Anda di halaman 1dari 14

PENGAMATAN PENYAKIT

KELOMPOK III
KOMODITAS TEBU
I . PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tebu termasuk salah satu komoditas yang cukup strategis dan memegang peran
yang penting di sektor pertanian khususnya sub sektor perkebunan di Indonesia.
Komoditas tebu kini dapat disejajarkan dengan tanaman pangan lain terkait dengan
penyediaanya. Gula merupakan kebutuhan pokok rakyat yang cukup strategis, yaitu
sebagai bahan pangan sumber kalori yang menempati urutan industri pengolahan
makanan dan minuman. Sebagai salah satu sumber bahan pemanis utama, gula telah
digunakan secara luas dan dominan baik untuk keperluan konsumsi rumah tangga
maupun bahan baku industri pangan.
Budidaya tanaman tebu di Indonesia, semakin berkembang tetapi bergeser dari
tebu pabrik (lahan sawah) ke tebu rakyat (lahan kering). Hal ini disebabkan karena
adanya persaingan dengan tanaman pangan yang lebih diutamakan menyebabkan
berkurangnya lahan sawah untuk tebu sehingga timbul adanya pergeseran lahan
pertanaman tebu. Pergeseran ke lahan kering ini meningkatkan adanya hama dan
penyakit tebu yang menyerang tanaman. Serangan pada tanaman tebu ini sering terjadi
terutama pada lahan kering dengan tipe tanah ringan. Salah satu penghambat potensi
produktivitas tebu adalah adanya serangan hama dan penyakit pada tanaman tebu.
Tanaman tebu juga tidak lepas dari serangan berbagai penyakit. Penyakit yang
menyerang tanaman biasanya menimbulkan gejala-gejala atau ciri khas sehingga dapat
memudahkan untuk mengetahui penyakit yang menyerang tanaman. Selain Jamur,
Penyakit tumbuhan dapat pula disebabkan oleh bakteri dan virus.
Keadaan lingkungan ikut mempunyai andil di dalam menciptakan kemungkinan
terjadinya serangan patogen pada tanaman. Untuk hidup dengan optimal, tanaman
memerlukan suhu, kelembaban cahaya dan jumlah nutrisi serta udara dalam rentangan
tertentu. Maka pengetahuan tentang berbagai jenis penyakit pada tanaman diperlukan
agar tanaman dapat meningkatkan hasil produksi dan penyakit–penyakitnya dapat
dikendalikan.

1
1.2 Tujuan
1. Mengetahui intensitas penyakit yang menyerang tanaman tebu
2. Mengetahui penyakit apa saja yang terdapat pada tanaman tebu
3. Mengetahui cara pengendalian penyakit sesuai prinsip PHT dan dapat diterapkan
petani pada tanaman jeruk.

2
II . TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Tanaman Tebu (Saccharum oficinarum L)


Akar : Tanaman tebu termasuk akar serabut yang akarnya tidak panjang dari
tumbuh cincin tunas anakan. Pada fase pertumbuhan batang, terbentuk pula akar bagian
yang lebih atas akibat pemberian tanah sebagai tempat tumbuh (Mulyana, 2001).
Batang : Batang tanaman tebu berdiri lurus dan beruas-ruas yang dibatasi dengan
buku-buku. Pada setiap buku terdpat mata tunas yang berada dibawah tanah yang
tumbuh keluar dan berkembang membentuk rumpun. Diameter batang antar 3-5 cm
dengan tinggi batang antara 2-5 meter dan tidak bercabang (Mulyana, 2001).
Daun: Daun tebu berbentuk busur panah seperti pita, berseling kanan dan kiri,
berpelepah seperti daun jagung dan tak bertangkai. Tulang daun sejajar, ditengah
berlekuk. Tepi daun kadang-kadang bergelombang serta berbulu keras (Mulyana, 2001).
Bunga : Bunga tebu berupa malai dengan panjang antara 50-80 cm. Cabang
bunga pada tahap pertama berupa karangan bunga dan pada tahap selanjutnya berupa
tandandengan dua bulir panjang 3-4 mm. Terdapat pula benangsari, putik dengan dua
kepala putik dan bakal biji (Mulyana, 2001).
Buah Dan Biji : Buah tebu seperti padi, memiliki satu biji dengan besar lembaga
1/3 panjang biji. Biji tebu dapat ditanam di kebun percobaan untuk mendapatkan jenis
baru hasil persilangan yang lebih unggul (Mulyana, 2001).

2.2 Klasifikasi tamanan Tebu


Tanaman tebu tergolong tanaman perdu dengan nama latin Saccharum
officinarum. Di daerah Jawa Barat disebut Tiwu, di daerah Jawa Tengah dan Jawa
Timur disebut Tebu atau Rosan. Sistematika tanaman tebu adalah:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledone
Ordo : Graminales
Famili : Graminae

3
Genus : Saccharum
Species : Saccarum officinarum (Mulyana, 2001).

2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L)


Tanaman tebu tumbuh didaerah tropika dan sub tropika sampai batas garis isoterm
20 0C yaitu antara 190 LU– 350 LS. Kondisi tanah yang baik bagi tanaman tebu adalah
yang tidak terlalu kering dan tidak terlalu basah, selain itu akar tanaman tebu sangat
sensitif terhadap kekurangan udara dalam tanah sehingga pengairan dan drainase harus
sangat diperhatikan. Drainase yang baik dengan kedalaman sekitar 1 meter memberikan
peluang akar tanaman menyerap air dan unsur hara pada lapisan yang lebih dalam
sehingga pertumbuhan tanaman pada musim kemarau tidak terganggu. Drainase yang
baik dan dalam juga dapat manyalurkan kelebihan air dimusim penghujan sehingga
tidak terjadi genangan air yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman karena
berkurangnya oksigen dalam tanah (Supriyadi, 2002)

2.4 Pengertian Penyakit


Penyakit tanaman merupakan adanya penurunan dari keadaan normal dan
tanaman yang memodifikasi fungsi fungsi vitalnya. Penyakit tanaman sebagian besar
disebabkan oleh bakteri, jamur dan virus (Jackson, 2009).
Tanaman sakit adalah tanaman yang tidak dapat melakukan aktifitas fisiologis
secara sempurna. Faktor biotik penyebab penyakit tanaman adalah jamur, bakteri, virus,
nematoda dan lain lain. Faktor abiotic penyebab penyakit tanaman adalah pengaruh
suhu, kelembaban, defisiensi unsur hara (Mynature, Faiq, 2010).
Penyakit bisa muncul dikarenakan adanya pathogen. Yang dimaksud segitiga
penyakit yaitu terdapat 3 fator munculnya penyakit. Syarat yang harus dipenuhi ketiga
faktor tersebut ialah Tanaman harus peka, penyebab penyakit harus virulen dan
lingkungan mendukung (Nasution, 2008).
Penyakit dalam tanaman perkebunan, serangan dapat terjadi pada fase vegetative
dan fase generative. Tanaman yang terserang penyakit sukar diobati sehingga dapat
mengakibatkan gagal panen (Widodo, 2009).Gangguan pada tanaman dapat dilihat dari

4
proses interaksi atau gejala dan tanda yang diperoleh dari serangan hama ataupun
penyakit (Purnomo, 2009).

2.5 Penyakit Karat Daun


Penyakit pada tanaman tebu yang disebabkan oleh jamur akan menyerang daun
dengan menimbulkan infeksi berupa lesi atau bercak pada daun yang disebut dengan
penyakit noda. Lesi yang ditimbulkan oleh penyakit noda tersebut dapat merusak daun
dan menghambat proses fotosintesis yang dibutuhkan oleh daun untuk proses produksi.
Menurut penelitian (Sa’diyah & Aeny, 2012), kerusakan area daun yang merupakan
ambang kehilangan hasil yang signifikan yaitu 15%. Diagnosa dini yang dilakukan pada
tanaman tebu yang terserang penyakit noda dapat meningkatkan kualitas produksi gula.
Hal tersebut karena keputusan penanganan penyakit yang cepat dan tepat berdasarkan
diagnosa yang telah dilakukan akan meminimalisir penyebaran penyerangan penyakit.
Sayangnya ahli penyakit yang memiliki pengetahuan dalam mengenali penyakit pada
tanaman tebu keberadaannya tidak pada semua wilayah persawahan tebu dan pelayanan
dari ahli tersebut membutuhkan waktu yang lama (Vibhute & Bodhe, 2012).
Orange rust dan common rust merupakan dua jenis penyakit karat yang terjadi
pada daun tebu. Penyakit ini menampakkan gejala berupa bercak noda pada bagian
permukaan bawah daun dengan panjang 2−20 mm dan lebar 1−3 mm. Penyakit common
rust dengan orange rust memiliki lesi yang cukup mirip. Kedua penyakit karat tersebut
dapat menyebabkan kesalahan pada saat diidentifikasi, tetapi common rust berupa
bercak kecil berwarna kuning memanjang dan semakin besar menjadi berwarna coklat
kemerah-merahan hingga coklat, tampak pada kedua permukaan daun dan tidak pernah
berwarna orange. Indonesia merupakan salah satu penyebaran penyakit karat tebu jenis
common rust yang disebabkan oleh jamur Puccinia Melanocephala (Rott, 2000).
Identifikasi penyakit tebu diperlukan dalam menunjang peningkatan produksi tebu
yang dapat menghasilkan panen optimal dalam masa perubahan iklim global.
Identifikasi penyakit tebu secara manual dilakukan dengan mangamati gejala yang
tampak pada daun. Penyakit karat karat dapat dideteksi diri adanya bercak berwarna
kuning sampai coklat pada daun ( Raid, 2006 ). Gejala ini menonjol dari penyakit ini

5
adalah perbedaan warna dari warna daun yang hijau (normal) dan adanya garis atau area
klorotik berwarna hijau pucat samapai dengan kuning tua ( Comstock, 2009 ).
Penggunaan mikoriza dengan dosis 15-20 gram/lubang tanam untuk
meningkatkan pertumbuhan, produksi dan ketahanan terhadap penyakit. Menurut
penelitian augie (2001) Jamur Mikoriza Arbuskular (JMA) mampu meningkatkan
ketahanan klon tebu 6239 dari agak rentan (moderate susceptible) menjadi agak tahan
(moderat resistant) terhadap infeksi penyakit oranye) Menanam tanaman tebu dengan
varietas tahan penyakit karat daun. (Pratiwi et. al. 2015)

6
III . METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan satu bulan pada tanggal 24 Oktober – 19 November
2019 dengan pengamatan satu minggu sekali setiap hari Minggu pada pukul 08.00 WIB
- selesai. Tempat pelaksanaan pengamatan di Lahan Perkebunan Tebu di Belakang
Pabrik Tjiwi Kimia, Sebani, Tarik, Sidoarjo, Jawa Timur.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
1. Handphone
2. Alat tulis
3.2.2 Bahan
1. Tanaman tebu yang terserang penyakit

3.3 Cara Kerja


1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Mengamati tanaman tebu yang terserang penyakit dengan luasan yang telah
ditentukan.
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑇𝑎𝑛𝑎𝑚
Jumlah tanaman (N) = 𝐿𝑢𝑎𝑠𝑎𝑛 𝐿𝑎ℎ𝑎𝑛

3. Mengidentifikasi penyakit yang menyerang tanaman tebu


4. Menghitung intensitas penyakit pada tanaman tebu menggunakan rumus di
bawah ini :
n
x 100 %
N

Keterangan :
n = Tanaman yang terserang penyakit
N = Jumlah tanaman
5. Mendokumentasikan tanaman tebu yang terserang penyakit

7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan Penyakit pada Tanaman Tebu


n
Perhitungan Intensitas Serangan Penyakit = x 100 %
N
21
= 80 x 100 %
= 26,25 %

Keterangan :
n = Tanaman yang terserang penyakit
N = Jumlah tanaman
4.2 Pembahasan
Praktikum ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2019 dengan melakukan
pengamatan pada pagi hari sebanyak 1 kali dalam seminggu. Lokasi pelaksanaan
pengamatan yaitu di Lahan Perkebunan Tebu persis dibelakang PT. Tjiwi kimia,
Sebani, Tarik, Sidoarjo, Jawa Timur.
Berdasarkan hasil pengamatan penyakit di lapang ditemukan penyakit karat daun.
Penyakit karat daun oranye yang disebabkan oleh jamur Puccinia kuehnii menyerang
pada daun tanaman tebu akan menyebabkan kualitas maupun kuantitas produksi tebu
tidak dapat maksimal Pratiwi dkk (2015).
Pada penelitian (Tjokroadikoesoemo, 2005) melakukan pengenalan penyakit noda
coklat, kuning, cincin dan karat pada tanaman tebu telah dilakukan berdasarkan ciri
bentuk dari lesi penyakit noda dan menghasilkan akurasi rata-rata 95,3%. Lesi dari
suatu penyakit noda secara kasat mata dapat dibedakan dari warna, tekstur, dan bentuk.
Tetapi beberapa kasus lesi suatu penyakit noda yang ditemui dalam penelitian ini yang
memiliki warna dan tekstur berbeda, menampakkan bentuk lesi yang berulang sehingga
membentuk pola yang tidak beraturan.
Hasil data yang diperoleh menunjukkan terdapat 80 tanaman tebu yang diamati,
dengan intensitas serangan sebesar 26,25%. Intesitas yang tidak besar dengan jumlah
luasan 15 m x 5 m dan jumlah populasi 80 rumpun dari 25 hektar populasi tanaman.
Sehingga hanya memerlukan penanganan, penanganan yang diberikan oleh pemilik

8
lahan berupa pengkretekan Penyebab penyakit karat daun pada saat pengamatan yaitu
bulan Oktober yang harusnya saat ini adalah musim hujan tetapi pada kenyataannya
belum mengalami musim hujan melainkan cuaca sedang kemarau. sehingga penyakit
karat daun tidak banyak menyerang saat ini. Sesuai dengan literature milik Alison dkk
(2016) yaitu Puccinia kuehnii penyebab penyakit karat daun oranye biasanya
menyerang pada saat musim hujan yaitu Januari-April dan November-Desember.
Orange rust dan common rust merupakan dua jenis penyakit karat yang terjadi
pada daun tebu. Penyakit ini menampakkan gejala berupa bercak noda pada bagian
permukaan bawah daun dengan panjang 2 − 20 mm dan lebar 1 − 3 mm. Penyakit
common rust dengan orange rust memiliki lesi yang cukup mirip. Tetapi common rust
berupa bercak kecil berwarna kuning memanjang dan semakin besar menjadi berwarna
coklat kemerah-merahan hingga coklat, tampak pada kedua permukaan daun dan tidak
pernah berwarna orange. (Rott, 2000).

A B

Gambar 1. Gejala penyakit A) Hasil lapang penyakit karat daun oranye yang didapat
dan B) Hasil literature penyakit karat daun oranye
. Sumber : Supriyadi (2002)
\
Pengendalian dengan agensi hayati dapat dilakukan menggukan mikoriza dengan
dosis 15-20 gram/lubang tanam untuk meningkatkan pertumbuhan, produksi dan
ketahanan terhadap penyakit. Menurut penelitian augie (2001) Jamur Mikoriza
Arbuskular (JMA) mampu meningkatkan ketahanan klon tebu 6239 dari agak rentan

9
(moderate susceptible) menjadi agak tahan (moderat resistant) terhadap infeksi penyakit
oranye) Menanam tanaman tebu dengan varietas tahan penyakit karat daun. (Pratiwi et.
al. 2015)
Salah satu penerapan PHT adalah pengendalian biologi yang dilakukan dengan
pendekatan penggunaan agens biokontrol yang dianggap lebih ramah lingkungan.
Beberapa tahun belakangan ini telah dicoba pengendalian dengan memanfaatkan
mikroorganisme antagonis. Diantara jamur antagonis yang umum Universitas Sumatera
Utara digunakan adalah Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. Kedua jamur ini diketahui
dapat memarasit miselium jamur Rhizoctonia dan Sclerotium, serta menghambat
pertumbuhan banyak jamur seperti Phytium, Fusarium dan mengurangi penyakit yang
disebabkan oleh sebagian patogen tersebut (Agrios, 1996)

10
V . PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Pengamatan penyakit pada tanaman dilakukan pada tanaman tebu (Saccarum
officinarum)
2. Penyakit Karat Daun pada tanaman tebu disebabkan oleh jamur Puccinia
kuehnii
3. Perhitungan serangan intensitas penyakit menggunakan perhitungan sistemik
4. Pengendalian dengan agensi hayati dapat dilakukan menggukan mikoriza.

5.2 Saran
Pengamatan penyakit dilakukan dengan teliti agar penagamatan yang dilakukan
mendapatkan hasil yang maksimal.

11
DAFTAR PUSTAKA

Agrios, G.N. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan (Terjemahan Munzir Busnia). Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.

Alison E. Robertson. A. E. 2016. First Report of Oranye Rust of Sugarcane Caused by


Puccinia kuehnii in Argentina. The American Phytopathological Society. Volume
100, Number 4 Page 861.

COMSTOCK, J.C AND R. A. GILBERT. 2009.“Sugarcane Mosaik Virus Disease”.


University of Florida: Florida Sugarcane Handbook.

Hanum, Chairani. 2008. Fitopatologi. Dapartemen Pendidikan Nasional : Jakarta.

Jackson RW. 2009. Plant Pathogeni Bacteria : Genomia and Molecular Biology. Carter
Academic Press.

Mulyana, 2001. Teori dan Praktek Cocok Tanam Tebu Dengan Segala Masalahnya.
Aneka Ilmu, Semarang.

MyNature, Faiq. 2010. Pengenalan Penyakit Pada Tanaman Pangan. Jogjakarta.

Nasution. 2008. Pengenalan Radiologi Penyakit Pada Tumbuhan. Jakarta.

Ningsih, Desty Rahayu. 2010. Penyakit Tanaman. IPB press. Bogor.

Pratiwi D. & Subroto, G. 2015. Pedoman Penataan Varietas tebu berdasarkan Tipe
Kemasakan. Bidang perbenihan Balai Besar perbenihan dan Proteksi Tanaman
Perkebunan (BBPPTP) Surabaya.

Purnomo. 2009. Penuntun Praktikum Paslintan. Faperta Universitas Bengkulu.


Bengkulu.

RAID, R. N AND J.C. COMSTOCK. 2006. “Sugarcane Rust Virus Disease”.


University of Florida: Florida Sugarcane Handbook.

12
Rott, P. 2000 . A guide to sugarcane diseases. Paris: Quae.

Sa’diyah, N., & Aeny, T. N. 2012. Keragaman dan heritabilitas ketahanan tebu
populasi F1 terhadap penyakit bercak kuning di PT. Gunung Madu Plantations
Lampung. Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan Tropika, 12(1), 71-77.

Vibhute, A., & Bodhe, S. K. 2012. Applications of image processing in agriculture: A


survey. International Journal of Computer Applications, 52(2), 34-40.

Supriyadi, 2002. Syarat Tumbuh Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L). Aneka
Ilmu. Semarang.

Widodo. 2009. Pembudidaya Tanaman. Bayu Media Publishtory. Malang.

13

Anda mungkin juga menyukai