Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit tuberkulosis paru adalah salah satu penyakit menular yang

menyerang paru dan disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis (Alsagaff

dan Mukty, 2009). Penularan utama tuberkulosis paru adalah melalui udara

dimana kuman tuberkulosis (Mycobacterium Tuberculosis) tersebar melalui

udara melalui percik renik (droplet nuclei) dahak saat penderita tuberkulosis

paru atau tuberkulosis laring batuk, berbicara, menyanyi maupun bersin.

Droplet tersebut berukuran antara 1-5 mikron sehingga aliran udara

memungkinkan untuk tetap melayang di udara untuk waktu yang cukup lama

dan menyebar ke seluruh ruangan. Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar

3000 percikan dahak (Kemenkes RI, 2014). Diperkirakan setiap satu BTA

positif akan menularkan kepada 10-15 orang lainnya, sehingga kemungkinan

setiap kontak untuk tertular penyakit tuberkulosis adalah sekitar 17%

(Kunoli, 2013).

Penyakit tuberkulosis masih menjadi salah satu masalah kesehatan

global. Sepertiga dari populasi dunia sudah tertular dengan tuberkulosis,

dimana sebagian besar dari penderita tuberkulosis adalah yang berada di usia

produktif (15-55 tahun). Hal ini menyebabkan tingkat kesehatan yang buruk

di antara jutaan orang setiap tahunnya di dunia (WHO, 2014). Menurut data

WHO dalam Annual Report on Global TB Control, terdapat 22 negara yang


dikategorikan sebagai high burden countries atau negara dengan beban yang

tinggi terhadap penyakit tuberkulosis dan Indonesia menjadi salah satu

negara yang termasuk ke dalam kategori tersebut (WHO, 2015).

Data dari profil kesehatan Indonesia, pada tahun 2014 penemuan

kasus BTA+ di Indonesia sebanyak 176.677 kasus. Kasus baru BTA+ rata-

rata terjadi pada kelompok umur dewasa dibandingkan dengan anak-anak

(Profil Kesehatan Indonesia 2015). Penyakit tuberkulosis paru harus segera

dikendalikan karena penularan penyakit tuberkulosis paru yang cenderung

mudah yaitu melalui udara. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk

mengendalikan tuberkulosis yaitu dengan pengobatan. Menurut data dari

WHO tahun 2015, Indonesia termasuk kedalam kategori 27 negara dengan

kasus MDR (Multi Drug Resistant) tuberkulosis tertinggi di dunia (WHO,

2015). Tingginya kasus MDR bisa menjadi tanda adanya kesalahan pada

proses pengobatan tuberkulosis sehingga menimbulkan MDR. Apabila terjadi

kesalahan dalam pengobatan dikhawatirkan akan meningkatkan angka kejadian

penyakit tuberkulosis menjadi semakin meningkat setiap tahunnya karena

masih banyaknya penderita yang belum sembuh dari penyakit tersebut dan

berpotensi menularkannya kepada orang-orang terdekatnya.

Risiko penularan TB Paru pada keluarga sangatlah tinggi, terutama

pada balita dan lansia yang pada umumnya memiliki daya tahan tubuh lebih

rendah selain itu pada penderita HIV yang mengalami kerusakan sistem imun

pada tubuh (Depkes RI, 2008). Hasil studi lainnya melaporkan bahwa kontak

terdekat (contohnya keluarga serumah) akan dua kali lebih berisiko


dibandingkan kontak biasa atau tidak serumah dengan penderita tuberkulosis

(Kunoli, 2013).

Berdasarkan data yang didapat oleh Puskesmas Sosial dari Penilaian

Kinerja Puskesmas (PKP) diketahui masih terdapat 43,3% penderita TB Paru

(DOTS) BTA positif yang tidak diberikan pengobatan. Sedangkan

berdasarkan hasil analisis kegiatan Program Indonesia Sehat Berdasarkan

Pendekatan Keluarga (PIS PK) hanya ada sekitar 44,33% penderita TB Paru

yang berobat sesuai standar.

Pedoman nasional penanggulangan tuberkulosis (2011), starategi

pengendalian tuberkulosis dikenal sebagai strategi DOTS (Directly Observed

Treatment Short-course), strategi DOTS ini menekankan pada penemuan dan

penyembuhan penderita dengan prioritas diberikan kepada penderita dengan

tuberkulosis tipe menular. Strategi tersebut akan memutuskan penularan

tuberkulosis dan dapat menurunkan insiden tuberkulosis di masyarakat.

Menurut depkes strategi menemukan dan menyembuhkan penderita

merupakan cara terbaik dalam penanggulangan tuberkulosis di masyarakat

(Depkes, 2011). Penemuan kasus tuberkulosis di masyarakat berkaitan

dengan peran serta masyarakat terutama keluarga dalam mengenali tanda dan

gejala dari penyakit tuberkulosis serta langsung melakukan pengobatan ke

pelayanan kesehatan terdekat untuk memeriksakan dan melakukan

pengobatan yang tepat. Semakin cepat penyakit tuberkulosis tersebut

dideteksi dan segera diobati maka akan mengurangi risiko penularan

tuberkulosis karena menurut Depkes (2014), daya penularan tuberkulosis


sudah sangat menurun setelah menjalani pengobatan selama 2 minggu

apabila pengobatan tersebut dilakukan secara teratur dan tanpa penyulit.

Berdasarkan permasalahan di atas, Puskesmas Sosial akan

melaksanakan kegiatan Sweeping dalam penemuan kasus baru TB Paru dan

Pembentukan Grup What’s App “Keluarga Cinta Paru” sebagai media

komunisasi, monitoring serta penyebaran informasi dan edukasi mengenai

penyakit tuberkulosis kepada keluarga pasien serta pembuatan MoU dengan

TB Care Aisyiyah untuk memberikan pelatihan kepada kader TB. Hasil dari

kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan angka penemuan kasus TB,

tersebarluasnya informasi mengenai penyakit TB, mengurangi kejadian

pasien TB mangkir karena tidak teratur minum obat serta mengurangi angka

kejadian kasus baru TB dengan cara memutus mata rantai penularan pada

keluarga penderita tuberkulosis serta perawatan oleh keluarga pasien sesuai

standard.

1.2 Tujuan Kegiatan

Tujuan dari kegiatan ini adalah :

1. Meningkatkan angka penemuan kasus TB

2. Tersebarnya informasi mengenai penyakit TB

3. Mengurangi kejadian pasien TB mangkir karena tidak teratur minum obat

4. Mengurangi angka kejadian kasus baru TB akibat kontak serumah

5. Kader TB dapat memberikan simulasi pada keluarga pasien TB dalam

memberikan perawatan sesuai standard.


1.3 Lokasi Kegiatan

Kegaitan ini akan dilakukan di kelurahan Sukabangun dan Sukajaya yang

merupakan wilayah kerja Puskesmas Sosial.

1.4 Waktu Kegiatan

Kegiatan ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2019.


BAB II
Pembahasan

2.1 Identifikasi Masalah

NO KEGIATAN MASALAH
1 Meningkatkan angka penemuan Masih banyaknya warga yang tidak
kasus TB mau memeriksakan kesehatannya.
2 Tersebarnya informasi mengenai Kurang terjangkaunya informasi
penyakit TB sampai ke pelosok wilayah
3 Mengurangi kejadian pasien TB Masih ada pasien TB yang mangkir
mangkir karena tidak teratur minum
obat
4 Mengurangi angka kejadian kasus Kurang kesadaran keluarga pasien
baru TB akibat kontak serumah TB untuk periksa kesehatan
5 Kader TB dapat memberikan Kader TB kurang aktif dalam
simulasi pada keluarga pasien TB menjaring pasien TB
dalam memberikan perawatan
sesuai standard

2.2 Analisis Pemecahan Masalah

MASALAH PENYEBAB RTL


Masih banyaknya warga Malu akan penyakitnya Sweeping Suspek TB
yang mau memeriksakan
kesehatannya.
Kurang terjangkaunya Kurang tenaga Sweeping Suspek TB
informasi sampai ke medis,serta transportasi
pelosok wilayah yang kurang memadai
Masih ada pasien TB yang Perlunya mengaktifan Pembentukan grup
mangkir lagi PMO dalam Whatsapp
pengawasan pasien TB “Keluarga Cinta paru”
saat minum obat
Kurang kesadaran Malu karena ada Pembentukan grup
keluarga pasien TB untuk keluarga yang menderita Whatsapp
periksa kesehatan TB “Keluarga Cinta paru”
Kader TB kurang aktif Memonivasi kader TB Pembuatan MOU dengan
dalam menjaring pasien agar aktif dalam TB Care Aisyiyah untuk
TB menjaring suspek TB memberikan pelatihan
kepada kader TB
2.3 Rencana Tindak Lanjut Pemecahan Masalah

NO KEGIATAN TUJUAN SASARAN TEMPAT WAKTU PELAKSANAAN BIAYA KET

1 Sweeping Mengurangi Keluarga pasien Rumah Tangga Jadwal Bulan Wilayah kerja Pengada
Suspek TB kejadian kasus TB dan warga Di wilayah kerja Juli 2019 Puskesmas Sosial an
baru TB sekitar Puskesmas Sosial kelurahan BOK
2 Pembentukan Sebagai media Keluarga pasien Rumah Tangga Jadwal Bulan Sukabangun dan
grup Whatsapp komunikasi,mon TB Di wilayah kerja Juli 2019 Kelurahan Sukajaya
“Keluarga itoring serta Puskesmas Sosial
Cinta paru” penyebaran
informasi dan
edukasi
mengenai
penyakit TB
kepada keluarga
pasien
3 Pembuatan 1 .Meningkatkan Kader TB Rumah Tangga Jadwal Bulan
MOU dengan angka penemuan Di wilayah kerja Juli 2019
TB Care kasus TB Puskesmas Sosial
Aisyiyah untuk 2. Memutuskan
memberikan mata rantai
pelatihan penularan pada
kepada kader keluarga dan
TB lingkungan
sekitar rumah
pasien TB
3. Memberikan
pelatihan kader
TB
2.4 Tabel PDCA (Plan-Do-Check-Action)

PROGRA
N ACTION ( TINDAK
M PLAN ( RENCANA ) DO ( PELAKSANAAN ) CHECK ( HASIL )
O LANJUT )
INOVATIF
1 PROGRA 1. Meningkatkan 1. Mengadakan MOU ke Target Penemuan 1. Sweeping Suspek TB
M TB angka penemuan jeraring dalam penemuan kasus TB Meningkat 2. Pembentukan grup
kasus TB kasus suspek TB dan SPM pelayanan Whatsapp “Keluarga
2. Tersebarnya 2. Mengadakan penyuluhann tercapai Cinta paru”
informasi mengenai tempat Sekolah,Posyandu 3. Pembuatan MOU dengan
penyakit TB dan jejaring di wilayah TB Care Aisyiyah untuk
3. Mengurangi Puskesmas Sosial memberikan pelatihan
kejadian pasien TB 3. Melakukan kunjungan kepada kader TB
mangkir karena kontak serumah pasien TB
tidak teratur minum 4. Menganjurkan keluarga
obat pasien memeriksakan
4. Mengurangi angka kesehatannya
kejadian kasus baru 5. Kerja sama dengan Tim Care
TB akibat kontak Aisyiyah dalam mendukung
serumah Program TB
5. Kader TB dapat
memberikan
simulasi pada
keluarga pasien TB
dalam memberikan
perawatan sesuai
standard
2.5. Gambaran Kegiatan

1. Sweeping Suspek TB

Kegiatan Sweeping Suspek TB adalah kegiatan yang dilakukan dengan

berkunjung ke rumah tersangka penderita TB berdasarkan setiap laporan dari

masyarakat setempat segera setelah laporan tersebut diberikan, kemudian

petugas puskesmas meminta pasien dengan didampingi keluarga untuk

mengambil sampel dahak tersangka penderita TB untuk dilakukan uji

laboratorium di Puskesmas.

2. Pembentukan grup what’s app “Keluarga Cinta Paru”

Grup what’s app “Keluarga Cinta Paru“ akan dibuat sebagai media

komunikasi, monitoring, serta penyebarluasan informasi dan edukasi kepada

keluarga pasien TB. Grup ini akan di-launching pada bulan Juli 2019. Pasien

TB dan keluarganya akan diajak bergabung pada grup tersebut sehingga bisa

mendapatkan informasi secara cepat dan dapat langsung berkonsultasi dengan

petugas puskesmas dan berkomunikasi keluarga pasien TB lainnya.

3. Pembuatan MoU dengan TB care Aisyiyah untuk memberikan

pelatihan kepada kader TB.

Dibuatnya kerja sama kemitraan antara Puskesmas Sosial dan TB Care

Aisyiyah dalam memberikan pelatihan pada kader TB di wilayah kerja

Puskesmas Sosial salah satunya mengenai cara pemberian perawatan kepada

penderita TB oleh keluarga pasien. Kemudian kader TB dapat memberikan

informasi dan simulasi kepada keluarga pasien mengenai materi pelatihan

yang telah diberikan oleh kelompok TB Care Aisyiyah dan Petugas

Kesehatan.
BAB III

Penutup

Demikian proposal kegiatan ini kami ajukan, semoga kegiatan ini dapat

terlaksana sesuai dengan yang diharapkan dan dapat memberikan manfaat kepada

masyarakat di Kota Palembang pada umumnya dan masyarakat di wilayah kerja

Puskesmas Sosial pada khusunya.

Palembang, 21 Maret 2019

Ketua Pokja UKM Petugas Promkes

Siti Farida, S. SiT Septri Anggraini, SKM


NIP. 198002032010012014

Mengetahui/Menyetujui
Plt. Kepala Puskesmas Sosial Kota Palembang

Dr. Hj. Meriance, M. Kes


NIP. 198105152010012014
Daftar Pustaka

Alsagaff, Hood dan Abdul Mukty. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru.
Airlangga Universitti Press. Surabaya.

Depkes RI. 2009. Buku Saku Program Penanggulangan TB. Jakarta.

Kunoli, Firdaus J. 2013. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular: Untuk


Mahasiswa Kesehatan Masyarakat. CV Trans Info Media. Jakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Pedoman Nasional


Pengendalian Tuberkulosis. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta.

Puskesmas Sosial. 2019. Perencanaan Tingkat Puskesmas. Palembang

World Health Organization (WHO). 2015. Annual Report on Global TB


Control. WHO Document Production Services, Geneva, Switzerland.

Anda mungkin juga menyukai