Anda di halaman 1dari 33

1 Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman 2011/2012

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang
terdiri dari hama, penyakit dan gulma, merupakan
kendala utama dalam budidaya tanaman. Organisme
pengganggu tanaman ini pada suatu lahan pertanian
sangat mengganggu laju pertumbuhan tanaman yang
dibudidayakan, ini dikarenakan antara tanaman yang
dibudidayakan dengan OPT ini bersaing untuk
mendapatkan makanan, serat dan tempat perlindungan,
maka dari itu untuk mengatasi masalah ini perlu
dilakukan upaya pengendalian yang terpadu demi
menjaga kualitas tanaman tersebut.
Permasalahan Organisme Pengganggu Tanaman
(OPT) merupakan kendala utama dalam peningkatan
dan pemantapan produksi tanaman pangan. Sejalan
dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi
pengendalian OPT, maka upaya penerapan
pengendalian secara terpadu diharapkan semakin baik,
meluas dan memasyarakat. Teknologi tersebut
selanjutnya berkembang menjadi teknologi
Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Teknologi ini harus
dapat disebarluaskan melalui komunikasi pembangunan
karena teknologi pengendalian hama terpadu yang
merupakan salah satu teknologi yang dapat menjamin
produktivitas, nilai ekonomi usahatani dan dapat
mempertahankan kelestarian ekosistem.
Petani sebagai pelaku utama kegiatan pertanian
sering menggunakan pestisida sintetis secara
2 Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman 2011/2012
berlebihan terutama untuk penyakit-penyakit yan sulit
dikendalikan, misalnya penyakit yang disebabkan oleh
virus dan patogen tular tanah (soil borne
pathogens).Pada tanaman hortikultura, pestisida sintetis
merupakan andalan pengendalian yang utama.Penyakit
bercak ungu (trotol) pada bawang merah dan bawang
putih merupakan salah satu penyakit yang sampai
sekarang sulit dikendalikan.Pada beberapa daerah
misalnya di Brebes dan Tegal, bawang merah
merupakan tanaman andalan petani.Petani cenderung
menanam sepanjang tahun tanpa memperhatikan faktor
lingkungan.Untuk mengendalikan penyakit ini petani
cenderung menggunakan pestisida sintetis secara
berlebihan sehingga menimbulkan dampak buruk bagi
kesehatan. Hal ini dilakukan petani antara lain karena
modal yang ditanam dalam usaha tani cukup besar
sehingga petani tidak mau menanggunag resiko
kegagalan usaha taninya, konsumen menghendaki
produk hortikultura yang bersih dan cantik (blemish free)
dan kurang tersedianya pengendalian non kimia yang
efektif.
Penggunaan pestida yang kurang bijaksana
seringkali menimbulkan masalah kesehatan,
Pembangunan penyakit tumbuhan secara hayati
merupakan salah satu komponen pengendalian hama
terpadu (PHT) yang sesuai untuk menunjang pertanian
berkelanjutan karena pengendalian ini lebih selektif
(tidak merusak organisme yang berguna dan manusia)
dan lebih berwawasan lingkungan. Pengendalian hayati
berupaya memanfaatkan mikroorganisme hayati dan
proses-proses alami.Aplikasi pengendalian hayati harus
kompatibel dengan peraturan (karantina), pengendalian
dengan jenis tahan, pemakaian pestisida dan lain-lain.
3 Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman 2011/2012
Perkembangan hasil penelitian tentang berbagai
agensia hayati yang bermanfaat untuk mengendalikan
patogen pada tanaman, sebenarnya sudah cukup
menggembirakan, walaupun masih relatif sedikit yang
dapat digunakan secara efektif di lapangan. Komponen
ini jelas berperan dalam peningkatan peranan
Fitopatologi Indonesia dalam pengamanan produksi dan
pelestarian lingkungan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
melalui penguatan studi DPT sehingga mampu
melaksanakan dan mengevaluasi tanaman di suatu
lahan.
1.2.2 Tujuan Khusus
Untuk mengamati OPTyang ada di lahan tomat
dan buncis dan menganalisis cara pengendalian yang
tepat.
1.3 Manfaat
Agar dapat mengenali jenis-jenis OPT yang ada
di setiap varietas dan lahan.
Petani dapat mengetahui ciri yang ditimbulkan
setiap OPT agar dapat mengendaliakan secara
tepat.
4 Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman 2011/2012
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Pengendalian Hama Terpadu
Pengendalian Hama Terpadu adalah kombinasi
pengendalian hama secara hayati dan pengendalian
hama secara kimiawi menggunakan pestisida. (Tim
Dosen Dasar Perlindungan Tanaman, 2011 )
2.2. Pengertian Organisme Pengganggu Tanaman
Organisme pengganggu tanaman meliputi hama
tanaman dan organisme lain yang dapat menyebabkan
atau membawa penyakit bagi tanaman. (Pitoyo, 2006)
2.3. Pengertian Ekosistem
Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup
yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling
mempengaruhi dalam bentuk keseimbangan, stabilitas,
dan produktivitas lingkungan hidup. (Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup)
2.4. Komponen Pengendalian Hama Terpadu
Beberapa komponen pokok atau cara-cara
pengendalian yang dapat dipadukan dalam suatu
konsep pengendalian hama terpadu adalah:
1. Penggunaan varietas yang resisten atau toleran
terhadap hama.
2. Cara hayati, yaitu menggunakan musuh-musuh alami
dalam menekan populasi hama, untuk
mempertahankan atau melestarikan, menghadirkan,
5 Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman 2011/2012
serta mengatur kemampuan predator, parasit, dan
patogen.
3. Cara teknik bercocok tanam, untuk menekan
populasi atau memutuskan daur hidup hama, dengan
cara menggunakan varietas resisten, pergiliran
tanaman, sanitasi lahan, eradikasi tanaman inang
pengganti atau eradikasi sumber infeksi, pengaturan
jarak tanam atau waktu tanam, penggunaan pupuk
yang direkomendasikan.
4. Cara kimia, yaitu menggunakan bahan kimia atau
insektisida sesuai dengan petunjuk, yang seminim
mungkin mengganggu lingkungan, atas dasar
kepadatan populasi hama yang dianggap merugikan
menurut hasil pengamatan.
5. Pengamatan hama (monitoring hama), kegiatan
memantau keadaan hama (jenisnya, intensitasnya,
luasnya, dan lain-lain) serta faktor-faktor lingkungan
yang mempengaruhi perkembangan hama (cuaca,
musuhnya)
Fungsi pengamatan dalam sistem pengendalian
hama terpadu adalah:
a. Meramal situasi hama, sehingga dapat
mengadakan tindakan pengendalian sedini
ungkin.
b. Menginformasikan peringatan dini terhadap
perkembangan populasi hama yang merugikan.
c. Menyusun rekomendasi cara-cara pengendalian
hama yang tepat.
(Natawigena, 1993)
2.5. Komponen Ekosistem
Ekosistem dapat diartikan sebagai hubungan timbal
balik atau interaksi antara makhluk hidup dengan
6 Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman 2011/2012
lingkungannya. Selain itu ekosistem merupakan
tingkatan organisasi kehidupan yang mencakup
organisme dan lingkungan tak hidup, dimana kedua
komponen tersebut saling mempengaruhi dan
berinteraksi.
Komponen penyusun ekosistem terdiri atas dua
macam, yaitu komponen biotik dan abiotik. Komponen
biotik adalah komponen yang terdiri atas makhluk hidup,
sedangkan komponen abiotik adalah komponen yang
terdiri atas benda mati. Seluruh komponen biotik dalam
suatu ekosistem membentuk komunitas. Dengan
demikian, ekosistem dapat diartikan sebagai kesatuan
antara komunitas dengan lingkungan abiotiknya.
1. Komponen Biotik
Berdasarkan caranya memperoleh makanan di
dalam ekosistem, organisme anggota komponen biotik
dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Produsen, yang berarti penghasil. Produsen
merupakan organisme yang mampu menghasilkan
zat makanan sendiri (autotrof) melalui fotosintesis. Yang
termasuk dalam kelompok ini adalah tumbuhan hijau
atau tumbuhan yang mempunyai klorofil. Produsen ini
kemudian dimanfaatkan oleh organisme-organisme
yang tidak bisa menghasilkan makanan (heterotrof)
yang berperan sebagai konsumen.
b. Konsumen, yang berarti pemakai, yaitu
organisme yang tidak dapat menghasilkan zat makanan
sendiri tetapi menggunakan zat makanan yang dibuat
oleh organisme lain. Organisme yang secara langsung
mengambil zat makanan dari tumbuhan hijau adalah
herbivora. Oleh karena itu, herbivora sering disebut
konsumen tingkat pertama. Karnivora yang
mendapatkann makanan dengan memangsa herbivora
7 Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman 2011/2012
disebut konsumen tingkat kedua. Karnivora yang
memangsa konsumen tingkat kedua disebut konsumen
tingkat ketiga dan seterusnya. Proses makan dan
dimakan di dalam ekosistem akan membentuk rantai
makanan. Perhatikan contoh sebuah rantai makanan ini:
Gambar Rantai Makanan dan Piramida Makanan
Dalam ekosistem, banyak proses rantai makanan
yang terjadi sehingga membentuk jaring-jaring makanan
(food web) yang merupakan kumpulan dari beberapa
rantai makanan
c. Dekomposer atau pengurai
Dekomposer adalah jasad renik yang berperan
menguraikan bahan organik yang berasal dari
organisme yang telah mati ataupun hasil pembuangan
sisa pencernaan. Dengan adanya organisme pengurai,
organisme akan terurai dan meresap ke dalam tanah
menjadi unsur hara yang kemudian diserap oleh
tumbuhan (produsen). Selain itu aktivitas pengurai juga
8 Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman 2011/2012
akan menghasilkan gas karbon dioksida yang akan
dipakai dalam proses fotosintesis.
2. Komponen Abiotik
Komponen abiotik merupakan komponen tak
hidup dalam suatu ekosistem. Komponen abiotik sangat
menentukan jenis makhluk hidup yang menghuni suatu
lingkungan. Komponen abiotik banyak ragamnya, antara
lain:
a. Suhu
Suhu berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu
merupakan syarat yang diperlukan organisme untuk
hidup. Ada jenis-jenis organisme yang hanya dapat
hidup pada kisaran suhu tertentu.
b. Sinar matahari
Sinar matahari mempengaruhi ekosistem secara
global karena matahari menentukan suhu. Sinar
matahari juga merupakan unsur vital yang
dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai produsen untuk
berfotosintesis.
c. Air
Air berpengaruh terhadap ekosistem karena air
dibutuhkan untuk kelangsungan hidup organisme.
Bagi tumbuhan, air diperlukan dalam pertumbuhan,
perkecambahan, dan penyebaran biji; bagi hewan
dan manusia, air diperlukan sebagai air minum dan
sarana hidup lain, misalnya transportasi bagi
manusia, dan tempat hidup bagi ikan. Bagi unsur
abiotik lain, misalnya tanah dan batuan, air
diperlukan sebagai pelarut dan pelapuk.
9 Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman 2011/2012
d. Tanah
Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme.
Jenis tanah yang berbeda menyebabkan organisme
yang hidup didalamnya juga berbeda. Tanah juga
menyediakan unsur-unsur penting bagi pertumbuhan
organisme, terutama tumbuhan.
e. Angin
Angin selain berperan dalam menentukan
kelembapan juga berperan dalam penyebaran biji
tumbuhan tertentu.
f. Garis lintang
Garis lintang yang berbeda menunjukkan kondisi
lingkungan yang berbeda pula. Garis lintang secara
tak langsung menyebabkan perbedaan distribusi
organisme di permukaan bumi. Ada organisme yang
mampu hidup pada garis lintang tertentu saja.
(Anonymous
a
, 2010)
2.6. Peran PHT dalam Ekosistem Pertanian
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) berperan
dalam usaha pengendalian hama untuk
mempertahankan produksi pertanian agar produksi
tetap optimal, pengendalian hama adalah usaha usaha
manusia untuk menekan populasi hama sampai
dibawah ambang batas yang merugikan secara
ekonomi.
(http://ahmadsarbini.wordpress.com/2008/02/02/peng
endalian-hama-terpadu/)
10 Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman 2011/2012
2.7. Faktor Penyebab Timbulnya Peledakan Hama dan
Penyakit
Beberapa penyebab yang dapat menimbulkan
peledakan hama dan penyakit diantaranya:
1. Pertanaman monokultur
Bertanam satu jenis tanaman di lahan yang luas
berarti berkurangnya keanekaragaman, yang
mengakibatkan keadaan ekosistem menjadi tidak
stabil. Keadaan demikian dapat memberi
kesempatan kepada populasi hama tertentu terus
meningkat, sehingga dapat menimbulkan peletusan
hama.
2. Bertanam terus menerus
Bertanam satu jenis tanaan secara terus menerus
dalam beberapa musim atau beberapa tahun dapat
menyebabkan tersedianya makanan bagi hama
sepanjang waktu, sehingga hama terus berkembang
biak dan populasinya meningkat.
3. Penggunaan pupuk yang berlebihan
Penggunaan pupuk Nitrogen yang berlebihan dapat
mengakibatkan tanaman tumbuh lebih subur
sehingga dapat menjadi makanan yang menarik bagi
suatu hama dan merangsang peningkatan
populasinya.
4. Pemasukan jenis tanaman baru
Pemasukan suatu jenis tanaman baru di suatu
daerah dapat merangsang perkembangan suatu jenis
hama di daerah tersebut. Tanaman yang baru itu
dapat menjadi tanamna yang lebih baik bagi suatu
jenis hama, misalnya lamtorogung dan kutu loncat,
atau lebih peka terhadap serangan hama asli di
ekosistem setempat.
5. Pemasukan jenis hama baru
11 Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman 2011/2012
Suatu jenis binatang atau suatu organisme yang
dimasukkan di tempat yang baru dapat menjadi
hama penting di tenpat yang baru didatanginya. Hal
ini disebabkan antara lain di tempat yang baru,
binatang atau hama tersebut tidak ada musuh
alaminya.
6. Varietas unggul tahan hama
Menanam varietas unggul tahan hama di suatu
daerah selama periode tertentu, dapat mendorong
timbulnya biotip baru dari hama tersebut, yang
mampu merusak varietas unggul itu yang
sebelumnya tahan terhadap hama tersebut.
7. Waktu bertanam
Perkembangan hama di samping dipengaruhi oleh
faktor makanan dan faktor hayati, juga dipengaruhi
oleh faktor fisis seperti cuaca dan iklim. Iklim
berpengaruh pula terhadap pertumbuhan tanaman.
Pada saat stadia merusak hama, yaitu dari hama
muncul dan pada saat itu telah tersedia fase
pertumbuhan tanaman yang sesuai bagi makanan
hama, maka terjadilah serangan hama. Oleh karena
itu, waktu bertanam perlu diatur agar waktu
pemunculan stadia merusak dari hama tidak
bersamaan dengan fase pertumbuhan tanaman yang
dibutuhkan hama.
8. Penggunaan pestisida yang tidak memenuhi petunjuk
Penggunaan pestisida yang tidak memenuhi petunjuk
dapat mengakibatkan terbunuhnya musuh-musuh
alami seperti predator dan parasit. Dengan demikian,
populasi musuh alami akan berkurang dan populasi
hama akan meningkat.
(Natawigena, 1993)
12 Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman 2011/2012
2.8 Metode Pengendalian OPT
1. Pengendalian fisik mekanik
Pengendalian fisik dan mekanik memiki tujuan langsung
dan tidak langsung, diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Mematikan hama.
b) Menggangu aktivitas fisiologi hama yang normal
dengan cara lain dan diluar pestisida.
c) Mengubah lingkungan sedemikian rupa sehingga
lingkungan menjadi kurang sesuai bagi
kehidupan hama
Pengendalian fisik dan mekanik merupakan
tindakan mengubah lingkungan khusus untuk
mematikan atau menghambat kehidupan hama, dan
bukan merupakan bagian praktek budidaya yang umum.
Pengendalian fisik dan mekanik harus dilandasi oleh
pengetahuan yang menyeluruh tentang ekologi
serangan hama sehingga dapat diketahui kapan,
dimana, dan bagaimana tindakan terdebut harus
dilakukan agar diperoleh hasil seefektif dan seefisien
mungkin.
Contoh pengendalian fisik:
Pemanasan
Pembakaran
Pemanasan dengan energi radio-frekuensi
Pendinginan
Pambasahan
Pengeringan
Lampu perangkap
Radiasi sinar intra merah
Gelombang suara
Penghalang
Contoh pengendalian mekanik:
Pengambilan dengan tangan
Gropyokan
13 Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman 2011/2012
Pemasangan perangkap
Pengusiran
Cara-cara lain: menggoyang-goyangkan pohon,
menyikat, mencuci, memisahkan bagian
tanaman terserang, memukul, mengunakan alat
penghisap serangga, dan lain-lain.
2. Pengendalian kultur teknis
Pengendalian secara kultur teknis bertujuan
untuk mengelolah lingkungan tanaman sehingga
kurang cocok bagi kehidupan OPT. Dengan demikian
akan mengurangi laju peningkatan populasi dan
kerusakan tanaman. Selain itu, pengendalian ini juga
bertujuan untuk mengefektifkan kinerja musuh alami.
Pengendalian ini bersifat preventif, dilakukan
sebelum terjadi serangan OPT dengan harapan agar
populasi OPT tidak meningkatkan melebihi ambang
ekonomi pengendalian.
Beberapa tujuan utama teknik pengendalian ini
adalah:
1. Mengurangi kesesuaian ekosistem
o Sanitasi
o Penghancuran habitat inang pengganti
o Pengerjaan tanah
o Pengelolaan air
2. Menganggu kontinuitas penyediaan keperluan
hidup hama
o Pergiliran tanaman
o Pemberoaan lahan
o Penanaman serentak
o Penetapan jarak tanam
o Lokasi tanam
14 Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman 2011/2012
o Memutuskan sinkronisasi antara tanaman dan
hama
o Menghalangi peletakan telur
3. Mengalihkan dampak kerusakan tanaman
o Penanaman tanaman perangkap
o Panen bertahap
4. Mengurangi dampak karusakan tanaman
o Mengubah toleransi inang
o Mengubah jadwal panen
3. Pengendalian dengan varietas tahan
Pengendalian ini telah lama digunakan dalam
praktek dilapangan karena nilai praktis, efisien,
murah dan tidak mengganggu lingkungan. Di
Indonesia telah dikenal varietas unggul tahan wereng
(VUTW) untuk mengendalikan populasi wereng
coklat.
Beberapa keuntungan pengguanaan varietas
tahan adalah:
a. Penggunaanya praktis dan secara ekonomis
menguntungkan
b. Sasaran pengendalian yang spesifik
c. Efektifitas bersifat komulatif dan persisten
d. Kompatibilitas dengan komponen PHT lainnya
e. Dampak negatif terhadap lingkungan terbatas
Beberapa kerugian penggunaan varietas
tahan adalah:
a. Waktu dan biaya pengembangan pertama sangat
besar
b. Keterbatasan sumber ketahanan
15 Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman 2011/2012
c. Timbulnya biotipe hama
d. Sifat ketahanan yang berlawanan
4. Pengendalian Hayati
Pengendalian alami (natural control) merupakan
proses pengendalian yang berjalan sendiri tanpa ada
kesengajaan yang dilakukan oleh manusia.
Pengendalian alami terjadi tidak hanya oleh karena
bekerjanya musuh alami. Tetapi juga oleh komponen
ekosistem lainnya seperti makanan, dan cuaca.
Pengendalian hayati (biological control) merupakan
taktik pengelolaan hama yang dilakukan secara
sengaja memanfaatkan atau memanipulasikan
musuh alami untuk menurunkan atau mengendalikan
populasi hama. Musuh alami terjadi atas parasitoid,
predator dan pathogen (jamur, bakteri, virus,
nematoda, protozoa, rikketsia). Musuh alami
merupakan pengendalian alami utama hama yang
berkarja secara tergantung kapadatan populasi
sehingga tidak dapat dilepaskan dari kehidupan dan
perkembangbiakan hama.
Contoh: parasitoid telur leefmansia bicolor untuk
mengendalikan hama belalang pedang sexava sp
yang menyerang kelapa. Kumbang Curinus coreolius
dari hawai untuk mengendalikan hama kutu loncat
lamtoro Heteropsylla sp.
5. Pengendalian kimiawi
Pengendalian hama secara kimiawi adalah
penggunaan pestisida kimia untuk mengendalikan
hama agara hama tidak menimbulkan kerusakan
bagi tanaman yang dibudidayakan. Meskipun
16 Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman 2011/2012
pestisida kimia memiliki banyak keuntungan ekonomi
bagi petani dan masyarakat, tetapi memiliki dampak
negatif bagi kesehatan dan lingkungan.
(Anonymous
b
, 2008)
2.9 Konsep Ambang Ekonomi
Salah satu persyaratan utama dalam pelaksanaan
pengendalian hama terpadu adalah memanfaatkan
ambang ekonomi untuk membuat keputusan tindakan
pengendalian. Tanpa informasi mengenai ambang
ekonomi, akan sulit untuk memutuskan apakah memang
suatu jasad sudah merupakan hama atau belum.
Tindakan pengendalian hama atas dasar nilai
ambang ekonomi akan menghemat niaya karena hama
dapat dikendalikan sebelum menimbulkan kerugian.
Ambang ekonomi suatu hama adalah batas yang
menunjukkan kepadatan suatu populasi hama tertentu
atau intensitas serangan tertentu, yang bisa
menimbulkan kerugian bila dibiarkan terus, sehingga
perlu segera dikendalikan. Seandainya suatu populasi
hama yang sudah mencapai ambang ekonomi tidak
diadakan pengendalian, populasinya bisa terus
meningkat dan akhirnya bisa menimbulkan kerugian.
Tindakan pengendalian hama atas dasar ambang
ekonomi adalah tindkaan pengendalian sedini mungkin.
Aplikasinya ditujukan terhadpa hama yang sedang
menyerang tanaman. Oleh, karena itu, biasanya
digunakan pengendalian dengan cara kimiawi sebab
lebih cepat dan lebih praktis dalam menekan populasi
hama.
17 Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman 2011/2012
Dalam suatu nilai ambang ekonomi, untuk suatu jenis
hama pada tanaman tertentu di suatu daerah banyak
sekali faktor yang mempengaruhinya. Nilai ambang
ekonomi untuk berbagai jenis hama akan berbeda.
Demikian pula nilai ambang ekonomi untuk hama yang
sama pada berbagai jenis tanaman bisa berbeda.
(Natawigena, 1993)
18 Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman 2011/2012
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Waktu : Minggu, 11 Desember 2011
Tempat :Kelurahan Merjosari, Lowokwaru,
Malang.
3.2 Metode Kerja
Melakukan pengamatan yang ada di desa
Melakukan pengkajian lebih lanjut dengan
sumbernya atau pada petani secara langsung
Melakukan dokumentasi pada lahan persawahan
beserta hewan apa saja yang terdapat disana
Melakukan identifikasi terhadap hewan yang didapat
apakah termasuk dalam musuh alami atau hama
Mengklasifikasi hewan tersebut
Membuat laporan
19 Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman 2011/2012
BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Kondisi Lahan
Pak Ramu memiliki luas lahan sekitar 1400 yang
beliau bagi menjadi 3 bagian. Awal tanaman yang beliau
tanam adalah brungkul atau yang biasa disebut
kembang kol. Sekarang tanaman yang ada pada lahan
bapak Ramu adalah tanaman buncis dan tanaman
tomat. Namun, tanaman tomat beliau tumpang sarikan
dengan tanaman buncis. Beliau mengolah lahannya
secara konvensional, meskipun menggunakan
pestisida, namun beliau tetap memperhatikan takaran
yang ada pada pestisida. Selain itu juga beliau juga
menggunakn pupuk kandang. Jenis tanaman yang ada
pada lahan milik bapak Ramu adalah hortikultura.
4.1.2 Sistem budidaya yang dijalankan petani
System budidaya petani pada awalnya
monoculture yaitu hanya menanam tanaman buncis
tetapi setelah dijalankan beberapa saat ternyata sistem
ini merugikan petani karena tanaman banyak diserang
oleh hama dan lain sebagainya. Sehingga petani
merubah sistem pertaniannya menjadi tumpangsari
antara buncis dan tomat .
Karena sitem tumpang sari tersebut dapat menekan
perkembangan OPT , karena semakin beragam
vegetasi yang ada maka athropoda yang ada
didalamnya semakin beragam. Maka pasti akan
terdapat musuh alami yang akan menekan
pertumbuhan hama yang menyerang tanaman.
Hal ini juga berdampak positif bagi petani
tersebut karena sistem ini selain juga dapat menekan
20 Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman 2011/2012
hama juga dapat memberi hasil lebih bagi petani seperti
dapat memanen tomat dan buncis sehingga mendapat
hasil panen lebih.
Sistem tumpang sari ini juga dapat mengurangi
populasi OPT di lahan tersebut.
4.1.3 Hama yang ditemukan di lapang
a) Aphis sp
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hemiptera
Family : Aphididae
Genus : Aphis
Spesies : Aphis sp
Cirri-ciri:
Tubuh pipih
Ukuran sangat kecil
Tipe mulut penghisap
Antenna panjang
21 Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman 2011/2012
b) Belalang
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Famili : Acrididae
Genus : Oxya
Spesies : Oxya chinen
Ciri-ciri:
Tipe mulut menggigit-
mengunyah
Bersayap lurus pada saat
isirahat
4.1.4 Penyakit yang ditemukan di lapang
a) Layu Fusarium
Kingdom : Myceteae
Divisi : Amastigomycota
Kelas : Deuteromycetes
Ordo : Moniliales
Famili : Tuberculariaceae
Genus : Fusarium
Spesies : Fusariumoxysporum f.sp.
Gejala :
Batang berwarna coklat.
Tangkai daun merunduk.
Bercak coklat pada daun.
22 Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman 2011/2012
4.1.5 Musuh alami yang ditemukan di lapang
Coccinelid
Kerajaan :Animalia
Filum :Arthropoda
Kelas :Insecta
Ordo :Coleoptera
Famili :Coccinellidae
Genus : Epilachna
Spesies : Epilachna sparsa
Gejala:
Daun berlubang
Daun mengering
4.1.6 Kendala budidaya tanaman oleh petani
Kendala yang paling berat menurut petani adalah
banyaknya populasi belalang dan ulat yang banyak
sehingga tanaman mengalami kerusakan pada bagian
daun dan bagian bagian lain (batang dan akar)
sehingga hal ini menyebabkan penurunan pada hasil
panen tanaman buncis dan tomat .
23 Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman 2011/2012
4.1.7 Pengendalian OPT yang dilakukan petani
Dalam mengendalikan hama dan penyakit yang
ada pada tanaman bincis dan tomat, pak Ramu
menggunakan pestisida, pupuk ZA dan pupuk kandang.
Pupuk kandang ini, beliau dapat dari kotoran sapi yang
beliau miliki. Pupuk ZA dan pupuk kandang ini dicampur
menjadi satu, kemudian ditambahkan jerami baru diolah
menjadi pupuk organik.
4.1.8 Kebutuhan pestisida dan teknis penggunaan
pestisida oleh petani
Pestisida yang digunakan adalah dari jenis:
Fungisida
Antrakol 70 WP dengan dosis seperempat
kilogram setiap satu minggu sekali dengan
besar biaya sebesar Rp.50.000,-
Insektisida
o Curacron 500 EC
o Prefaton 50 SC
4.1.9 Kondisi sosial ekonomi petani
Petani ini memiliki sebuah rumah gubuk dan
tinggal bersama istrinya , selain berprofesi sebagai
petani beliau juga memelihara ternak milik tetengga ,
dan keadaan petani tersebut kurang memenuhi criteria
cukup ,tetapi bisa dikatakan hidupnya sangat
sederhana.
24 Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman 2011/2012
4.2 Pembahasan
4.2.1 Penjelasan kondisi ekosistem yang ditemukan
Dalam hasil praktikum lapang kemarin, ditemukan
berbagai ekosistem di wilayah yang diamati tersebut.
Dan yang jelas ditemui adalah ekosistem darat.
Terdapat ekosistem darat dimana tanaman tomat dan
buncis yang mendominasi di lahan tersebut. Hal ini
sejalan dengan kedaan lahan yang memang sengaja
dijadikan menjadi lahan pertanian tanaman holtikultura.
Hubungan antara ekosistem dengan faktor biotik
maupun abiotik jelaslah ada. Di lahan tersebut, jika
diakaitkan dengan faktor biotik (contohnya manusia dan
hewan) maka akan didapati interaksi yang cukup erat
antara ekosistem tomat dan buncis dengan faktor biotik
yang mempengaruhi.
Manusia akan melakukan berbagai cara guna
meningkatkan hasil produksi dari tanaman holtikultura
yang ditanam. Karena dengan banyaknya hasil yang
didapat, maka keuntungan pasti akan sudah di depan
mata dan dalam genggaman tangan. Sedangkan
hubungan dengan hewan, terdapat organisme yang
menguntungkan (misal kupu-kupu dan lebah) dan
organisme yang merugikan. Dalam lahan ini, yang
sering dijumpai adalah Organisme Pengganggu
Tanaman (OPT). Karena terdapat banyak
sekali serangga yang termasuk hama tanaman yang
bertebangan dimana-mana dan hidup di daun-daun
tanaman tomat maupun buncis.
Berdasar literatur, faktor biotik memiliki peran
penting atau utama dalam hal kehidupan ekosistem
yang dijumpai ini. Sebanding dengan saat melakukan
penelitian, di literatur juga dijelaskan bahwa manusia
akan senantiasa mempengaruhi kehidupan ekosistem.
25 Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman 2011/2012
Secara langsung, manusia akan membuat
rekayasa guna mendapat hasil produksi maksimal baik
secara kuantitas maupun kualitas dari tanaman. Dan
pada hubungannya dengan hewan, tanaman
(hortikultura) tidak akan bisa lepas dari kehidupan
hewan terutama OPT.
Jika dikaitkan dengan faktor abiotik / faktor tak
hidup, maka hubungannya sangat erat. Terdapat faktor
tanah, air, udara, cahaya matahari, suhu dan
kelembaban, udara, dan lain sebagainya. Dilihat dari
kondisi lahan atau tanah itu sendiri. Tanah dengan tipe
seperti ini apakah cocok atau tidak dengan tanaman
yang ditanam (holtikultura) tersebut. Dengan tanah ini,
bagaimana pengairannya, keadaan lingkungan sekitar
bagaimana, cahaya yang didapat seberapa, adakah
suhu yang optimum yang bisa didapat tanaman,
kelembaban juga bagaimana, dan lain-lain. Dalam lahan
ini, didapatkan tipe tanah yang kurang cocok apabila
ditanam dengan tanaman holtikultura. Karena tipe tanah
di kawasan ini, kurang ada dukungan dengan faktor lain
guna memaksimalkan peran tanah agar dapat dijadikan
sebagai lahan pertanian. Jika saja tanah di sini mampu
menyediakan unsur hara dan mineral yang pas
dibutuhkan oleh tanaman, kandungan bahan organiknya
tinggi, maka hampir lengkap jika lahan tersebut akan
dijadikan lahan pertanian tanaman holtikultura. Dari sini,
tampak bahwa ada hubungan ekosistem dengan faktor
abiotik (terutama tanah) yang sangatlah erat dan
berpengaruh terhadap ekosistem pada lahan tersebut.
Jika dilbandingkan dengan literatur, faktor abiotik
memiliki peran penting dalam hal atau hubungannya
dengan ekosistem. Dimana, faktor abiotik akan
membantu suatu tanaman dalam melakukan kerja
optimal bagi dirinya sendiri sehingga akan tampak hasil
produksinya seperti apa. Mulai dari kandungan yang
26 Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman 2011/2012
ada pada tanah (unsur hara, mineral, bahan organik,
organisme dalam tanah, dan lain sebagainya), cahaya
yang didapat ekosistem tomat maupun buncis,
pengairannya (baik atau tidak), serta suhu dan
kelembaban yang optimal bagi tanaman tersebut
4.2.2 Analisi penyebab timbulnya gejala serangan
OPT pada lahan
Pada lahan yang telah diamati banyak terdapat
masalah pada tanamannya.Lahan yang diamati
menggunakan sistem tumpang sari antara tanaman
buncis dan tomat.Pada lahan tersebut muncul masalah
atau gangguan tanaman yang disebabkan OPT
(Organisme Pengganggu Tanaman).Penyebabnya
mungkin dikarenakan beberapa hal,yaitu :
Disekitar lahan perlu dilakukan sanitasi,karena
terdapat banyak gulma sebagai tempat
berlindungnya organisme pengganggu
tanaman,seperti kutu daun (Thrips).
Pada awal pengolahan lahan sebaiknya waktu
pencangkulan, tanah harus dibalik dan dibiarkan
terkena sinar matahari agar tidak terdapat
gangguan nematoda pada akar.
Kemungkinan pemilihan pestisida yang salah
dan pemberian dosis yang salah juga dapat
menimbulkan munculnya organisme
pengganggu tanaman, karena masing-masing
pestisida mempunyai spesifikasi dan
kemampuan tersendiri dalam mengatasi
organisme pengganggu tanaman(OPT).
Irigasi pada lahan tersebut juga kurang
baik,karena irigasi yang kurang baik dapat
memunculkan organisme pengganggu tanaman,
27 Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman 2011/2012
seperti Thrips yang suka menyerang lahan yang
kering.
Pada lahan tersebut, tanaman yang terinfeksi
OPT masih dibiarkan. Padahal untuk mencegah
meluasnya infeksi akibat OPT, tanaman yang
terinfeksi harus dicabut dan dibakar agar tidak
meluas ke tanaman yang lain dan menyebabkan
kerugian yang semakin besar.
Penanaman tomat pada musim hujan juga dapat
menimbulkan OPT, karena dapat menyebabkan
tomat menjadi busuk.
Pemotongan pada daun atau bagian yang
terkena OPT juga bisa dilakukan untuk
mengurangi meluasnya serangan OPT. Oleh
karena itu, perlu diadakan kontrol rutin terhadap
tanaman.
4.2.3 Analisi kendala pengendalian OPT dan
berbudidya petani
Kendala pengendalian OPT pada tanaman tomat
dan buncis ditemukan gejala pada daun tomat yang
ditimbulkan belalang dan ulat. Ciri daun yang terserang
hama ulat yaitu daun menjadi berlubang dan mengkerut,
menurut petani, pengendalian OPT sudah dilakukan
secara rutin 1 minggu sekali dengan pestisida jenis
insektisida dengan dosis kg dengan biaya Rp.
50.000, namun jumlah hama tetap dan bertambah.
Menyebabkan hasil panen berkurang. Ini sesuai
dengan pernyataan pada wawancara dengan petani
tanaman tomat tersebut.
28 Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman 2011/2012
4.2.4 Solusi pengendalian OPT yang dapat
diterapkan di lahan observasi berdasarkan konsep PHT
dengan pertimbangan keadaan aspek lingkungan, sosial
dan ekonomi petani
Pengendalian OPT yang dilakukan oleh petani di
lahan adalah melalui penyemprotan hama
menggunakan insektisida dan fungisida. Namun, hal ini
kurang efisien karena terlihat di lahan masih banyak
tanaman yang menunjukkan gejala serangan hama.
Selain itu, residu pestisida dapat menyebabkan
dampak-dampak lainnya, diantaranya resistensi dan
resurgensi hama, serta keracunan pada tanaman.
Setelah diamati ternyata terdapat musuh alami
aphid sp. yaitu Coccinelid predator. Apabila ditangkar
dan dikembangbiakkan, Coccinelid dapat menekan
populasi Aphid tanpa harus menggunakan pestisida,
apalagi harga pestisida cukup mahal bagi petani. Hal ini
sesuai dengan konsep pengendalian hama terpadu
yang mengoptimalkan penggunaan faktor biotik dan
abiotik untuk mengendalikan populasi hama dan
penyebaran penyakit. Penggunaan musuh alami
tentunya tidak berefek terhadap lingkungan, justru
malah membuat ekosistem di alam semakin seimbang.
Solusi pengendalian yang lain adalah dengan
pengendalian mekanis, yaitu mengambil hama
berukuran cukup besar seperti ulat yang menyerang
tanaman tomat (handpicking). Pengendalian cukup
membutuhkan tenaga dan tidak menyebabkan
pengeluaran biaya lebih banyak.
29 Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman 2011/2012
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hortikultura juga dapat disebut sebagai budidaya
tanaman kebun. Istilah hortikultura ini biasanya
digunakan pada jenis tanaman yang dibudidayakan.
Hortikultura ini meliputi pembenihan, pembibitan, kultur
jaringan, produksi tanaman, hama dan penyakit, panen,
pengemasan dan distribusi. Hortikultura merupakan
salah satu metode pertanian modern yang yang sudah
banyak digunakan oleh para petani.
Hortikultura ini menfokuskan pada budidaya
tanaman buah, tanaman bunga, tanaman sayuran,
tanaman obat-obatan, dan taman (lansekap). Seperti
pada contoh lahan yang kita datangi, petani disana
memilih tanaman sayur sebagai tanaman hortikultura.
Sayuran yang ditanam disana adalah tomat dan buncis.
Salah satu ciri khas dari tanaman hortikultura ini
adalah perisabel atau mudah rusak karena segar. Dan
seperti pada lahan yang kita amati disana banyak
tanaman yang terserang penyakit. Contohnya pada
tomat, terjadi pembusukan pada bagian buah.
Penanaman pada saat musim penghujan seperti saat ini
semakin mempercepat pembusukan pada tanaman
tomat, selain pembusukan, pada daun tomat juga terjadi
layu fusarium(fusarium oxysporum).
Sedangkan pada tanaman buncis, pada bagian
bawah daun terdapat kutu daun (Aphid sp). Terdapat
tanda pada bagian bawah daun, terdapat bagian daun
yang menguning dan juga terdapat bagian yang rusak
pada daun buncis tersebut.
30 Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman 2011/2012
5.2 Saran
Sebaiknya petani setempat menggunakan
pestisida yang lebih cocok untuk tanaman tersebut dan
menggunakan pestisida sesuai dengan takaran. Lebih
baik lagi jika petani disana menggunakan pestisida
alami yang dapat di buat dari kotoran ternak dan juga
bisa menggunakan musuh alami sebagai pengendali
dari OPT yang ada. Pemilihan komoditas dan
penentuan waktu tanam juga penting untuk
meningkatkan hasil produksi.
31 Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman 2011/2012
5.3 Kesan selama Praktikum
Kesan selama praktikum ini adalah
menyenangkan. Semakin hari specimen untuk
praktikum semakin beragam, sehingga lebih banyak
membantu kita untuk lebih mengerti tentang berbagai
hama maupun penyakit yang menyerang suatu
tanaman. Dengan adanya praktikum ini pula kita dapat
mengetahui tentang berbagai macam pengendalian
OPT dengan baik. Baik pengendalian dengan musuh
alami, varietas tahan, penggunaan pestisida, maupun
melalui pengelolaan factor edafik. Semua itu dapat
membantu kami dalam melakukan praktek lapang yang
sesungguhnya.
5.4 Saran dan Kesan terhadap Asisten
Tidak ada saran untuk asisten. Asisten sudah baik
dalam memberikan penjelasan kepada praktikan.
Asisten juga sering memberikan waktu untuk praktikan
bertanya jika tidak mengerti materi pada saat praktikum.
Asisten sangat membantu pada saat praktikum. Sangat
berkesan memiliki asisten seperti mbak Primastya D,
sosoknya yang tegas dan disiplin. Namun
pembawaanya santai membuat kami semakin
bersemangat untuk melaksanakan praktikum.
32 Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman 2011/2012
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous
a
.2010.http://mozaiksains.wordpress.com/20
10/03/12/komponen-ekosistem/, diakses pada 20
Desember 2011
Anonymous
b
.2008.http://bystrekermraanmedancity.blog
spot.com/2008/08/pengenalan-komponen-
pengendalian.html, diakses pada 20 Desember
2011
Hartono, Toni Kurniawan. 2007. Geografi: Jelajah Bumi
dan Alam Semesta. Bandung: Citra Praya.
Natawigena, Hidayat. 1993. Dasar-Dasar Perlindungan
Tanaman. Bandung: Penerbit Trigenda Karya.
Pitojo, Setijo. 2006. Benih Wortel: dari Teknik
Penengkaran Benih Wortel Unggul. Yogyakarta:
Kanisius.
Tim Dosen Penyusun Modul Praktikum Dasar
Perlindungan Tanaman. 2011. Modul Praktikum
Dasar Perlindungan Tanaman. Malang: Jurusan
Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Brawjiya.
33 Laporan Fieldwork Dasar Perlindungan Tanaman 2011/2012
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai