Dosen pengampu:
Irwanto Sucipto S.P., M.Si
Disusun Oleh
Kelompok 7:
Intan Dwi Adinda 171510501005
Chairul Akbar Aziz 171510501021
Maritsa Muqaffani 171510501083
Adheastt PDH 171510501087
Agus Yudi Karmala 171510501124
Santi Prastiwi 171510501125
PEMBAHASAN
1. Pengendalian Hayati
Pengendalian hayati merupakan suatu pengendalian serangga hama yang
dilakukan dengan cara biologi, yaitu menggunakan musuh-musuh alaminya (agen
pengendali biologi). Musuh-musuh alami terdiri dari predator, insektisida
penyerbuk, parasitoid. Pengendalian hayati ini biasanya dilakukan dengan
melakukan perbanyakan pada musuh alami yang dilakukan di laboratorium
(Anonim, 2002). Teknik dalam melakukan pengendalian hayati menggunakan
parasitoid dan predator dilakukan dengan 3 kategori yaitu konservasi, introduksi,
dan augmentasi. Konservasi yang dimaksud yaitu menjaga dan melestarikan
populasi musuh alami agar populasi meningkat. Tindakan tersebut dapat
dilakukan dengan melaksanakan sistem tanam yang beraneka ragam jenis tanaman
nya, mengurangi penggunaan pestisida berlebihan, menanam tanaman yang
berbunga untuk habitat dan sumber makanan bagi musuh alami. Introduksi
merupakan memasukkan populasi musuh alami dalam jumlah banyak untuk
digunakan sebagai pengendali seperti sebagai predator, patogen atau parasitoid.
Introduksi merupakan teknik klasik pengendalian hayati dikarenakan sejak lama
sudah menerapkan teknik ini. Augmentasi adalah teknik peningkatan jumlah dan
pengaruh musuh alami dengan cara pelepasan tambahan baru atau melakukan
modifikasi ekosistem untuk meningkatkan jumlah musuh alami (Rukmana dan
Sugandi, 2002).
Pengendalian hama secara hayati dikelompokkan menjadi 2 yaitu
pengaplikasian insektisida hayati dan penggunaan musuh alami yang dapat
menyebar dengan sendirinya. Penggunaan pestisida kimia masih tinggi dilakukan
oleh petani, selain itu pemanfaatan musuh alami kurang diterapkan kepada petani.
Pengendalian hayati untuk hama keong dapat dilakukan dengan melepaskan itik
peliharaan ke area sawah, yang kemudian itik tersebut akan memakan telur keong
muda yang ada di sawah. Pelepasan itik dapat diterapkan pada saat tanaman padi
berusia 2 bulan sampai panen (Manueke dkk, 2017). Penerapan parasitoid telur
dilakukan untuk mengatasi hama wereng batang coklat. Prinsip kerja nya yaitu
parasitoid hidup menumpang didalam telur wereng batang coklat. Ketika
parasitoid dewasa, akan hidup bebas dengan memanfaatkan nektar dari gulma
berbunga sebagai sumber makannya. Adanya parasitoid di telur wereng batang
coklat akan membuat populasi atau individu baru wereng berkurang (Minarni dkk,
2018).
Diratmaja, A. dan Zakiah. 2015. Konsep Dasar dan Penerapan PHT Padi Sawah di
Tingkat Petani. Agros. 17(1): 33-45
Nasution. N. A., Sri. Y., Ainin. N dan Dermiyati. 2015. Respirasi Tanah Pada
Sebagian Lokasi di Hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan
(TNBBS). J. Agrotek Tropika. 3 (3): 427-433.
Suhendrata Tota. 2017. Pengaruh Jarak Tanam Pada Sistem Tanah Jajar Legowo
Terhadap Pertumbuhan, Produktivitas dan Pendapatan Petani Padi Sawah
di Kabupaten Sragen Jawa Tengah. SEPA. 13(2): 188-194.
Syahri dan Renny. U. S. 2016. Penggunaan Varietas Unggul Tahan Hama dan
Penyakit Mendukung Peningkatan Produksi Padi Nasional. J. Litbang
Pertanian. 35(1) : 25-36.