Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN


PESTISIDA DAN ALAT ALAT PENGENDALIAN HAMA

Disusun oleh:

Pratiwi Aura Reviani (17011074)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Organisme pengganggu tanaman merupakan organisme-organisme yang
dapat merusak tanaman baik secara langsung ataupun tidak langsung. Kerusakan
tersebut dapat menimbulkan kerugian baik dari segi kualitas ataupun kuantitas
panen, sehingga merugikan secara ekonomi. Untuk menghindari kerugian karena
serangan OPT, tanaman harus dilindungi dengan cara mengendalikan OPT tersebut.
Dengan demikian untuk membasmi organisme penganggu tanaman dibutuhkan
suatu substansi yang berfungsi untuk membasmi OPT tersebut yaitu berupa
pestisida. Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus
yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama.
Penggunaan pestisida kimia pertama kali diketahui sekitar 4.500 tahun
yang lalu (2.500 SM) yaitu pemanfaatan asap sulfur untuk mengendalikan tungau
di Sumeria.Sedangkan penggunaan bahan kimia beracun seperti arsenic, mercury
dan serbuk timah diketahui mulai digunakan untuk memberantas serangga pada
abad ke-15. Kemudian pada abad ke-17 nicotin sulfate yang diekstrak dari
tembakau mulai digunakan sebagai insektisida. Pada abad ke-19 diintroduksi dua
jenis pestisidaalami yaitu, pyretrum yang diekstrak dari chrysanthemum dan
rotenon yangdiekstrak dari akar tuba Derris eliptica (Miller, 2002). Pada tahun 1874
Othmar Zeidler adalah orang yang pertama kali mensintesis DDT (Dichloro
Diphenyl Trichloroethane), tetapi fungsinya sebagai insektisida baru ditemukan
oleh ahli kimiaSwiss, Paul Hermann Muller pada tahun 1939 yang dengan
penemuannya ini diadianugrahi hadiah nobel dalam bidang Physiology atau
Medicine pada tahun 1948(NobelPrize.org). Karena belum ada penemuan-
penemuan baru, bahan arsenat ini bertahan cukup lama. Meskipun hama-hama juga
sudah menunjukkan segala kekebalan. Pada akhirnya secara tidak disengaja seperti
lazimnya penemuan yang lain, racun tembakau mulai diperkenalkan pada
masyarakat mulai tahun 1960 di Eropa (Daly et al., 1998).
t al., 1998)
Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus
yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini
adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit
tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian
nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus,
burung dan hewan lain yang dianggap merugikan.Bagi kehidupan rumah tangga,
yang dimaksud hama adalah meliputi semua hewan yang mengganggu
kesejahteraan hidupnya, seperti lalat, nyamuk, kecoak,ngengat, kumbang, siput,
kutu, tungau, ulat, rayap, ganggang serta kehidupan lainnya yang terbukti
mengganggu kesejahteraannya. ( Herwanto , 1998 )
Pestisida tidak hanya berperan dalam mengendalikan jasad-jasad
pengganggu dalam bidang pertanian saja, namun juga diperlukan dalam bidang
kehutanan terutama untuk pengawetan kayu dan hasil hutan yang lainnya, dalam
bidang kesehatan dan rumah tangga untuk mengendalikan vektor (penular) penyakit
manusia dan binatang pengganggu kenyamanan lingkungan, dalam bidang
perumahan terutama untuk pengendalian rayap atau gangguan serangga yang
lain.Pada umumnya pestisida yang digunakan untuk pengendalian jasad
pengganggu tersebut adalah racun yang berbahaya, tentu saja dapat mengancam
kesehatan manusia. Untuk itu penggunaan pestisida yang tidak bijaksana jelas akan
menimbulkan efek samping bagi kesehatan manusia, sumber daya hayati dan
lingkungan pada umumnya. Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana
untuk membunuh hama-hama tanaman.( Agrios. 1988)

1.2.Tujuan Praktikum
1. Mengenal bermacam-macam pestisida dan cara penggunaanya
2. Mengetahui alat-alat pengendalian hama dan cara penggunaannya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus
yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini
adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit
tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian
nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus,
burung dan hewan lain yang dianggap merugikan.Bagi kehidupan rumah tangga,
yang dimaksud hama adalah meliputi semua hewan yang mengganggu
kesejahteraan hidupnya, seperti lalat, nyamuk, kecoak,ngengat, kumbang, siput,
kutu, tungau, ulat, rayap, ganggang serta kehidupan lainnya yang terbukti
mengganggu kesejahteraannya. ( Herwanto , 1998 )
Pestisida tidak hanya berperan dalam mengendalikan jasad-jasad
pengganggu dalam bidang pertanian saja, namun juga diperlukan dalam bidang
kehutanan terutama untuk pengawetan kayu dan hasil hutan yang lainnya, dalam
bidang kesehatan dan rumah tangga untuk mengendalikan vektor (penular) penyakit
manusia dan binatang pengganggu kenyamanan lingkungan, dalam bidang
perumahan terutama untuk pengendalian rayap atau gangguan serangga yang
lain.Pada umumnya pestisida yang digunakan untuk pengendalian jasad
pengganggu tersebut adalah racun yang berbahaya, tentu saja dapat mengancam
kesehatan manusia. Untuk itu penggunaan pestisida yang tidak bijaksana jelas akan
menimbulkan efek samping bagi kesehatan manusia, sumber daya hayati dan
lingkungan pada umumnya. Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana
untuk membunuh hama-hama tanaman.( Agrios. 1988)
Pestisida sebelum digunakan harus diformulasi terlebih dahulu. Pestisida
dalam bentuk murni biasanya diproduksi oleh pabrik bahan dasar, kemudian dapat
diformulasi sendiri atau dikirim ke formulator lain. Oleh formulator baru diberi
nama. Berikut ini beberapa formulasi pestisida yang sering dijumpai:
1. Cairan emulsi (emulsifiable concentrates/emulsible concentrates)
Pestisida yang berformulasi cairan emulsi meliputi pestisida yang di belakang nama
dagang diikuti oleb singkatan ES (emulsifiable solution), WSC (water soluble
concentrate). B (emulsifiable) dan S (solution). Biasanya di muka singkatan
tersebut tercantum angka yang menunjukkan besarnya persentase bahan aktif. Bila
angka tersebut lebih dari 90 persen berarti pestisida tersebut tergolong murni.
Komposisi pestisida cair biasanya terdiri dari tiga komponen, yaitu bahan aktif,
pelarut serta bahan perata. Pestisida golongan ini disebut bentuk cairan emulsi
karena berupa cairan pekat yang dapat dicampur dengan air dan akan membentuk
emulsi.
2. Butiran (granulars) Formulasi butiran biasanya hanya digunakan pada
bidang pertanian sebagai insektisida sistemik. Dapat digunakan bersamaan waktu
tanam untuk melindungi tanaman pada umur awal. Komposisi pestisida butiran
biasanya terdiri atas bahan aktif, bahan pembawa yang terdiri atas talek dan kuarsa
serta bahan perekat. Komposisi bahan aktif biasanya berkisar 2-25 persen, dengan
ukuran butiran 20-80 mesh. Aplikasi pestisida butiran lebih mudah bila dibanding
dengan formulasi lain. Pestisida formulasi butiran di belakang nama dagang
biasanya tercantum singkatan G atau WDG (water dispersible granule).
3. Debu (dust) Komposisi pestisida formulasi debu ini biasanya terdiri atas
bahan aktif dan zat pembawa seperti talek. Dalam bidang pertanian pestisida
formulasi debu ini kurang banyak digunakan, karena kurang efisien. Hanya berkisar
10-40 persen saja apabila pestisida formulasi debu ini diaplikasikan dapat mengenai
sasaran (tanaman).
4. Tepung (powder) Komposisi pestisida formulasi tepung pada umumnya
terdiri atas bahan aktif dan bahan pembawa seperti tanah hat atau talek (biasanya
50-75 persen). Untuk mengenal pestisida formulasi tepung, biasanya di belakang
nama dagang tercantum singkatan WP (wettable powder) atau WSP (water soluble
powder).
5. Olil Pestisida formulasi biasanya dapat dikenal dengan singkatan SCO
(solluble concentrate in oil). Biasanya dicampur dengan larutan minyak seperti
xilen, karosen atau aminoester. Dapat digunakan seperti penyemprotan ULV (ultra
low volume) dengan menggunakan atomizer. Formulasi ini sering digunakan pada
tanaman kapas.
Beredarnya jenis pestisida dalam jumlah yang banyak, sementara informasi
tentang penggunaan pestisida yang bijaksana masih terbatas, menyebabkan
perilaku petani dalam penggunaan pestisida semakin tidak terkendali. Oleh karena
itu, upaya mengurangi dampak negatif akibat penggunaan pestisida perlu terus
diupayakan. Salah satu diantaranya ialah dengan pengelompokan pestisida yang
beredar di Indonesia.
Penggolongan pestisida dapat dilakukan dengan berbagai cara, tergantung
dari tujuan yang diinginkan seperti penggolongan pestisida berdasarkan
komposisinya, berdasarkan cara penggunaannya, berdasarkan target hama, dan
berdasarkan kelompok hama yang akan dikendalikan. Berdasarkan komposisi
bahan kimianya, pestisida kimia dibagi menjadi tiga yaitu pestisida anorganik,
organik dan pestisida hayati.
Berdasarkan organisme sasarannya pestisida digolongkan sebagai berikut :
1. Fungisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan bisa
digunakan untuk memberantas dan mencegah fungi/cendawan. Bahan aktif yang
terkandung biasanya adalah senyawa merkuri, dikarboksimida, derivat ftalimida,
penta-klorofenol (PCP) dan senyawa N-heterosiklik.
2. Bakterisida adalah bahan yang mengandung senyawa yang bisa membunuh bakteri.
3. Nematisida, digunakan untuk mengendalikan nematoda/cacing.
4. Akarisida atau sering juga disebut dengan mitisida adalah bahan yang mengandung
senyawa kimia beracun yang digunakan untuk membunuh tungau, caplak, dan laba-
laba.
5. Rodentisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang
digunakan untuk mematikan berbagai jenis binatang pengerat, misalnya tikus.
Bahan aktif yang digunakan antara lain warfarin, ANTU, natrium fluoroasetat,
alkaloid striknin dan fluoroasetamida.
6. Moluskisida adalah pestisida untuk membunuh moluska, yaitu siput telanjang,
siput setengah telanjang, sumpil, bekicot, serta trisipan yang banyak terdapat di
tambak.
7. Herbisida adalah bahan senyawa beracun yang dapat dimanfaatkan untuk
membunuh tumbuhanpengganggu yang disebut gulma.
Pestisida dapat juga dikelompokkan berdasarkan cara kerjanya (mode of
action). Cara kerja (mode of action) adalah kemampuan pestisida dalam mematikan
hama atau penyakit sasaran menurut cara masuknya bahan beracun ke jasad hama
atau penyakit sasaran dan menurut sifat dari bahan kimia tersebut. Berdasarkan cara
masuknya ke dalam jasad sasaran, insektisida digolongkan ke dalam :
1. Racun perut/lambung merupakan bahan beracun pestisida yang dapat merusak
sistem pencernaan jika tertelan oleh serangga
2. Racun kontak merupakan bahan beracun pestisida yang dapat membunuh atau
mengganggu perkembangbiakan serangga, jika bahan beracun tersebut mengenai
tubuh serangga.
3. Racun nafas merupakan bahan racun pestisida yang biasanya berbentuk gas atau
bahan lain yang mudah menguap (fumigan) dan dapat membunuh serangga jika
terhisap oleh sistem pernafasan serangga tersebut.
4. Racun saraf :merupakan pestisida yang cara kerjanya mengganggu sistem saraf
jasad sasaran
5. Racun protoplasmik merupakan racun yang bekerja dengan cara merusak protein
dalam sel tubuh jasad sasaran
6. Racun sistemik merupakan bahan racun pestisida yang masuk ke dalam sistem
jaringan tanaman dan ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman, sehingga bila
dihisap, dimakan atau mengenai jasad sasarannya bisa meracuni. Jenis pestisida
tertentu hanya menembus ke jaringan tanaman (translaminar) dan tidak akan
ditranlokasikan ke seluruh bagian tanaman.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Adapun waktu pelaksanaan praktikum ini adalah pada tanggal 19 Desember
2018, pukul 12.00 - 15.00 WIB di laboratorium Dasar Agroteknologi, Universitas
Mercu Buana Yogyakarta
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Bolpoint
2. Penggaris
3. Tip-x
4. Kertas
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Insektisida
2. Herbisida
3. Rodentisida
4. Molukisida
5. Bakterisida
6. Fungisida
7. Akarisida
3.3 Cara Kerja
1. Mengamati pestisida satu persatu
2. Menuliskan pada kolom laporan mengenai:
a. Nama pestisida
b. Formulasinya (WP, SP, EC, G, D dan sebagainya)
c. Sifat fisik
d. Bahan aktif
e. Cara penggunaan
f. Jasad sasaran
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Nama Sifat Fisik Bahan Cara


No. Formulasi Jasad sasaran
Pestisida Warna Bentuk Aktif Penggunaanya
Insektisida Endosulfan
1. 35 EC Coklat Cair Disemprotkan Ulat Grayak
(AKODAN) 350g/l
Insektisida BPMC Wereng
2. 500 CC Cair Disemprotkan
(BONA) 500 g/l Coklat
Insektisida Karbosulfan
3. 200 EC Cair Disemprotkan Ulat grayak
(MARSHAL) 200g/l
Dimetil
Herbisida Coklat Dicampur dan Gulma daun
4. 825 SL Larutan amina
(DMA TM 6) muda disemprotkan lebar
825g/l
Herbisida Coklat Oksiflourfen Dicampur dan Gulma daun
5. 240 EC Pekatan
(GOAL) tua 240g/l disemprotkan lebar
Parakuat
Herbisida Dicampur dan Gulma daun
6. 276 SL Hijau Tua Larutan diklorida
(GRAMOXONE) disemprotkan lebar
276 g/l
Dicampurkan
Rodentisida Brodifakum
7. 0,005 BB Kebiruan Blok dengan Tikus Sawah
(PETROKUM) 0,005%
umpan
Dicampurkan
Rodentisida Brodifakum
8. 0,005 BB Kehijauan Padatan dengan Tikus sawah
(KLERAT) 0,005%
umpan
Alkilaril
Insektisida Dicampur dan
9. Kuning Larutan Poliglikal Gulma
(SANDOVIT) disemprotkan
958 g/l
Metal
Molukisida
10. 5 GR Coklat Butiran Dehyde 5% Disebarkan Siput babi
(TOKIPUS)
w/w
Bakterisida Streptomisin Bakteri
11. 20 WP Putih Tepung Disebarkan
(AGREPT) Sulfat 20% Erwinia
Bakterisida 15/1,5 Coklat Streptomisin Pseudomonas
12. Bubuk Disebarkan
(ARGIMICIN) WP Muda sulfat 15% solaeacearum
Metil
Fungisida Coklat Dicampur dan
13. 500 F Suspensi Teofant Jamur
(TOPSIN) Pucat disemprotkan
500g/l
Fungisida MZ 4/64 Mefenoksam
14. Kuning Tepung Disemprotkan Busuk Daun
(RIDOMIL) WP 4%
Fungisida Klorotanoil Bawang
15. 75 WP Putih Tepung Disebarkan
(DACONIL) 75% merah
Akarisida Piridaben Dicampur dan Hama
16. 135 EC Kuning Pekatan
(SAMITE) 135g/l disemprotkan Tungau
Akarisida Coklat Propagite Dicampur dan Hama
17. 570 EC Pekatan
(OMITE) Muda 570 g/l disemprotkan Tungau
Akarisida Amitraz Dicampur dan Hama pada
18. 200 EC Kuning Pekatan
(MITAC) 200 g/l disemprotkan cabai
Gambar

1. AKODAN 2. BONA

3. MARSHAL 4. DMA TM 6

5. GOAL 6. GRAMOXONE
7. PETROKUM 8. KLERAT

9. SANDOVIT 10. TOXIPUT

11. AGREPT 12. AGRMYCIN

13. TOPSIN 14. RIDOMIL


15. DACONIL 16. SAMITE

17. OMITE 18. MITAC

4.2. Pembahasan
Bentuk-bentuk formulasi pada pestisida antara lain adalah sebagai berikut:
1. Bentuk Cair
Formulasi pestisida dalam bentuk cair dapat dibedakan menjadi EC
(Emulsifiable Cocentrate atau Emulsible Cocentrate), Soluble Concentrate in water
(WSC) atau Water Soluble Concentrate (WSC), Aeous Solution (AS) atau Aquaous
Concentrate (AC), Soluble (SL), Flowable (F), dan Ultra Low Volume (ULV). EC
(Emulsifiable Cocentrate atau Emulsible Cocentrate). Sediaan berbentuk pekatan
(konsentrat) cair dengankonsentrasi bahan aktifd yang cukup tinggi. Kosentrasi ini
jika dicampur dengan air akan membentuk emilsi (butiran denda cair yang
melayang dalam media cair lain). EC umumnya digunakan dengan cara disemprot,
meskipun dapat pula digunakan dengan cara lain.
Soluble Concentrate in water (WSC) atau Water Soluble Concentrate (WSC).
Formulasi ini mirip EC, tetapi bila decamp[ur air tidsak membentuk emulsi,
melainkan membentuk larutan homogen. Umumnya, sediaan ini digunakan dengan
cara disemprotkan.Aeous Solution (AS) atau Aquaous Concentrate (AC). pekatan
ini diarutkan dalam air. Persisida yang diformulasi dalam bentuk AS dan AC
umumnya pestisida berbentuk garam yang mempunyai kelarutan tinggi dalam air.
Pestisida ini juga dighunakan dengan cara disemprot.
Soluble (SL). Pekatan cair ini jika dicampurkan air akan membentuk larutan.
Pestisida ini digunakan dengan cara disemprotkan. SL juga dapat mengacu pada
formulasi slurry.Flowable (F) atau Flowabel ini Water (FW). Formulasi ini berupa
konsentrasi cair yangs angat pekat. Bila dicampur air, F atau FW akan membentuk
emilsi seperti halnya WP. Pada dasarnya FW adalah WP yang dibasahkan.
Ultra Low Volume (ULV). Sediaan khusus untuk penyemprotan dengan volume
ultra rendah, yakni volume semprot antara 1 hingga 5 liter/hektar. ULV umumnya
merupakan sediaan siap pakai, tanpa harus dicampur dengan air.
2. Bentuk Padat
Formulasi pestisida dalam bentuk padat diantaranya adalah Wettable
Powder (WP), Soluble powder (S atau SP), Butiran (G), Water Dipersible Granule
(WG atau WDG), Seed dreesing (SD) atau Seed Treatment (ST), Tepug Hembus
atau Dust (D), dan Umpan atau bait (B) ready Mix Bait (RB atau RMB).
Wettable Powder (WP). Formulasi WP bersama EC merupakan formulasi klasik
yang masih banyak digunakan dingga saat ini. WP adalah formulasi bentuk tepung
yang bila dicampur air akan membentuk suspensi yang penggunaannya dengan cara
disemprot. Soluble powder (S atau SP). Formulasi bentuk tepung yang bia dicampur
air akan menghasilkan larutan homogen. Pestisida ini juga digunakand enga cara
disemprotkan. Butiran (G). Butiran yang umumnya merupakan sedian siap pakai
dengan konsetrasi rendah. Pestisida butiran digunakan dengan cara ditaburkan di
lapagan (baik secara manual dengan tangan atau dengan mesin penabur) setelah
penaburan dapat diikuti denga pegolahan tanah atai tidak. Disamping formulasi G
dikenal juga fomulasi SG, yakni sand granular.
Water Dipersible Granule (WG atau WDG) . WDG atau WG berbentuk butiran,
mirip G, tetapi penggunaanya sangat berbeda. Formulasi WDG harus diencerkan
denga air dan digunakan dengan cara disemprotkan.
Seed dreesing (SD) atau Seed Treatment (ST). Sediaan berbentuk tepung yang
khusus digunakan untuk perawatan benih. Berbeda dengan Tepung Hembus atau
Dust (D). Sediaan siap pakai dengan konsentrasi rendah yang digunakan dengan
cara dihembuskan. Sedangkan Umpan atau bait (B) ready Mix Bait (RB atau RMB).
umpan merupakan formulasi siap pakai yang umumya digunakan untuk formulasi
rodentisida.
BAB V
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil praktikum ini adalah
1. Pestisida secara umum diartikan sebagai bahan kimia beracun yang
digunakan untuk mengendalikan jasad penganggu yang merugikan
kepentingan manusia terutama di bidang pertanian.
2. Pestisida merupakan racun yang memiliki kemampuan membasmi organisme
selektif dan mempunyai nilai ekonomis terutama bagi petani.
3. Jenis pestisida menurut jasad sasaran dapat dibedakan menjadi akarisida,
algasida, bakterisida, fungsida, herbisida, insektisida, molluskisida,
nematisida, ovisida, pedukulisida, piscisida, predisida, rodentisida, termisida,
silvisida, dan larvasida. Berdasarkan cara kerjanya pestisida digolongkan
menjadi, racun perut, racun kontak, racun gas
4. Berdasarkan struktur kimianya pestisida dapat digolongkan menjadi
golongan organochlorin, golongan organophosfat, golongan carbamat,
pyretroid, fumigant,, petroleum, dan ntibiotik.
5. Berdasarkan pengaruh fisiologisnya pestisida dapat digolongkan menjadi
piretroid, senyawa organofospat, senyawa organoklorin, senyawa arsenat,
dan senyawa karbamat.
6. Cara mengaplikasikan pestisida bermacam-macam diantaranya
adalah penyemprotan (spraying), pengabut, dusting (pengembus),
penyebaran butiran, penuangan atau penyiraman (pour on), injeksi batang,
impregnasi, fumigasi, dan dipping.
7. Bentuk-bentuk formulasi pada pestisida dibedakan menjadi bentuk cair dan
padat. Formulasi pestisida bentuk cair diantaranya adalah EC (Emulsifiable
Cocentrate atau Emulsible Cocentrate), Soluble Concentrate in water (WSC)
atau Water Soluble Concentrate (WSC), Aeous Solution (AS) atau Aquaous
Concentrate (AC), Soluble (SL), Flowable (F), dan Ultra Low Volume
(ULV). Sedangkan Formulasi pestisida dalam bentuk padat diantaranya
adalah Wettable Powder (WP), Soluble powder (S atau SP), Butiran (G),
Water Dipersible Granule (WG atau WDG), Seed dreesing (SD) atau Seed
Treatment (ST), Tepug Hembus atau Dust (D), dan Umpan atau bait (B) ready
Mix Bait (RB atau RMB).

Anda mungkin juga menyukai