BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Coleoptera. Ordo Coleoptera memiliki jumlah spesies terbesar, ordo ini menyusun
keanekaragaman yang tinggi dan melimpah, selain itu berperan penting dalam
Kumbang memiliki sayap depan yang keras, tebal dan merupakan penutup
bagi sayap belakang dan tubuhnya. Sayap depan disebut elitron. Ketika terbang
sayap depan kumbang tidak berfungsi hanya sayap belakang yang digunakan
untuk terbang. Sayap belakang berupa selaputdan pada waktu istirahat dilipat
dibawah elitra. Tipe alat mulut kumbang yaitu tipe penggigit dan pengunyah
(Suhara, 2009).
ujung moncong yang memanjang. Tarsus terdiri atas 2-5 segmen. Sayap belakang
membraneus dan terlihat dibawah sayap depan pada saat serangga ini istirahat.
Pada sayap hinggap kedua sayap depan membentuk satu garis lurus. Sayap
2
belakang ini umumnya lebih panjang dari pada sayap depan dan digunakan untuk
dari kata “Coeleos yang berarti seludang dan pteron yang berarti sayap, maka
sayapnya”. Karakter khas yang dimiliki kumbang yaitu memiliki seludang yang
disebut elytra yang keras, bagian ini melindungi sayap tipis serupa membran yang
morfologi yang mirip dengan ordo Hemiptera. Perbedaan pokok antara keduanya
antara lain terletak pada morfologi sayap depan dan tempat pemunculan
homogen, bisa keras semua atau membranus semua, sedang sayap belakang
bersayap dan tidak bersayap. Misalnya, kutu daun (Aphis sp.), sejak menetas
sampai dewasa tidak bersayap. Namun, bila populasinya tinggi sebagian serangga
(Lopes, 2017).
Alat mulut juga bertipe pencucuk pengisap dan rostumnya muncul dari
bagian posterior kepala. Alat-alat tambahan baik pada kepala maupun thorax
Baik nimfa maupun dewasa umumnya dapat bertindak sebagai hama tanaman.
Serangga anggota ordo Homoptera ini meliputi kelompok wereng dan kutu-
kutuan, seperti : Wereng coklat ( Nilaparvata lugens Stal.) Kutu putih daun kelapa
(Marwoto, 2010).
tentang ordo coleoptera dan ordo homoptera siklus hidup, gejala dan
pengendaliannya.
Adapun kegunaan penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu syarat
masuk untuk dapat mengikuti praktikum Ilmu Hama Tanaman Program Studi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ordo Coleoptera
besar (panjangnya sekitar 3-5 cm dan lebar sekitar 2-3 cm). Kumbang ini
memiliki kepala kecil, tetapi memiliki sebuah tanduk (cula), culanya yang
terdapat pada kepala menjadi ciri khasnya. Cula kumbang jantan lebih panjang
dari cula kumbang betina, selain itu kumbang ini mempunyai mandibel yang kuat.
dewasa betina dapat hidup sampai 274 hari, sedangkan kumbang dewasa jantan
menggerek pupus daun kelapa. Daerah penyebaranya cukup luas, dari Jawa
Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Jambi, dan sebagainya. Kumbang ini merajalela
terutama di daerah- daerah yang meiliki curah hujan tinggi dan merata sepanjang
Warna kumbang hitam kepala, dada dan abdomen tidak terlihat batas yang
jelas, memiliki satu tanduk pada bagian kepala 2 Memiliki dua pasang sayap,
sayap depan disebut elytra fungsi sebagai pelindung Pola dasar sayap viens dan
satu sayap tipis 3 Kaki memiliki 7 ruas kaki kumbang badak jelas perbedaan
antara tibia dan tarsus berwarna hitam gelap 4 Antena kumbang badak berbentuk
Stadium telur berkisar antara 11-13 hari, namun rata-rata berlangsung selama
12 hari. O. rhinoceros betina bertelur di tempat sampah, daun- daun yang telah
membusuk, daun-daun yang telah mengering dan cercahan sampah dari kayu
palem (tandan kosong buah,pupuk kandang atau kompos, batang kelapa yang
telah membusuk, dan serbuk kayu yang dekat dengan pohon kelapa merupakan
bertelur sebanyak 35-70 butir atau lebih. Telur O. rhinoceros berbentuk bulat,
berwarna putih, dan berukuran panjang sekitar 2,5 mm dan lebar 2 mm. Setelah
sekitar 12 hari telur akan menetas dan menuju ke stadium larva (Pertami, 2016).
Stadium larva berlangsung selama 4-5 bulan bahkan ada pula yang mencapai
2-4 bulan. Stadium larva terdiri dari tiga instar yaitu: Instar I selama 11-12 hari,
instar II selama 12-21 hari, dan instar III 60-165 hari. Larva (lundi atau uret)
dewasa memiliki panjang 12 mm, dengan kepala berwarna merah kecoklatan dan
tubuh bagian belakang lebih besar daripada tubuh bagian depan. Badan larva
berbulu pendek dan pada bagian ekor bulu-bulu tersebut tumbuh rapat. Larva
hidup dari sisa-sisa tumbuhan yang telah membusuk, kotoran ternak, sampah, dan
Stadium pupa terdiri atas 2 fase: Fase I, selama 1 bulan, merupakan perubahan
bentuk dari larva ke pupa. Fase II, lamanya 3 minggu, merupakan perubahan
bentuk dari pupa menjadi imago dan masih berdiam dalam kokon O. rhinoceros
yang baru muncul dari pupa akan tetap tinggal di tempatnya antara 5-20 hari,
Stadium dewasa (imago) memiliki panjang 30-57 mm dan lebar 14-21 mm,
imago jantan lebih kecil dari imago betina, berwarna merah sawo atau hitam
betina. Kumbang ini mempunyai mandible yang kuat, berfungsi untuk melubangi
pohon O. rhinoceros betina mempunyai bulu tebal pada bagian ujung abdomenya,
Kerusakan ini baru akan terlihat jelas setelah daun membuka 1 – 2 bulan
kemudian berupa guntingan segitiga seperti huruf “V”. Gejala ini merupakan ciri
(Darmayanti, 2016).
Luka akibat serangan O. rhinoceros ini dapat menjadi jalur infeksi untuk
patogen dan hama lain Bekas bagian yang dirusak hama ini biasanya akan
digunakan oleh hama lain dan O. rhinoceros sering dianggap sebagai pembuka
jalan bagi hama lain. Hama lain tersebut antara lain Rhynchoporus sp atau
kerusakan yang ditimbulkan menjadi lebih berat Pelepah di atas bagian yang
diserang akan patah dan mengering atau busuk. Tanaman yang mati akibat
(Pertami, 2016).
Kumbang ini merusak pelepah daun yang belum terbuka dan dapat menyebabkan
pelepah patah. O. rhinoceros dewasa mulai menyerang kelapa ketika berumur 0-1
tahun. Kerusakan pada kelapa akan terlihat jelas setelah daun membuka 1-2 bulan
kemudian, yaitu berupa guntingan segitiga seperti huruf “V” atau ada deretan
2.1.1 d. Pengendalian
inang, dan tempat berkembang biaknya. Komponen utama feromon sintetis ini
8
adalah etil-4 metil oktanoat. Penggunaan feromon cukup murah karena biayanya
PHT untuk hama O. rhinoceros sebagai berikut: (a) Kultur Teknis : dilakukan
dimanfaatkan untuk kayu bangunan, perabot rumah tangga atau kayu bakar. Kayu
kelapa juga dapat ditumpuk dan dibakar (b) Pengendalian hayati. untuk
Kanfer digunakan sebagai penolak (repellen) untuk hama Oryctes. Pada tanaman
kelapa berumur 3-5 tahun digunakan 3.5 g kanfer per pohon, yang diletakkan pada
tiga pangkal pelepah di bagian pucuk. Aplikasi diulang setiap 45 hari. (d)
Pemanfaatan serbuk mimba (powdered neem oil cake) : Serbuk mimba (250 g)
dicampur dengan 250 g pasir kemudian diaplikasikan pada pucuk kelapa yang
menjadi tempat masuk Oryctes. Aplikasi pada 3-4 pangkal pelepah pada bagian
utama pada ubi jalar. Serangga dewasa bentuknya menyerupai semut, kecuali
9
antenanya yang besar yang membedakan antara jantan dan betina. Panjang tubuh
serangga dewasa lebih kurang 6–7 mm, dengan bagian kepala dan elitra berwarna
biru kehitaman, sedangkan kaki, thorak, dan antena berwarna merah kecoklatan.
mati. Serangga ini mampu terbang dalam jarak yang tidak terlalu jauh. Oleh
karena itu cara penyebaran hama tersebut terutama melalui batang dan umbi yang
terinfestasi hama atau dibantu oleh kegiatan manusia (Indiati dan Saleh, 2010).
Kepala, abdomen, dan sayap depan berwarna abu·abu metalik. Kaki dan
dadanya berwarna coklat. Perbedaan serangga jantan dan betina terletak pada
betina berbentuk gada Kumbang betina dapat hidup hingga 113 hari, dan mampu
Telur yang akan menetas berwarna krem dengan bercak kecil berwarna
coklat tak beraturan. Larva setelah 5–8 hari berwarna putih tidak berkaki dengan
kepala berwarna coklat. Larva dewasa berukuran 7–8 mm. Stadia larva
berlangsung kurang lebih 15–20 hari. Kepompong berwarna putih krem dan
berukuran 5–6 mm. Setelah satu minggu akan muncul serangga dewasa dengan
Larva terdiri dari lima instar dalam waktu 25 hari. Sesaat sebelum menjadi
pupa, larva membentuk kokon yang berbentuk oval di dalam jaringan tanaman.
Lama stadia pupa enam hari. Imago yang baru keluar dari pupa, tinggal 1- 2 hari
di dalam kokon, kemudian menggereknya dan keluar dari umbi atau batang.
Imago betina meletakkan telurnya satu per satu pada cekungan di dalam
batang atau umbi. Karena imago betina tidak bisa menggali/ masuk kedalam
tanah, maka untuk meletakkan telur dalam umbi, imago harus masuk ke dalam
tanah melalui tanah yang retak untuk meletakkan telurnya. Telur tidak mudah
dilihat karena ditutup dengan bahan semacam gelatin yang berwarna abu-abu.
Larva yang baru menetas langsung menggerek umbi atau batang dan tinggal di
dalam gerekan tersebut. Warna jaringan di sekitar lubang gerekan akan berubah
menjadi lebih gelap dan membusuk, sehingga tidak layak dikonsumsi karena
rasanya pahit. Pupa terjadi dalam lubang gerekan yang dibuat larva. Imago akan
muncul dari batang atau umbi beberapa hari kemudian (Indiati dan Saleh, 2010).
2.1.2. c Gejala
Gejala Cylas formicarius pada permukaan kulit luar kulit umbi terdapat
lubang- lubang kecil tidak rata dan ketika dibelah terdapat lubang- lubang kecil
11
bekas gerekan. Umbi yang telah diserangnya akan timbul bau yang tidak enak.
Walaupun seranganya hanya sedikit rasa umbi yang sudah terserang tidak enak
dan batang berupa bercak oval kecil. Pada umbi kerusakan oleh serangga dewasa
berupa tusukan pada permukaan umbi. Kerusakan yang besar terjadi pada umbi
dan batang adalah akibat gerekan oleh larva. Di dekat lubang gerekan tersebut,
warna jaringan tanaman berubah menjadi lebih gelap dan membusuk, sehingga
tidak layak dikonsumsi karena rasanya pahit. Pembuatan lubang gerekan pada ubi
Meskipun imago kurubang lebih menyukai umbi, namun dapat juga memakan
helai daun. Sekali menyerang tanaman, serangga ini akan tetap berada di lahan ubi
2.1.2. d Pengendalian
Beauveria bassiana merupakan salah satu upaya yang telah dikembangkan untuk
efektif terhadap bebagai jenis hama pada tanaman maupun dalam penyimpanan.
stadia. Oleh karena itu, B. bassiana cukup prospektif digunakan sebagai alternatif
12
modifikasi cara bercocok tanam yang secara langsung atau tidak langsung dapat
menurunkan populasi atau memutus siklus hidup C. formicarius. Cara ini tidak
pengendalian yang lain. Pergiliran tanaman merupakan cara budidaya yang dapat
Pergiliran atau rotasi tanaman dengan jenis tanaman yang tidak sefamili
(1) Sanitasi lahan dari sisa-sisa umbi saat tumbuhan panen (2) Cara
boleng antara lain Cangkuang dan Genjahrante. (4) Penggunaan feromon seks
sintetik atau dara C. formicarius 5–10 ekor/100 m2. (5) Pemanfaatan agensia
biologi, jamur B. bassiana (6) Pemanfaatan bahan nabati yaitu serbuk biji mimba
dengan takaran 20 kg/ha (7) Secara kimiawi dengan pencelupan stek ke dalam
bulat dengan diameter kurang lebih 3 mm. Telur-telur ini diletakkan oleh serangga
betina pada tempat yang baik dan aman (misalnya dalam pohon kelapa yang
melapuk). Setelah dua minggu telur-telur ini akan menetas. Rata-rata fekunditas
seekor serangga betina berkisar antara 49-61 butir telur, sedangkan di Australia
berkisar 51 butir telur, bahkan dapat mencapai 70 butir. Stadium telur berkisar
Larva tidak bermata dan tidak berkaki. Badan bagian belakang lebih besar
dari bagian depan. Kepala merah kekunigan. Badan berbulu sangat pendek. Larva
menetas dalam luka-luka batang. Lara dewasa berukuran 6 cm dan lebar 3 cm.
Stadium larva sampai 3-4 bulan. Larva yang akan berkompompong, membuat
kokoh dari serat/pelepah dengan ukuran 6,5 cm dan lebar 3,5 cm (Emir, 2012).
tumpukan sampah dan larva lebih menyukai membentuk kokon di dalam tanah
yang lembab, pada kedalaman sekitar 30 cm. Larva dapat mati, jika kondisi untuk
14
membentuk pupa tidak sesuai. Panjang 3-4 cm dan lebar 1,5 cm. Fase terakhir
berwarna merah colat dan bagian tubuh telah memperlihatkan tubuh kumbang
± 3 cm. Kumbang yang muncul akan mulai beterbangan pada waktu senja atau
malam hari menuju mahkota daun tanaman kelapa dan ujung batang Kumbang
dewasa betina dapat hidup sampai 274 hari, sedangkan kumbang dewasa jantan
Stadium imago 3-6 bulan. Telur diletakkan oleh kumbang betina pada
luka-luka batang atau luka bekas gerekan Oryctes. Jumlah telur bisa mencapai 500
butir. Ukuran panjang 2,5 mm, lebar 1 mm. Telur menetas setelah 3 hari. Periode
larva 2.5-6 bulan (tergantung temperatur dan kelembaban). Setelah dewasa larva
akan berhenti makan, kemudian akan mencari tempat terlindung yang dingin dan
perkembangan larva menjadi pupa berkisar 2-3 minggu, masa pupa berkisar 2-3
minggu, pupa menjadi imago remaja berkisar 5 sampai 12 hari berada didalam
kokon, umur kumbang dewasa berkisar 3 s/d 5 bulan. kesukaan hama ini untuk
Ketika akan membentuk pupa, larva memiliki panjang 3-4 cm dan lebar
1,5 cm. Dua minggu hidup dalam kokon dan bertukar rupa menjadi bentuk
dewasa selama 3 minggu dan masih tinggal dalam kokon. Fase terakhir berwarna
merah coklat dan bagian tubuh telah memperlihatkan tubuh kumbang dewasa
(Hastuty, 2016).
dewasa akan melubangi pelepah termuda yang belum terbuka. Jika yang
dirusak adalah pelepah daun yang termuda (janur) maka ciri khas bekas
dilihat adanya lubang-lubang bekas gerekan, baik pada pangkal pelepah, batang
bahkan pucuk, hal ini terlihat jelas jika kita panjat tampak pada bagian yang
tertutup oleh ketiak pelepah akan terdapat lubang-lubang. Jika lubang baru yang
terdapat kotoran gerekan berwarna putih atau coklat basah dan berbau, biasanya
bersarang hama kumbang sagu didalam lubang baru kadang terdapat lebih dari
16
satu ekor kumbang, kadang kita jumpai dua spesies seperti R. ferrugenius dan R.
daun tombak dan jaringan leher akar, pohon muda akan mati jika titik
2.1.3 d. Pengendalian
Furadan 3 G di di tiga ketiak pelepah daun secara spiral sepanjang 1 m dari pucuk
dijumpai dan terdapat sisa gerekan baru, ditutup dengan insektisida. (4) Dengan
perangkap dilakukan dengan seks feromon dan dengan Larutan gula alkohol
(Trisnadi, 2018).
muda, larva, kemudian pastikan bahwa tidak ada kumbang lain yang dapat
6,5 mm dan lebar 2 mm. Antena berbentuk clavate menyerupai gada, ruas-ruas
membesar secara teratur dari arah pangkal ke ujung. Imago mempunyai antena
berbentuk menyerupai gada dan melebar ke arah ujung secara beraturan. Serangga
coklat gelap, dan memiliki panjang tubuhnya 3-4 mm. Telur berwarna putih keruh
kekuningan dengan panjang ± 5-6 mm, pada bagian ujung abdomennya terdapat
tonjolan seperti garbu yang berukuran kecil dan berwarna gelap. Larva memiliki
tungkai thorakal yang berguna untuk berjalan. Pupa berwarna putih kekuningan
dengan panjang ± 3,5 mm dan bertipe bebas. Kumbang ini memiliki siklus hidup
Larva hidup dalam biji tersebut dengan memakan isi biji. Fase larva
merupakan fase yang merusak biji. Imago meletakkan telur secara acak dalam
18
tepung atau diantara partikel makanan. Serangga betina dapat hidup selama 1
tahun dan menghasilkan telur sebanyak 350-400 butir. Setelah menetas larva akan
aktif disekitar tepung tersebut. Ketika menjelang pupa maka larva akan naik
Larva dan imago memakan bahan makanan yang sama. Larva serangga ini
bertipe elateriform dan aktif bergerak mencari makan. Panjang larva T. castaneum
komoditas yang diserang tanpa dilindungi kokon. Fase 5 telur dan pupa relatif
singkat, lebih dari 60% dari siklus hidupnya dihabiskan sebagai larva
(Minarti. 2012).
dalamnya. Apabila gabah tersebut digiling maka beras yang dihasilkan akan
pecah-pecah dan mengalami susut yang relatif besar. Akibat dari serangan hama
19
pasca panen tersebut beras atau gabah akan menjadi berlubang kecil-kecil, karena
beras atau gabah tersebut disimpan dalam jangka waktu yang relatif lama maka
akan menjadi butiran, pecah dan remuk bagaikan tepung (Ilato et al., 2012).
Imago dan larva T. castaneum selalu merusak tepung, jika belum terdapat
tepung mereka akan menunggu hasil perusakan butir beras, gaplek, jagung, kopra,
dan lain-lain oleh hama primer. Ketika terdapat dalam jumlah besar, kumbang
tepung akan menyebabkan tepung menjadi rentan terhadap jamur serta dapat
tercemar oleh benzokuinon hasil ekskresi kumbang tersebut yang bersifat racun
2.1.4 d. Pengendalian
diperbolehkan pada biji-bijian yang belum diolah adalah 0,1 mg/kg dan 0,01
mg/kg pada biji-bijian yang telah diolah. Diperkirakan penggunaan bahan kimia
fosfin untuk disinfestasi pada biji-bijian yang diolah bisa mencapai 743 kg/tahun
simpanan pada waktu tertentu dengan pengeringan yang sempurna. Selain itu juga
fumigan yang tidak berbahaya bagi kesehatan manusia. Selain itu menjaga tempat
panjang, kumbang beras memiliki sayap-sayap yang berkembang baik dan dapat
ketika masih umur muda berwarna hitam kecoklatan dan coklat kemerahan,
setelah tua warnanya berubah menjadi hitam dan coklat. Pada kedua buah sayap
bagian depan masing-masing terdapat dua buah bercak berwarna kuning agak
memiliki spot pada elytra; b) Panjang tubuh imago antara 3,5 – 5 mm, tergantung
spesies dan tempat hidupnya, artinya pada material yang lebih besar (misalnya
butiran jagung atau potongan gaplek) ukuran tubuhnya lebih besar yaitu sekitar
4,5 mm, lebih besar daripada larva yang hidup pada butiran beras; c) Larvanya
tidak berkaki, berwarna putih jernih. Ketika melakukan gerakan tubuhnya selalu
21
hitam pada bagian elitra. S. zeamais merupakan kumbang kecil dengan ukuran
34,5 mm, mirip dengan S. oryzae, namun genetalianya lebih besar. S. zeamais
jantan memiliki aedeagus dengan ridge tengah, sedangkan pada betina, memiliki
prongs berbentuk Y-shaped menunjuk di bagian akhir dan jaraknya lebih lebar
bertelur lebih dari 150 butir. Telur diletakkan satu per satu dalam lubang yang
dibuat oleh serangga betina pada biji yang diserangnya. Telur dilindungi oleh
selama 6 hari pada suhu 25oC. Setelah menetas, larva segera memakan bagian biji
empat instar. Periode pupa berlangsung di dalam biji. Serangga dewasa yang baru
muncul segera membuat jalan keluar dengan cara menggerek bagian biji tersebut
Pupa berkembang di dalam biji jagung, yaitu pada lubang bekas gerekan
larva. Stadia pupa berlangsung 39 hari. Pupa berubah menjadi serangga muda
yang tetap tinggal pada kulit pupa di dalam biji untuk proses pematangan dan
pengerasan kulit. Setelah menjadi imago, serangga akan membuat lubang keluar
dengan cara menggerek biji dari bagian dalam (Nonci dan Muis, 2015).
gerekan tersebut ditutup dengan tepung sisa-sisa gerekan yang di rekat dengan zat
gelatine yang sekresikan oleh imago betina. Stadium telur sekitar tujuh hari. Larva
yang keluar dari telur langsung menggerek bebijian (butiran Beras, Jagung dan
lain-lain) dan stadium larva berada dalam biji dan melanjutkan serangannya di
dalam biji tersebut. Larva tidak berkaki, stadium larva berlangsung 7 - 10 hari.
Pupa berada dalam biji sampai menjadi imago. Stadium pupa berlangsung 7 - 12
hari. Imago setelah keluar dari pupa akan tetap berada di dalam lubang/biji
sekitar lima hari. Siklus hidup hama ini berlangsung sekitar 31 har
2.1.5. c. Gejala
bercampur dengan kotoran larva di dalam biji. Jika kerusakannya berat, dalam
satu biji bisa terdapat lebih dari satu lubang gerekan. Salah satu indikasi biji
jagung terserang hama bubuk yaitu bila biji tersebut dimasukkan ke dalam air
keadaan tertentu sehingga kualitas beras menurun. Biji-bijan hancur dan berdebu,
23
perkembangan jamur, sehingga produk beras rusak total, bau apek yang tidak enak
dan tidak dapat dikomsumsi. Akibat dari serangan kumbang bubuk beras
Imago merusak butiran bahan dengan bentuk alat mulutnya yang khas
beras, butiran jagung atau bebijian lainnya yang keras. Bebijian yang terserang,
adaanya/bercampurnya air liur larva dan kotoran yang dihasilkan oleh serangga
2.1.5. d. Pengendalian
tetapi tidak selalu praktis dan memerlukan keahlian khusus. Cara pengendalian
yang diharapkan adalah yang bersifat praktis, sederhana, ekonomis dan tidak
berbahaya. Salah satu kemungkinan adalah dengan penggunaan bahan non toksik
(seperti abu kayu dan abu sekam) dan pestisida nabati (seperti tepung daun nimbi,
tepung cabai merah, tepung daun kluwih) dan penggunaan tepung daun sirsak
campuran zat yang 24 menghasilkan gas, uap, bau, asap untuk mengendalikan
peralatan yang khusus serta biaya yang mahal namun, disisi lain juga
Indonesia dan negara lain masih sangat kurang. Parasitoid yang efektif menekan
dengan jumlah yang cukup pada awal masa penyimpanan benih. Patogen
mudah mengingat atau menghafakanny. Klasifikasi dari hama kutu daun persik
sesuai literatur Pracaya (2009), Hama Kutu Daun Persik diklasifikasikan sebagai
kekuningan, panjangnya 1,8 – 2,3 mm, kepala dan dada kutu berwarna coklat
daun memiliki ukuran yang sangat kecil namun bisa terlihat jika kutu daun
bergerombol di bawah daun muda yang menjadi tempat hidup dan tempat makan
dari kutu daun, karena hama jenis ini menginfeksi tanaman dengan cara
Daur hidup kutu daun hanya berkisar enam hari jika kebutuhan makanan
dan keberlangsungan hidupnya terpenuhi, oleh karena itu hama ini menginfeksi
pada daun muda dan mengakibatkan daun tersebut menjadi layu dan akhirnya
Selain morfologi hama kutu daun juga memiliki daur hidup atau siklus
hidup yang tidak sempurna, dimana keberlangsungan hidup dari hama kutu daun
ini hanya berkisar kurang lebih enam hari jika asupan makanan dan temperatur
suhu udaranya sangat memadai. Daur hidup kutu daun 6 hari setelah itu
2.2. 1.c. Gejala Serangan Hama Kutu Daun Persik (Myzus persicae Sulz)
kentara merusak daun pada tanaman tertentu. Namun, pada tanaman yang lainnya,
daun akan terlihat melengkung, berpilin, dan klorosis. Jika serangannya berat,
daun akan rontok. Serangan yang hebat menyebabkan tanaman menjadi sangat
Serangan kutu daun tida begitu terlihat, oleh karena itu banyak tanaman
yang layu bahkan mati diakibatkan oleh serangan kutu daun karena cara
penginfeksian hama ini dengan cara menghisap cairan pada ketiak daun sehingga
tanaman yang terinfeksi akan terlihat pada saat tanaman sudah mengalai layu dan
Coccinellidae yang dapat melahap aphis dengan jumlah yang banyak. Musuh
alami kutu daun persik (Myzus persicae Sulz) adalah larva lalat Syrphidae dan
(predator) dari aphis. Lembing yang warnanya merah dengan bercak hitam
menyilang, seperti salib pada punggungnya juga dapat melahap lebih kurang 200
negara. Serangga hama ini memiliki berbagai sebutan, di Inggris disebut tobacco
dengan nama kutu kebul. Hama ini termasuk dalam ordo Homoptera, famili
Aleyrodidae, genus Bemisia dan spesies tabaci. Kutu kebul bersifat polifag
Serangga dewasa kutu kebul berwarna putih dengan sayap jernih, ditutupi
lapisan lilin yang bertepung. Ukuran tubuhnya berkisar antara 1-1,5 mm.
berwarna kuning terang dan bertangkai seperti kerucut. Stadia telur berlangsung
selama 6 hari. Serangga muda (nimfa) yang baru keluar dari telur berwarna putih
pucat, tubuhnya berbentuk bulat telur dan pipih. Hanya instar satu yang kakinya
berfungsi, sedang instar dua dan tiga melekat pada daun selama masa
permukaan daun bagian bawah. Spesies lain yang lebih besar disebut Aleurodicus
Serangga ini tersebar secara luas di daerah tropis dan subtropis lebih dari
350 spesies tanaman yang dapat diserang kutu kebul. Kerusakan tanaman dapat
secara langsung dengan cara menghisap cairan daun atau tidak langsung melalui
penularan cendawan jelaga yang timbul akibat banyaknya produksi embun madu.
Kutu kebul dapat menularkan virus patogen tanaman yang memperparah serangan
Hama ini dapat menyerang tanaman dari famili Compositae (letus, krisan),
Cucurbitaceae (mentimun, labu, labu air, pare, semangka dan zuchini), Cruciferae
tomat, cabai), dan Leguminoceae (kedelai, kacang hijau, kacang tanah, buncis,
kapri). Selain itu, kutu kebul juga mempunyai inang selain tanaman pangan yaitu
28
Serangga muda dan dewasa mengisap cairan daun. Tanaman kedelai yang
terserang, daunnya menjadi keriting. Pada serangan parah yang disertai dengan
infeksi virus, daun keriting berwarna hitam dan pertumbuhan tanaman terhambat.
daun keriput, dan polong tidak berisi (Marwoto dan Inayati, 2011).
pengendali hama alamiah yang penting, sehingga perlu dilestarikan dan dikelola
Penggunaan pestisida secara minimal atau secara tepat dan rasional menjaga
kelangsungan hidup musuh alami. Aplikasi pestisida spesifik, bukan yang bersifat
dan ketetapan tentang ambang kendali. Pestisida yang dipilih harus yang efektif
pengendali hayati. Penanaman verietas tahan kutu kebul seperti Detam 1, Detam
2,Wilis, Gepak Kuning, Gepak Ijo, Kaba, dan Argomulyo. Untuk daerah endemis
kutu kebul tidak disarankan menanam varietas Anjasmoro. Pada kondisi populasi
seiring denga usia, panjang nimfa dewasa sekitar 2,1 mm, bersamaan dengan itu
menghasilkan telur antara 270 - 902 butir yang terdiri atas 76-142 kelompok.
Telur menetas antara 7-11 hari dengan rata-rata 9 hari ( BPTP, 2010).
Serangga muda yang menetas dari telur disebut nimfa, makanannya sama
nimfa 12,8 hari. Lamanya waktu untuk menyelesaikan stadium nimfa beragam
tergantung dari bentuk dewasa yang akan muncul. Lamanya stadia nimfa instar I,
II, III, IV dn V berturut-turut 2,6 hari, 2,1 hari, 2,0 hari, 2,4 hari dan 3,1 hari
pertama adalah makroptera (bersayap panjang) yaitu sayap depan dan belakang
normal, bentuk kedua adalah brakhiptera (bersayap kerdil) yaitu sayap depan dan
lebih banyak pada tanaman tua daripada tanaman muda, dan lebih banyak pada
Pada tahap permulaan wereng batang coklat datang pada pertanaman padi
pada umur 15 hari setelah tanam. Gejala serangan hama wereng batang coklat
mulai terlihat setelahtanaman padi berumur 20-40 hari setelah tanam atau pada
fase vegetatif karena hama ini menyerang bagian batang tanaman padi yang masih
wereng coklat yang dimulai dari satu titik kemudian menyebar ke segala arah
mendukung untuk perkembangan wereng batang coklat. Upaya lain adalah dengan
memenuhi kebutuhan unsur hara padi, dengan menggunakan musuh alami yaitu
batang coklat, karena hama ini sering berpindah-pindah ke lahan padi yang belum
panen. Menggunakan sistem padi legowo dan tanam varietas padi tahan wereng
coklat seperti Inpari 1, Inpari 2, Inpari 13, Indragiri dan Punggur (Baehaki, 2010).
rumpun tanaman pada arah diagonal petakan kemudian dihitung jumlah wereng
coklat sayap panjang, sayap pendek dan nimfa. Bila rata-rata wereng dan
nimfanya 3-4 ekor/rumpun pada tanaman kurang dari 40 hari setelah tanam atau
rata-rata 5 ekor tau lebih/rumpun pada tanaman berumur lebih dari 40 hari setelah
tanam berarti sudah mencapai ambang ekonomi dan perlu dilakukan pengendalian
genus Nephoteettix spp. Yang mempunyai nilai ekonomi tidak saja merusak akibat
Kehadiran wereng sering melimpah dipertanaman padi daerah tropis. Wereng ini
Wereng betina meletakkan telurnya pada pelepah daun padi muda dan
diletakkan 200-300 butir. Umur serangga dewasa 20-30 hari dan telur menetas 6-7
hari (Arief,2012).
pada tanaman padi yang baru ditanam atau tanaman inang lainnya. Serangga
betina bertelur pada tanaman padi, terus menerus menjadi nimfa dan
(Lopes, 2017).
Populasi awal sangat rendah, mulai meningkat pada minggu ke-3 sampai
dengan minggu ke-4 sesudah tanam. Dan populasi tertinggi tercapai pada saat
tanaman berumur 6-11 minggu setelah tanam. Pada satu musim tanam bisa
ke-1 dan mencapai puncaknya pada generasi ke-2, kemudian menurun lagi pada
Wereng hijau merupakan vector penyakit kerdil, kerdil padi kuning, dan
wereng lainnya. Populasi lebih tinggi dan efisien dalam menularkan penyakit
hisapan wereng hijau sampai mati kering tidak pernah dilaporkan. Namun yang
banyak dilaporkan adalah kerusakan tanaman padi oleh penyakit kerdil padi,
kerdil padi kuning, tungro, penyakit merah serta gejala daun menguning yang
sangan dianjurkan untuk mengurangi manipulasi hama dan dapat menekan biaya
pengendalian, penanaman dalam barisan yang teratur sesuai dengan anjuran untuk
(Arief, 2012).
dilakukan secara hati-hati dan tidak terlalu ditekan pada satu varietas saja
kedua mata berwarna hitam. Terdapat duri pada tibia belakang yang dapat
berputar. Serangga dewasa ada yang mempunyai sayap panjang dan ada pula
bersayap pendek. Mempunyai bintik pada ujung sayap dan bergaris kuning pada
pada bagian ventral abdomen. Berkembang pada musim hujan lebih dari 500 ekor
Bentuk dan ukuran serangga dewasa mirip dengan hama wereng coklat
dewasa yang meyerang padi. Siklus hidup 25 hari, masa telur 8 hari, telurnya
berbentuk bulat panjang dan agak membengkok (seperti buah pisang), warna
putih bening yang diletakkan pada jaringan pelepah daun secara terpisah atau
coklat. Instar pertama menyukai daun-daun yang baru tebuka, pelepah daun,
kelopak daun dan bunga jantan yang masih muda dan lunak (Saranga, 2010).
Gejala serangan pada wereng jagung yakni daun tampak bercak bergaris
tulang daun kedua dan ketiga. Daun tampak bergaris kuning panjang, begitu pula
tanam dilakukan pada akhir musim hujan dan bila menggunakan insektisida
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
2. Gejala Cylas formicarius pada permukaan kulit luar kulit umbi terdapat
4. Imago dan larva T. castaneum selalu merusak tepung. Dalam jumlah besar,
5. Gejala dari kumbang beras biji-bijan hancur dan berdebu, dalam waktu yang
cukup singkat
7. Serangga kutu kebul muda dan dewasa mengisap cairan daun. Tanaman kedelai
8. Kerusakan langsung oleh N.lugens adalah menghisap cairan sel tanaman padi
9. Wereng hijau merupakan vector penyakit kerdil, kerdil padi kuning, dan
tungro.
3.2 Saran
Makalah yang kami buat belum sempurna sesuai yang diharapkan, untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak atau pembaca demi