BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Coleoptera. Ordo Coleoptera memiliki jumlah spesies terbesar, ordo ini menyusun
keanekaragaman yang tinggi dan melimpah, selain itu berperan penting dalam
Kumbang memiliki sayap depan yang keras, tebal dan merupakan penutup
bagi sayap belakang dan tubuhnya. Sayap depan disebut elitron. Ketika terbang
sayap depan kumbang tidak berfungsi hanya sayap belakang yang digunakan
untuk terbang. Sayap belakang berupa selaput dan pada waktu istirahat dilipat
dibawah elitra. Tipe alat mulut kumbang yaitu tipe penggigit dan pengunyah
(Suhara, 2009).
ujung moncong yang memanjang. Tarsus terdiri atas 2-5 segmen. Sayap belakang
membraneus dan terlihat dibawah sayap depan pada saat serangga ini istirahat.
Pada sayap hinggap kedua sayap depan membentuk satu garis lurus. Sayap
2
belakang ini umumnya lebih panjang dari pada sayap depan dan digunakan untuk
dari kata “Coeleos” yang berarti seludang dan pteron yang berarti sayap, maka
sayapnya. Karakter khas yang dimiliki kumbang yaitu memiliki seludang yang
disebut elytra yang keras, bagian ini melindungi sayap tipis serupa membran yang
morfologi yang mirip dengan ordo Hemiptera. Perbedaan pokok antara keduanya
antara lain terletak pada morfologi sayap depan dan tempat pemunculan
homogen, bisa keras semua atau membranus semua, sedang sayap belakang
bersayap dan tidak bersayap. Misalnya, kutu daun (Aphis sp.), sejak menetas
sampai dewasa tidak bersayap. Namun, bila populasinya tinggi sebagian serangga
(Lopes, 2017).
Alat mulut juga bertipe pencucuk pengisap dan rostumnya muncul dari
bagian posterior kepala. Alat-alat tambahan baik pada kepala maupun thorax
Baik nimfa maupun dewasa umumnya dapat bertindak sebagai hama tanaman.
Serangga anggota ordo Homoptera ini meliputi kelompok wereng dan kutu-
kutuan, seperti : Wereng coklat ( Nilaparvata lugens Stal.) Kutu putih daun kelapa
(Marwoto, 2010).
tentang ordo coleoptera dan ordo homoptera siklus hidup, gejala dan
pengendaliannya.
Adapun kegunaan penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu syarat
masuk untuk dapat mengikuti praktikum Ilmu Hama Tanaman Program Studi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ordo Coleoptera
permukaan atas (dorsal) badan kumbang ini berwarna cerah kuning, oranye,
kemerahan dengan bercak-bercak hitam, ada pula yang berwarna hitam dan
permukaan bawah (ventral) badan rata dan pada umumnya berwarna pucat
Kumbang koksi memiliki ciri morfologi yaitu bentuk tubuh yang kecil mirip
dengan kepik pada bagian sayap berwarna oranye yang terdapat bintik-bintik
hitam. Kumbang koksi juga memiliki kaki yang berjumlah enam, yang terletak
pada bagian depan dua, tengah dua, dan belakang dua. Pada bagian kaki juga
terdapat bulu kecil yang berfungsi sebagai pelekat. Selanjutnya pada bagian sepal
memiliki sepasang mata yang berfungsi untuk melihat, dan memiliki antena yang
(Widiastutie, 2010).
5
Elytral epipleura lebar, cekung dan menurun keluar. Warna tubuhnya berwarna
pada hampir seluruh permukaan badannya. Bagian tubuhnya terdiri atas antena,
kepala, thorax, abdomen dan kaki. Umumnya predator dari famili Coccinellidae
menetas menjadi larva, beberapa jam kemudian larva mulai memakan mangsanya.
memangsa adalah larva instar 2 – 3, hal ini disebabkan gizi yang 12 banyak
2,43 ± 0,19 hari; 2,53 ± 0,19 hari; 2,64 ± 0,04 hari dan 2,77 ± 0,21 hari.
Total lama perkembangan stadium larva yakni 10,37 hari. Makanan dengan
Stadium pupa berlangsung selama 3,18 ± 0,77 hari sampai terbentuk imago
besar (panjangnya sekitar 3-5 cm dan lebar sekitar 2-3 cm). Kumbang ini
memiliki kepala kecil, tetapi memiliki sebuah tanduk (cula), culanya yang
terdapat pada kepala menjadi ciri khasnya. Cula kumbang jantan lebih panjang
dari cula kumbang betina, selain itu kumbang ini mempunyai mandibel yang kuat.
dewasa betina dapat hidup sampai 274 hari, sedangkan kumbang dewasa jantan
menggerek pupus daun kelapa. Daerah penyebaranya cukup luas, dari Jawa
Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Jambi, dan sebagainya. Kumbang ini merajalela
terutama di daerah- daerah yang meiliki curah hujan tinggi dan merata sepanjang
Warna kumbang hitam kepala, dada dan abdomen tidak terlihat batas yang
jelas, memiliki satu tanduk pada bagian kepala 2 Memiliki dua pasang sayap,
7
sayap depan disebut elytra fungsi sebagai pelindung Pola dasar sayap viens dan
satu sayap tipis 3 Kaki memiliki 7 ruas kaki kumbang badak jelas perbedaan
antara tibia dan tarsus berwarna hitam gelap 4 Antena kumbang badak berbentuk
Stadium telur berkisar antara 11-13 hari, namun rata-rata berlangsung selama
12 hari. O. rhinoceros betina bertelur di tempat sampah, daun- daun yang telah
membusuk, daun-daun yang telah mengering dan cercahan sampah dari kayu
palem (tandan kosong buah,pupuk kandang atau kompos, batang kelapa yang
telah membusuk, dan serbuk kayu yang dekat dengan pohon kelapa merupakan
bertelur sebanyak 35-70 butir atau lebih. Telur O. rhinoceros berbentuk bulat,
berwarna putih, dan berukuran panjang sekitar 2,5 mm dan lebar 2 mm. Setelah
sekitar 12 hari telur akan menetas dan menuju ke stadium larva (Pertami, 2016).
Stadium larva berlangsung selama 4-5 bulan bahkan ada pula yang mencapai
2-4 bulan. Stadium larva terdiri dari tiga instar yaitu: Instar I selama 11-12 hari,
8
instar II selama 12-21 hari, dan instar III 60-165 hari. Larva (lundi atau uret)
dewasa memiliki panjang 12 mm, dengan kepala berwarna merah kecoklatan dan
tubuh bagian belakang lebih besar daripada tubuh bagian depan. Badan larva
berbulu pendek dan pada bagian ekor bulu-bulu tersebut tumbuh rapat. Larva
hidup dari sisa-sisa tumbuhan yang telah membusuk, kotoran ternak, sampah, dan
Stadium pupa terdiri atas 2 fase: Fase I, selama 1 bulan, merupakan perubahan
bentuk dari larva ke pupa. Fase II, lamanya 3 minggu, merupakan perubahan
bentuk dari pupa menjadi imago dan masih berdiam dalam kokon O. rhinoceros
yang baru muncul dari pupa akan tetap tinggal di tempatnya antara 5-20 hari,
Stadium dewasa (imago) memiliki panjang 30-57 mm dan lebar 14-21 mm,
imago jantan lebih kecil dari imago betina, berwarna merah sawo atau hitam
betina. Kumbang ini mempunyai mandible yang kuat, berfungsi untuk melubangi
pohon O. rhinoceros betina mempunyai bulu tebal pada bagian ujung abdomenya,
Kerusakan ini baru akan terlihat jelas setelah daun membuka 1 – 2 bulan
kemudian berupa guntingan segitiga seperti huruf “V”. Gejala ini merupakan ciri
(Darmayanti, 2016).
9
Luka akibat serangan O. rhinoceros ini dapat menjadi jalur infeksi untuk
patogen dan hama lain Bekas bagian yang dirusak hama ini biasanya akan
digunakan oleh hama lain dan O. rhinoceros sering dianggap sebagai pembuka
jalan bagi hama lain. Hama lain tersebut antara lain Rhynchoporus sp atau
kerusakan yang ditimbulkan menjadi lebih berat Pelepah di atas bagian yang
diserang akan patah dan mengering atau busuk. Tanaman yang mati akibat
(Pertami, 2016).
Kumbang ini merusak pelepah daun yang belum terbuka dan dapat menyebabkan
pelepah patah. O. rhinoceros dewasa mulai menyerang kelapa ketika berumur 0-1
tahun. Kerusakan pada kelapa akan terlihat jelas setelah daun membuka 1-2 bulan
kemudian, yaitu berupa guntingan segitiga seperti huruf “V” atau ada deretan
2.1.2 d. Pengendalian
inang, dan tempat berkembang biaknya. Komponen utama feromon sintetis ini
adalah etil-4 metil oktanoat. Penggunaan feromon cukup murah karena biayanya
PHT untuk hama O. rhinoceros sebagai berikut: (a) Kultur Teknis : dilakukan
dimanfaatkan untuk kayu bangunan, perabot rumah tangga atau kayu bakar. Kayu
kelapa juga dapat ditumpuk dan dibakar (b) Pengendalian hayati. untuk
Kanfer digunakan sebagai penolak (repellen) untuk hama Oryctes. Pada tanaman
kelapa berumur 3-5 tahun digunakan 3.5 g kanfer per pohon, yang diletakkan pada
tiga pangkal pelepah di bagian pucuk. Aplikasi diulang setiap 45 hari. (d)
Pemanfaatan serbuk mimba (powdered neem oil cake) : Serbuk mimba (250 g)
dicampur dengan 250 g pasir kemudian diaplikasikan pada pucuk kelapa yang
menjadi tempat masuk Oryctes. Aplikasi pada 3-4 pangkal pelepah pada bagian
bulat dengan diameter kurang lebih 3 mm. Telur-telur ini diletakkan oleh serangga
betina pada tempat yang baik dan aman (misalnya dalam pohon kelapa yang
melapuk). Setelah dua minggu telur-telur ini akan menetas. Rata-rata fekunditas
11
seekor serangga betina berkisar antara 49-61 butir telur, sedangkan di Australia
berkisar 51 butir telur, bahkan dapat mencapai 70 butir. Stadium telur berkisar
Larva tidak bermata dan tidak berkaki. Badan bagian belakang lebih besar
dari bagian depan. Kepala merah kekunigan. Badan berbulu sangat pendek. Larva
menetas dalam luka-luka batang. Lara dewasa berukuran 6 cm dan lebar 3 cm.
Stadium larva sampai 3-4 bulan. Larva yang akan berkompompong, membuat
kokoh dari serat/pelepah dengan ukuran 6,5 cm dan lebar 3,5 cm (Emir, 2012).
tumpukan sampah dan larva lebih menyukai membentuk kokon di dalam tanah
yang lembab, pada kedalaman sekitar 30 cm. Larva dapat mati, jika kondisi untuk
membentuk pupa tidak sesuai. Panjang 3-4 cm dan lebar 1,5 cm. Fase terakhir
berwarna merah colat dan bagian tubuh telah memperlihatkan tubuh kumbang
± 3 cm. Kumbang yang muncul akan mulai beterbangan pada waktu senja atau
malam hari menuju mahkota daun tanaman kelapa dan ujung batang Kumbang
12
dewasa betina dapat hidup sampai 274 hari, sedangkan kumbang dewasa jantan
Stadium imago 3-6 bulan. Telur diletakkan oleh kumbang betina pada
luka-luka batang atau luka bekas gerekan Oryctes. Jumlah telur bisa mencapai 500
butir. Ukuran panjang 2,5 mm, lebar 1 mm. Telur menetas setelah 3 hari. Periode
larva 2.5-6 bulan (tergantung temperatur dan kelembaban). Setelah dewasa larva
akan berhenti makan, kemudian akan mencari tempat terlindung yang dingin dan
perkembangan larva menjadi pupa berkisar 2-3 minggu, masa pupa berkisar 2-3
minggu, pupa menjadi imago remaja berkisar 5 sampai 12 hari berada didalam
kokon, umur kumbang dewasa berkisar 3 s/d 5 bulan. kesukaan hama ini untuk
Ketika akan membentuk pupa, larva memiliki panjang 3-4 cm dan lebar
1,5 cm. Dua minggu hidup dalam kokon dan bertukar rupa menjadi bentuk
dewasa selama 3 minggu dan masih tinggal dalam kokon. Fase terakhir berwarna
merah coklat dan bagian tubuh telah memperlihatkan tubuh kumbang dewasa
(Hastuty, 2016).
dewasa akan melubangi pelepah termuda yang belum terbuka. Jika yang
dirusak adalah pelepah daun yang termuda (janur) maka ciri khas bekas
dilihat adanya lubang-lubang bekas gerekan, baik pada pangkal pelepah, batang
bahkan pucuk, hal ini terlihat jelas jika kita panjat tampak pada bagian yang
tertutup oleh ketiak pelepah akan terdapat lubang-lubang. Jika lubang baru yang
terdapat kotoran gerekan berwarna putih atau coklat basah dan berbau, biasanya
bersarang hama kumbang sagu didalam lubang baru kadang terdapat lebih dari
satu ekor kumbang, kadang kita jumpai dua spesies seperti R. ferrugenius dan R.
daun tombak dan jaringan leher akar, pohon muda akan mati jika titik
2.1.3 d. Pengendalian
Furadan 3 G di di tiga ketiak pelepah daun secara spiral sepanjang 1 m dari pucuk
dijumpai dan terdapat sisa gerekan baru, ditutup dengan insektisida. (4) Dengan
perangkap dilakukan dengan seks feromon dan dengan Larutan gula alkohol
(Trisnadi, 2018).
muda, larva, kemudian pastikan bahwa tidak ada kumbang lain yang dapat
6,5 mm dan lebar 2 mm. Antena berbentuk clavate menyerupai gada, ruas-ruas
membesar secara teratur dari arah pangkal ke ujung. Imago mempunyai antena
berbentuk menyerupai gada dan melebar ke arah ujung secara beraturan. Serangga
coklat gelap, dan memiliki panjang tubuhnya 3-4 mm. Telur berwarna putih keruh
kekuningan dengan panjang ± 5-6 mm, pada bagian ujung abdomennya terdapat
tonjolan seperti garbu yang berukuran kecil dan berwarna gelap. Larva memiliki
tungkai thorakal yang berguna untuk berjalan. Pupa berwarna putih kekuningan
dengan panjang ± 3,5 mm dan bertipe bebas. Kumbang ini memiliki siklus hidup
Larva hidup dalam biji tersebut dengan memakan isi biji. Fase larva
merupakan fase yang merusak biji. Imago meletakkan telur secara acak dalam
tepung atau diantara partikel makanan. Serangga betina dapat hidup selama 1
16
tahun dan menghasilkan telur sebanyak 350-400 butir. Setelah menetas larva akan
aktif disekitar tepung tersebut. Ketika menjelang pupa maka larva akan naik
Larva dan imago memakan bahan makanan yang sama. Larva serangga ini
bertipe elateriform dan aktif bergerak mencari makan. Panjang larva T. castaneum
komoditas yang diserang tanpa dilindungi kokon. Fase 5 telur dan pupa relatif
singkat, lebih dari 60% dari siklus hidupnya dihabiskan sebagai larva
(Minarti. 2012).
dalamnya. Apabila gabah tersebut digiling maka beras yang dihasilkan akan
pecah-pecah dan mengalami susut yang relatif besar. Akibat dari serangan hama
pasca panen tersebut beras atau gabah akan menjadi berlubang kecil-kecil, karena
beras atau gabah tersebut disimpan dalam jangka waktu yang relatif lama maka
beras atau gabah tersebut menjadi butiran, pecah dan remuk bagaikan tepung
Imago dan larva T. castaneum selalu merusak tepung, jika belum terdapat
tepung mereka akan menunggu hasil perusakan butir beras, gaplek, jagung, kopra,
dan lain-lain oleh hama primer. Ketika terdapat dalam jumlah besar, kumbang
tepung akan menyebabkan tepung menjadi rentan terhadap jamur serta dapat
tercemar oleh benzokuinon hasil ekskresi kumbang tersebut yang bersifat racun
2.1.4 d. Pengendalian
diperbolehkan pada biji-bijian yang belum diolah adalah 0,1 mg/kg dan 0,01
mg/kg pada biji-bijian yang telah diolah. Diperkirakan penggunaan bahan kimia
fosfin untuk disinfestasi pada biji-bijian yang diolah bisa mencapai 743 kg/tahun
simpanan pada waktu tertentu dengan pengeringan yang sempurna. Selain itu juga
fumigan yang tidak berbahaya bagi kesehatan manusia. Selain itu menjaga tempat
mudah mengingat atau menghafakanny. Klasifikasi dari hama kutu daun persik
sesuai literatur Pracaya (2009), Hama Kutu Daun Persik diklasifikasikan sebagai
18
kekuningan, panjangnya 1,8 – 2,3 mm, kepala dan dada kutu berwarna coklat
dengan perut hijau kekuningan, panjang antena sama dengan badannya. Kutu
daun memiliki ukuran yang sangat kecil namun bisa terlihat jika kutu daun
bergerombol di bawah daun muda yang menjadi tempat hidup dan tempat makan
dari kutu daun, karena hama jenis ini menginfeksi tanaman dengan cara
Daur hidup kutu daun hanya berkisar enam hari jika kebutuhan makanan
dan keberlangsungan hidupnya terpenuhi, oleh karena itu hama ini menginfeksi
pada daun muda dan mengakibatkan daun tersebut menjadi layu dan akhirnya
Selain morfologi hama kutu daun juga memiliki daur hidup atau siklus
hidup yang tidak sempurna, dimana keberlangsungan hidup dari hama kutu daun
ini hanya berkisar kurang lebih enam hari jika asupan makanan dan temperatur
suhu udaranya sangat memadai. Daur hidup kutu daun 6 hari setelah itu
2.2. 1.c. Gejala Serangan Hama Kutu Daun Persik (Myzus persicae Sulz)
dapat menyebabkan daun rontok dan akhirnya. Gejala serangan aphis hijau tidak
19
begitu kentara merusak daun pada tanaman tertentu. Namun, pada tanaman yang
lainnya, daun akan terlihat melengkung, berpilin, dan klorosis. Jika serangannya
berat, daun akan rontok. Serangan yang hebat menyebabkan tanaman menjadi
yang layu bahkan mati diakibatkan oleh serangan kutu daun karena cara
penginfeksian hama ini dengan cara menghisap cairan pada ketiak daun sehingga
tanaman yang terinfeksi akan terlihat pada saat tanaman sudah mengalai layu dan
Coccinellidae yang dapat melahap aphis dengan jumlah yang banyak. Musuh
alami kutu daun persik (Myzus persicae Sulz) adalah larva lalat Syrphidae dan
(predator) dari aphis. Lembing yang warnanya merah dengan bercak hitam
menyilang, seperti salib pada punggungnya juga dapat melahap lebih kurang 200
negara. Serangga hama ini memiliki berbagai sebutan, di Inggris disebut tobacco
dengan nama kutu kebul. Hama ini termasuk dalam ordo Homoptera, famili
20
Aleyrodidae, genus Bemisia dan spesies tabaci. Kutu kebul bersifat polifag
Serangga dewasa kutu kebul berwarna putih dengan sayap jernih, ditutupi
lapisan lilin yang bertepung. Ukuran tubuhnya berkisar antara 1-1,5 mm.
berwarna kuning terang dan bertangkai seperti kerucut. Stadia telur berlangsung
selama 6 hari. Serangga muda (nimfa) yang baru keluar dari telur berwarna putih
pucat, tubuhnya berbentuk bulat telur dan pipih. Hanya instar satu yang kakinya
berfungsi, sedang instar dua dan tiga melekat pada daun selama masa
permukaan daun bagian bawah. Spesies lain yang lebih besar disebut Aleurodicus
Serangga ini tersebar secara luas di daerah tropis dan subtropis lebih dari
350 spesies tanaman yang dapat diserang kutu kebul. Kerusakan tanaman dapat
secara langsung dengan cara menghisap cairan daun atau tidak langsung melalui
penularan cendawan jelaga yang timbul akibat banyaknya produksi embun madu.
Kutu kebul dapat menularkan virus patogen tanaman yang memperparah serangan
Hama ini dapat menyerang tanaman dari famili Compositae (letus, krisan),
Cucurbitaceae (mentimun, labu, labu air, pare, semangka dan zuchini), Cruciferae
tomat, cabai), dan Leguminoceae (kedelai, kacang hijau, kacang tanah, buncis,
kapri). Selain itu, kutu kebul juga mempunyai inang selain tanaman pangan yaitu
Serangga muda dan dewasa mengisap cairan daun. Tanaman kedelai yang
terserang, daunnya menjadi keriting. Pada serangan parah yang disertai dengan
infeksi virus, daun keriting berwarna hitam dan pertumbuhan tanaman terhambat.
daun keriput, dan polong tidak berisi (Marwoto dan Inayati, 2011).
pengendali hama alamiah yang penting, sehingga perlu dilestarikan dan dikelola
Penggunaan pestisida secara minimal atau secara tepat dan rasional menjaga
kelangsungan hidup musuh alami. Aplikasi pestisida spesifik, bukan yang bersifat
dan ketetapan tentang ambang kendali. Pestisida yang dipilih harus yang efektif
pengendali hayati. Penanaman verietas tahan kutu kebul seperti Detam 1, Detam
2,Wilis, Gepak Kuning, Gepak Ijo, Kaba, dan Argomulyo. Untuk daerah endemis
kutu kebul tidak disarankan menanam varietas Anjasmoro. Pada kondisi populasi
seiring denga usia, panjang nimfa dewasa sekitar 2,1 mm, bersamaan dengan itu
menghasilkan telur antara 270 - 902 butir yang terdiri atas 76-142 kelompok.
Telur menetas antara 7-11 hari dengan rata-rata 9 hari ( BPTP, 2010).
Serangga muda yang menetas dari telur disebut nimfa, makanannya sama
nimfa 12,8 hari. Lamanya waktu untuk menyelesaikan stadium nimfa beragam
tergantung dari bentuk dewasa yang akan muncul. Lamanya stadia nimfa instar I,
II, III, IV dn V berturut-turut 2,6 hari, 2,1 hari, 2,0 hari, 2,4 hari dan 3,1 hari
pertama adalah makroptera (bersayap panjang) yaitu sayap depan dan belakang
normal, bentuk kedua adalah brakhiptera (bersayap kerdil) yaitu sayap depan dan
lebih banyak pada tanaman tua daripada tanaman muda, dan lebih banyak pada
dan tampak seperti terbakar. Kerusakan tidak langsung oleh N.lugens adalah
Pada tahap permulaan wereng batang coklat datang pada pertanaman padi
pada umur 15 hari setelah tanam. Gejala serangan hama wereng batang coklat
mulai terlihat setelahtanaman padi berumur 20-40 hari setelah tanam atau pada
fase vegetatif karena hama ini menyerang bagian batang tanaman padi yang masih
wereng coklat yang dimulai dari satu titik kemudian menyebar ke segala arah
mendukung untuk perkembangan wereng batang coklat. Upaya lain adalah dengan
memenuhi kebutuhan unsur hara padi, dengan menggunakan musuh alami yaitu
batang coklat, karena hama ini sering berpindah-pindah ke lahan padi yang belum
panen. Menggunakan sistem padi legowo dan tanam varietas padi tahan wereng
coklat seperti Inpari 1, Inpari 2, Inpari 13, Indragiri dan Punggur (Baehaki, 2010).
rumpun tanaman pada arah diagonal petakan kemudian dihitung jumlah wereng
coklat sayap panjang, sayap pendek dan nimfa. Bila rata-rata wereng dan
nimfanya 3-4 ekor/rumpun pada tanaman kurang dari 40 hari setelah tanam atau
rata-rata 5 ekor tau lebih/rumpun pada tanaman berumur lebih dari 40 hari setelah
tanam berarti sudah mencapai ambang ekonomi dan perlu dilakukan pengendalian
genus Nephoteettix spp. Yang mempunyai nilai ekonomi tidak saja merusak akibat
Kehadiran wereng sering melimpah di pertanaman padi daerah tropis. Wereng ini
Wereng betina meletakkan telurnya pada pelepah daun padi muda dan
diletakkan 200-300 butir. Umur serangga dewasa 20-30 hari dan telur menetas 6-7
hari (Arief,2012).
pada tanaman padi yang baru ditanam atau tanaman inang lainnya. Serangga
betina bertelur pada tanaman padi, terus menerus menjadi nimfa dan
(Lopes, 2017).
Populasi awal sangat rendah, mulai meningkat pada minggu ke-3 sampai
dengan minggu ke-4 sesudah tanam. Dan populasi tertinggi tercapai pada saat
tanaman berumur 6-11 minggu setelah tanam. Pada satu musim tanam bisa
ke-1 dan mencapai puncaknya pada generasi ke-2, kemudian menurun lagi pada
Wereng hijau merupakan vector penyakit kerdil, kerdil padi kuning, dan
wereng lainnya. Populasi lebih tinggi dan efisien dalam menularkan penyakit
hisapan wereng hijau sampai mati kering tidak pernah dilaporkan. Namun yang
banyak dilaporkan adalah kerusakan tanaman padi oleh penyakit kerdil padi,
kerdil padi kuning, tungro, penyakit merah serta gejala daun menguning yang
sangan dianjurkan untuk mengurangi manipulasi hama dan dapat menekan biaya
pengendalian, penanaman dalam barisan yang teratur sesuai dengan anjuran untuk
(Arief, 2012).
dilakukan secara hati-hati dan tidak terlalu ditekan pada satu varietas saja
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
4. Imago dan larva T. castaneum selalu merusak tepung. Dalam jumlah besar,
6. Serangga kutu kebul muda dan dewasa mengisap cairan daun. Tanaman kedelai
7. Kerusakan langsung oleh N.lugens adalah menghisap cairan sel tanaman padi
8. Wereng hijau merupakan vector penyakit kerdil, kerdil padi kuning, dan
tungro.
3.2 Saran
Makalah yang kami buat belum sempurna sesuai yang diharapkan, untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak atau pembaca demi