Anda di halaman 1dari 5

KUTU DAUN PERSIK (Myzus persicae)

Introduction
Menurut Deptan (2005) taksonomi hama kutu daun persik ialah sebagai
berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Famili : Aphididae
Ordo : Homoptera
Genus : Myzus
Spesies : Myzus persicae Sulz

Gambar 1. Hama Kutu Daun Persik


Myzus persicae adalah kutu daun yang berwarna kuning kehijauan atau
kemerahan. Baik kutu muda (nimfa atau apterae) maupun dewasa (imago atau
alatae) mempunyai antena yang relatif panjang, kira-kira sepanjang tubuhnya.
Panjang tubuh kurang lebih 2 mm. Tubuh lembut seperti buah pir. Hidupnya
berkelompok pada bagian bawah helaian daun atau pada pucuk tanaman. Nimfa
dan imago mempunyai sepasang tonjolan pada ujung abdomen yang disebut
kornikel. Ujung kornikel pada kutu daun persik berwarna hitam. Kutu daun
dewasa dapat menghasilkan keturunan (nimfa) tanpa melalui perkawinan. Sifat ini
disebut Partenogenesis. Satu ekor dewasa dapat menghasilkan kira-kira 2-20 anak
setiap hari dan bila keadaan baik daur hidupnya 2 minggu. Selama tidak
mengalami gangguan dan makanan cukup tersedia, kejadian tersebut berlangsung
terus menerus sampai populasi menjadi padat. Nimfa terdiri atas 4 instar. Nimfa-
nimfa yang dihasilkan tersebut pada 7 - 10 hari kemudian akan menjadi dewasa
dan dapat menghasilkan keturunan lagi. Lama stadium tersebut tergantung pada
suhu udara. Hama kutu daun persik tersebut antara lain terdapat di pulau Sumatera,
Jawa, dan Sulawesi (Pracaya, 2008).

Faktor Makanan (Kualitas dan Kuantitas)


Hama ini memakan segala jenis tanaman (Polifag). Lebih dari 100 jenis tanaman
inang, termasuk tenaman cabe.
...

Faktor Iklim (Makro dan Mikro)


Pertumbuhan populasi Myzus persicae Sulz dalam 15 hari tampak
meningkat dengan cepat pada keadaan kisaran suhu 15,4 oC - 33,7 oC dengan rata-
rata 28,4 oC, pertumbuhan populasi menjadi tertekan lebih rendah. Selanjutnya
pada kisaran suhu tinggi 14,3 oC - 41,7 oC dengan rata-rata 30 oC pertumbuhan
populasi menjadi sangat tertekan. Serangga ordo Hymenoptera, Diptera,
Coleoptera dan Orthoptera umumnya terbang pada cuaca cerah tanpa angin. Jika
kecepatan angin melampaui 15 km/jam, aktivitas terbang terhenti. Pada kondisi
udara tenang, telah diketahui bahwa kutu daun akan lebih banyak terbang ke arah
lokasi yang berwarna hijau seperti adanya pertanaman. Telah diketahui pula
bahwa kutu daun mempunyai preferensi terhadap warna dan warna yang disukai
maupun yang tidak disukai sangat tergantung dari spesies kutu daun. Dari spesies-
spesies kutu daun yang sudah diteliti ternyata hampir semuanya menghindari
pantulan cahaya perak (Blackman dan Eastop, 2000).

Faktor Biotik (Predator, Parasitoid, Patogen, Pesaing)


1. Predator : Larva lalat Syrphidae
Larva lalat ini adalah pemangsa kutu daun dan serangga lain dari famili
Syrphidae, ordo Diptera yang efektif. Lalat dewasa meletakkan telur (mungkin
berwarna jingga) di sebelah bawah daun di antara kutu daun. Seekor larva dapat
memakan lebih dari 70 kutu daun setiap hari. Kutu daun dimakan satu per satu,
diangkat dan diisap sampai kering. Dapat membantu teman petani ini dengan
melestarikan tanaman berbunga di kebun. Selain bermanfaat sebagai musuh alami,
lalat bunga juga membantu dalam penyerbukan bunga (Hartoyo, 2001).
Gambar 2. Larva Lalat Syrphidae
2. Parasitoid : Diaretiella rapae
Ciri-ciri serangga ini adalah:
• Serangga ini berukuran kecil dan sukar dilihat dengan mata telanjang.
• Serangga ini merupakan parasitoid dari kelompok kutu (aphid).

Gambar 3. Diaretiella rapae dewasa meletakkan telurnya


3. Patogen :
Lecanicillium lecanii yang sebelumnya diberi nama Verticillium lecanii
dilaporkan juga mampu menginfeksi bebe-rapa jenis serangga inang meliputi ordo
Orthoptera, Hemiptera, Lepidoptera, 4 Thysanoptera, dan Coleoptera dengan
tingkat mortalitas yang sangat bervariasi. Perbedaan tingkat mortalitas serangga
akibat infeksi cendawan ini dipengaruhi oleh asal isolat dan serangga inang
(Sugimoto et al. 2003).
Gambar 4. Verticillium lecanii
4. Pesaing : Thrips
Thirps merupakan vektor virus yang dapat menyebabkan penyakit keriting.
Spesies thrips yang umum menyerang tanaman cabai di Indonesia, yaitu Thrips
parvispinus Karny. Thrips berwarna kuning kecoklatan. Gerakannya sangat cepat,
saat kemarau populasinya sangat tinggi. Hama ini berkembang biak tanpa
pembuahan sel telur (partenogenesis). Siklus hidupnya berlangsung selama 7-12
hari. Thrips menyukai daun-daun muda. Gejala awal serangan thrips pada
tanaman cabai adalah daun yang terserang memperlihatkan gejala noda keperak-
perakan yang tidak beraturan akibat adanya luka dari cairan makan serangga
tersebut (Muhammaad, et al., 2012).

Gambar 5. Thrips

Faktor Lain
...

Sumber :
1. Departemen Pertanian. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis.
Jeruk. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.
2. Pracaya (2008). Pengendalian Hama & Penyakit Tanaman secara Organik.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
3. Blackman R.L., V.F. Eastop. 2000. Aphids on the World's Crop. An
identification and Information Guide 2nd eds. New York : John Wiley and
Sons.
4. Hartoyo. E, 2001. Pemanfaatan Musuh Alami Serangga Hama.
http://www.htysite.com/hama%20musuh%20alami%2001.htm. (Diakses 06
Februari 2018).

Anda mungkin juga menyukai