Anda di halaman 1dari 18

IMBIBISI BIJI

JURNAL

OLEH :

PRISKA JUNIATI BERUTU


150301053
AGROEKOTEKNOLOGI-1B

L A B O R A T O R I U M F I S I O L O G I T U M B U H A N

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

F A K U L T A S P E R T A N I A N

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2016
KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.

            Adapun judul dari jurnal ini adalah “Imbibisi Biji”yang merupakan salah satu syarat

untuk dapat memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis  tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada Prof.

Ir. J. A. Napitupulu, MSc., Ir. Meiriani,MP.,Ir. Ratna Rosanty Lahay, MP., Ir. Lisa

Mawarni MP., dan Ir. Haryati, MP.,selaku dosen mata kuliah Fisiologi Tumbuhan serta

abang dan kakak asisten yang telah banyak membantu dalam penyelesaian laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh sebab itu

penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun dalam

penyempurnaan jurnal ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga jurnal ini bermanfaat bagi

kita semua.

                                                                                          

 Medan,  Maret2016

                                                                                                    Penulis    


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
          Latar Belakang
          Tujuan Praktikum
          Kegunaan Penulisan
TINJAUAN PUSTAKA
BAHAN DAN METODE
         Tempat dan Waktu Percobaan
         Bahan dan Alat
         Prosedur Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN


         Hasil
         Pembahasan
KESIMPULAN DAN SARAN
        Kesimpulan
        Saran
DAFTAR  PUSTAKA
LAMPIRAN
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Proses perkecambahan biji diawali dengan penyerapan air dari lingkungan sekitarnya,

baik dari tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan yang dapat dilihat adalah

membesarnya ukuran biji.Tahap ini disebut imbibisi, yaitu membesarnya ukuran biji karena

sel-sel embrio membesar dan biji melunak. Terjadinya prosesperkecambahan pada tahap

imbibisi dikarenakan adanya aktivitas enzim ά-amilase. Amilase merupakan enzim kunci

yang memainkan peran penting dalam menghidrolisis cadangan pati dalam biji untuk

memasok gula pada embrio yang sedang berkembang (Sumartini, 2014).

Proses-proses perkecambahan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan faktor-faktor

lingkungan seperti air,O2, cahaya dan suhu.  Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan

penyerapan air : (1) permeabilitas kulit /membran biji, (2) konsentrasi air (3) suhu air, (4)

tekanan hidrostatik, (5) permukaan biji yang kontak dengan air, (6) daya intermolekuler, (7)

spesies dan varietas, (8) tingkat kemasukan, (9) komposisi kimia, (10) umur

(Dharama, 2010).

Peristiwa migrasi molekul-molekul air ke suatu zat lain yang berpori cukup besar

untuk melewatkan molekul-molekul air kemudian molekul-molekul air tersebut menetap di

dalam zuatu zat disebut imbibisi. Salah satu contoh dari proses imbibisi adalah

perkecambahan suatu biji yang ditandai dengan semakin membesarnya biji dan keluarnya

radikula suatu biji. Imbibisi sebenarnya merupakan proses osmosis melalui dinding sel-sel

kulit maupun protoplas dari biji. Peristiwa imbibisi sebenarnya bukan suatu proses difusi

belaka karena sel-sel biji mempunyai nilai osmosis yang tinggi dan oleh karena itu

mempunyai defisit tekanan osmosis yang besar pula. Jadi molekul air berdifusi dari

konsentrasi rendah ke konsentrasi yang tinggi (Ayu, 2012).


Kadar air biji merupakan salah satu komponen yang harus diketahui baik untuk tujuan

pengolahan, maupun penyimpanan biji. Telah diketahui bahwa kadar air memiliki dampak

besar terhadap biji selama perkecambahan. Penyerapan air oleh biji akan mempengaruhi

proses perkecambahan mula-mula air masuk ke dalam biji secara imbibisi dan osmosis,

kemudian terjadi pelunakan kulit biji, pengembangan embrio dan endosperm, dan pada

akhirnya kulit biji pecah dan terjadi pengeluaran radikula (Sasmitamihardja, 1996).

Ada dua kondisi yang diperlukan untuk terjadinya imbibisi adalah adanya gradient

potensial air antara permukaan adsorban dengan senyawa yang diimbibisi dan adanya afinitas

antara komponen adsorban dengan senyawa yang diimbibisi.Imbibisi dipengaruhi oleh dua

factor, yaitu temperature dan potensial osmosis senyawa yang diimbibisi.Temperatur tidak

mempengaruhi kecapatan imbibisi, sedangkan potensial osmosis dapat mempengaruhi kedua-

duanya. Saat biji kacang yang kering direndam dalam air, air akan masuk ke ruang antarsel

penyusun endosperm secara osmosis. Peristiwa tersebut termasuk peristiwa

imbibisi (Diana, 2010).

Tujuan Praktikum

Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk menentukan daya hisap biji terhadap air

dan membandingkan daya hisap air beberapa biji tanaman

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat

memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Program Studi

Agroekoteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara


TINJAUAN PUSTAKA

Proses awal perkecambahan adalah proses imbibisi, yaitu masuknya air ke dalam

benih sehingga kadar air di dalam benih itu mencapai persentase tertentu (antara 50 - 60%).

Proses perkecambahan dapat terjadi jika kulit benih permeabel terhadap air dan tersedia

cukup air dengan tekanan osmosis tertentu. Bersamaan dengan proses imbibisi akan terjadi

peningkatan laju respirasi yang akan mengaktifkan enzim-enzim yang terdapat di dalamnya

sehingga terjadi proses perombakan cadangan makanan (katabolisme) yang akan

menghasilkan energi ATP dan unsur hara yang diikuti oleh pembentukan senyawa protein

(anabolisme / sintesis protein) untuk pembentukan sel-sel baru pada embrio. Kedua proses ini

terjadi secara berurutan dan pada tempat yang berbeda (Siregar, 2010).

Imbibisi air merupakan proses awal perkecambahan benih yang diikuti oleh

serangkaian proses lainnya seperti pencernaan, pengangkutan zat makanan, asimilasi,

pernafasan dan pertumbuhan. Proses perkecambahan lebih lajut dijelaskan yaitu setelah benih

menyerap air, terjadi pengaktivan enzim-enzim yang kemudian masuk ke dalam endosperm

dan mencerna zat makanan. Enzim amilase merobak pati menjadi gula seperti glukosa,

fruktosa, atau sukrosa. Enzim lipase merombak lemak menjadi gliserin dan asam lemak,

sedangkan enzim protease merombak protein menjadi asam amino (Ruliyansha, 2011)

Imbibisi merupakan proses masuknya air karena adanya perbedaan konsentrasi, yaitu

dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Imbibisi pada tumbuhan umumnya terjadi pada

proses penyerapan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tumbuhan khususnya air. Bersamaan

dengan proses imbibisi akan terjadi peningkatan laju respirasi yang akan mengaktifkan

enzim-enzim yang terdapat di dalamnya sehingga terjadi proses perombakan cadangan

makanan (katabolisme) yang akan menghasilkan energi dan unsur hara yang diikuti oleh

pembentukan protein untuk pembentukan sel-sel baru pada embrio. Kedua proses ini terjadi

secara berurutan dan pada tempat yang berbeda. Akibat terjadinya proses imbibisi kulit benih
akan menjadi lunak dan retak-retak. Pembentukan sel-sel baru pada embrio akan diikuti

proses diferensiasi sel-sel sehingga terbentuk plumula yang merupakan bakal batang dan

daun serta radikula yang merupakan bakal akar. Kedua bagian ini akanbertambah besar

sehingga akhirnya benih akan berkecambah (emergence) (Pancaningtyas, 2014).

Air merupakan salah satu syarat penting bagi berlangsungnya proses perkecambahan

benih. Dua faktor penting yang mempengaruhi penyerapan air oleh benih adalah : sifat dari

benih terutama kulit pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada medium sekitarnya.

Banyaknya air yang diperlukan bervariasi tergantung pada jenis benih. Tingkat pengambilan

air juga dipengaruhi oleh temperatur, temperatur yang tinggi menyebabkan meningkatnya

kebutuhan akan air. Perkecambahan pada umumnya terhambat apabila terlalu banyak air, hal

ini disebabkan karena keterbatasan oksigen yang tersedia (Salisbury, 1992).

Pada dasarnya proses imbibisi yang terjadi di dalam biji tumbuhan meliputi dua

proses yang berjalan bersama-sama, yaitu proses difusi dan osmosis. Dikatakan proses difusi

karena air bergerak dari larutan yang lebih rendah konsentrasinya di luar biji, masuk ke

dalam zat di dalam biji yang mempunyai konsentrasi lebih tinggi. Sedang proses osmosis

tidak lain terjadi karena kulit biji bersifat permeabel terhadap molekul-molekul, sehingga air

dapat masuk ke dalam biji melalui pori-pori yang ada di dalam kulit biji (Heddy, 1998).

Imbibisi oleh biji memiliki kemampuan atau batas penyerapan, ketika biji tersebut

mencapai titik jenuh maka air yang masuk tidak lagi bertambah melainkan tetap pada

keadaan semula.Penyerapan air oleh biji dipengaruhi dari berbagai factor. Faktor inilah yang

natinya juga akan mempengaruhi biji untuk mencapai titik jenuh dalam penyerapan

air (Resky, 2011).

Imbibisi berlangsung jika potensial osmotik larutan di sekitar benih lebih rendah

daripada osmotik di dalam sel-sel benih.Peningkatan konsentrasi zat-zat terlarut di luar benih

dapat memperlambat kecepatan imbibisi benih. Benih dapat mengalami kekeringan fisiologis,
bahkan jika konsentrasi larutan luar sel benih lebih tinggi, maka dapat terjadi pergerakan air

dalam benih mengalami plasmolysis (Amaturrahim, 2012).

Proses imbibisi air yaitu Air mula-mula diabsorpsi oleh biji kering menyebabkan

kandungan air biji-biji meningkat secara cepat dan merata. Dalam kondisi absorpsi

(penyerapan) permulaan melibatkan imbibisi air oleh koloid dalam biji kering, melunakkan

kulit biji dan menyebabkan hidrasi dalam protoplasma, biji membengkak dan kulit biji pecah.

Imbibisi merupakan proses fisika dan dapat terjadi juga dalam biji mati, dalam memacu

perkecambahan absorpsi air terjadi dalam 3 (tiga) tahap yaitu: - Untuk kenaikan awal kadar

air biji dari 40% sampai dengan 60% ekuivalen dengan 80% hingga 120% bobot keringnya;

- Tahap perlambatan setelah radikel muncul; - Kenaikan selanjutnya sampai 170% - 180%

dari bobot keringnya, pada saat bibit tumbuh (Naemah,2012).

Imbibisi dipengaruhi oleh beberapa factor: a. Permeabilitas kulit benih. Sebagai

contoh benih yang berkulit keras yang banyak dijumpaipada family leguminosae mempunyai

kulit impermeable terhadap air; b. Komposisi kimia benih. Umumnya benih yang

mengandung protein tinggi menyerap air lebih cepat sampai tingkat tertentu dibandingkan

dengan benih yang kandungan karbohidratnya tinggi, sebagai contoh kedelai dan jagung.; c.

Ketersediaan air, Ketersediaan air untuk proses perkecambahan bisa dalam bentuk cair atau

uap yang di sekitar benih. Semakin banyak ketersediaan air, makin cepat prosesImbibisi; d.

Luas permukaan benih yang berhubungan dengan air. Pada keadaan factor lain yang

sama, kecepatan penyerapan air oleh benih berbanding lurus dengan luas permukaan benih

yang berhubungan dengan selaput air; e. Suhu.Semakin meningkat suhu (sampai batas

tertentu) maka kecepatan peenyerapana air semakin tinggi.Setiap kenaikan suhu 10oC, maka

penyerapan air meningkat 2 kali dari kecepatan semula; f. Konsentrasi air (difusi

air).Imbibisi air oleh benih akan lebih cepat pada benih yang ditempatkan pada air murni

daripada di dalam suatu larutan (Suena, 2013).


Mekanisme proses penyerapan air dapat berlangsung karena adanya proses, difusi,

osmosis, transport aktif, dan imbibisi. Imbibisi merupakan salah satu proses difusi yang

terjadi pada tanaman. Imbibisi merupakan masuknya air pada ruang interseluler dari

konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Pada peristiwa perendaman inilah terjadi proses

imbibisi oleh kulit biji tanaman tersebut. Proses imbibisi juga memiliki kecepatan penyerapan

air yang berbeda-beda untuk setiap jenis biji tanaman. Penambahan volume dalam peristiwa

imbibisi adalah lebih kecil dari pada penjumlahan volume zat mula-mula, dengan zat yang

diimbibisikan apabila dalam keadaan bebas. Banyaknya air yang dihisap selama proses

imbibisi umumnya kecil, cepat dan tidak boleh lebih dari 2-3 kali berat kering dari

biji (Jenita, 2007).


BAHAN DAN METODE

Tempat dan waktu praktikum

Praktikum ini dilaksanakan diLaboratorium Fisiologi Tumbuhan Program Studi

Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada ketinggian ± 25 mdpl,

pada hari kamis,31 maret 2016 pada pukul 15.00 sampai selesai.

Bahandan Alat
Adapun bahan yang digunakan adalahbiji kacang merah, biji padi masing-masing 10 g
sebagai objek pengamatan, air untuk perendaman bibit , kertas label untuk memberi label
pada sampel.
Adapun alat yang digunakan adalahbotol kocok/gelas beker untuk mengukur jumlah

air yang akan digunakan, timbangan untuk menghitung bobot akhir masing-masing sampel.

Prosedur Percobaan

1. Siapkan botol kocok/gelas beker.


2. Timbang biji kacang merah dan padi masing-masing 10 gram.
3. Masukkan kedalam gelas beker/botol kocok dan masing-masing biji direndam dengan
20 g (20 ml ) airselama 1, 3, 5, 6, 8, 12, 24, 48 jam.
4. Timbang berat biji yang telah direndam sesuai perlakuan dan sisa air.
5. Hitung Persentase kadar air dengan rumus :
= Berat akhir – Berat awal x 100 %
Berat akhir
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil

DATA IMBIBISI BIJI


Komoditi : Padi (Oryza sativa L.)

Selisih Air
Berat Berat Berat Yang
Lama Kadar Air Yang
Awal Akhir Pertambahan Air Diabsorbsi
Perendaman Air Diabsorpsi
Biji Biji Berat Biji (g) Sisa Dgn
(Jam) (%) (ml)
(g) (g) (ml) Pertambahan
Berat Biji
1 10 15,5 5,5 35,4 15 5 10,5
3 10 12 2 16,6 14 6 4
5 10 13,5 3,5 25,9 10 10 6,5
6 10 14,5 4,5 31,03 7 13 6,5
8 10 17 7 41,17 12 8 1
12 10 13,5 3,5 25,4 14 6 2,5
24 10 16 6 37,4 10,5 6 0
48 10 15,5 5,5 35,3 6 12 6,5

Komoditi : Kacang Merah ( Vigna angularis)

Selisih Air
Berat Berat Berat Yang
Lama Kadar Air Yang
Awal Akhir Pertambahan Air Diabsorbsi
Perendaman Air Diabsorpsi
Biji Biji Berat Biji (g) Sisa Dgn
(Jam) (%) (ml)
(g) (g) (ml) Pertambahan
Berat Biji
1 10 17,5 7,5 42,8 10 10 2,5
3 10 20 10 50 10 10 0
5 10 18 8 44,4 10 10 2
6 10 19,5 9,5 48,71 9 11 1,5
8 10 20 10 50 10 10 0
12 10 17,5 7,5 42,8 12 8 0,5
24 10 20,5 10,5 51,21 10,05 9,95 -0,55
48 10 20 10 50 10 10 2

Pembahasan

Imbibisi adalah peristiwa penyerapan air oleh permukaan zat-zat yang

hidrofilik, seperti protein, pati, selulosa, gelatin, liat dan lainnya yang menyebabkan zat

tersebut dapat mengembang setelah menyerap air. Kemampuan untuk menyerap air misalnya

pada biji biasa disebut dengan potensial imbibisi dan prosesnya disebut dengan imbibisi.
Dalam praktikum ini digunakan biji kacang merah dan padi sebagai bahan karena biji

merupakan cikal bakal pertumbuhan yang membutuhkan air untuk dapat tumbuh. Hal ini

sesuai dengan literature (Pancaningtyas, 2014) yang menyatakan bahwa Imbibisi merupakan

proses masuknya air karena adanya perbedaan konsentrasi, yaitu dari konsentrasi tinggi ke

konsentrasi rendah.

Pada pengamatan ini terjadi peristiwa imbibisi yaitu penyerapan air dimana dalam

praktikum ini menggunakan biji kacang merah (Phaseolus vulgaris)  sebagai bahan untuk

menguji terjadinya imbibisi. Awalnya bobot awal kacang merah adalah 10 g, kemudian

dilakukan perendaman dengam lama perendaman 1,3,5,6,8,12,24,48 jamkemudian dilakukan

penimbangan. Dalam percobaan ini kami mendapatkan penambahan berat biji dari bobot

semula dan yang paling tertinggi terdapat pada lama perendaman yang12 dan 48 jam yaitu

9,5 g dan kadar air mencapai 48,7 %.Tetapi grafik kurvanya tidak linear karena grafiknya

naik turun.Hal ini dikarenakan adanya kesalahan prosedur percobaan pada saat praktikum

yang dapat mempengaruhi pembuatan data.Dari pengamatan ini membuktikan terjadinya

peristiwa imbibisi, yang ditandai dengan terjadinya penyerapan air oleh biji dimana pada biji

terdapat suatu membran yang bersifat permeable selektif sehingga air yang berada pada

lingkungan masuk ke sistem atau kedalam biji, dan ini berarti bahwa di dalam proses imbibisi

juga terjadi proses difusi dan osmosis di dalam sel. Hal ini sesuai dengan literature (Jenita,

2007) yang menyatakan bahwa mekanisme proses penyerapan air dapat berlangsung karena

adanya proses, difusi, osmosis, transport aktif, dan imbibisi.

Pada percobaan dengan objek pengamatan padi dapat dilihat kurva terhadap

kemampuan imbibisi biji padi tidak membentuk dengan perendaman 3 jam lebih besar

dibandingkan dengan perendaman 5 jam serta perendaman yang 8 jam lebih besar dari

perendaman yang 12 dan 24 jam, sehingga grafiknya naik turun. Seharusnya semakin lama

waktu perendaman maka semakin berat biji tersebut. Tetapi bobot akhir tertinggi padi dan
kadar air tertinggi terdapat pada lama perendaman yang 48 jam yaitu 8 g dan 44,4 %. Hal ini

disebabkan adanya kesalahan dalam prosedur seperti lama waktu perendaman yang terlalu

cepat atau lambat, berbedanya tempat penyimpanan biji yang direndam air dari perlakuan 1

dengan perlakuan lainnya, sehingga lingkungan yang mempengaruhi kemampuan biji

berimbibisi berbeda pula untuk setiap perlakuan contohnya suhu yang tinggi akan lebih

berhasil mematahkan dormansi dibandingkan suhu rendah. Hal ini sesuai dengan literature

(Suena, 2013) yang menyatakan bahwa faktor-faktor imbibisi yaitu permeabilitas kulit benih,

komposisi kimia benih, suhu, luas permukaan benih yang berhubungan dengan air,

ketersediaan air, dankosentrasi air.

Air dalam proses imbibisi digunakan untuk melunakkan kulit biji dan menyebabkan

pengembangan embrio dan endosperm yang mengakibatkan pecahnya kulit biji. Dinding sel

yang kering hampir tidak permeabel untuk gas, tetapi apabila dinding sel diimbibisi oleh air,

maka gas akan masuk ke dalam sel secara difusi. Apabila dinding sel kulit biji dan embrio

menyerap air, maka suplai oksigen meningkat kepada sel – sel hidup sehingga

memungkinkan lebih aktifnya pernafasan.Hal ini sesuai dengan literature (Salisbury, 1992)

yang menyatakan bahwa air merupakan salah satu syarat penting bagi berlangsungnya proses

perkecambahan benih.

Dari praktikum yang dilakukan dapat diketahui bahwa imbibisi yang terjadi di dalam

biji tumbuhan meliputi dua proses yang berjalan bersama-sama yaitu proses difusi dan

osmosis. Dikatakan proses difusi karena air bergerak dari larutan yang lebih rendah

konsentrasinya di luar biji, masuk ke dalam zat di dalam biji yang mempunyai konsentrasi

lebih tinggi sedangkan proses osmosis tidak lain terjadi karena kulit biji bersifat permeabel

terhadap molekul-molekul, sehingga air dapat masuk ke dalam biji melalui pori-pori yang ada

di dalam kulit biji. Pada Imbibisi tidak ada keterlibatan membran, seperti pada osmosis. Hal

ini sesuai dengan literature (Heddy, 1998) yang menyatakan bahwa Pada dasarnya proses
imbibisi yang terjadi di dalam biji tumbuhan meliputi dua proses yang berjalan bersama-

sama, yaitu proses difusi dan osmosis.


KESIMPULAN

1. Imbibisi merupakan proses masuknya air karena adanya perbedaan konsentrasi, yaitu

dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah.

2. Penambahan berat biji kacang merah dari bobot semula dan yang paling tertinggi

terdapat pada lama perendaman yang 12 dan 48 jam yaitu 9,5 g dan kadar air

mencapai 48,7 %

3. Berat bobot akhir dan kadar air tertinggi biji padi terdapat pada lama perendaman

yang 48 jam yaitu 8 g dan 44,4 %.

4. Air dalam proses imbibisi digunakan untuk melunakkan kulit biji dan menyebabkan

pengembangan embrio dan endosperm yang mengakibatkan pecahnya kulit biji

5. Imbibisi yang terjadi di dalam biji tumbuhan meliputi dua proses yang berjalan

bersama-sama yaitu proses difusi dan osmosis


DAFTAR PUSTAKA

Amaturrrahim, R.A. 2012. Penetunan pH Dan Suhu OptimumUntuk Aktivitas Ekstrak Kasar
Enzim Lipase Dari Kecambah Biji Kelapa Sawit. FMIPA USU. Medan

Ayu, F. 2012. Difusi, Osmosis dan Imbibisi.Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Airlangga. Surabaya

Dharama,I. 2010. Imbibisi. Fakultas Pertanian Universitas Tadulako. Bali

Diana,S. 2010. Peristiwa Imbibisi Pada Biji. Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Jati.
Bandung

Heddy, S. 1998. Biologi Pertanian. Rajawali Press. Jakarta

Jenita.2007. Pengaruh Lama Perendaman Air Terhadap Perkecambahan Benih Kemiri. FP


USU. Medan

Naemah, D. 2012. Teknik Lama Perendaman Terhadap Daya Kecambah Benih Jelutung.
Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat. Banjar Baru

Pancaningtyas, S. 2014. Studi Perkecambahan Benih Kakao Melalui Prendaman. Pusat


Penelitian Kopi Dan Kakao Indonesia. Jember

Resky, Andi. 2011. Laporan Praktikum Imbibisi. FMIPA UPI. Bandung

Ruliyansha, A. 2011. Peningkatan Performansi Benih Kacangan Dengan Perlakuan


Invigorasi. Universitas Tanjungpra. Pontianak

Salisbury, K. B. and H. W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. ITB. Bandung.

Sasmitamihardja, D; Arbayati, S. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB.

Siregar, K. 2010. Pengaruh Volume Air Prendaman Dan Lama Perendaman Terhadap Benih
Kacang Hijau. FP USU. Medan

Suena, W. 2013. Modul Teknologi Benih. Fakultas Pertanian UNIBRAW. Malang

Sumartini, S. 2014. Pengaruh Perendaman Terhadap Viabilitas Benih Tembakau. Balai


Penelitian Tanaman Manis dan Serat. Malang

Anda mungkin juga menyukai