Kelompok 1
Ahmad Taufiqqurahman A (19504020011329)
Ammar (19504020011318)
Andryan Nur Fauzan (19504020011317)
Ardhan Chrisandi (19504020011309)
Elsha Afry Raunicha (19504020011302)
Rivana Nadia Azzahra (19504020011316)
Rukha Heny Pramubinasih (19504020011314)
Zira Afrida (19504020011315)
Asisten:
Siti Siska Agustina
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari pembuatan laporan hasil pengamatan ini yaitu untuk
mengetahui apa itu PHT. Mengetahui mekanisme pelaksanaan PHT. Mengetahui
peran PHT dalam menciptakan lingkungan pertanian yang berkelanjutan.
1.3 Manfaat
merupakan suatu serangga parasitik yang hidup di dalam atau pada serangga
(atau arthropoda lain) inang yang tubuhnya lebih besar dan akhirnya membunuh
inangnya (Marwoto, 2016).
Tanaman (OPT) terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu hama, vektor penyakit, dan
gulma (Diyasti, 2017).
Hama tanaman dalam arti luas adalah semua organisme atau binatang
yang aktifitas hidupnya menyebabkan kerusakan tanaman sehingga
menimbulkan kerugin secara ekonomi bagi manusia. Organisme yang menjadi
hama adalah binatang yang menyerang tanaman budidaya sehingga
menimbulkan kerugian. Hama tanaman sering disebut serangga hama (pest).
(Rukman, 2002)
Penyakit tanaman adalah kondisi dimana sel dan jaringan tanaman tidak
berfungsi secara normal yang ditimbulkan karena gangguan secara terus
menerus oleh agen patogenik atau faktor lingkungan (abiotik) dan akan
menghasilkan perkembangan gejala. Penyakit dapat ditimbulkan oleh cendawan,
bakteri, virus, dan nematoda. Tanaman yang sakit menunjukkan gejala atau
tanda yang khas. Penyakit pada tanaman menyebabkan suatu abnormalitas
pertumbuhan pada tanaman yang beragam, seperti keriput daun, bercak cokelat,
dan busuk (Agrios, 2005).
Gulma adalah tumbuhan yang dikehendaki keberadaannya pada lahan
budidaya pertanian dan dapat berkompetisi dengan tanaman budidaya sehingga
berpotensi untuk menurunkan hasil tanaman budiidaya tersebut (Barus, 2003).
terdapat mulut dan sepasang antena, sedangkan pada thoraks terletak tiga
pasang tungkai dan sayap.Aspek susunan bagian-bagian tubuh serupa ini sudah
khas pada insekta, oelh karena itu dinamakan juga hexapoda (hewan berkaki
enam) (Borror, 2010).
2.3.2 Ordo Serangga
Komponen abiotik atau komponen tak hidup adalah komponen fisik dan
kimia yang merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan,
atau lingkungan tempat hidup. Sebagian besar komponen abiotik bervariasi
dalam ruang dan waktunya (Sodikin, 2016).
Komponen abiotik dapat berupa bahan organik, senyawa anorganik, dan
faktor yang memengaruhi distribusi organisme, yaitu suhu, air, garam, cahaya
matahari, tanah dan batu, serta iklim. Komponen abiotik mempengaruhi
komponen biotik.Contohnya adalah cahaya, tanah, air, udara, dan unsur hara
(komponen abiotik) mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
(komponen biotik) (Sodikin, 2016).
tanam tersebut berakibat tanaman menjadi rentan terhadap serangan hama dan
terjadilah peledakan populasi hama apabila tidak dikendalikan dengan benar.
Jarak tanam yang tidak teratur memberikan dampak yang kurang baik
terhadap pertumbuhan dan hasil suatu tanaman yang diproduksi terutama
berkaitan dengan hama yang menyerang tanaman tersebut. Apabila jarak
tanaman terlalu rapat mengakibatkan perkembangbiakan dan perpindahan hama
dari satu tanaman ke tanaman yang lain semakin cepat.
Penanaman terus-menerus di suatu lahan produksi akan mengakibatkan
meledaknya populasi hama terutama karena makanan untuk hama tersedia
sepanjang waktu. Terlebih jika tanaman tersebut tidak diselingi oleh tanaman lain
yang resisten terhadap serangan hama, maka perkembangbiakan hama menjadi
pesat.
Unsur hara tanah, struktur dan kelembaban tanah berpengaruh besar
terhadap kehidupan hama, begitu pula unsur hara. Apabila dalam suatu tanah
berstruktur gembur dengan kandungan bahan organik tinggi, kelembaban cukup,
serta tersedianya unsur hara yang juga diperlukan bagi hama (khususnya hama
yang seluruh atau sebagian hidupnya di dalam tanah) maka mendukung
perkembangbiakan hama dengan pesat dan terjadilah peledakan populasi hama.
Masa tanam pun perlu diperhatikan dalam melakukan usahatani tetentu,
karena apabila menanam tanpa diatur masa tanam ataupun jangka waktunya,
menyebabkan terjadinya gangguan akibat serangan hama. Serangan hama yang
lebih banyak terjadi sewaktu musim kemarau terjadi pada tanaman kubis.
Untuk tanaman padi, masa tanam pertama cenderung bagus, baik hasil maupun
tanaman, sebab pada masa tanam pertama, tanah yang kering pada musim
kemarau, membuat virus penyakit dan hama tanaman padi mati. Sedangkan
untuk masa tanam kedua, tanaman padi tidak sebagus masa tanam pertama
karena kondisi tanah maupun cara pemupukan membuat virus penyakit kembali
berkembang.
Asosiasi antara tanaman dan hama dapat terjadi antara tanaman inang
dan hama. Tanaman inang adalah tanaman yang menjadi makanan dan tempat
tinggal organisme hama. Bila tanaman yang disukai tedapat dalam jumlah
banyak, populasi hama meningkat cepat. Sebaliknya bila makanan kurang
populasi hama akan menurun.
Pestisida yang merubah fisiologi tanaman, pengendalian terhadap hama
seringkali menggunakan pemakaian pestisida yang harus diperhatikan ketepatan
10
mati. Walaupun tumbuhan setahun jauh lebih rentan terhadap periode pendek
kekurangan air, tetapi tumbuhan dan pepohonan juga dapat rusak dengan
periode kering yang berlangsung lama dan menghasilkan pertumbuhan yang
lambat, daun menjadi kecil dan hangus, ranting pendek, dieback, defoliasi
(pengguguran daun), dan akhirnya layu dan mati (Agrios, 2005).
Pengaruh Kelembaban Tanah Tinggi. Akibat kelebihan kelembaban tanah
yang disebabkan banjir atau drainase yang jelek, bulu-bulu akar tumbuhan
membusuk. Kekurangan oksigen menyebabkan sel-sel akar mengalami stres,
sesak napas dan kolapsi.Keadaan basah,anaerob menguntungkan tumbuhnya
mikroorganisme anaerob, yang selama proses hidupnya membentuk substansi
seperti nitrit, yang beracun bagi tumbuhan. Disamping itu, sel-sel akar yang
dirusak secara langsung oleh kekurangan oksigen akan kehilangan permeabilitas
selektifnya dan dapat memberi peluang terambilnya zat-zat besi atau bahan-
bahan beracun lain oleh tumbuhan (Agrios, 2005).
Drainase yang jelek menyebabkan tumbuhan tidak vigor, seringkali
menyebabkan layu dan daun berwarna hijau pucat atau hijau kekuningan. Banjir
selama musim tanam dapat menyebabkan kelayuan tetap dan kematian
tumbuhan semusim sukulen dalam dua sampai tiga hari (Agrios, 2005).
Kekurangan Oksigen, tingkat oksigen rendah yang terjadi pada pusat
buah atau sayuran yang berdaging di lapangan, terutama selama periode
pernapasan cepat pada suhu tinggi, atau pada penyimpanan produk tersebut di
dalam tumpukan yang besar sekali (Agrios, 2005).
Kekurangan cahaya memperlambat pembentukan klorofil dan mendorong
pertumbuhan ramping dengan ruas yang panjang, kemudian menyebabkan daun
berwarna hijau pucat, pertumbuhan seperti kumparan, dan gugurnya daun bunga
secara prematur. Keadaan tersebut dikenal dengan etiolasi. Tumbuhan
teretiolasi didapatkan di lapangan hanya apabila tumbuhan tersebut ditanam
dengan jarak yang terlalu dekat atau apabila ditanam di bawah pohon atau
benda lain. Kelebihan cahaya agak jarang terjadi di alam dan jarang merusak
tumbuhan. Banyak kerusakan yang berhubungan dengan cahaya mungkin akibat
suhu tinggi yang menyertai intensitas cahaya tinggi (Agrios, 2005).
Ambang Ekonomi adalah batas populasi hama atau kerusakan oleh hama
yang digunakan sebagai dasar untuk digunakannya pestisida. Diatas AE
12
populasi hama telah mengakibatkan kerugian yang nilainya lebih besar daripada
biaya pengendalian (Nyoman, 2012).
Ambang Ekonomi adalah kepadatan populasi hama yang memerlukan
tindakan pengendalian untuk mencegah peningkatan populasi hama berikutnya
yang dapat mencapai Aras Luka Ekonomi, ALE (Economic Injury Level).
Sedangkan ALE didefinisikan sebagai padatan populasi terendah yang
mengakibatkan kerusakan ekonomi. Kerusakan ekonomi terjadi bila nilai
kerusakan akibat hama sama atau lebih besarnya dari biaya pengendalian yang
dilakukan, sehingga tidak terjadi kerugian. Dengan demikian AE merupakan
dasar pengendalian hama untuk menggunakan pestisida kimia (Nyoman, 2012).
Ambang ekonomi serangan hama dan penyakit adalah batasan-batasan
yang dibuat untuk melakukan tindakan penanggulangan hama dan penyakit
tanaman. Jika serangan hama dan penyakit tersebut tidak melebihi ambang
ekonomis maka tindakan penanggulangan tidak perlu dilakukan. Sedangkan jika
serangan hama dan penyakit tersebut melebihi ambang batas ekonomis
tanaman maka perlu dilakukan kegiatan penanggulangan (Nyoman, 2012).
Kegiatan penanggulangan serangan hama dan penyakit tanam harus
sesuai dengan konsep perlindungan hama dan penyakit tanaman. Konsep dan
Strategi penerapan PHT merupakan suatu cara pendekatan atau cara berpikir
tentang pengendalian OPT yang didasarkan pada dasar pertimbangan ekologi
dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan agro-ekosistem yang
berwawasan lingkungan yang berkelanjutan. Sebagai sasaran teknologi PHT
adalah produksi pertanian mantap tinggi, penghasilan dan kesejahteraan petani
meningkat, populasi OPT dan kerusakan tanaman tetap pada aras secara
ekonomi tidak merugikan dan pengurangan resiko pencemaran lingkungan
akibat penggunaan pestisida yang berlebihan (Nyoman, 2012).
Tiga komponen komponen dasar yang harus dibina, yaitu petani, komoditi
hasil pertanian dan wilayah pengembangan dimana kegiatan pertanian
berlangsung, disamping pembinaan terhadap petani diarahkan sehingga
menghasilkan peningkatan produksi serta pendapatan petani, pengembangan
komoditi hasil pertanian benar-benar berfungsi sebagai sektor yang
menghasilkan bahan pangan, bahan ekspor dan bahan baku industri, sedangkan
pembinaan terhadap wilayah pertanian ditujukan agar dapat menunjang
pembangunan wilayah seutuhnya dan tidak terjadi ketimpangan antar wilayah
(Nyoman, 2012).
13
1. Alat
Sweepnet (untuk menangkap serangga). Jaring serangga dapat
digunakan dengan dua cara, berayun pada tanaman, dalam situasi ini
dibutuhkan kecepatan dan keterampilan, terutama untuk serangga yang terbang
cepat. Kedua menyapu di sekitar tanaman, di sini akan diperoleh jumlah dan
jenis serangga yang relatif kecil. Jaring serangga (Sweep net) lebih cocok
digunakan untuk menangkap serangga yang menempel atau ditemukan di
semak. Light trap untuk menjebak serangga. Perangkap ini adalah alat yang
biasanya digunakan untuk menangkap serangga penggali tanah, rayap,
kumbang atau serangga lain yang memiliki mobilitas di darat.
Gelas pelastik perangkap dikubur di tanah di mana permukaan tanah
sejajar dengan bagian atas gelas plastik yang diisi dengan air detergent. Bagian
atas perangkat perangkap harus ditutup dengan penutup atau pelindung lain
untuk mencegah air hujan atau vertebrata kecil memasuki sumur perangkap. Alat
ini sering digunakan untuk menangkap serangga dari ordo Coleoptera seperti
kumbang dan kepik. Kertas yellowtrap (utnk menjebak serangga) perangkap
kuning atau perangkap lengket lebih menarik bagi serangga daripada perangkap
oranye, putih, biru, hijau dan tidak berwarna.Perangkap kuning juga lebih efektif
dalam menangkap hama dibandingkan dengan perangkap biru.
Fungsi warna kuning sebenarnya untuk menarik hama, karena pada
malam hari perangkap kuning tampak menyala. Sementara lem mengikat,
sehingga hama tidak bisa terbang dan mati, selain menghemat biaya obat,
dengan menggunakan perangkap kuning membuat produktivitas tanaman
meningkat. Kamera digunakan untuk mendokumentasikan hama atau kegiatan
yang dilakukan saat fieldtrip. Alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan selama
kegiatan berlangsung. Papan dada untuk alas penulisan pengamatan,
dikarenakan tidak aja meja. Jadi menggunakan papan dada adalah salah satu
15
cara yang efisien sebagai alas penulis pengamatan. Spidol permanen untuk
menandai pengamatan atau mencirikan sesuatu, Misal seperti menandai
ketinggian pasak dan menandai plastik plastik. Form Pengamatan tempat
dituliskanya hasil pengamatan dan hasil identifikasi hama yang telah didapatkan.
2. Bahan
Detergen berfungsi untuk bahan tambahan membuat cairan perangkap.1
buah botol air mineral ukuran 600 ml berfungsi untuk tempat melekatnya kertas
yellowtrap. 5 buah gelas bekas air mineral berfungsi sebagai perangkap pitfall.
Plastik ukuran 1 kg berfungsi untuk tempat serangga. Kapas dan alkohol 70%
berfungsi untuk pembius serangga.
identifikasi.
Pasang light trap H-1 kegiatan berada ditengah diantara beberapa plot
4.1 Hasil
ubi kayu pada pematang lahan sebagai variasi tanaman. Selain itu juga terdapat
tanaman ubi jalar disekitar lahan tanaman jagung. Keberadaan tanaman ubi kayu
dan tanaman ubi jalar di sekitar lahan yang ditanami tanaman jagung mempunyai
peran tersendiri dan juga menguntungkan, hal ini karena keberadaan tanaman
tersebut dapat menjadi tempat bagi serangga-serangga musuh alami untuk
bersembunyi. Selain itu juga dapat menjadi tanaman pengalih perhatian bagi
hama untuk menghindarkan tanaman jagung dari serangan hama.Hama yang
Ditemukan di Lapang
siphunculi. Fungsi
mereka adalah
menghasilkan sekresi
lilin defensif. Mereka dua
kali lebih panjang dari
ekor seperti jari dan
keduanya berwarna
hitam kecoklatan
untuk memegang
mangsanya karena
pedipalpus berakhir
dengan cakar.
Ophisthosoma
mempunyai empat
pasang kaki dan
beberapa buah mata
tunggal. Hewan ini
bernapas dengan paru-
paru buku, trakea atau
keduanya. Peredaran
darah bersifat terbuka.
Sistem syaraf berupa
ganglion-ganglion
ventral yang bersatu
dengan ganglion dorsal
kemudian membentuk
sebuah massa syaraf
dan ditembus oleh
oesophagus dengan
mengeluarkan banyak
cabang.
sederhana). Pronotum (s
egmen toraks pertama)
berbentuk trapesium,
kuat,
dan sklerotinisasi baik. I
a halus dan tidak
memiliki lilitan dorsal
atau lateral (bubungan).
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Orthoptera
Family : Acrididae
Genus : Oxya
Kingdom : Animalia
Phylum: Arthopoda
Class : Insecta
Ordo : Orthoptera
Subordo : Caelifera
Family : Acrididae
Genus : Valanga
Spesies: Valanga
nigricornis
(Campbell, 2003)
3. laba-laba Predator
Kingdom : Animalia
Sub Kingdom :
Invertebrata
Phylum : Arthropoda
35
Classis : Arachnida
Ordo: Araneida
Familia : Araneadae
Genus: Aranea
Species: Aranea sp
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hemiptera
Famili : Lygaeidae
Genus :Paraeucosmetus
Spesies : P. pallicornis
(Dallas)
4.2 Pembahasan
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Adapun saran yang penulis berikan semoga dengan adanya laporan ini
dapat menjadi acuan pembelajran untuk kedepannya. Dan laporan pun dapat
dikaji kembali untuk mengetahui apakah laporan ini telah objektif atau tidak
dikarenakan laporan ini telah memuat informasi untuk kegiatan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Agrios, G.N. 2005. Plant Pathology. Elshevier Academic Press. New York.
Dede, Juanda & Bambang, Cahyono. 2005. WIJEN:Teknik Budi Daya dan
Analisis Usaha Tani. Kanisius.Yogyakarta.
Diyasti, F. 2017. Pengenalan dan Pengendalian Organisme Pengganggu
Tumbuhan (OPT), Direktorat Perlindungan Perkebunan Kementrian
Pertanian. Jakarta.
Hansanmuhito. 2010. Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan. Bumi Aksara.
Jakarta.
Hariri, M. Identifikasi dan Keparahan Penyakit Diplodia Pada Tanaman Jeruk
Siam di Kecamatan Umbulsari. Skripsi Identifikasi Penyakit : 7-14
Kirk, P. 2018. Species Fungorum (version Oct 2017). Digital resource at
www.catalogueoflife.org/col. Species 2000: Naturalis, Leiden, the
Netherlands. ISSN 2405-8858.
Marwoto, O. 2016. Penerapan Inovasi Teknologi dalam Mendukung
Pembangunan Hortikultura yang Berdaya Saing dan Berbasis Keragaman
Sumber Daya Lokal. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura.
Jakarta.
Nyoman, O.I. 2012. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya.
Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta.
Sulistiya. 2010. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Universitas Janabadra.
Yogyakarta.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2011. Morfologi Tumbuhan. Universitas Gadjah Mada
Press. Yogyakarta.