Anda di halaman 1dari 8

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JEMBER

UPAYA PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT)

PADA TANAMAN PADI

Oleh :

1. Hanish Khoirotun Hisany (171510501039)


2. Figur Prayogo (171510501117)
3. Dimas Priangga ( 171510601033)
4. Khairun Nisa (171510701036)

Dosen Pengampu :

Irwanto Sucipto, S.P.,M.Si

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER

2017
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Kebutuhan beras di Indonesia begitu besar. Lebih dari setengah
penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya pada beras yang dihasilkan
tanaman padi. Sisanya lebih memilih alternatif lain untuk memenuhi
kebutuhan karbohidratnya. (Andoko, 2002)
Usaha tanaman pangan tidak selalu berjalan mulus layaknya jalan tol.
Tentu akan ada pengganggu tanaman terutama serangan hama. Begitu pula
dengan tanaman padi, tidak luput dari serangan hama yang menyebabkan
petani rugi bahkan seringkali mengalami gagal panen. Baehaki (2009)
mengatakan bahwa hama utama tanaman padi antara lain adalah tikus,
penggerek batang padi, dan wereng coklat. Beberapa hama lainnya yang
berpotensi merusak pertanaman padi adalah wereng punggung putih, wereng
hijau, lembing batu, ulat grayak, pelipat daun, dan walang sangit. Dengan
permasalahan yang terjadi dalam usaha pertanian padi, maka banyak
ilmuwan yang meneliti tentang cara-cara untuk mengatasi masalah tersebut.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan
tersebut yaitu upaya pengendalian hama terpadu pada tanaman padi.
B. Pokok Permasalahan
Salah satu masalah penting dalam proses produksi pertanian yaitu
Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Organisme ini dapat
meyebabkan kerusakan ringan maupun parah pada tanaman yang
diserang. Selain itu mereka dapat menyebabkan timbulnya penyakit
pada tanaman. Tentu saja hal ini menjadi momok bagi petani.
Khususnya petani padi, mereka seringkali kewalahan dalam
mengatasi hal tersebut.
Seiring berjalannya waktu, muncul satu solusi instan yang dapat
mengatasi masalah hama dan penyakit tanaman, yaitu dengan
menggunakan pestisida kimia. Yang mana telah kita ketahui bahwa
penggunaan pestisida kimia yang berlebihan dapat menimbulkan
masalah baru, yaitu masalah kesehatan para konsumen, matinya
musuh alami, serta turunnya tingkat kesuburan tanah. Maka dari itu
dibutuhkan strategi pengendalian hama yang baik dan aman sehingga
tidak menimbulkan masalah baru yang berkelanjutan.
II. Pembahasan
A. Pemahaman Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
Seiring dengan perkembangan IPTEK, PHT tidak lagi dipandang
sebagai suatu teknologi, tetapi telah menjadi suatu konsep dalam
penyelesaian masalah lapangan (Kenmore 1996).
Konsep PHT terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu konsep PHT
teknologi dan konsep PHT ekologi. Pencetus konsep awal PHT
teknologi adalah Stern et al pada tahun 1959. Tujuan dari konsep ini
yaitu untuk mengganti pestisida kimia dengan teknologi pengendalian
alternatif seperti memanfaatkan musuh alami, pestisida hayati, dan
feromon. Konsep PHT ekologi didasarkan pada pengetahuan dan
informasi tentang dinamika populasi hama dan musuh alami serta
keseimbangan ekosistem. (Waage, 1996).
B. Prinsip-prinsip PHT
PHT memegang peranan penting dalam suatu usaha pertanian. Sistemnya
yang terpadu dan tidak merusak lingkungan menjadikan PHT sebagai
panduan dasar petani dalam memberantas hama dan penyakit tumbuhan. PHT
memadukan teknik-teknik pengendalian hama dengan meminimalkan
penggunaan pestisida kimia. Hal ini tentu saja akan memberikan dampak
yang positif terhadap lingkungan. Selain itu teknologi PHT sangat praktis
sehingga petani dapat dengan mudah memahami dan menerapkannya pada
kondisi lapang yang berbeda-beda. (Untung, 2000)
C. Implementasi PHT Dalam Praktek Pertanian Tanaman Padi
1. Pemilihan Varietas Tahan dan Hemat Energi.
Penggunaan varietas tahan hama penyakit dan hemat energi
sangat menentukan keberlanjutan suatu usaha pertanian. Usaha yang
dapat dilakukan yaitu dengan mengubah arsitektur tanaman padi
menjadi lebih produktif (Cantrell, 2004).
2. Pengendalian Hama Secara Hayati.
Salah satu cara untuk mengendalikan hama dan penyakit
pada tanaman padi yaitu dengan memasukkan musuh alami ke
pertanaman (Inundasi). Sebagai contoh biakan B.bassiana tebukti
keefektifannya mencapai 40% dalam mengendalikan hama wereng
coklat.(Baehaki et al. 2001).
3. Sistem Integrasi Palawija pada Pertanaman Padi (SIPALAPA)
Hama dan penyakit tanaman padi juga dapat dikendalikan
berdasarkan agroekologi, salah satunya yaitu dengan sistem
integrasi palawija pada pertanaman padi (SIPALAPA). Sistem ini
berupa pertanaman polikultur, yaitu menanam palawija di
pematang sawah. Sistem ini dapat menurunkan perkembangan
populasi hama wereng coklat dan wereng punggung putih. Hal ini
disebabkan adanya predator Lycosa pseudoannulata, laba-laba lain,
Paederus fuscifes, Coccinella, Ophionea nigrofasciata, dan
Cyrtorhinus lividipennis (Alteri, 2002).
4. Pengendalian dengan Manipulasi Musuh Alami
Selama musuh alami dapat menekan perkembangan hama
maka bahan kimia tidak diperlukan karena keseimbangan biologi
sudah tercapai. Teknologi ini sangat menguntungkan, karena dapat
mengurangi pemakaian insektisida hingga 33-75% dan dapat
menambah pendapatan petani (Baehaki et.al. 1996).
5. Perbaikan Teknik Budi Daya
Seringkali petani salah kaprah dalam menerapkan teknik budi
daya tanaman. Sebagai contoh yaitu penggunaan pupuk kimia-N
secara berlebihan selain meningkatkan populasi hama wereng, juga
mengurangi keuntungan usaha tani padi dan merusak lingkungan
(Baehaki, 2009).
6. Teknologi Pengendalian Hama Berdasarkan Ambang Ekonomi
Tidak hanya 1 jenis hama yang menyerang tanaman padi,
namun ada banyak sekali hama yang dapat menyerang tanaman
padi sekaligus. Sehingga diperlukan teknologi yang mampu
mengendalikan lebih dari satu jenis hama. Salah satu pengendalian
yang dapat dilakukan yaitu dengan berpatokan pada ambang
ekonomi hama ganda. Formula pengendalian hama berdasarkan
ambang ekonomi ganda pada fase vegetatif untuk wereng coklat-
wereng punggung putih mengikuti pola 9-0-14, sedangkan pada
fase reproduktif mengikuti pola 18-0-21. (Baehaki dan Baskoro
2000). Apabila populasi hama telah melewati batas ambas
ekonomi, maka pengendalian dengan pestisida dapat dilakukan.
(Baehaki, 2009).
7. Minimalisasi Residu Pestisida
Ambang ekonomi adalah komponen yang sangat penting
dalam PHT. Tujuan dari pengendalian hama berdasarkan ambang
ekonomi yaitu untuk membatasi penggunaan bahan kimia yang
berdampak terhadap tingginya residu pestisida pada produk
pertanian dan pencemaran lingkungan. Pada tanaman padi,
penggunaan pestisida berlebihan akan menimbulkan dampak buruk
yang signifikan bagi kesehatan konsumen serta menimbulkan
dampak buruk terhadap lingkungan. (Bhat, 2004)
D. Beberapa Contoh Penerapan PHT pada Tanaman Padi
1. Pengendalian Hama Wereng Coklat
Di lapangan, wereng coklat bergerak dari tanaman satu ke
tanaman lain dan gerakan dewasa lebih banyak pada akhir
pertanaman (Hsieh, 1972). Pada tahun 1976-1977 , terjadi serangan
berat hama wereng batang coklat di beberapa sentra produksi padi.
Serangan hama wereng coklat dapat dikendalikan dengan
memanfaatkan musuh alaminya. Musuh alami yang digunakan
pada saat itu adalah Cyrtorhinus lividipennis, Coccinella, dan laba-
laba (Wirjosuhardjo et al. 1977).
2. Pengendalian Hama Penggerek Batang Padi
Ada tiga jenis parasitoid penggerek batang padi, yaitu T. schoenobii,
T. beneficiens, dan T. Japonicum. Parasitoit ini sangat efektif dalam
mengendalikan hama penggerek tanaman padi (Laba et al.1997). Selain itu
upaya yang dapat dilakukan adalah tanam serentak, menggunakan varietas
tahan,pemanfaatan musuh alami, serta penggunaan insektisida dengan
batasan tertentu apabila diperlukan (Wigenasentana 1990).
III. Penutup
Pemahaman akan upaya pengendalian hama terpadu sangat dibutuhkan oleh
petani. Terutama petani padi, karena begitu banyak hama dan penyakit yang
dapat menyerang tanaman tersebut apabila tidak ditangani dengan cara yang
benar serta aman. Penanganan yang salah dapat menyebabkan dampak negatif
bagi manusia maupun lingkungan. Dengan menggunakan strategi PHT, petani
dapat mengurangi penggunaan pestisida kimia sehingga kelestarian lingkungan
tetap terjaga, petani mendapat keuntungan lebih, dan konsumen tidak was-was
dengan kesehatannya karena strategi PHT ramah lingkungan dan jauh dari
dampak negatif.
IV. Daftar Pustaka
Alteri, M.A. 2002. Agroecology: Principles and strategies for designing sustainable
farming system. Sustainable Agriculture Network. Sustainable Agriculture
Research and Education (SARE) Program. Sustainable Agriculture Publications,
210 UVM, Hill Building, Burlington, VT 05405-0082. 7 pp.
Andoko, A. 2002. Budi Daya Padi Secara Organik. Jakarta: Penebar Swadaya.
Baehaki S,E. 2009. Strategi Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Padi Dalam
Perspektif Praktek Pertanian yang Baik (Good Agricultural Practices).
Pengembangan Inovasi Pertanian 2(1). Hlm.65-78.
Baehaki S.E dan Baskoro. 2000. Penetapan ambang ekonomi ganda hama dan
penyakit pada varietas padi berbeda umur masak di pertanaman. Seminar Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta.
Baehaki S.E., Kartohardjono, dan Nurhayati. 2001. Teknik Perbanyakan Beauveria
bassiana pada Media Padat dan Efektivitas Umur Biakan Terhadap Wereng
Coklat. hlm. 146-153. Prosiding Simposium Pengendalian Hayati Serangga.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Fak. Pertanian Universitas
Padjadjaran, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, dan PRI-Cabang
Bandung.
Baehaki S.E., P. Sasmita, D. Kertoseputro, dan A. Rifki. 1996. Pengendalian Hama
Berdasar Ambang Ekonomi dengan Memperhitungkan Musuh Alami Serta
Analisis Usaha Tani dalam PHT. Temu Teknologi dan Persiapan Pemasyarakatan
Pengendalian Hama Terpadu. Lembang. 81 hlm.
Bhat, R. 2004. Improved Farmer Livelihood. ICM Edition, Bayer Crop Sci. 1: 25.
Cantrell. 2004. New Technologies for Rice Farmers. ICM Edition, Bayer Crop Sci. 1:
21-22.
Hsieh, C.Y. 1972.”Migration and Movement of Brown Planthopper Nilaparvata
lugens Stal”. Unpublished Report.
Kartohardjono,A. 2011. Penggunaan Musuh Alami Sebagai Komponen Pegendalian
Hama Padi Berbasis Ekologi. Pengembangan Inovasi Pertanian 4(1), 2011. hlm.
29-46.
Kenmore, P.E. 1996. Integrated pestmanagement in rice. p. 76-97. In G.J.Persley
(Ed.). Biotechnology and Integrated Pest Management. CAB International,
Cambridge.
Laba, I W., A. Kartohardjono, dan D. Kilin. 1997. Pemanfaatan parasitoid
Tetrastichus schoenobii Ferr. Untuk mengendalikan penggerek batang padi
putih, Scirpophaga innotata Walker. Laporan Hasil Penelitian pada Temu
Teknologi dan Persiapan Pemanfaatan PHT, Subang, 16-19 Juni 1997. 19 hlm.
Prayogo,Y. 2006. Upaya Mempertahankan Keefektifan Cendawan Entomopatogen
Untuk Mengendalikan Hama Tanaman Pangan. Litbang Pertanian, 25(2).
Sitompul Fauzi,A.,Oemry,S.,dan Pangestiningsih Y. 2014. Uji Efektifitas Insektisida
Nabati Terhadap Mortalitas Leptocorisa acuta Thunberg (Hemiptera: Alydidae)
Pada Tanaman Padi (Oryza sativa L.) di Rumah Kaca. Agroekoteknologi Vol.2
No.3: 1075-1080.
Untung, K. 2000. Pelembagaan Konsep Pengendalian Hama Terpadu Indonesia.
Perlindungan Tanaman Indonesia 6(1): 1-8.
Waage, J. 1996. Integrated pest management and biochemistry: An analysis of their
potential. p. 36-47. In G.J. Persley (Ed.). Biotechnology and Integrated Pest
Management. CAB International, Cambridge.
Wigenasentana, M.S. 1990. Keadaan Serangan Penggerek Padi dan Usaha
Penanggulangannya. Makalah Seminar PHT Penggerek Padi dalam rangka
Mempertahankan Swasembada Beras. Institut Pertanian Bogor, April 1990. 13
hlm.
Wirjosuhardjo, S., A. Mukidjo, dan S. Sudjono. 1977. Pengamatan musuh alami
wereng coklat, penyakit kerdil rumput dan kerdil hampa di Yogyakarta. hlm.
583-590. Prosiding Peranan Hasil Penelitian Padi dan Palawija dalam
Pembangunan Pertanian, Buku III. Maros, 26-29 September 1977. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.

Anda mungkin juga menyukai