Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR – DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN


CARA CARA PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN

ANDRE IGNATIUS EMMANUEL PINEM


05011281924088

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengendalian penyakit tanaman merupakan salah satu cara atau usaha
kita untuk memperbaiki kuantitas dan kualitas hasil produksi tanaman dan
mencegah kerugian ekonomis. Pengendalian penyakit tanaman juga salah satu
aspek yang perlu diperhatikan dalam mengusahakan sesuatu. Penyakit tanaman
dapat mengurangi nilai jual dari hasil produksi tanaman tersebut dan
menyebabkan kerugian bagi petani secraa ekonomis (Saleh & Rahayuningsih,
2013).
Berbagai upaya telah dilakukan dalam pengendalian penyakit layu
bakteri, diantaranya adalah penggunaan benih bebas hama dan penyakit,
penanaman jenis tanaman yang tidak sejenis, penanaman yang tidak serempak
pada lahan yang luas, dan penggunaan pestisida sintetis, tetapi cara ini belum
mendapatkan hasil yang memuaskan. Alternatif pengendalian lain untuk
mengendalikan penyakit layu bakteri adalah dengan pengendalian hayati
menggunakan mikroba. Penggunaan agens hayati dalam pengendalian penyakit
tanaman memiliki beberapa kelebihan diantaranya dapat mengurangi pencemaran
lingkungan bahan kimia dari insektisida, lebih efisien, berkelanjutan (Istiqomah &
Kusumawati, 2018).
Secara garis besar ada empat tindakan dalam cara pengendalian penyakit
tanaman. Pengaturan merupakan suatu cara untuk menjaga agar patogen tidak
masuk kedaerah baru atau ke lahan yang ingin kita tanamani suatu komoditas.
Pemusnahan merupakan kegiatan memberantas patogen yang telah ada di lahan
atau tanaman tersebut. Perlindungan tanaman merupakan suatau cara untuk
melindungi tanaman dengan bebrapa tindakan seperti memilih benih varietas
tahan dan penyemprotan dengan pestisida (Nuryanto, 2018).
Penamanan varietas tahan harus disesuaikan antara sifat ketahanan
varietas dengan keberadaan ras patogen di lapangan. Peta komposisi dan sebaran
ras patogen sangat penting sebagai dasar rekomondasi penanaman varietas tahan
yang sesuai dengan ras patogen P. grisea (Nasution & Nuryanto, 2015).
Untuk menekan kerugian akibat lalat buah dapat dilakukan beberapa
pendekatan pengendalian, sesuai dengan tujuan akhir dari tindakan pengendalian
itu sendiri. Di beberapa negara yang telah melaksanakan tindakan pengendalian
terdapat dua tujuan akhir pengendalian, yaitu memusnahkan populasi lalat buah
atau menjaganya agar populasinya berada di bawah ambang batas yang tidak
merugikan (Kardinan, 2011).
Prinsip PHT adalah mempertimbangkan aspek ekologis dan ekonomis
sehingga komponen PHT yang dikembangkan tidak merusak lingkungan, tetapi
dapat memanipulasi lingkungan menjadi kurang cocok bagi perkembangan
penyakit dan secara ekonomis menguntungkan. Memerhatikan prinsip PHT,
efektivitas, dan permasalahan dalam penerapannya, komponen PHT yang
berpeluang dikembangkan di perkebunan rakyat adalah praktik kultur teknis
(Mahfud, 2012).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui cara-cara
pengendalian patogen penyakit tanaman dan mengetahui kelebihan dan
kelemahan-kelemahannya.
BAB 2
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

2.1 Waktu dan Tempat


Adapun praktikum kali ini dilakukan pada tanggal 23 April 2021 dan
dilaksanakan pada tempat di kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang,
Sumatera Utara.
2.2 Cara Kerja
Adapun cara kerja dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Setiap kelompok mengumpulkan tulisan tentang kasus empat teknik
pengendalian di atas
2. Setiap kelompok membuat rangkuman isi empat tulisan tersebut dan
menyimpan cara-cara atau metode masing-masing teknik pengendalian pada
tempat yang telah disediakan pada laporan ini
BAB 3
HASIL PRAKTIKUM
Adapun hasil dari praktikum kali ini tentang cara-cara pengendalian
penyakit tanaman
3.1 Metode Pengendalian Varietas Tahan
Pengendalian varietas tahan merupakan pengendalian dengan varietas
tanaman yang mempunyai kemampuan untuk menolak atau menghindari serangan
patogen. Macam-macam sifat ketahanan tanaman yaitu genetika yang merupakan
sifat tahan yang diatur oleh sifat-sifat genetika yang dapat diwariskan. Morfologi
merupakan sifat tahan yang disebabkan oleh sifat morfologi tanaman yang tidak
menguntungkan pathogen (E et al., 2011).

Gambar 3.1.1 Jenis Varietas tahan benih jagung (Sumber : Jurnal HPT)

Gambar 3.1.2 Inpari 34 (sumber : litbang.pertanian.go.id)


Keterangan :
Pemilihan benih varietas tahan merupakan salah satu cara untuk
mengendalikan serangan patogen terhadap tanaman. Penanaman varietas tahan
juga merupakan cara pengendalian yang paling efektif dan aman bagi lingkungan.
3.2 Metode Pengendalian Kultur Teknis
Pengendalian kultur teknis merupakan cara pengendalian dengan
menggunakan langlah-langkah bercocok tanam yang lazim dan tepat dengan
mengolah lingkungan agar dapat mencegah dan mengurangi patogen. Salah satu
contoh dari kultur teknis adalah dengan cara mengatur jarak tanam dan waktu
tanam atau panen (Teknis & Dasar, 2016).

Gambar 3.2.1 Pemasangan mulsa (sumber : 8villages.com)

Gambar 3.2.2 Pengolahan tanah (sumber : ilmubudidaya.com)


Keterangan :
Pengendalian secara kultur teknis merupakan salah satu cara untuk
mengubah lingkungan agar tidak sesuai dengan lingkungan hidup patogen.
3.3 Metode Pengendalian dengan Sanitasi lahan dan Eradikasi
Pengendalian dengan sanitasi lahan dan eradikasi merupakan
membersihkan lahan yang akan ditanami dari sisa-sisa tanaman yang sebelumnya
agar patogen yang ada pada tanaman sebelumnya tidak terjangkit ke tanaman
yang baru. Melakukan pemusnahan total tanaman yang terserag penyakit agar
tidak menyebar ke tanaman yang lain (Agastya et al., 2017).

Gambar 3.3.1 Cabai terkena Antraknosa (Sumber : 8villages.com)


Keterangan :
Sanitasi lahan sangat cocok untuk memperkecil adanya serangan patogen
terhadap tanaman. Sanitasi merupakan salah satu teknik untuk membersihkan
lahan dari tanaman yang terkena atau terserang patogen agar tidak menyebar ke
tanaman yang lainnya.
3.4 Metode Pengendalian dengan Pengaturan Benih

Gambar 3.4.1 Perlakuan benih (sumber : litbang.pertanian.go.id)


Keterangan :
Perlakuan benih dapat mencegah tanaman terserang patogen dengan
memberi cairan kepada benih agar dapat menjaga benih dari serangan patogen.
3.5 Pengendalian dengan pestisida
Pengendalian kimiawi merupakan upaya pengendalian pertumbuhan
organisme pengganggu tanaman atau menurunkan populasi hama menggunakan
zat kimia pembasmi organisme pengganggu tanaman yaitu pestisida. Senyawa
kimia dapat berupa zat pemikat (atraktan), zat penolak (repelan), pestisida, zat
pemandul, dan zat penghambat pertumbuhan (Karmawati et al., 2011).

Gambar 3.5.1 Herbisida

Gambar 3.5.2 Penyemprotan Pestisida


Keterangan :
Pestisida merupakan bahan kimiawi yang dalam sejarah umat manusia untuk
mengendalikan serangan hama di lahan pertanian. Pengelompokan pestisida yaitu
fungsisida (racun jamur), herbisida (racun gulma), nematisida (racun nematode),
rodentisida (racun tikus), akarisida (racun tungau), insektisida (racun serangga).
3.6 Pengendalian Dengan Peraturan
Pengendalian dengan peraturan merupakan peraturan dengan membuat
undang-undang dan peraturan seperti lalu lintas benih, program eradikasi,
sertifikasi, dan karantina. Pengelolaan hama terpadu (PHT) adalah pendekatan
ekologi yang bersifat multidisiplin untuk pengelolaan populasi hama dengan
memanfaatkan beranekaragam taktikpengendalian (Hardani et al., 2016).

Gambar 3.6.1 Peraturan Karantina Gambar 3.6.2 Pemeriksaan


Sumber: https://8villages.com/full/petani/article/id/5a5c89710687634e35c62b34
Keterangan :
Pengendalian dengan peraturan perundang-undangan yang memberikan
landasan hukum bagi kesehatan tumbuhan karantina di Indonesia yang sudah
sangat cukup kuat dan ketat. Fungsi karantina ialah mencegah masuknya hama
dan penyakit tumbuhan, mencehgah keluarnya hama dan penyakit tumbuhan di
sekitar wilayah Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
. S., & Somantri, R. U. 2016. Penggunaan Varietas unggul Tahan Hama dan
Penyakit Mendukung Peningkatan Produksi Padi Nasional. Jurnal Penelitian
Dan Pengembangan Pertanian, 35(1), 25.
https://doi.org/10.21082/jp3.v35n1.2016.p25-36
Agastya, I. M. I., Julianto, R. P. D., & Hamzah, A. 2017. Teknik Pengendalian
Penyakit Antraknose (Patek) Di Sentra Tanaman Cabai (Capsicum Annuum
L) Menggunakan Pendekatan Pht. Jurnal Akses Pengabdian Indonesia, 1(2),
28–31.
E, B., K, A., & Munawar, D. 2011. Peran Varietas Tahan Dalam Menurunkan
Populasi Wereng Coklat Biotipe 4 Pada Tanaman Padi. Jurnal Penelitian
Pertanian Tanaman Pangan, 30(3), 145–153.
https://doi.org/10.21082/jpptp.v30n3.2011.p
Istiqomah, I., & Kusumawati, D. E. 2018. Pemanfaatan Bacillus subtilis dan
Pseudomonas fluorescens dalam pengendalian hayati Ralstonia solanacearum
penyebab penyakit layu bakteri pada tomat. Jurnal Agro, 5(1), 1–12.
https://doi.org/10.15575/2305
Kardinan, A. 2011. Penggunaan Pestisida Nabati Sebagai Kearifan Lokal Dalam
Pengendalian Hama Tanaman Menuju Sistem Pertanian Organik.
Pengembangan Inovasi Pertanian, 4(4), 262–278.
file:///C:/Users/MUTI/AppData/Local/Mendeley Ltd./Mendeley
Desktop/Downloaded/Menuju, Pertanian - 2011 - Kearifan Lokal Dalam
Pengendalian Hama.pdf
Mahfud, M. C. 2011. Teknologi dan strategi pengendalian penyakit karat daun
untuk meningkatkan produksi kopi nasional. Pengembangan Inovasi
Pertanian, 5(1), 44–57.
Nasution, A., & Nuryanto, B. 2015. Penyakit Blas Pyricularia grisea pada
Tanaman Padi dan Strategi Pengendaliannya. Iptek Tanaman Pangan, 9(2),
85–96.
Nuryanto, B. 2018. Pengendalian Penyakit Tanaman Padi Berwawasan
Lingkungan Melalui Pengelolaan Komponen Epidemik. Jurnal Penelitian
Dan Pengembangan Pertanian, 37(1), 1.
https://doi.org/10.21082/jp3.v37n1.2018.p1-8
Saleh, N., & Rahayuningsih, S. 2013. Pengendalian Terpadu Penyakit Kudis
(Sphaceloma Batatassaw.) pada Ubijalar. Buletin Palawija, 25, 225872.
https://doi.org/10.21082/bulpalawija.v0n25.2013.p
Teknis, K., & Dasar, S. 2016. Kultur Teknis Sebagai Dasar Pengendalian Hama
Kutu Kebul Bemisia Tabaci Genn. Pada Tanaman Kedelai. Buletin Palawija,
0(29), 14–25. https://doi.org/10.21082/bulpa.v0n29.2015.p14-25

Anda mungkin juga menyukai