Anda di halaman 1dari 12

BULETIN PALAWIJA NO.

29, 2015

KULTUR TEKNIS SEBAGAI DASAR PENGENDALIAN HAMA KUTU


KEBUL Bemisia tabaci Genn. PADA TANAMAN KEDELAI

Alfi Inayati dan Marwoto 1)

ABSTRAK chemical control is ineffective to control the white-


fly. Thus integrated Pest Management (IPM) sug-
Kultur Teknis Sebagai Dasar Pengendalian gested to be one of strategy to control the whitefly.
Hama Kutu Kebul Bemisia tabaci Genn. pada One of principle on IPM strategy to control whitefly
Tanaman Kedelai. Salah satu gangguan dalam is management of healthy plant. The healthy plant
meningkatkan produksi kedelai adalah serangan has the ability to counter the pest attack. The cul-
hama kutu kebul Bemisia tabaci Gennadius. Kehi- ture practice control is a preventive which is done
langan hasil akibat serangan hama kutu kebul ini prior to pest attack. The purpose of the preventive
dapat mencapai 80%, bahkan pada serangan berat action is to suppress the pest population under the
dapat menyebabkan puso (gagal panen). Sebagian economic threshold. Culture practices that may rec-
besar pengendalian hama kutu kebul pada tanaman ommended to control whitefly on soybean are: (a)
kedelai di tingkat petani sampai kini masih meng- early planting, (b) planting tolerant varieties, (c)
andalkan insektisida, namun demikian masih sering planting maize as a crop barrier, (d) the use of sprin-
gagal karena tidak atau kurang efektif. Pengenda- kler irrigation, (e) crop rotation, and (f) sanitation.
lian hama kutu kebul dapat dilakukan dengan To increase the effectiveness and efficiency of the
penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT). cultural control it is necessary to combine the cul-
Prinsip operasional yang digunakan dalam pelaksa- tural practices control techniques with other pest
naan PHT salah satunya adalah: Budidaya tanaman control in which is appropriate to the IPM principles.
sehat. Tanaman yang sehat mempunyai ketahanan
ekologi yang tinggi terhadap gangguan hama. Pe- Key words: the whitefly Bemisia tabbaci, IPM, cul-
ngendalian kultur teknis merupakan tindakan ture practice
preventif, dilakukan sebelum serangan hama terjadi
dengan sasaran agar populasi tidak meningkat sam- PENDAHULUAN
pai melebihi ambang kendalinya. Pengendalian
hama kutu kebul secara kultur teknis dapat dilaku- Salah satu ancaman dalam meningkatkan
kan dengan cara: (a) penanaman kedelai lebih awal, produksi kedelai adalah adanya serangan hama.
(b) penanaman varietas toleran, (c) penanaman Di Indonesia telah diidentifikasi 266 jenis
tanaman penghalang, misalnya jagung di antara serangga yang berasosiasi dengan tanaman
kedelai, (d) sistem pengairan yang teratur misalnya kedelai yang terdiri dari 111 jenis serangga hama,
pengairan curah (springkler), (e) pergiliran tanaman 53 jenis serangga yang berstatus kurang penting,
bukan inang, dan (f) sanitasi. Untuk meningkatkan
61 jenis serangga predator dan 41 jenis serangga
efektivitas dan efisiensi pengendalian secara ber-
cocok tanam perlu dipadukan dengan teknik-teknik parasit (Okada et al. 1988). Di antara 111 jenis
pengendalian hama lainnya sesuai dengan prinsip- serangga hama tersebut, tercatat 50 jenis hama
prinsip PHT. perusak daun, namun yang berstatus hama
penting hanya 9 jenis dan termasuk di antara-
Kata kunci: kutu kebul, Bemisia tabaci, PHT,
nya kutu kebul (Bemisia tabaci Genn.). Kutu
kultur teknis
kebul menjadi salah satu hama yang penting,
karena disamping sebagai perusak daun juga
ABSTRACT
sebagai serangga hama pembawa virus. Kehi-
Culture Practices: The Whitefly (Bemisia langan hasil akibat serangan kutu kebul dapat
tabaci Genn.) Control Technique on Soybean. mencapai 80%, bahkan pada kerusakan berat
One of the constrain on soybean production is white- menyebabkan puso. Usaha pengendalian yang
fly, B. tabaci Genn, infestation. The severe damage
dilakukan terhadap serangan B. tabaci masih
cause 80 % yield loss. The use of insecticides is the
bertumpu pada aplikasi pestisida. Banyak insek-
common methods to control whitefly, however this
tisida telah digunakan untuk mengendalikan
1) B. tabaci seperti Acetamiprid (Zabel et al. 2001,
Balai Tanaman Aneka Kacang dan Umbi; Jl. Raya
Kendalpayak km 8, Kotak Pos 66, Malang 65101; Luo et al. 2010), Buprofezin, Diafenthiuron
email: alfiinayati2@gmail.com (Gerling dan Naranjo 1998) dan Carbosulfan
2) Naskah diterima tanggal 28 Februari 2015; (Manzano et al. 2003) namun pengendalian
disetujui untuk diterbitkan tanggal 3 April 2015. dengan insektisida-insektisida tersebut belum
memberikan hasil yang memuaskan demikian
Diterbitkan di Buletin Palawija No. 29: 14–25 (2015).

14
INAYATI DAN MARWOTO: KULTUR TEKNIS, DASAR PENGENDALIAN HAMA KUTU KEBUL PADA KEDELAI

pula halnya insektisida berbahan aktif imida- Review ini diharapkan dapat menjadi tambahan
cloprid, thiamethoxam, pyriproxyfen, buprofezin, informasi bagi para stakeholder PHT termasuk
pyridaben dan pymetrozin dilaporkan juga tidak petani, penyuluh, mahasiswa, atau pihak-pihak
mampu mengendalikan hama kutu kebul bah- terkait tentang pengendalian hama kutu kebul
kan insektisida-insektisida tersebut dilaporkan utamanya pengendalian kutu kebul melalui
telah menimbulkan resistensi pada hama ini pendekatan kultur teknis.
(Palumbo et al. (2001), Fernandez et al. (2009),
Luo et al. (2010). HAMA KUTU KEBUL PADA
Gagasan mengurangi dan membatasi peng- TANAMAN KEDELAI
gunaan pestisida kimia untuk mengendalikan
hama agar mengurangi dampak samping yang a. Bio-ekologi kutu kebul
merugikan telah lama di bahas oleh pakar-pakar Kutu kebul termasuk dalam ordo Homoptera,
dunia demikian pula di Indonesia. Pengendalian famili Aleyrodidae, genus Bemisia, dan spesies
hama secara terpadu merupakan salah satu upaya tabaci. Imago atau serangga dewasa berukuran
yang dilakukan untuk mengendalikan hama kutu antara 1–1,5 mm, berwarna putih, dan sayapnya
kebul. Konsep pengendalian hama secara terpadu jernih ditutupi lapisan lilin yang bertepung. Telur
(Integrated Pest Control) pertama dikemukakan kutu kebul berbentuk lonjong, berwarna kuning
oleh Stern et al. (1959) yaitu membuat kombinasi terang, berukuran panjang antara 0,2–0,3 mm.
rasional antara penggunaan pestisida kimia, Nimfa terdiri atas tiga instar, yaitu instar ke-
biologi, dan cara pengendalian lainnya untuk 1 berbentuk bulat telur dan pipih, berwarna
mengendalikan populasi hama. Empat elemen kuning kehijauan, dan bertungkai yang berfungsi
dasar dalam IPM yang dikemukakan Stern et untuk merangkak. Nimfa instar ke 2 dan ke 3
al. (1959) yaitu penentuan ambang kendali untuk tidak bertungkai, dan selama masa pertum-
menentukan saat perlunya dilakukan tindakan buhannya hanya melekat pada daun (Mound dan
pengendalian, sampling untuk menentukan titik Halsey (1978).
kritis tanaman atau stadium pertumbuhan hama,
Kutu kebul juga merupakan serangga poli-
pemahaman tentang kapasitas pengendalian
pagus dengan sebaran geografis yang sangat luas
secara alami yang ada, dan penggunaan insek-
mulai dari Asia, Eropa, dan Amerika Utara (Hills
tisida yang selektif jenis dan cara aplikasinya.
1987; Naranjo 2009; Cuthbertson 2013). Sampai
Konsep yang sama di Indonesia dikenal sebagai
tahun 2008, Simmons et al. menyebutkan kutu
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) (Oka 2005)
kebul mempunyai lebih dari 500 jenis tanaman
dengan sasaran mengurangi penggunaan pesti-
inang, dan jumlah ini diperkirakan akan terus
sida yang dipadukan dengan komponen pengen-
bertambah. Luasnya daerah sebaran dan ragam-
dalian lainnya. Dalam UU No 12 Tahun 1992
nya jenis tanaman inang ini menyebabkan kutu
tentang Sistem Budidaya Tanaman, PHT mem-
kebul dapat eksis sepanjang tahun sehingga tin-
peroleh dukungan yang kuat. Strategi pengen-
dakan pengendaliannya menjadi semakin sulit
dalian hama yang dapat digunakan dalam PHT
(Naranjo et al. 2010).
yaitu: (1) mengusahakan pertumbuhan tanaman
sehat, (2) pengendalian hayati, (3) penggunaan Informasi mengenai biologi kutu kebul di Indo-
varietas tahan, (4) pengendalian secara mekanik, nesia termasuk biotipe, tanaman inang dan bio-
(5) pengendalian secara fisik, (6), pengendalian ekologinya sangat kurang sehingga strategi
dengan menggunakan senyawa kimia semio pengendalian yang dilakukan belum memberikan
(semiochemicals) yaitu dengan memanfaatkan hasil yang memuaskan. Informasi biotipe kutu
senyawa kimia alami yang dihasilkan oleh orga- kebul yang menyerang tanaman kedelai di In-
nisme tertentu untuk mempengaruhi sifat se- donesia hingga saat ini belum ada. Pengetahuan
rangga hama, (7) pengendalian secara genetik, tentang biotipe pada kutu kebul sangat diperlu-
dan (8) penggunaan pestisida. Salah satu prinsip kan karena perbedaan biotipe pada kutu kebul
operasional yang digunakan dalam PHT yaitu menunjukkan perbedaan karakter biologi seperti
budidaya tanaman sehat dilakukan melalui per- kemampuan menginvasi, profil ketahanan ter-
baikan cara kultur teknik. hadap insektisida, kompetensinya sebagai vektor,
dan sebaran inangnya (Shatters et al. 2009).
Tulisan ini merupakan ulasan dari berbagai Penelitian yang dilakukan Srinivasan et al.
upaya pengendalian hama kutu kebul pada (2013) dengan teknik sekuensing Mithocondial
tanaman kedelai melalui pendekatan PHT Cytochrome Oxidation I (COI) hanya menye-
khususnya pengendalian secara kultur teknis. butkan bahwa kutu kebul pada tanaman kedelai

15
BULETIN PALAWIJA NO. 29, 2015

di Jawa termasuk dalam grup Asia I, sementara Jawa Timur terdapat enam strain virus yang
itu penelitian de Barro et al. (2011) menyebut- menyerang tanaman kedelai yaitu CPMMV,
kan terdapat 11 grup dan sedikitnya 24 jenis BICMV, BYMV, SSV, PStV dan SMV, dimana
kutu kebul yang identik secara morfologi namun semua virus tersebut ditransmisikan oleh vektor
mempunyai perbedaan yang sangat jelas pada serangga, salah satunya adalah kutu kebul.
susunan genetiknya. Lebih lanjut penelitian Infeksi virus pada tanaman kedelai pada
Bethke et al. (2009) menyebutkan biotipe B umumnya menghasilkan gejala yang serupa
(spesies Middle East-Asia minor I) dan biotipe yakni klorosis, belang dan mosaik pada daun,
Q (spesies Mediterranean) merupakan biotipe daun keriting sehingga sulit dibedakan (Saleh
yang paling berbahaya. Biotipe B sangat agresif dan Hardaningsih 2007).
mengkolonisasi tanaman dan merupakan vektor Kompleksnya hama kutu kebul ini menye-
virus yang efektif, sedangkan biotipe Q sangat babkan sulitnya cara pengendalian yang benar-
resisten terhadap insektisida (Jones et al. 2008; benar efektif untuk mengendalikan kutu kebul.
McKenzie et al. 2009). Penelitian da Silva et Terlebih lagi di Indonesia, informasi tentang
al. (2012) menyatakan bahwa kutu kebul yang kompleks hama kutu kebul sangat kurang
menyerang tanaman kedelai di Brazil adalah sehigga tindakan pengendalian yang dilakukan
biotipe B. Namun karena kutu kebul sangat belum memberikan hasil yang memuaskan.
mudah dipengaruhi perubahan lingkungan,
maka perubahan biotipe juga sangat besar ke-
PENGELOLAAN HAMA TERPADU
mungkinannya terjadi seperti yang terjadi di
KUTU KEBUL PADA TANAMAN
Malaysia seperti yang dilaporkan Shadmany
et al. (2013) bahwa sebagian besar kutu kebul KEDELAI
yang terdapat di Malaysia termasuk dalam bio- Seperti telah dijelaskan sebelumnya kutu
tipe Q yang termasuk dalam kelompok Medite- kebul mempunyai daerah sebaran dan inang yang
rania, dan hanya sebagian kecil yang termasuk sangat luas sehingga memungkinkan hama ini
dalam kelompok Asia I. Hal ini terjadi akibat dapat berkembang sepanjang tahun. Sifatnya
resistensi terhadap jenis pestisida tertentu. yang sangat kompleks ini menyebabkan kutu
kebul bukan hanya menjadi hama bagi satu jenis
b. Status kutu kebul
tanaman namun merupakan hama bagi eko-
Di Indonesia, kutu kebul dianggap sebagai sistem, karena itu diperlukan sebuah formulasi
hama penting pada tanaman kedelai karena telah strategi pengendalian baik yang bersifat lokal
menyebabkan kerugian yang besar. Kehilangan maupun regional (Naranjo dan Elsworth 2009).
hasil pada tanaman kedelai terserang kutu kebul
Penerapan PHT dalam mengendalikan kutu
dilaporkan mencapai 80% (Tengkano et al. 1991).
kebul pada tanaman kedelai di Indonesia menjadi
Kutu kebul merusak tanaman secara langsung
strategis mengingat status penting hama ini pada
dengan cara mengisap cairan floem pada daun
tanaman kedelai di Indonesia dan sulitnya hama
dan secara tidak langsung, karena banyak mem-
kutu kebul ini dikendalikan menggunakan cara-
produksi embun madu yang merupakan media
cara pengendalian tunggal. Pada PHT, pengen-
tumbuh cendawan jelaga (Perring 2001, Hequet
dalian dilakukan dengan cara pendekatan yang
et al. 2007). Cendawan jelaga selanjutnya akan
didasarkan pada pertimbangan ekologi dan efi-
menutup permukaan daun, menghalangi proses
siensi ekonomi dalam rangka pengelolaan eko-
fotosintesis dan akhirnya berpengaruh terhadap
sistem yang berwawasan lingkungan yang berke-
hasil tanaman (Hequet et al. 2007). Selain itu
lanjutan. Pengendalian kutu kebul dengan model
kerusakan tanaman yang terserang kutu kebul
PHT telah diperkenalkan oleh Ellsworth dan
akan semakin parah karena kutu kebul bertindak
Carillo (2001) dengan merumuskan tiga kunci
sebagai vektor beberapa penyakit virus (Morin
utama pengelolaan kutu kebul, yaitu: (1) pengam-
et al. 1999; Briddon dan Markham, 2000; Hunter
bilan contoh (sampling) dan deteksi, (2) penggu-
dan Woolley, 2001; Fukuta et al. 2003; Valverde
naan pestisida kimia yang efektif, dan (3) peng-
et al. 2004; Byamukama et al. 2004). Kutu kebul
hindaran (avoidance) melalui pengelolaan tana-
merupakan vektor utama penyakit virus dari
man, eksploitasi biologi dan ekologi dari hama,
golongan geminivirus dan lebih dari 192 jenis
dan impak pada daerah yang luas (areawide
virus kelompok ini ditularkan oleh kutu kebul
impact). Penerapan konsep PHT ini untuk
(Brown et al. 2011). Pada kedelai dan kacang-
mengendalikan kutu kebul pada tanaman kapas
kacangan lain, kutu kebul dapat menularkan
di Amerika berhasil menekan biaya produksi
virus Cowpea Mild Mottle Virus (CPMMV). Di
lebih dari 200 juta dolar serta peningkatan

16
INAYATI DAN MARWOTO: KULTUR TEKNIS, DASAR PENGENDALIAN HAMA KUTU KEBUL PADA KEDELAI

Gambar 1. Konsep PHT untuk pengendalian kutu kebul yang terdiri dari
tiga kunci utama cara pengendalian; sampling, penggunaan inektisida
kimia yang efektif, dan penghindaran.
Sumber: Ellsworth dan Carrillo 2001.

pemanfaatan bahan alami di sekitar ekosistem man kedelai di Indonesia, demikian juga laporan
selama lebih dari 14 tahun (Naranjo dan tentang virus-virus yang dibawanya serta
Ellsworth 2009). Pengelolaan tanaman yang tanaman inang alternatifnya masih sangat ter-
dilakukan untuk mendukung keberhasilan PHT batas. Hal ini menyebabkan tindakan pengen-
pada tanaman kapas di Arizona, Amerika ter- dalian lainnya tidak memberikan hasil yang
sebut memadukan berbagai cara pengendalian memuaskan.
seperti pada Gambar 1. Penggunaan pestisida kimia yang efektif
Prinsip PHT untuk mengendalikan kutu secara bijaksana dengan memperhatikan ambang
kebul seperti yang diterapkan pada tanaman kendali diperbolehkan dalam penerapan PHT
kapas di Amerika berpeluang untuk diterapkan terutama untuk menekan populasi hama agar
pada tanaman kedelai di Indonesia. Sampling tidak melebihi ambang batas ekonomi. Dalam
diletakkan pada puncak piramida Ellsworth dan piramida Ellsowrth dan Carillo (2001) dijelaskan
Carillo (2001) karena merupakan langkah awal pestisida kimia yang digunakan sebaiknya yang
yang sangat penting untuk mendukung keber- bersifat selektif misalnya mempunyai sifat
hasilan upaya-upaya pengendalian lainnya. mampu mensistesis khitin sehingga efektif untuk
Sampling meliputi kegiatan identifikasi spesies mengendalikan nimfa pada beberapa stadia, ber-
kutu kebul dan virus yang ditularkannya serta sifat mensterilkan telur dan mencegah metamor-
monitoring penyebaran kutu kebul mulai dari fosis instar empat menjadi imago. Meskipun
peletakan telur sampai distribusi imagonya pada demikian, pengendalian dengan insektisida ter-
tanaman. Sampling yang tepat akan membe- tentu dalam jangka waktu lama perlu mendapat
rikan informasi penting untuk menentukan titik perhatian karena sifat kutu kebul yang mudah
kritis tanaman dan stadium pertumbuhan hama resisten terhadap bahan kimia. Salah satu contoh
yang paling merusak tanaman. Dengan sam- insektisida berbahan aktif imidakloprid yang
pling yang tepat akan diperoleh informasi yang memberikan hasil sangat baik pada tanaman
tepat pula tentang hama sasaran sebagai dasar kapas dan kedelai pada aplikasi pertama ternyata
untuk menentukan tindakan pengendalian beri- tidak memberikan hasil yang sama setelah bebe-
kutnya. Sampling untuk kutu kebul pada tana- rapa kali digunakan untuk mengendalikan
man kedelai yang ada di Indonesia masih ter- kutu kebul pada tanaman kedelai.
batas pada monitoring penyebaran kutu kebul Pada dasar piramida, Ellsworth dan Carillo
pada tanaman. Hanya ada satu informasi ten- (2001) meletakkan semua upaya untuk me-
tang spesies kutu kebul yang ada pada tana- nekan populasi kutu kebul di bawah ambang

17
BULETIN PALAWIJA NO. 29, 2015

kendali yang disebutnya sebagai penghindaran tanaman yang dibudidayakan, lingkungan per-
(avoidance). Upaya penghindaran yang dianjur- tanaman dan praktik budidaya yang biasa
kan meliputi manajemen tanaman dan ling- dilakukan.
kungan sehingga terhindar dari kerusakan Salah satu prinsip operasional yang dapat
parah akibat kutu kebul. Strategi pelaksanaan digunakan dalam PHT adalah dengan budidaya
PHT diupayakan mendukung secara kompatibel tanaman sehat. Dalam Sekolah Lapang Pe-
semua teknik dan metode pengendalian hama ngendalian Hama Terpadu (SLPHT), budidaya
dan penyakit didasarkan pada asas ekologi dan tanaman sehat merupakan suatu teknik penge-
ekonomi. Penerapan PHT pada areal yang luas lolaan lingkungan tanaman untuk mendukung
(areawide impact) juga akan lebih efektif ketika pertumbuhan tanaman yang optimal dan mem-
diterapkan untuk mengendalikan hama-hama buat lingkungan tanaman menjadi kurang
yang kompleks seperti kutu kebul. Konsep ini sesuai bagi kehidupan dan pembiakkan atau
telah dikenal sejak tahun 1800-an melalui koor- pertumbuhan serangga hama dan penyakit
dinasi pengendalian hama yang dilakukan serta mendorong berfungsinya agensia pengen-
secara bersama-sama dalam satu wilayah yang dali hayati. Upaya ini diharapkan membuat
luas, tidak sendiri-sendiri dengan tujuan pe- tanaman menjadi lebih tahan terhadap serangan
ngendalian secara meluas sebagai program era- hama dan penyakit.
dikasi untuk menurunkan populasi hama
menjadi nol (Faust 2008). Manajemen kesehatan tanaman (plant
health management) seperti yang didefinisikan
Penerapan PHT untuk mengendalikan kutu oleh Cook (2000) merupakan sebuah pema-
kebul pada tanaman kedelai di Indonesia diha- haman yang didasarkan ilmu pengetahuan dan
rapkan akan memberikan hasil serupa yaitu tindakan praktis untuk memahami dan menga-
dapat menekan biaya produksi akibat pengu- tasi faktor-faktor pembatas tanaman baik yang
rangan penggunaan insektisida, pemanfaatan bersifat biotik maupun abiotik sehingga tana-
musuh alami, dan aplikasi teknik budidaya yang man mampu mengeluarkan potensi genetiknya
tepat yang dapat meningkatkan keberhasilan secara optimal. Dalam praktik, manajemen kese-
pengendalian kutu kebul. hatan tanaman ini diwujudkan dalam cara-cara
Untuk mengembangkan teknik pengendalian bercocok tanam yang sesuai dengan kondisi ling-
hama ini diperlukan pengetahuan sifat-sifat kungan sehingga tanaman dapat tumbuh pada
ekosistem setempat khususnya tentang ekologi kondisi idealnya termasuk juga teknik-teknik
dan perilaku hama seperti tentang bagaimana pengendalian hama dan penyakit. Karena
hama memperoleh berbagai persyaratan bagi teknik pengendalian ini merupakan bagian
kehidupannya termasuk makanan, perkawinan, teknik budidaya tanaman yang umum dalam
dan tempat persembunyian untuk menghindar- pelaksanaannya, petani tidak perlu mengeluar-
kan serangan cuaca buruk dan berbagai musuh kan biaya khusus untuk pengendalian hama.
alami (Untung 2006). Pengetahuan biologi dan Dengan demikian teknik pengendalian ini me-
ekologi hama dapat menjadi informasi penting rupakan teknik pengendalian yang murah,
untuk mengerti tentang titik lemah hama pengendalian ini tidak menyebabkan pence-
sehingga dapat diketahui fase hidup hama yang maran lingkungan, dan mudah dikerjakan oleh
paling tepat untuk dilakukan pengendalian. petani perseorangan maupun kelompok.
Pengelolaan tanaman melalui cara-cara budi-
PENGENDALIAN KUTU KEBUL daya tanaman yang tepat dapat dimanfaatkan
DENGAN KULTUR TEKNIS untuk menyusun strategi pengendalian hama
termasuk kutu kebul. Menurut Pedigo (1996),
Dalam implementasi PHT, teknik pengen-
teknik pengendalian hama secara budidaya dapat
dalian hama secara bercocok tanam mencakup
dikelompokkan menjadi empat sesuai dengan
pengertian yang luas yaitu pengelolaan ling-
sasaran yang akan dicapai yaitu: (1) mengu-
kungan pertanaman (Pedigo1989). Pengelolaan
rangi kesesuaian ekosistem, (2) mengganggu
tanaman termasuk tindakan pencegahan atau
kontinuitas penyediaan penyediaan keperluan
preventif yang dilakukan sebelum serangan hama
hidup hama, (3) mengalihkan populasi hama
terjadi dengan sasaran agar populasi hama tidak
menjauhi tanaman, dan (4) mengurangi dampak
meningkat sampai melebihi ambang kendalinya.
kerusakan tanaman. Hilje et al. (2001) meru-
Agar hasilnya memuaskan penerapan teknik ini
muskan teknik pengendalian kultur teknis yang
perlu direncanakan sebelumnya dengan mem-
sesuai dengan mekanisme biologi dan ekolo-
perhatikan aspek biologi dan ekologi hama,

18
INAYATI DAN MARWOTO: KULTUR TEKNIS, DASAR PENGENDALIAN HAMA KUTU KEBUL PADA KEDELAI

Tabel 1. Klasifikasi tindakan kultur praktis untuk mengendalikan kutu kebul sesuai mekanisme biologi
dan ekologinya serta skala luasan penerapannya.

Mekanisme Skala luasan Strategi pengendalian

Penghindaran waktu (avoidance in time) Regional Periode tidak ada tanaman (bero), rotasi,
dan pengaturan waktu tanam
Penghindaran tempat (avoidance in space) Lokal Screenhouse, memperlebar jarak baris, dan
meningkatkan populasi tanaman
Manipulasi perilaku (Bahavioral
manipulation) Lokal Intercroping dan pemberian mulsa
Kesesuaian inang Individual Pemupukan, pengairan
Pemusnahan Individual Pengairan dari atas
Sumber: Hilje et al. (2001).

ginya untuk meningkatkan keberhasil mengen- kembangan nimfa kerena mengandung zat
dalikan kutu kebul (Tabel 1). tertentu dapat membatasi pertumbuhan popu-
lasi kutu kebul, mengurangi kerusakan akibat
Pada tanaman kedelai, komponen teknik
serangan kutu kebul dan mengurangi migrasi
pengendalian secara kultur teknis yang dapat
masal kutu kebul ke tanaman lain (Stansly dan
di lakukan adalah sebagai berikut:
Natwick 2010). Kutu kebul juga merupakan
a. Mengatur waktu tanam dan panen vektor virus bagi penyakit yang bersifat tidak
dapat disembuhkan, sehingga pencegahan
Mengatur waktu tanam dapat dilakukan
tersebarnya virus dengan varietas tahan kutu
dengan menanam lebih awal atau menunda
kebul menjadi komponen pengendalian yang
waktu tanam. Strategi ini dimaksudkan untuk
penting (Horowitz et al. 2011). Ketahanan
menghindari periode migrasi dan serangan yang
varietas unggul kedelai yang telah dilepas di
lebih besar, tumpang tindihnya waktu tanam,
Indonesia terhadap serangan kutu kebul ber-
serta mengatur periode tidak adanya tanaman
variasi, namun varietas kedelai yang tahan
inang kutu kebul (Stansly dan Natwick 2010).
terhadap kutu kebul hanya varietas Tengger
Pada kedelai yang ditanam pada musim kema-
(Balitkabi 2012), Gema, Detam I, Gepak Ijo, dan
rau II, antara bulan Juli – November, populasi
Kaba (Sulistyo dan Inayati 2014). Varietas
kutu kebul paling rendah dibanding ketika kutu
Gepak Kuning, Gepak Ijo, Wilis, Kaba dan Argo-
kebul di tanam pada musim hujan dan kemarau
I (Gambar 2). Dengan mengatur waktu tanam
sesuai pola perkembangan kutu kebul maka
kerusakan yang disebabkan oleh kutu kebul
dapat dihindari. Penanaman lebih akhir juga
dapat dilakukan untuk menghindari serangan
kutu kebul dikombinasi dengan tindakan
sanitasi lahan (Hilje et al. 2001).
Penanaman varietas umur genjah dapat
menghindarkan tanaman dari serangan kutu
kebul. Kedelai varietas Grobogan, Malabar dan
Tidar yang mempunyai umur panen sekitar 74–
78 hari, dapat dijadikan salah satu usaha untuk
menghindarkan tanaman dari serangan hama,
mengurangi kesesuaian ekosistem dan meng-
ganggu penyediaan makanan atau keperluan
hidup hama.

b. Penanaman varietas tahan


Gambar 2. Populasi kutu kebul pada berbagai
Tanaman yang tahan terhadap investasi musim tanam di KP Muneng, Probolinggo, 2010.
kutu kebul atau yang dapat menghambat per-
Sumber: Marwoto dan Inayati, 2012.

19
BULETIN PALAWIJA NO. 29, 2015

mulyo termasuk toleran terhadap kutu kebul migrasi hama kutu kebul (Marwoto 2012).
dengan hasil biji kering mencapai 1,3 t/ha pada Populasi kutu kebul pada tanaman kedelai yang
serangan yang berat sedang varietas Anjasmoro tidak diberi tanaman penghalang rata-rata 50%
termasuk varietas rentan hanya mampu meng- lebih tinggi dibanding tanaman kedelai yang
hasilkan 0,15 t/ha. Dengan penanaman varietas diberi penghalang sejak 35 hari setelah tanam
tahan, kehilangan hasil dapat ditekan sampai (Tabel 2). Pada 63 HST, populasi kutu kebul
80% (Inayati dan Marwoto 2013). Upaya pera- pada petak dengan tanaman penghalang hanya
kitan varietas kedelai yang tahan kutu kebul sepertiga dari populasi kutu kebul pada petak
di Indonesia penting dilakukan karena varietas tanpa penghalang. Tanaman jagung selain ber-
tahan merupakan salah satu strategi penting manfaat sebagai penghalang fisik masuknya
dalam upaya mencegah dan menanggulangi kutu kebul ke pertanaman kedelai juga dapat
serangan hama karena dapat dikombinasikan berfungsi sebagai inang bagi serangga preda-
dengan teknik pengendalian lain (Sulistyo tor bagi kutu kebul seperti kumbang Cocci-
2014). nellidae (Menochilus sexmaculatus Fab.).
Dengan adanya tanaman jagung di sekeliling
c. Penanaman tanaman penghalang tanaman kedelai diharapkan juga dapat
Tanaman penghalang merupakan salah satu melestarikan dan meningkatkan musuh alami
upaya untuk menghalagi penyebaran, migrasi, yang telah ada dengan memanipulasi lingkung-
dan membatasi mobilisasi hama ke tanaman. an sehingga menguntungkan kemampuan
Tanaman penghalang juga dapat berperan se- bertahan hidupnya. Penanaman jagung lebih
bagai pelindung alami terhadap vektor virus awal yaitu 3 minggu sebelum tanaman kedelai
yang non persisten seperti aphis dan telah ter- dapat mencegah masuknya kutu kebul dari luar
bukti efektif melindungi tanaman dari infeksi ke petak pertanaman kedelai.
virus. Idealnya tanaman penghalang mengguna-
kan tanaman bukan inang dari hama target. d. Sistem pengairan yang teratur
Selain itu juga perlu pemahaman tentang peri- Ketersediaan air berpengaruh terhadap
laku hama seperti kebiasaan terbangnya dan siklus hidup kutu kebul, perkembangbiakannya,
bagaimana tanaman penghalang mempengaruhi dan kemampuannya untuk bertahan hidup. Air
perilaku hama dan musuh alaminya. Pemahaman yang berlimpah serta aplikasi pupuk nitrogen
yang baik tentang hal tersebut akan membantu memperparah serangan kutu kebul pada tana-
dalam merancang strategi pengendalian dengan man kapas (Bi et al. 2005). Sejalan dengan
manipulasi habitat hama yang ramah lingkungan penelitian Abd-Rabou dan Simmons (2012)
(Hooks dan Careres 2006). Pemanfaatan tana- bahwa metode pengairan yang berbeda yaitu
man penghalang untuk mengendalikan kutu irigasi tetes, sprinkler, dan penyiraman melalui
telah dilakukan, di antaranya penelitian Moreau saluran/got berpengaruh terhadap populasi
(2010) menunjukkan kombinasi tanaman kutu kebul dan tersebarnya penyakit akibat
perangkap dan yellow sticky traps mampu me- virus yang ditularkan oleh kutu kebul pada
nurunkan populasi kutu kebul pada pertana- pertanaman sayur. Karena itu integrasi teknik
man cabai sampai 53%. Pada pertanaman pengairan dengan cara pengendalian lain perlu
kedelai di KP Muneng Probolinggo, dengan ta- untuk meningkatkan keberhasilan pengenda-
naman jagung yang ditanam rapat di sekeliling lian hama kutu kebul secara berkelanjutan.
pertanaman kedelai menjadi penghalang Telah banyak dilakukan penelitian tentang

Tabel 2. Populasi kutu kebul B.tabaci pada tanaman kedelai dengan tanaman penghalang dan tanpa
tanaman penghalang.

Populasi kutu kebul pada ke-


Perlakuan –––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
21 HST 35 HST 49 HST 63 HST

Dengan tanaman penghalang 34,67 a 42,57 b 453,49 b 69,05 b


Tanpa tanaman penghalang 31,29 a 71,86 a 804,96 a 225,51 a
Keterangan: angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
Sumber: Marwoto dan Inayati 2012.

20
INAYATI DAN MARWOTO: KULTUR TEKNIS, DASAR PENGENDALIAN HAMA KUTU KEBUL PADA KEDELAI

pengaruh ketersediaan air disekitar pertanaman makan. Mengingat luasnya sebaran inang kutu
terhadap populasi kutu kebul antara lain; (1) kebul maka perlu perhatian pada tanaman
cekaman air di sekitar pertanaman menye- yang akan digunakan sebagai tanaman rotasi.
babkan meningkatnya populasi kutu kebul Pada lahan sawah tadah hujan, rotasi dengan
(Flint et al. 1996 Byrne 1999), (2) air hujan tanaman padi dapat dilakukan karena padi
berlebih yang disertai angin dapat mengurangi tidak termasuk inang kutu kebul, sedangkan
populasi kutu kebul, (3) pengairan yang kon- untuk lahan kering pergiliran tanaman dapat
sisten dengan interval pengairan irigasi singkat di lakukan dengan jagung. Pergiliran dengan
sesuai kebutuhan tanaman dapat membatasi tanaman hortikultura seperti cabai, tomat,
perkembangan kutu kebul (Legget 1993, Flint terong, dan melon serta kacang tanah tidak
et al. 1996), (4) pengairan tambahan dengan dianjurkan pada daerah endemik kutu kebul
sprinkler dapat mengurangi populasi dan karena kedua tanaman ini termasuk inang kutu
serangan kutu kebul pada tanaman kapas dan kebul.
tomat (Castle et al. 1996, Hilje et al. 2001). Popu- Pengaturan pola tanam dengan tumpang sari
lasi B.tabaci berkurang secara signifikan pada juga dapat dilakukan untuk memanipulasi habi-
kapas yang diairi dengan sprinkler dibanding tat dalam upaya mengendalikan kutu kebul.
pada pengairan dengan irigasi tanpa mengu- Tumpang sari ubikayu dengan jarak pagar dan
rangi populasi musuh alaminya (Gencsoylu et kapas secara signifikan menurunkan populasi
al. 2003). Penelitian Lateef et al. 2009 menggu- kutu kebul (telur, larva, dan dewasa) pada per-
nakan pengairan dengan sprinkler elektrostatik tanaman ubikayu (Ewusie et al. 2010).
dipadukan insektisida dapat menekan populasi
kutu kebul karena dengan metode ini dapat me- f. Sanitasi sisa tanaman atau tanaman
ningkatkan efikasi insektisida yang diaplika- lain yang dapat dipakai sebagai inang
sikan secara bersamaan untuk mengendalikan Teknik sanitasi atau pembersihan lahan pada
kutu kebul. Penelitian pengairan dengan sprin- areal bekas pertanaman merupakan cara pengen-
kler mampu menekan intensitas serangan kutu dalian bercocok tanam yang paling tua dan cukup
kebul di KP Muneng, Probolinggo, meskipun efektif menurunkan populasi hama. Banyak hama
tidak berpengaruh terhadap penekanan popu- yang bertahan hidup atau berdiapause di sisa-
lasi hama kutu kebul (Tabel 3). sisa tanaman. Dengan membersihkan sisa-sisa
e. Pergiliran tanam dan pengaturan pola tanaman dapat dikurangi laju peningkatan popu-
tanam lasi hama dan ketahanan hidup hama. Pada prin-
sipnya teknik sanitasi dilakukan dengan member-
Pergiliran tanaman dan pengaturan pola sihkan lahan dari sisa-sisa tanaman singgang,
tanam dengan menanam tanaman bukan inang tunggul tanaman atau bagian-bagian tanaman lain
dapat memutus kesinambungan penyediaan yang tertinggal setelah masa panen. Bagian
makanan bagi kutu kebul di suatu tempat, dan tanaman tersebut seringkali merupakan tempat
mengurangi migrasi hama antarjenis tanaman berlindung hama, tempat berdiapouse, atau
yang dapat mengurangi populasi awal hama tempat tinggal sementara sebelum tanaman
di suatu tempat (Hilje et al. 2001, Ellsworth dan utama kembali ditanam. Tindakan sanitasi dapat
Carillo 2001). Rotasi tanaman paling efektif dilakukan dengan penghancuran: (1) sisa-sisa
untuk mengendalikan hama yang memiliki tanaman yang masih hidup, (2) tanaman atau
kisaran makanan sempit dan kemampuan bagian tanaman yang terserang hama, (3) sisa
migrasi terbatas terutama pada fase yang aktif tanaman yang sudah mati, (4) jenis tanaman

Tabel 3. Populasi kutu kebul dan intensitas serangan pada teknik pengairan yang berbeda.

22 HST 36 HST 50 HST 63 HST


Perlakuan ––––––––––––––––––––– ––––––––––––––––––––– ––––––––––––––––––––– –––––––––––––––––––––

Pop IS Pop. IS Pop IS Pop IS

Pengairan Sprinkler 145,0a 5,7b 227,1a 5,7b 26,5a 22,2b 39,8a 25,4 b
Pengairan Irigasi 18,3b 7,5a 21,4b 26,8a 10,6b 35,2a 29,3b 41,8 a
Keterangan: Pop = populasi kutu kebul, IS = Intesitas serangan kutu kebul (%), angka pada kolom yang sama yang diikuti
huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji LSD pada taraf 5%.
Sumber: Inayati dan Marwoto 2013.

21
BULETIN PALAWIJA NO. 29, 2015

lain yang dapat menjadi inang pengganti, dan diberi penghalang (A) dibanding petak tanpa
(5) sisa-sisa bagian tanaman yang jatuh atau penghalang (B) (Tabel 4).
tertinggal di permukaan tanah seperti buah dan Selain itu kombinasi varietas tahan dengan
daun. Sanitasi lahan untuk pengendalian hama insektisida juga memberikan pengaruh positif
kutu kebul telah memberikan hasil yang me- dalam menekan populasi kutu kebul. Aplikasi
muaskan dan berhasil mengurangi populasi insektisida profenofos 500 g/l (2 ml/l) dan lamda-
kutu kebul yang ada di lapang (Stansly dan sihalotrin 106 g/l + tiamektosam 141 g/l (1ml/
Schuster 1990, Hilje et al. 2001). l) pada varietas tahan seperti Gepak Kuning,
Pengelolaan tanaman dengan cara-cara Gepak Ijo, Wilis, Kaba, dan Argomulyo dapat
budidaya merupakan upaya preventif yang akan menurunkan populasi kutu kebul di pertanaman
berhasil dengan baik apabila dilakukan dengan kedelai.
perencanaan yang baik, terkoordinasi, dan dila- Pengendalian biologi yang dikombinasikan
kukan dalam skala yang luas. Karena itu ham- dengan cara kultur praktis juga potensial untuk
batan dalam implementasinya tidaklah sedikit, dikembangkan dan relatif ramah lingkungan.
di antaranya sulit untuk melakukan klarifikasi Beberapa kombinasi pengendalian biologi dengan
efektivitas dari masing-masing cara pengendalian cara kultur teknis yang dapat dilakukan antara
yang dilakukan karena sifat kutu kebul yang lain; (1) Pengendalian biologi yang dikombinasikan
sangat mobile, dan tidak ada satu cara yang dengan penanaman tanaman penghalang atau
benar-benar efektif mengendalikan kutu kebul tanaman perangkap dan (2) Pengendalian biologi
kecuali digabungkan dengan cara pengendalian dengan varietas tahan. Jamur-jamur entomo-
lainnya. Untuk meningkatkan efektivitas dan patogen seperti Beauveria bassiana, Isaria
efisiensi pengendalian kutu kebul secara kultur fumorosea,Verticilium lecanii, telah diformulasi
teknis maka perlu dipadukan dengan teknik- dan dijual secara komersial di untuk mengenda-
teknik pengendalian hama lainnya yang sesuai likan kutu kebul. Selain itu pemanfaatan musuh
dengan prinsip-prinsip PHT. alami kutu kebul seperti Encarsia formosa,
Pada tanaman kedelai, kombinasi tanaman Eretmocerus eremicus, Macrolophus caliginosus,
penghalang berupa tanaman jagung dan insek- Nesidiocoris tenuis, dan Amblyseius swirskii juga
tisida untuk menekan perkembangan populasi dilaporkan efektif mengendalikan kutu kebul
kutu kebul pada tanaman kedelai di KP (Stansly dan Natwick 2010). Pada tanaman
Muneng menunjukkan hasil yang positif. kedelai, kombinasi varietas tahan (Argomulyo
Pengaruh pemberian tanaman penghalang dan dan Wilis) dengan aplikasi suspensi cendawan
kombinasi insektisida kimia terlihat dari lebih L. lecanii dapat menurunkan populasi B. tabaci,
rendahnya populasi kutu kebul pada petak yang baik terjadi pada varietas Argomulyo (berbiji

Tabel 4. Populasi kutu kebul pada kombinasi tanaman penghalang dan insektisida di KP Muneng,
Probolinggo, 2010.

Populasi B.tabaci pada ke-


Perlakuan ––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
21 HST 49 HST 63 HST
–––––––––––––––– –––––––––––––––– ––––––––––––––––
A B A B A B
Tiametoksam 25%: 1 g/l 43,67 b 63,00 a 461,7 b 791,7 a 71,00 b 185,0 a
Lamdasihalotrin106 g/l +
tiametoksam 141 g/l: 1 g/l 47,00 b 75,00 a 502,7 b 751,3 a 70,00 b 196,3 a
Asefat 75%: 2 ml/l 43,33 b 70,67 a 475,0 b 789,3 a 66,00 b 200,0 a
Imidakloprid 5 %: 1 g/l 52,00 b 80,67 a 443,7 b 802,0 a 73,33 b 205,3 a
Diafentiuron 500 g/l: 2 ml/l 39,33 b 68,67 a 384,3 b 791,7 a 61,00 b 244,3 a
Serbuk biji mimba 50 g/l 39,67 b 72,00 a 392,7 b 848,7 a 74,00 b 266,0 a
Kontrol 33,00 b 73,00 a 514,3 b 860,0 a 68,00 b 281,7 a
Keterangan: (A) dengan penghalang, (B) tanpa penghalang. Angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak
berbeda nyata berdasarkan uji LSD pada taraf 5%.
Sumber: Inayati dan Marwoto 2012.

22
INAYATI DAN MARWOTO: KULTUR TEKNIS, DASAR PENGENDALIAN HAMA KUTU KEBUL PADA KEDELAI

Tabel 5. Populasi kutu kebul pada kombinasi varietas dan aplikasi insektisida di KP Muneng, Probolinggo,
2010.

Populasi kutu kebul pada...


Varietas ––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
21 HST 45 HST 56 HST
–––––––––––––––– ––––––––––––––– ––––––––––––––––
A B A B A B
Gepak Kuning 38 ab 41 ab 147 b 205,3 a
225,7 ab 177,3 b
Gepak Ijo 55,3 a 55,3 a 144,3 b
212 a 215,7 ab 177,3 b
Wilis 47,7 ab 55,7 a 117,7 b 192 a 240,3 a 202 ab
Kaba 31,7 b 46,3 ab 145,7 b 200 a 213,3 ab 211 ab
Anjasmoro 45,7 ab 47,7 ab 147 b 210,7 a 241,3 a 218 ab
Argomulyo 48,7 ab 47,7 ab 140,7 b 187 a 236 ab 194,3 ab
Keterangan: A= dengan aplikasi insektisida, B= tanpa aplikasi insektisida. Angka selajur yang diikuti oleh huruf yang sama
tidak berbeda nyata dengan uji BNT pada taraf 0,05.
Sumber: Marwoto et al. 2010.

besar) maupun Wilis (berbiji kecil) (Marwoto et Insect Sci. 12:31–36.


al. 2012). Briddon, R.W. and P.G. Markham. 2000. Cotton leaf
curl virus disease. Virus Res. 71: 151–159.
KESIMPULAN Brown, J.K. 2011. Family Geminiviridae. In King,
A.M.Q. et al. (ed.). Virus Taxonomy. 9th Re-
Pengendalian hama kutu kebul dengan
port of the International Committee on Taxonomy
pendekatan pengendalian hama terpadu (PHT) of Viruses. London: Elsevier Acad. Press: 351–
melalui praktik budidaya dapat dilakukan 373.
dengan cara; (a) pengaturan waktu tanaman
Byamukama, E., R.W. Gibson, V. Aritua and E.
dan panen, (b) pemilihan varietas yang toleran, Adipala. 2004 Within-crop spread of sweet
(c) penggunaan tanaman penghalang, (d) peng- potato virus disease and the population dynamics
aturan ketersediaan air dan cara pengairannya, of its whitefly and aphid vectors. Crop Prot. 23:
(e) pergiliran tanaman dan pengaturan pola 109–116.
tanam, dan (f) sanitasi. Untuk meningkatkan Byrne, D.N., 1999. Migration and dispersal by the
efektivitas dan efisiensi pengendalian secara sweet potato whiteûy, Bemisia tabaci. Agric. For-
bercocok tanam perlu dipadukan dengan teknik- est Meterol. 97, 309–316.
teknik pengendalian hama lainnya sesuai Castle, S.J., T.J. Henneberry and N.C. Toscano.
dengan prinsip-prinsip PHT. 1996. Supression of Bemisia tabaci (Homop-
tera: Aleyrodidae) infestation in cantaloupe
DAFTAR PUSTAKA and cotton with sprinkler irrigation. Crop
Prot. 15: 657–663.
Abd-Rabou, S. and A.M. Simmons. 2012. Effect of
Cook R.J. 2000. Advances in plant health manage-
three irrigation methods on incidences of Bemisia
ment in the twentieth century. Ann. Rev.
tabaci (Hemiptera: Aleyrodidae) and some white-
Phytopathol. 38:95–116.
fly-transmitted viruses in four vegetable crops.
Trends in Entomol. 8: 21–26. Cuthbertson, A.G.S., 2013. Update on the status of
Bemisia tabaci in the UK and the use of entomo-
Alvin M. Simmons, A. M. H. F. Harrison, and Kai-
pathogenic fungi within eradication programmes.
Shu LING. 2008. Forty-nine new host plant spe-
Insects 4: 198–205.
cies for Bemisia tabaci (Hemiptera: Aleyrodidae)
Entomological Sci. 11(4): 385–390. de Barro P.J., S.S. Liu, L.M. Boykin, A. Dinsdale,
2011. Bemisia tabaci: a statement of species sta-
Bethke J.A., F.J. Byrne, G.S. Hodges, C.L.
tus. Annu Rev Entomol 56:1–19.
McKenzie, R.G. Shatters. 2009. First record of
the Q biotype of the sweetpotato whiteûy, Bemisia Ellsworth P.C , J. L. Carrillob. 2001. IPM for Bemisia
tabaci, in Guatemala. Phytoparasitica 37: 61–64. tabaci: a case study from North America. Crop
Prot. 20: 853–869.
Bi J.L., D.M. Lin, K.S. Lii, N.C. Toscano. 2005.
Impact of cotton planting date and nitrogen fer- Ewusie E.A., M.N. Parajulee, D.A. Adabie-Gomez,
tilization on Bemisia argentifolii populations. D. Wester. 2010. Strip Croping: A Potential IPM

23
BULETIN PALAWIJA NO. 29, 2015

Tool for Reducing Whitefly, Bemisia tabaci J. Penelitian Pertanian 31:13–21.


Gennadius (Homoptera: Aleyrodidae) Infestations
Jones D.R. 2003. Plant viruses transmitted by
in Cassava. West African J. of Applied Ecol. 17:
whitefly.European J. Plant Pathol. 109:195–219.
109–119.
Latheef, M.A., J.B. Carlton, I.W. Kirk, W.C.
Faust R. M., 2008. General Introduction to Areawide
Hoffmann. 2009. Aerial electrostatic-charged
Pest Management. USDA-ARS / UNL Faculty.
sprays for deposition and efficacy against sweet
USDA Agricultural Research Service –Lincoln,
potato whitefly (Bemisia tabaci) on cotton, Pest
Nebrask. http://digitalcommons.unl.edu/cgi/
Manag. Sci. 65: 744–752.
viewcontent.cgi?article =1650&context=
usdaarsfacpub. Leggett, J.E., 1993. Comparison of arthropods
sampled from cultivars of upland and pima cot-
Fernández E., C. Grávalos, P.J. Haro, D. Cifu-
ton with drip and furrow irrigation. Southwest.
entes, P. Bielza. 2009. Insecticide resistance sta-
Entomol. 18: 37–43.
tus of Bemisia tabaci Q-biotype in south-eastern
Spain. Pest Manag Sci. (65): 885–891. Luo, C., C.M. Jones, G. Devine, F. Zhang, I.
Denholm, K. Gorman. 2010. Insecticide resistance
Flint H.M., Naranjo S.E., Leggett J.E., Henneberry
in Bemisia tabaci biotype Q (Hemiptera: Aley-
T.J. 1996. Cotton water stress, arthropod dynam-
rodidae) from China, Crop Prot. 29: 429–434.
ics, and management of Bemisia tabaci
(Homoptera: Aleyrodidae). J. Econ. Entomol. Manandhar, R., Cerruti R. R. Hooks, and M.G.
89:1288–1300. Wright. 2009. Influence of Cover Crop and Inter-
crop Systems on Bemisia argentifolli (Hemiptera:
Fukuta, S., S. Kato, K. Yoshida, Y. Mizukami, A.
Aleyrodidae) Infestation and Associated Squash
Ishida, J. Ueda, M. Kanbe, Y. Ishimoto. 2003.
Silverleaf Disorder in Zucchini. Environ. Ento-
Detection of tomato yellow leaf curl virus by loop-
mol. 38(2):442–449.
mediated isothermal amplification reaction. J.
Virological Methods 112:35–40. Manzano, M.R., J.C. van Lenteren and C. Cardona.
2003. Influence of pesticide treatments on the
Gencsoylu, I., A.R. Horowitz, F. Sezgin and C. Ncuer,
dynamics of whiteflies and associated parasitoids
2003. Methods on Bemisia tabaci populations in
in snap bean fields. BioControl 48: 685–693.
cotton field. Phytoparasitica, 31: 139–143.
Marwoto dan A. Inayati. 2012. Pengendalian Kutu
Gerling, D and S. E. Naranjo. 1998. The Effect of
Kebul B. tabaci Genn. Menggunakan Kombinasi
Insecticide Treatments in Cotton Fields on the
Tanaman Penghalang dan Insektisida Kimia.
Levels of Parasitisim of Bemisia tabaci (Genna-
Pros. Seminar Nasional Hasil Penelitian Kacang-
dius). Biological Control 12: 33–41.
kacangan dan Umbi-umbian. Puslitbangtan:
Hequet E., Henneberry T.J., Nichols R.L. (eds). 279–288.
2007. Sticky cotton: causes, effects, and preven-
Marwoto, E.Wahyuni dan K.E. Neering. 1991.
tion. USDA-ARS Tech. Bull. No. 1915. 210 p.
Pengelolaan Pestisida dalam Pengendalian Hama
Hilje, L., H.S. Costa, H.A. Stansly. 2001. Cultural Kedelai Secara Terpadu. Monograf Balittan
pranctices for managing Bemisia tabaci and as- Malang. No 7. 39 hlm.
sociated viral diseaes. Crop Protect. 20: 801–812.
Marwoto. 2010. Teknologi Pengendalian hama kutu
Hill, D.S. 1987. Agricultural insect pest of the tro- kebul Bemisia tabaci pada produksi kedelai di
pics and their control. Cambrige Univ. Press. lahan optimal untuk menekan kehilangan hasil
Cambrige. 66 p. sebesar 30%. Laporan Penelitian Balitkabi 2010.
Hooks, C.R.R., and A. Fereres. 2006. Protecting crops Mckenzie C.L., G. Hodges, L.S. Osborne, F.J. Byrne,
from non-persistently aphid-transmitted viruses: R.G. Shatters Jr. 2009. Distribution of Bemisia
A review on the use of barrier plants as a mana- tabaci (Hemiptera: Aleyrodidae) biotypes in
gement tool. Virus Res. 120: 1–16. Florida—investigating the Q invasion. J Econ.
Entomol. 102(2):670–676. doi: 10.1603/029.102.
Horowitz, A.R., Antignus, Y. and Gerling D. 2011.
0227.
Management of Bemisia tabaci Whiteflies. In
W.M.O. Thompson (ed.), The Whitefly, Bemisia Moreau, T. 2010. Manipulating whitefly behavior
tabaci (Homoptera: Aleyrodidae) Interaction with using plant resistance, reduced risk spray, trap
Geminivirus-Infected Host Plants, Springer crops and yellow sticky trap for improved control
Dordrecht, p 293–322. www. researchgate.net/ for sweet paper greenhouse crops. Thesis for Ph.D.
publication/...tabaci.../79e4150caeb64c6e52.pdf. in The Univ. of British Columbia. Vancouver. 114
p.
Hunter, M.S., Woolley, J.B., 2001. Evolution and
behavioral ecology of heteronomous aphelinid Morin, S., M. Ghanim, M. Zeidan, H. Czosnek, M.n
parasitoids. Ann. Rev. Entomol. 46: 251–290. Verbeek, and Johannes F. J. M van den Heuvel.
1999. A GroEL Homologue from Endosymbiotic
Inayati, A. dan Marwoto. 2012. Pegaruh kombinasi
Bacteria of the Whitefly Bemisia tabaci Is Impli-
aplikasi insektiida dan varietas unggul terhadap
cated in the Circulative Transmission of Tomato
intensitas serangan kutu kebul dan hasil kedelai.

24
INAYATI DAN MARWOTO: KULTUR TEKNIS, DASAR PENGENDALIAN HAMA KUTU KEBUL PADA KEDELAI

Yellow Leaf Curl Virus. Virology 256: 75–84. drial cytochrome c oxidase I polymerase chain
reaction primers. J. Econ. Entomol. 102: 950–758.
Naranjo S.E. and P. C. Ellsworth. 2009. Fifty years
of the integrated control concept: moving the Srinivasan R., Yun-che Hsu, P. Kadirvel, and Mei-
model and implementation forward in Arizona. ying Lin. 2013. Analysis of Bemisia tabaci (Hemi-
Pest Manag. Sci. 65:1267–1286. ptera: Aleyrodidae) Species Complex in Java, In-
donesia Based on Mitochondrial Cytochrome Oxi-
Naranjo, S.E., S.J. Castle, P.J. Barro, and S.S.
dase I Sequences. St. 96(3): 290–295.
Liu. 2010. Population dynamics, demography,
dispersal and spread of Bemisia tabaci. pp. 185– Stansly P.A., and Eric T. Natwick. 2010. Integrated
226 in P.A. Stansly and S.E. Naranjo, (eds.) Systems for Managing Bemisia tabaci in Pro-
Bemisia: Bionomics and management of a global tected and Open Field Agriculture in P.A. Stansly,
pest. Springer, New York, NY. S.E. Naranjo (eds.), Bemisia: Bionomics and
Management of a Global Pest. 467 p.
Oka, I.N., 2005. Pengendalian Hama Terpadu dan
Implementasinya di Indonesia. Cet. ketiga. Stansly, P.A., Schuster, D.J., 1990. Update on
Gadjah Mada Univ. Press. 254 hlm. sweetpotato whiteûy.In: Stall, W.M. (Ed.). Proc.
of the Florida Tomato Institute Vegetable Crops
Okada, T., W. Tengkano dan T. Djuarso. 1988. An
Special Series SS-VEC-001. IFAS, Univ. of
Outline of Soybean Pest in Indonesia in Faunis-
Florida, Gainesville, p. 41–59.
tic Aspects. Seminar Balittan Bogor, 6 Desember
1988. 37 hlm. Stern V.M., R.F. Smith., van den Bosch R, K.S.
Hagen. 1959. The integrated control concept.
Palumbo, J.C., A.R. Horowitzb, and N. Prabhakerc.
Hilgardia. 29:81–101.
2001. Insecticidal control and resistance manage-
ment for Bemisia tabaci. Crop Prot. 20: 739–765. Tengkano, W., H. Okada, N. Nonci, M. Yasin, and
D. Damayanti. 1991. Distribution of Bemisia
Pedigo, L.P. 1996. Entomology and Pest Manage-
tabaci Genn. In some soybean areas in Indone-
ment. MacMillan. New York. 520 p.
sia. In Research Reviews: The Strengtehening of
Perring, T.M., 2001. The Bemisia tabaci species com- Pioneering Research for Palawija Crop Produc-
plex. Crop Protection 20: 725–737. tion Project (eds. G.K Untung & S. Nishimaya).
Central Research Institute for Food Crops, Bogor:
Saleh, N. dan S. Hardaningsih. 2007. Pengendalian 14–15.
penyakit terpadu pada tanaman kedelai. Kedelai.
Teknologi dan Pengembangan. Puslitbangtan. Untung, K. 2006. Pengantar Pengelolaan Hama
319–344. Terpadu (Edisi Kedua). Gajah Mada Univ. Press.
348 hlm.
Shadmany, M., D. Omar and R. Muhamad. 2013.
First report of Bemisia tabaci (Hemiptera: Valverde, R.A , Jeonggu Sima, and Pongtharin
Aleyrodidae) Byitype Q in Malaysia. Florida Lotrakul. 2004. Whitefly transmission of sweet
Entom. 96(1): 280–282. DOI: http://dx.doi.org/ potato viruses.Virus Research 100: 123–128.
10.1653/024.096.0147
Zabel, A, B. Manojlovic, S. Stankovic, S. Rajkovic
Shatters, R.G.,Jr., C.A. Powell, L.M. Boykin, H.L. and M. Kostic.2001. Control of Whitefly
Sheng, and C.L. McKenzie. 2009. Improved DNA Trialeurodes vaporarium Westw. (homoptera,
barcoding method for Bemisia tabaci (Gennadius) Aleyrodidae) on tomato by the new insecticide
and related Aleyrodidae: development of univer- Acetamiprid. J. Pest Sci. 74: 52–56.
sal and Bemisa tabaci biotype-specific mitochon-

25

Anda mungkin juga menyukai