adapun judul dari jurnal ini adalah “Imbibisi Biji”yang merupakan salah satu syarat
Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada Prof.
Ir. J. A. Napitupulu, MSc., Ir. Meiriani,MP.,Ir. Ratna Rosanty Lahay, MP., Ir. Lisa
Mawarni MP., dan Ir. Haryati, MP.,selaku dosen mata kuliah Fisiologi Tumbuhan serta
abang dan kakak asisten yang telah banyak membantu dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh sebab itu
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun dalam
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga jurnal ini bermanfaat bagi
kita semua.
Medan, Maret2016
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Praktikum
Kegunaan Penulisan
TINJAUAN PUSTAKA
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaan
Bahan dan Alat
Prosedur Percobaan
Latar Belakang
Proses perkecambahan biji diawali dengan penyerapan air dari lingkungan sekitarnya,
baik dari tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan yang dapat dilihat adalah
membesarnya ukuran biji.Tahap ini disebut imbibisi, yaitu membesarnya ukuran biji karena
sel-sel embrio membesar dan biji melunak. Terjadinya prosesperkecambahan pada tahap
imbibisi dikarenakan adanya aktivitas enzim ά-amilase. Amilase merupakan enzim kunci
yang memainkan peran penting dalam menghidrolisis cadangan pati dalam biji untuk
lingkungan seperti air,O2, cahaya dan suhu. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan
penyerapan air : (1) permeabilitas kulit /membran biji, (2) konsentrasi air (3) suhu air, (4)
tekanan hidrostatik, (5) permukaan biji yang kontak dengan air, (6) daya intermolekuler, (7)
spesies dan varietas, (8) tingkat kemasukan, (9) komposisi kimia, (10) umur
(Dharama, 2010).
Peristiwa migrasi molekul-molekul air ke suatu zat lain yang berpori cukup besar
dalam zuatu zat disebut imbibisi. Salah satu contoh dari proses imbibisi adalah
perkecambahan suatu biji yang ditandai dengan semakin membesarnya biji dan keluarnya
radikula suatu biji. Imbibisi sebenarnya merupakan proses osmosis melalui dinding sel-sel
kulit maupun protoplas dari biji. Peristiwa imbibisi sebenarnya bukan suatu proses difusi
belaka karena sel-sel biji mempunyai nilai osmosis yang tinggi dan oleh karena itu
mempunyai defisit tekanan osmosis yang besar pula. Jadi molekul air berdifusi dari
pengolahan, maupun penyimpanan biji. Telah diketahui bahwa kadar air memiliki dampak
besar terhadap biji selama perkecambahan. Penyerapan air oleh biji akan mempengaruhi
proses perkecambahan mula-mula air masuk ke dalam biji secara imbibisi dan osmosis,
kemudian terjadi pelunakan kulit biji, pengembangan embrio dan endosperm, dan pada
akhirnya kulit biji pecah dan terjadi pengeluaran radikula (Sasmitamihardja, 1996).
Ada dua kondisi yang diperlukan untuk terjadinya imbibisi adalah adanya gradient
potensial air antara permukaan adsorban dengan senyawa yang diimbibisi dan adanya afinitas
antara komponen adsorban dengan senyawa yang diimbibisi.Imbibisi dipengaruhi oleh dua
factor, yaitu temperature dan potensial osmosis senyawa yang diimbibisi.Temperatur tidak
duanya. Saat biji kacang yang kering direndam dalam air, air akan masuk ke ruang antarsel
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk menentukan daya hisap biji terhadap air
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan penulisan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat
Proses awal perkecambahan adalah proses imbibisi, yaitu masuknya air ke dalam
benih sehingga kadar air di dalam benih itu mencapai persentase tertentu (antara 50 - 60%).
Proses perkecambahan dapat terjadi jika kulit benih permeabel terhadap air dan tersedia
cukup air dengan tekanan osmosis tertentu. Bersamaan dengan proses imbibisi akan terjadi
peningkatan laju respirasi yang akan mengaktifkan enzim-enzim yang terdapat di dalamnya
menghasilkan energi ATP dan unsur hara yang diikuti oleh pembentukan senyawa protein
(anabolisme / sintesis protein) untuk pembentukan sel-sel baru pada embrio. Kedua proses ini
terjadi secara berurutan dan pada tempat yang berbeda (Siregar, 2010).
Imbibisi air merupakan proses awal perkecambahan benih yang diikuti oleh
pernafasan dan pertumbuhan. Proses perkecambahan lebih lajut dijelaskan yaitu setelah benih
menyerap air, terjadi pengaktivan enzim-enzim yang kemudian masuk ke dalam endosperm
dan mencerna zat makanan. Enzim amilase merobak pati menjadi gula seperti glukosa,
fruktosa, atau sukrosa. Enzim lipase merombak lemak menjadi gliserin dan asam lemak,
sedangkan enzim protease merombak protein menjadi asam amino (Ruliyansha, 2011)
Imbibisi merupakan proses masuknya air karena adanya perbedaan konsentrasi, yaitu
dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Imbibisi pada tumbuhan umumnya terjadi pada
proses penyerapan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tumbuhan khususnya air. Bersamaan
dengan proses imbibisi akan terjadi peningkatan laju respirasi yang akan mengaktifkan
makanan (katabolisme) yang akan menghasilkan energi dan unsur hara yang diikuti oleh
pembentukan protein untuk pembentukan sel-sel baru pada embrio. Kedua proses ini terjadi
secara berurutan dan pada tempat yang berbeda. Akibat terjadinya proses imbibisi kulit benih
akan menjadi lunak dan retak-retak. Pembentukan sel-sel baru pada embrio akan diikuti
proses diferensiasi sel-sel sehingga terbentuk plumula yang merupakan bakal batang dan
daun serta radikula yang merupakan bakal akar. Kedua bagian ini akanbertambah besar
Air merupakan salah satu syarat penting bagi berlangsungnya proses perkecambahan
benih. Dua faktor penting yang mempengaruhi penyerapan air oleh benih adalah : sifat dari
benih terutama kulit pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada medium sekitarnya.
Banyaknya air yang diperlukan bervariasi tergantung pada jenis benih. Tingkat pengambilan
air juga dipengaruhi oleh temperatur, temperatur yang tinggi menyebabkan meningkatnya
kebutuhan akan air. Perkecambahan pada umumnya terhambat apabila terlalu banyak air, hal
Pada dasarnya proses imbibisi yang terjadi di dalam biji tumbuhan meliputi dua
proses yang berjalan bersama-sama, yaitu proses difusi dan osmosis. Dikatakan proses difusi
karena air bergerak dari larutan yang lebih rendah konsentrasinya di luar biji, masuk ke
dalam zat di dalam biji yang mempunyai konsentrasi lebih tinggi. Sedang proses osmosis
tidak lain terjadi karena kulit biji bersifat permeabel terhadap molekul-molekul, sehingga air
dapat masuk ke dalam biji melalui pori-pori yang ada di dalam kulit biji (Heddy, 1998).
Imbibisi oleh biji memiliki kemampuan atau batas penyerapan, ketika biji tersebut
mencapai titik jenuh maka air yang masuk tidak lagi bertambah melainkan tetap pada
keadaan semula.Penyerapan air oleh biji dipengaruhi dari berbagai factor. Faktor inilah yang
natinya juga akan mempengaruhi biji untuk mencapai titik jenuh dalam penyerapan
Imbibisi berlangsung jika potensial osmotik larutan di sekitar benih lebih rendah
daripada osmotik di dalam sel-sel benih.Peningkatan konsentrasi zat-zat terlarut di luar benih
dapat memperlambat kecepatan imbibisi benih. Benih dapat mengalami kekeringan fisiologis,
bahkan jika konsentrasi larutan luar sel benih lebih tinggi, maka dapat terjadi pergerakan air
Proses imbibisi air yaitu Air mula-mula diabsorpsi oleh biji kering menyebabkan
kandungan air biji-biji meningkat secara cepat dan merata. Dalam kondisi absorpsi
(penyerapan) permulaan melibatkan imbibisi air oleh koloid dalam biji kering, melunakkan
kulit biji dan menyebabkan hidrasi dalam protoplasma, biji membengkak dan kulit biji pecah.
Imbibisi merupakan proses fisika dan dapat terjadi juga dalam biji mati, dalam memacu
perkecambahan absorpsi air terjadi dalam 3 (tiga) tahap yaitu: - Untuk kenaikan awal kadar
air biji dari 40% sampai dengan 60% ekuivalen dengan 80% hingga 120% bobot keringnya;
- Tahap perlambatan setelah radikel muncul; - Kenaikan selanjutnya sampai 170% - 180%
contoh benih yang berkulit keras yang banyak dijumpaipada family leguminosae mempunyai
kulit impermeable terhadap air; b. Komposisi kimia benih. Umumnya benih yang
mengandung protein tinggi menyerap air lebih cepat sampai tingkat tertentu dibandingkan
dengan benih yang kandungan karbohidratnya tinggi, sebagai contoh kedelai dan jagung.; c.
Ketersediaan air, Ketersediaan air untuk proses perkecambahan bisa dalam bentuk cair atau
uap yang di sekitar benih. Semakin banyak ketersediaan air, makin cepat prosesImbibisi; d.
Luas permukaan benih yang berhubungan dengan air. Pada keadaan factor lain yang
sama, kecepatan penyerapan air oleh benih berbanding lurus dengan luas permukaan benih
yang berhubungan dengan selaput air; e. Suhu.Semakin meningkat suhu (sampai batas
tertentu) maka kecepatan peenyerapana air semakin tinggi.Setiap kenaikan suhu 10oC, maka
penyerapan air meningkat 2 kali dari kecepatan semula; f. Konsentrasi air (difusi
air).Imbibisi air oleh benih akan lebih cepat pada benih yang ditempatkan pada air murni
osmosis, transport aktif, dan imbibisi. Imbibisi merupakan salah satu proses difusi yang
terjadi pada tanaman. Imbibisi merupakan masuknya air pada ruang interseluler dari
konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Pada peristiwa perendaman inilah terjadi proses
imbibisi oleh kulit biji tanaman tersebut. Proses imbibisi juga memiliki kecepatan penyerapan
air yang berbeda-beda untuk setiap jenis biji tanaman. Penambahan volume dalam peristiwa
imbibisi adalah lebih kecil dari pada penjumlahan volume zat mula-mula, dengan zat yang
diimbibisikan apabila dalam keadaan bebas. Banyaknya air yang dihisap selama proses
imbibisi umumnya kecil, cepat dan tidak boleh lebih dari 2-3 kali berat kering dari
pada hari kamis,31 maret 2016 pada pukul 15.00 sampai selesai.
Bahandan Alat
Adapun bahan yang digunakan adalahbiji kacang merah, biji padi masing-masing 10 g
sebagai objek pengamatan, air untuk perendaman bibit , kertas label untuk memberi label
pada sampel.
Adapun alat yang digunakan adalahbotol kocok/gelas beker untuk mengukur jumlah
air yang akan digunakan, timbangan untuk menghitung bobot akhir masing-masing sampel.
Prosedur Percobaan
Selisih Air
Berat Berat Berat Yang
Lama Kadar Air Yang
Awal Akhir Pertambahan Air Diabsorbsi
Perendaman Air Diabsorpsi
Biji Biji Berat Biji (g) Sisa Dgn
(Jam) (%) (ml)
(g) (g) (ml) Pertambahan
Berat Biji
1 10 15,5 5,5 35,4 15 5 10,5
3 10 12 2 16,6 14 6 4
5 10 13,5 3,5 25,9 10 10 6,5
6 10 14,5 4,5 31,03 7 13 6,5
8 10 17 7 41,17 12 8 1
12 10 13,5 3,5 25,4 14 6 2,5
24 10 16 6 37,4 10,5 6 0
48 10 15,5 5,5 35,3 6 12 6,5
Selisih Air
Berat Berat Berat Yang
Lama Kadar Air Yang
Awal Akhir Pertambahan Air Diabsorbsi
Perendaman Air Diabsorpsi
Biji Biji Berat Biji (g) Sisa Dgn
(Jam) (%) (ml)
(g) (g) (ml) Pertambahan
Berat Biji
1 10 17,5 7,5 42,8 10 10 2,5
3 10 20 10 50 10 10 0
5 10 18 8 44,4 10 10 2
6 10 19,5 9,5 48,71 9 11 1,5
8 10 20 10 50 10 10 0
12 10 17,5 7,5 42,8 12 8 0,5
24 10 20,5 10,5 51,21 10,05 9,95 -0,55
48 10 20 10 50 10 10 2
Pembahasan
hidrofilik, seperti protein, pati, selulosa, gelatin, liat dan lainnya yang menyebabkan zat
tersebut dapat mengembang setelah menyerap air. Kemampuan untuk menyerap air misalnya
pada biji biasa disebut dengan potensial imbibisi dan prosesnya disebut dengan imbibisi.
Dalam praktikum ini digunakan biji kacang merah dan padi sebagai bahan karena biji
merupakan cikal bakal pertumbuhan yang membutuhkan air untuk dapat tumbuh. Hal ini
sesuai dengan literature (Pancaningtyas, 2014) yang menyatakan bahwa Imbibisi merupakan
proses masuknya air karena adanya perbedaan konsentrasi, yaitu dari konsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah.
Pada pengamatan ini terjadi peristiwa imbibisi yaitu penyerapan air dimana dalam
praktikum ini menggunakan biji kacang merah (Phaseolus vulgaris) sebagai bahan untuk
menguji terjadinya imbibisi. Awalnya bobot awal kacang merah adalah 10 g, kemudian
penimbangan. Dalam percobaan ini kami mendapatkan penambahan berat biji dari bobot
semula dan yang paling tertinggi terdapat pada lama perendaman yang12 dan 48 jam yaitu
9,5 g dan kadar air mencapai 48,7 %.Tetapi grafik kurvanya tidak linear karena grafiknya
naik turun.Hal ini dikarenakan adanya kesalahan prosedur percobaan pada saat praktikum
peristiwa imbibisi, yang ditandai dengan terjadinya penyerapan air oleh biji dimana pada biji
terdapat suatu membran yang bersifat permeable selektif sehingga air yang berada pada
lingkungan masuk ke sistem atau kedalam biji, dan ini berarti bahwa di dalam proses imbibisi
juga terjadi proses difusi dan osmosis di dalam sel. Hal ini sesuai dengan literature (Jenita,
2007) yang menyatakan bahwa mekanisme proses penyerapan air dapat berlangsung karena
Pada percobaan dengan objek pengamatan padi dapat dilihat kurva terhadap
kemampuan imbibisi biji padi tidak membentuk dengan perendaman 3 jam lebih besar
dibandingkan dengan perendaman 5 jam serta perendaman yang 8 jam lebih besar dari
perendaman yang 12 dan 24 jam, sehingga grafiknya naik turun. Seharusnya semakin lama
waktu perendaman maka semakin berat biji tersebut. Tetapi bobot akhir tertinggi padi dan
kadar air tertinggi terdapat pada lama perendaman yang 48 jam yaitu 8 g dan 44,4 %. Hal ini
disebabkan adanya kesalahan dalam prosedur seperti lama waktu perendaman yang terlalu
cepat atau lambat, berbedanya tempat penyimpanan biji yang direndam air dari perlakuan 1
berimbibisi berbeda pula untuk setiap perlakuan contohnya suhu yang tinggi akan lebih
berhasil mematahkan dormansi dibandingkan suhu rendah. Hal ini sesuai dengan literature
(Suena, 2013) yang menyatakan bahwa faktor-faktor imbibisi yaitu permeabilitas kulit benih,
komposisi kimia benih, suhu, luas permukaan benih yang berhubungan dengan air,
Air dalam proses imbibisi digunakan untuk melunakkan kulit biji dan menyebabkan
pengembangan embrio dan endosperm yang mengakibatkan pecahnya kulit biji. Dinding sel
yang kering hampir tidak permeabel untuk gas, tetapi apabila dinding sel diimbibisi oleh air,
maka gas akan masuk ke dalam sel secara difusi. Apabila dinding sel kulit biji dan embrio
menyerap air, maka suplai oksigen meningkat kepada sel – sel hidup sehingga
memungkinkan lebih aktifnya pernafasan.Hal ini sesuai dengan literature (Salisbury, 1992)
yang menyatakan bahwa air merupakan salah satu syarat penting bagi berlangsungnya proses
perkecambahan benih.
Dari praktikum yang dilakukan dapat diketahui bahwa imbibisi yang terjadi di dalam
biji tumbuhan meliputi dua proses yang berjalan bersama-sama yaitu proses difusi dan
osmosis. Dikatakan proses difusi karena air bergerak dari larutan yang lebih rendah
konsentrasinya di luar biji, masuk ke dalam zat di dalam biji yang mempunyai konsentrasi
lebih tinggi sedangkan proses osmosis tidak lain terjadi karena kulit biji bersifat permeabel
terhadap molekul-molekul, sehingga air dapat masuk ke dalam biji melalui pori-pori yang ada
di dalam kulit biji. Pada Imbibisi tidak ada keterlibatan membran, seperti pada osmosis. Hal
ini sesuai dengan literature (Heddy, 1998) yang menyatakan bahwa Pada dasarnya proses
imbibisi yang terjadi di dalam biji tumbuhan meliputi dua proses yang berjalan bersama-
1. Imbibisi merupakan proses masuknya air karena adanya perbedaan konsentrasi, yaitu
2. Penambahan berat biji kacang merah dari bobot semula dan yang paling tertinggi
terdapat pada lama perendaman yang 12 dan 48 jam yaitu 9,5 g dan kadar air
mencapai 48,7 %
3. Berat bobot akhir dan kadar air tertinggi biji padi terdapat pada lama perendaman
4. Air dalam proses imbibisi digunakan untuk melunakkan kulit biji dan menyebabkan
5. Imbibisi yang terjadi di dalam biji tumbuhan meliputi dua proses yang berjalan
Amaturrrahim, R.A. 2012. Penetunan pH Dan Suhu OptimumUntuk Aktivitas Ekstrak Kasar
Enzim Lipase Dari Kecambah Biji Kelapa Sawit. FMIPA USU. Medan
Ayu, F. 2012. Difusi, Osmosis dan Imbibisi.Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Airlangga. Surabaya
Diana,S. 2010. Peristiwa Imbibisi Pada Biji. Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Jati.
Bandung
Naemah, D. 2012. Teknik Lama Perendaman Terhadap Daya Kecambah Benih Jelutung.
Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat. Banjar Baru
Siregar, K. 2010. Pengaruh Volume Air Prendaman Dan Lama Perendaman Terhadap Benih
Kacang Hijau. FP USU. Medan