PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman padi merupakan tanaman yang termasuk genus Oryza L. yang
meliputi kurang lebih 25 spesies dan tersebar di daerah tropis dan subtropis seperti
di Asia, Afrika, Amerika, dan Australia. Padi yang sekarang ini merupakan
pada awalnya tanaman padi diusahakan di lahan kering dengan sistem lading
tanpa pengairan dan hal ini dilakukan juga di beberapa negara dan pada akhirnya
Asia. Padi tergolong tanaman C3 dan toleran terhadap kondisi pengairan. Padi
bisa ditanam pada kondisi tanah darat (tegal) dan tanah tergenang (sawah). Pada
iklim tropis, tanaman padi tertentu ditanam pada musim hujan (tersedia cukup air)
( Hutomo, 2011).
Kepik adalah salah satu hama penting tanaman padi yang menyerang pada
fase generatif. Hama ini mulai menyerang ketika tanaman padi mulai berbunga
hingga matang susu. Kepik menyerang dengan menghisap cairan pada bulir padi
hingga menyebabkan bulir padi menjadi hampa. Serangan hama yang cukup
tinggi dapat menyebabkan tanaman padi gagal panen atau menurunkan kualitas
gabah serta kuantitas hasil produksi. Salah satu contoh kepik yang merusak
habitat. Umumnya laba-laba tidak berbahaya bagi manusia, hanya beberapa jenis
2
memangsa laba-laba yang lain yang lebih lemah. Disamping itu ternyata laba-laba
dapat bertindak sebagai predator hama yang cukup efektif , khususnya bagi hama
kepik hitam, hama padi dan tanaman pangan lainnya. Kehadiran laba-laba disuatu
ekosistem mempunyai hubungan yang erat dengan populasi hama dan keadaan
tumbuh alami di tanah dan bersifat patogen pada spesies serangga tertentu dan
racun (toksin) yang dapat mengakibatkan paralisis secara agresif pada larva dan
imago serangga. Beberapa racun yang telah berhasil diisolasi dari B. bassiana
antara lain Beauvericine, Beauverolide, Isorolide, dan zat warna serta asam
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara
padi (Oryza sativa L.) dengan menggunakan predator laba-laba dan penggunaan
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan penulisan paper ini adalah sebagai salah satu syarat
Utara, Medan. Dan sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.
3
TINJAUAN PUSTAKA
species Oryza sativa L.. Adapun klasifikasi tanaman padi adalah sebagai
Bagian tanaman padi dalam garis besarnya terdiri dari dua bagian besar,
yaitu bagian vegertatif yang meliputi akar, batang, dan daun serta bagian generatif
yang meliputi malai yang terdiri dari bulir-bulir daun bunga (Sanur, 2009)
Akar tanaman padi keluar kira-kira 5-6 hari setelah berkecambah, dari
batang yang masih pendek itu keluar akar-akar serabut yang pertama dan sejak itu
hari akar serabut berkembang dengan pesat. Dengan semakin banyaknya akar-
akar serabut ini maka akar tunggang yang berasal dari akar kecambah tidak
kelihatan lagi. Letak susunan akar kira-kira pada kedalaman 20-30 cm, karena itu
akar banyak mengambil zat-zat makanan dari bagian tanah yang di atas. Akar
tunggang dan akar serabut mempunyai bagian akar lagi yang disebut akar
samping dan yang keluar dari akar serabut disebut akar rambut
Batang padi tersusun dari rangkaian ruas-ruas dan antara ruas yang satu
dengan yang lainnya dipisah oleh suatu buku. Ruas batang padi di dalamnya
berongga dan bentuknya bulat. Dari atas ke bawah, ruas batang itu makin pendek.
Ruas-ruas yang terpendek terdapat di bagian bawah dari batang dan ruas-ruas ini
praktis tidak dapat dibedakan sebagai ruas-ruas yang berdiri sendiri. Pada tiap-tiap
4
buku terdapat sehelai daun. Di dalam ketiak daun terdapat kuncup yang tumbuh
menjadi batang. Pada buku- buku yang terletak paling bawah mata-mata ketiak
yang terdapat antara ruas batang-batang dan upih daun tumbuh menjadi batang-
batang sekunder yang serupa dengan batang primer. Batang-batang sekunder ini
Daun padi terdiri dari helai daun yang berbentuk memanjang seperti pita
dan pelepah daun yang menyelubungi batang. Pada perbatasan antara helai duan
dan upih terdapat lidah daun. Panjang dan lebar dari helai daun tergantung kepada
varietas padi yang ditanam dan letaknya pada batang. Daun ketiga dari atas
daun terpendek dan dengan lebar daun yang terbesar (Bambang et al., 2004).
timbul dari buku paling atas. Ruas buku terakhir dari batang merupakan sumbu
utama dari malai, sedangkan butir-butir nya terdapat pada cabang- cabang pertama
kemudian terkulai bila butir telah terisi dan menjadi buah (Sanur, 2009).
Berkelamin dua dengan bakal buah yang di atas. Jumlah benang sari ada 6 buah,
tangkai sarinya pendek dan tipis, kepala sari besar serta mempunyai kandungan
serbuk. Putik mempunyai dua tangkai putik, dengan dua buah 9 kepala putik yang
berbentuk malai dengan warna pada umumnya putih atau ungu. Malai padi terdiri
dari tangkai bunga, dua sekam kelopak yang terletak pada dasar tangkai bunga
dan beberapa bunga. Masing-masing bunga mempunyai dua sekam mahkota, yang
5
terbawah disebut lemma sedang lainnya disebut palea, dua lodicula yang terletak
pada dasar bunga sebenarnya adalah dua daun mahkota yang sudah berubah
Yang sehari-hari kita sebut biji padi atau butir/gabah, sebenarnya bukan
biji melainkan buah padi yang tertutup oleh lemma dan palea. Buah ini terjadi
setelah selesai penyerbukan dan pembuahan. Lemma dan palea serta bagian-
bagian lain membentuk sekam (kulit gabah). Dinding bakal buah terdiri dari tiga
ditempati oleh endosperm yang mengandung zat tepung dan sebagian ditempati
oleh embryo (lembaga) yang terletak dibagian sentral yakni dibagian lemma. Pada
lembaga terdapat daun lembaga dan akar lembaga. Endosperm umumnya terdiri
dari zat tepung yang diliputi oleh selaput protein. Endosperm juga mengandung
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman padi dapat tumbuh baik di daerah yang mempunyai suhu panas
dan banyak mengandung uap air, yaitu daerah yang mempuyai iklim panas dan
lembab serta curah hujan 1.500 – 2.000 mm per tahun dengan suhu udara lebih
dari 230C . tanaman padi dapat tumbuh mulai dari dataran rendah sampai dataran
hasil, selain itu tanaman padi menyukai lahan yang terbuka dengan intensitas
dengan 450 LS dengan cuacapanas dan kelembaban tinggi dengan musim hujan
empat bulan. Rata – rata curahhujan yang baik adalah 200 mm/bulan atau 1500 –
Tanaman padi dapat tumbuh dengan baik pada daerah yang berhawa panas
juga dapat menyebabkan peningkatan jumlah bulir kosong dan penurunan kualitas
angin juga berpengaruh negatif, karena penyakit yang disebabkan oleh bakteri
atau jamur dapat ditularkan oleh angin, dan apabila terjadi angin kencang pada
saat tanaman berbunga, buah dapat menjadi hampa dan tanaman roboh. Hal ini
akan lebih terasa lagi apabila penggunaan pupuk N berlebihan, sehingga tanaman
Tanah
Tanah Tanaman padi tidak terikat pada satu jenis tanah. Tanaman ini dapat
memberikan hasil yang memuaskan pada hampir tiap jenis tanah asal saja
Tanah yang cocok untuk bertanam padi adalah tanah gembur dan kaya
bahan organik. Tekstur tanah bisa lempung, lempung berdebu, atau lempung
berpasir. Derajat keasaman (pH) 11 normal antara 5,5 – 7,5 pada ketebalan lapisan
Meskipun tanaman padi dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, tetapi untuk
karena tidak semua jenis tanah dapat dijadikan lahan tergenang air. Sistim tanah
sawah, lahan harus tetap tergenang air agar kebutuhan air tanaman padi tercukupi
sepanjang musim tanam, oleh karena itu jenis tanah yang sulit menahan air kurang
cocok dijadikan lahan persawahan. Sebaiknya tanah yang sulit dilewati air sangat
cocok dibuat lahan persawahan dengan ketebalan lapisan oleh tanah berkisar
ditentukanoleh oleh beberapa faktor, yaitu posisi topografi yang berkaitan dengan
kondisihidrologi, porositas tanah yang rendah dan tingkat keasaman tanah yang
netral,sumber air alam, serta kanopinas modifikasi system alam oleh kegiatan
manusia. Tanah yang baik untuk pertumbuhantanaman padi adalah tanah sawah
dengan diperlukan air dalam jumlah yang cukup. Padidapat tumbuh dengan baik
(Suparyono, 2003).
netral (7,0). Pada prinsipnya, tanah berkapur dengan pH 8,1–8, 2 tidak merusak
8
reduksi yang tidak mengandung oksigen dan pH tanah sawah biasanya mendekati
Warna telur transparan dan ukuran panjang rata-rata 1 mm. Masa inkubasi
berkisar 6-9 hari. Total masa perkembangan dari telur hingga dewasa berkisar
antara 35 sampai 39 hari. Nimfa memiliki bentuk seperti semut dan berwarna
hitam. Tahap dewasa berlangsung lebih lama, sekitar dua kali lebih lama dari
pallicornis (Dallas) telah diteliti di bawah kondisi laboratorium pada kisaran suhu
sekitar 28oC - 30oC, dalam tabung reaksi (Estoy dan Tabudlong, 2013).
berdampingan. Telur berwarna putih susu dan berbentuk bulat panjang dan mudah
lepas atau jatuh bila disentuh. Menuju penetasan telur berubah menjadi merah
bata, rata-rata periode peletakan telur 2,50 hari, periode pemijahan rata-rata 19,40
hari, dan setelah betina dewasa bertelur, jantan hidup rata-rata dari 40,60 hari.
Jumlah telur betina 167,20 dan daya tetas telur butir mencapai 64,15%
Nimfa
Nimfa mempunyai 5 instar nimfa sebelum dewasa. Durasi dari instar 1
yaitu 3-9 hari, instar 2 selama 3-10, instar 3 selama 3-11 dan instar 4 yaitu 4-11.
Instar 1 berwarna merah dan kepala berwarna hitam. Nimfa instar 2-5 tubuh
berwarna coklat sedikit kecolatan. Tubuh nimfa yang baru menetas mencapai
ukuran 1,19 mm, dan nimfa terpanjang ditemukan di instar 5, mencapai 6,02 mm.
Lama stadia nimfa adalah 18,70 hari (Santosa dan Sulistyo, 2007).
Imago
Nimfa dan imago memiliki bentuk yang sama. Imago didominasi oleh
warna hitam dan sedikit emas serta imago aktif di pagi dan sore hari . Ukuran
betina cenderung lebih panjang dan lebih besar dari jantan. Betina memiliki
tonjolan perut di bagian abdomen ventral dan ada garis putih sedikit lebih terang
dari jantan. Antena terdiri dari empat bagian. Mata majemuk menonjol, tungkai
depan agak besar dibandingkan dengan dua pasang tungkai belakang. Secara
pertanaman saat padi berada dalam fase bunting sampai saat panen. P. pallicornis
dapat menyerang bulir tanaman padi mulai pengisian susu, matang susu sampai
Kerusakan yang ditimbulkan oleh kepik hitam ini antara lain yaitu beras
menjadi coklat kehitaman, mudah hancur apabila digiling dan apabila dimasak
terasa pahit. Serangga cenderung mengisap bulir-bulir padi pada pagi hari,
sebagian didapatkan pada daun maupun batang. Serangga dapat ditemukan pada
tanaman muda sampai dengan tanaman menjelang panen. Pada sore hari serangga
sangat aktif bergerak di bagian tanaman dan di bagian tanah, sebagian lagi
membuat bekas tusukan pada padi sehingga beras menjadi pahit pada saat
jelas toksisitas pada biji-biji padi dan bibit padi dengan menunjukkan bahwa bibit
dan klorosis pada daun bibit padi yang terinfeksi dan kepahitan beras dan dedak.
Gejala-gejala ini mungkin karena aksi racun daripada enzim. Aspergillus spp.
melalui mengisap dan menusuk dari stylet serangga, tetapi juga oleh gangguan
11
dengan bahwa kerusakan butir padi dalam fase generatif (Rosmana et al., 2014).
Mongondow pada tahun 1985. Kini hama P. pallicornis sudah menyebar pada
pertanaman padi sawah di Sulawesi Utara. Hasil pengamatan pada tahun 2011
Selanjutnya pengamatan tahun 2012 awal, hama ini telah menyebar di daerah
Minahasa Tenggara. Hasil survei secara umum menunjukkan keberadaan hama ini
telah ditemukan di semua wilayah kabupaten dan kota di Provinsi Sulawesi Utara.
pada malai padi dan ujung-ujung daun. Aktifitas dari serangga ini pada pada pagi
dan sore, siang hari nimfa dan imago turun ke bagian bawah tanaman untuk
berada pada semua ketinggian tempat dengan populasi yang beragam pada
71 hari setelah tanam (hst), kemudian 61 hst, dan 51 hst (Kaparang et al., 2011).
bunga-bungaan, jeruk dan merupakan saprofag serta sebagian kecil hidup sebagai
hama gudang. Hama P. pallicornis selain hidup pada padi juga dijumpai pada
prinsip PHT sehingga didapatkan teknologi pengendalian kepik hitam yang ramah
dewasa adalah Vitex trifolia dan nimbi. Setelah diisolasi juga ditemukan mikroba
13
yang berasal dari tubuh kepik hitam yaitu Aspergilus sp dan Gliogladium sp.
abiotik. Contoh faktor biotik adalah keberadaan predator dan tingkat fekunditas
kelembaban, pH, dan curah hujan. Menurut Petzoldt and Seaman (2010), sebagai
hewan yang berdarah dingin, serangga memiliki temperatur tubuh hampir sama
hidup, dan reproduksi. Suhu menjadi penting sebagai faktor pembatas yang
Kelembaban
Kelembaban udara bisa mempengaruhi aktivitas serangga. BBPPTP
kandungan air yang turun melewati batas toleransi akan membuat serangga mati.
Sumatera Utara 10 air dalam tubuh serangga bervariasi, umumnya berkisar antara
14
50-90% dari berat tubuh. Serangga yang memiliki kulit tebal, kandungan airnya
terhadap serangga. Beberaa seranga aktip hanya pada malam hari, sedangkan yang
timbul jenis serangga yang aktif pada pagi, siang, sore atau malam hari. Cahaya
berikut laba – laba ini memiliki ciri antara lain ; tubuh berwarna coklat berukuran
kecil sampai medium, tubuh gemuk dan bertungkai pendek, setiap kaki memiliki
bulu – bulu kecil, memiliki 4 pasang kaki yang masing – masing kakinya
bersegmen, Perut laba – laba ini berbentuk bulat dan penuh bulu. Dalam
ekosistem hewan ini bertindak sebagai pemangsa atau predator hewan yang lebih
banyak (5 jenis) didapatkan di Area Hutan Bukit Tanjung Datok. Banyaknya laba-
laba dari Famili Salticidae yang ditemukan pada kawasan itu disebabkan famili
15
tersebut paling mudah beradaptasi dan memiliki persebaran yang luas. Hal
Laba-laba dari famili ini tidak memiliki sarang untuk menjebak mangsa
karena laba-laba ini merupakan tipe pemburu yang akan mengikuti dan menerkam
pasang mata dengan mata median anterior yang sangat besar. Mata laba-laba
tersebut tersusun atas 3 baris. Selain itu, Famili Salticidae memiliki. Ukuran
prosoma lebih tinggi letaknya dari ophistosoma. Struktur tubuh seperti ini
balik daun, lapisan daun bunga, celah bebatuan, atau lubang di tanah yang
ditutupi kamu flase. Beberapa jenis memiliki pola warna yang menyamarkan
tubuhnya di atas tanah, batu atau pepagan pohon, sehingga tak perlu bersembunyi,
(Foelix, 1996).
Pada cephalothorax melekat empat pasang kaki, dan satu sampai empat
pasang mata. Selain sepasang rahang bertaring besar (disebut chelicera), terdapat
pula sepasang atau beberapa alat bantu mulut serupa tangan yang
disebut pedipalpus. Pada beberapa jenis laba - laba, pedipalpus pada hewan jantan
16
dewasa membesar dan berubah fungsi sebagai alat bantu dalam perkawinan. Laba-
laba tidak memiliki mulut atau gigi untuk mengunyah. Sebagai gantinya, mulut
laba-laba. Berbagai jenis laba – laba menerapkan strategi yang berbeda untuk
secara dramatis meningkat ketika lapisan serasah semakin tebal dan lembab,
karena lebih banyak tersedia mangsa, tempat untuk bersembunyi dan terhindar
Pelestarian Predator
alami mudah mati jika terkena pestisida kimiawi. 2) Tanam dan lestarikan
tanaman berbunga di dekat/dalam lahan pertanian. Sari madu dan serbuk sari dari
permukaan bumi dari daerah kutub hingga daerah padang pasir yang kering. Laba-
merupakan tempat ideal untuk bersarang dan lebih banyak terdapat sumber
oleh melimpahnya serangga hama yang berada di daerah tersebut. Pada lahan
serangga yang merupakan mangsa dari laba-laba dapat hidup pada vegetasi
Struktur fisik habitat, seperti adanya daun, ranting, dan bagian tanaman
bingkainya. Pelekatan benang – benang bingkai ini merupakan tahap awal yang
mengendaalikan hama Sexava yaitu burung Taun-taun dan juga burung Pata
Bagai akan tetapi sekarang jarang untuk di temukan lagi. Predator merupakan
tanaman merupakan salah satu cara untuk mengurangi resiko terhadap kesehatan
dan kerusakan lingkungan. Laba-laba (Araneae) adalah salah satu agen biologi
(Platnick, 2009).
dan mencegah terjadinya ledakan hama secara alami pada budidaya tanaman
dianggap lebih efisien daripada predator spesialis untuk menekan hama pada
sebagai bahan baku pestisida nabati untuk mengendalikan hama dan penyakit
tanaman. Hal ini berkaitan dengan sifatnya yang mampu membunuh, mengusir,
tersebut menentukan intensitas bau, harum, serta nilai harga minyak serai wangi
termasuk kelompok alkohol, hidrokarbon, ester, aldehid, keton, oxida, terpene dan
sebagainya. Menurut komponen utama penyusun minyak serai wangi adalah (1)
terpenoid yang memberikan aroma lemon yang khas; (2) geraniol (C10H18O)
serai wangi adalah citronellal, yaitu 32-45%, geraniol 12-18%, citronelol 11-15%,
geranil asetat 3- 8%, sitronelil asetat 2-4%. Terdapat 24 jenis komponen kimia
adalah daun dan minyak atsirinya. Kandungan senyawa serai wangi antara lain
(Isman, 2000).
Bagian cendawan yang berperan dalam proses penetrasi berupa spora atau
mekanis yaitu melaui saluran pencernaan dan ruas-ruas tubuh serangga yang
lunak, dan proses kimia yaitu dengan menggunakan enzim protease, lipase,
Penempelan konidia terjadi secara pasif dengan bantuan angin atau air
dipengaruhi oleh kelembaban, suhu, cahaya, dan nutrisi. Konidia yang telah
dan membentuk hifa sekunder untuk menyerang jaringan lain seperti jaringan
Gejala awal yang terlihat pada serangga yang terinfeksi B. bassiana yaitu
sehingga pada akhirnya serangga akan mati. Serangga yang mati karena terinfeksi
menunjukkan gejala berupa terdapat bercak kehitaman atau bercak berwarna gelap
pada kulit yang disebabkan oleh penetrasi cendawan pada kutikula serangga
Bila kondisi lingkungan cukup lembab maka pada permukaan tubuh akan
nutrisi, serta toksin yang dikeluarkan oleh cendawan sehingga terjadi kerusakan
jaringan dalam tubuh serangga yang akan menyebabkan paralisis dan kematian
pada serangga. Selain itu, miselium cendawan akan mengeluarkan senyawa aktif
yang bersifat antibiosis yang dapat bersifat racun atau menghambat proses
yang dapat menyebabkan gangguan pada fungsi hemolimfa dan sel-sel serangga
selama tiga sampai lima hari setelah penetrasi. Setelah serangga mati, hifa
masuk ke rongga tubuh serangga, semakin tinggi enzim protease pada suatu isolat
serangga inang. Khitin berguna untuk pertumbuhan hifa B. bassiana. Oleh karena
oosporein, yang dihasilkan oleh B. bassiana serta aksi kombinasi ketiganya akan
dapat menyebabkan gangguan pada fungsi hemolimfa dan inti sel serangga,
23
yang terinfeksi. Selain itu, toksin tersebut dapat menghambat pembusukan yang
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cangkul sebagai
alat untuk mengolah tanah, pacak sebagai penopang media tanaman padi, meteran
sebagai alat untuk mengukur luas lahan, gembor sebagai alat untuk menyiram atau
menambah volume air pada tanaman padi, buku data sebagai alat untuk tempat
data dituliskan, pena sebagai alat untuk menulis data, penggaris sebagai alat untuk
Padi (Oryza sativa L.) sebagai objek yang diteliti, tanah sawah sebagai media
tanam , air sebagai media tanam tambahan agar selalu tergenang, Plang untuk
tanda per kelompok, tali plastik untuk mengikat spanduk pagar lahan, spanduk
sebagai pagar lahan, plastik untuk pengganti petakan sawah, sungkup sebagai
Prosedur Percobaan
2. Direndam benih yang hendak ditanam di dalam air selama lebih kurang 15
menit.
3. Dibersihkan lahan dari gulma dan kotoran, lalu susun atur jarak per
plastik.
25
rumpun/lubang tanam.
setiap minggu.
PELAKSANAAN PERCOBAAN
Persiapan Lahan
Persiapan lahan dilakukan pada hari jum’at , 20 September 2019 yang
pembersihan gulma pada lahan, pembersihan gulma yang dilakukan oleh 5 kelas
secara gotong royong, perataan tanah dilakukan agar mudah untuk meletakkan
agar aliran air tidak tergenang dan sebagai pembatas antar kelas, pembuatan plot
setiap kelas dan pembuatan jalanan terrmasing-masing plot. Lahan diolah sedalam
Persiapan media tanam dengan tanah sawah, air. Setelah itu tanah sawah
plot tiap kelompok dan diberi penyangga disekeliling media tanam agar plastik
Persiapan Bibit
digunakan adalah benih tanaman Padi (Oryza sativa L.) yang direndam di dalam
bertujuan untuk mematahkan dormansi pada benih tersebut agar cepat mengalami
pertumbuhan.
27
Penyemaian
plastik dengan dialasi kertas bekas, kemudian basahi kertas tersebut secukupnya,
Penanaman
Pada saat menanam, pertama yang dilakukan pada saat penanaman adalah
lubang pada setiap plastik. Pada satu lubang tanam, ditanam sebanyak 1 rumpun
Padi (Oryza sativa L.) yang telah disemai terlebih dahulu. Sehingga setiap plastik
PemeliharaanTanaman
Penyiraman
Penyiraman dilakukan pada saat siap menanam dan setiap harinya sesuai
kondisi cuaca di lapangan. Penyiraman dilakukan pagi atau sore hari. Pada
terpenuhi unsur hara dan kadar airnya saat pertumbuhan dan perkembangan.
tumbuhan sehingga tanaman menjadi stress atau mencapai fase generatif lebih
Penyiangan
pokok yang lebih baik dalam upaya meningkatkan pertumbuhan dan presentase
Apabila tidak dibersihkan maka akan terjadi persaingan antara tanaman dan gulma
yang ada.
Pemasangan Sungkup
pasang sungkup pada ke empat tanaman padi, dan pada setiap sungkup diberi
Introduksi Hama
sungkup.
Introduksi Predator
Predator yang digunakan pada percobaan ini adalah laba - laba . Predator
Pestisida nabati yang diguanakan adalah dari bahan ekstrak daun serai
yang di haluskan dan dilarutkan didalam campuran air dan detergen. Pestisida
nabati ini digunakan sebagai bahan percobaan pengendali hama Kepik Hitam
(Paraeuscosmetus pallicomis).
29
Pengamatan Parameter
Mortalitas hama
Diamati hama yang mati disetiap perlakuan. Terdapat 6 ekor hama pada
setiap perlakuan
Intensitas Kerusakan
Gejala serangan
Diamati gejala yang terdapat pada tanaman padi disetiap perlakuan akibat
serangan hama .
30
Hasil
tinggi
November
2019
Entomopatogen
Pembahasan
dengan perlakuan kontrol (Sungkup III) pada tanggal 22 November 2019 telah
terjadi kerusakan parah pada daun padi yaitu daun padi tersebut banyak melipat
terdapat banyak lubang dan warna menguning keemasan. Hal ini sesuai dengan
literatur (Reissig 1985) yaitu kerusakan yang disebabkan oleh hama putih palsu
31
ini adalah larva menggulung diri di dalam daun, larva memakan bagian daun yang
hijau sehingga 15 daun – daun menjadi bercak coklat atau putih pada serangan
berat, tanaman nampak seperti kena gejala terbakar dan berlubang. Hama ini
merupakan hama potensial karena sering ditemukan gejala serangan yang tinggi
yang menyebabkan kehilangan hasil yang nyata terutama di lahan yang dipupuk
dengan perlakuan investasi hama dan musuh alami (Sungkup ke I), pada tanggal
pengamatan 23 November 2019 didapat jumlah hama 6 ekor dan jumlah musuh 4
alami ekor dengan keadaan tanaman yaitu terdapat sobekan dan lipatan pada
bagian tepi daun (margi folii). Sobekan dan lipatan pada tepi daun diakibatkan
kerusakan yang diakibatkan oleh hama tersebut adalah rusaknya bagian tepi daun
dan yang diserang adalah daunnya, bagian daun yang terserang berwarna putih
transparan memanjang sejajar tulang daun, karena yang dimakan pada bagian
klorofil dan yang tersisa kulit epidermis bagian atas, sehingga berpengaruh
terhadap fotosintesis. Daun akan digulung ke bagian atas dan tepi daun direkatkan
dengan benang-benang yang dihasilkan oleh larva. Larva akan tinggal dalam
medinalis akan berarti jika kerusakkan daun pada fase anakan maksimum dan fase
dengan perlakuan penggunaan pestisida nabati (Sungkup II) adalah hama mulai
bekerja aktif mengusir atau mengurangi nafsu makan pada hama. Pestisida nabati
seperti daun sirsak mampu megurangi populasi hama tersebut. Hal ini terlihat
pada pengamatan di hari pertama (22 november 2019) intensitas serangan hama
sebanyak 92% hingga terakhir (28 Nov 2019) menjadi 28 % . Hal ini sesuai
acetoginin, antara lain asimisin, bulatacin dan squamosin. Pada konsentrasi tinggi,
serangga hama tidak lagi bergairah untuk melahap bagian tanaman yang
disukainya. Sedangkan pada konsentrasi rendah, bersifat racun perut yang bisa
hama mati seluruhnya dikarenakan tidak ada makanan yang tersedia diakibatkan
tanaman padi telah diberikan bakteri bt. Hal ini sesuai dengan literatur (Salaki
dan Langkah, 2009) “Di antara bakteri yang bersifat patogenik terhadap serangga,
strain anggota spesies Bacillus thuringiensis merupakan salah satu agensia hayati
yang peka, δ-endotoksin yang berupa protoksin ini dalam saluran pencernaan
insekta yang berlingkungan basa diubah menjadi toksin aktif. Saluran pencernaan
33
toksin menjadi toksin aktif. Selain itu, protease mengubah daya ikat reseptor
dalam saluran pencernaan sehingga toksin dapat berikatan dengan reseptor untuk
pengendalian hama terpadu dengan penggunaan musuh alami, pestisida nabati dan
lingkungan dan ekosistem terjaga . Hal ini sesuai dengan literatur (Sunarno,
2006) “PHT merupakan suatu cara pendekatan atau cara berpikir tentang
pengendalian OPT yang didasarkan pada dasar pertimbangan ekologi dan efisiensi
yang berkelanjutan”.
34
KESIMPULAN
1. Pada Perlakuan kontrol intensitas kerusakan yang dialami adalah paling berat
DAFTAR PUSTAKA
Dewi. V.S, S. Sjam, S.T. Untung dan R. Danial. 2013. Teknologi pengendalian
kepik hitam (paraeucosmetus pallicornis dallas) pada tanaman padi
berbasis bahan alami bioaktif tanaman. Artikel publikasi Universitas
Hasanuddin.
Estoy, G. F. Jr., dan B. M. Tabudlong. 2013. Biology of the rice grain bug,
Paraeucosmetus pallicornis (Dallas) (Hemiptera: Lygaeidae), a new
emerging insect pest of rice. Philipp Ent. 27 (2):199-215.
Grainge, M., dan Ahmed, S. 1988. Handbook of Plants with Pest Control
Properties.Wiley Interscience. New York.
Grainge, M., dan Ahmed, S. 1988. Handbook of Plants with Pest Control
Properties.Wiley Interscience. New York.
Hasanah. 2007. Ketahanan Dua puluh Satu Varietas Padi Terhadap Penyakit
Busuk Daun Bakteri. Jurnal HPT Tropika 9 (2): 168
Inglis G. D., Goettel M. S., Butt T. M., Strasser H. 2001. Use of Hypomycetous
Fungi for Managing Insect Pests. in Butt TM, Jackson CW, Magan N,
(Eds). Fungi as Biocontrol Agent: Progress, Problems and
Potential.Wallingford: CABI. pp. 23–69.
Isman, M.B. (2000). Plant essential oil for pest and disease management. Crop
Protection, 19, 603-608.
Kaparang, C. L., J. Pelealu, dan Ch. L. Salaki. 2011. Populasi dan intensitas
serangan Paraeucosmetus pallicornis (Hemiptera : Lygaeidae) pada
tanaman padi di kabupaten minahasa selatan. J. Eugenia. 17 (3):1-8.
Laba IW. 2001. Keaekaragaman Hayati Artropoda dan Peranan Musuh Alami
Hama Utama Padi pada Ekosistem Sawah. Makalah Falsafah Sains (PPs
702) Program Pasca Sarjana / S3. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Peng, X, J, Tso, I, M & Li, S, Q, 2002, "Five New and Four Newly Recorded
Species of Jumping Spider from Taiwan (Araneae: Salticidae)", Zoological
Studies, vol. 41, hal. 3-4
Petzoldt, C. and A. Seaman. 2010. Climate change effect on insect and pathogens.
Platnick, Norman I (2009) The World spider catalog. Version 9.5. America
Museum of Natural History.
Santosa J.S., Sulistyo, J. 2007. Peranan Musuh Alami Hama Utama Pada
Ekosistem Sawah. Jurnal Inovasi Pertanian. 6:1.
Sanur. 2009. Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan. Bumi Aksara, Jakarta.
Sebastian, A., Kalshoven, L.G.E. dan P.A. van der Laan. 1981. The pest
of crops in Indonesia.P.T. IchtiarBaru. Van Hoeve, Jakarta.
Suana IW, Yaherwandi. 2009. Aplikasi system informasi geografi (SIG) untuk
mempelajari keragaman struktur habitat laba-laba pada lansekap pertanian
di daerah aliran sungai (DAS) Cianjur. Jurnal Ilmu Dasar 10:147–152.
Vega, E.F, Posada, F, Aime, M.C, Ripoll, M.P, dan Infante F. 2008.
Entomopathogenic fungal endophytes. Biological control. 46: 72–82.
Wissinger SA (1997) Cyclic colonization in predictability ephemeral habitat: A
template for biological control in annual crop system. Biological Control
10:4-5