GOLONGAN : ORTHOPTERA
Disusun oleh :
Buni
Alief Fitrah Kamarullah
(121510501058)
Sarah Hanifa Rosjadi (121510501059)
Diqita
Fariz Kustiawan A
(121510501069)
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
Program Studi Agroteknologi
Pendahulun
Orthoptera berasal dari bahasa Latin orthop yaitu lurus, pteron yaitu sayap yang berarti
Insekta bersayap lurus. Ciri-ciri yang dimiliki oleh ordo orthoptera adalah memiliki dua pasang
sayap, yaitu sayap depan dan sayap belakang. Sayap bagian depan lurus, lebih tebal, dan kaku
(perkamen), sedangkan sayap belakang tipis seperti selaput. Tipe mulut orthoptera penggigit dan
pengunyah, kaki paling belakang (kaki ketiga membesar). Contoh : Kecoa (Periplaneta
americana), Jangkrik (Grillus sp.). Belalang (Melanoplus differentialis).
Alat-alat tambahan lain pada caput antara lain : dua buah (sepasang) mata facet, sepasang
antene, serta tiga buah mata sederhana (occeli). Dua pasang sayap serta tiga pasang kaki terdapat
pada thorax. Pada segmen (ruas) pertama abdomen terdapat suatu membran alat pendengar yang
disebut tympanum. Spiralukum yang merupakan alat pernafasan luar terdapat pada tiap-tiap
segmen abdomen maupun thorax. Anus dan alat genetalia luar dijumpai pada ujung abdomen
(segmen terakhir abdomen). Betina biasanya memiliki ovipositor, kadang panjang dan ramping
atau pendek. Tarsi umumnya 3-5 segmen. (Borror & White, 1970; Borror et al., 2005).
Orthoptera mengalami metamorfosis tidak sempurna (sederhana). Metamorfose sederhana
(paurometabola) dengan perkembangan melalui tiga stadia yaitu telur > nimfa > dewasa
(imago). Bentuk nimfa dan dewasa terutama dibedakan pada bentuk dan ukuran sayap serta
ukuran tubuhnya. Beberapa dari serangga ini adalah pemakan tumbuhan (herbivora) dan
merupakan hama-hama penting pada tanaman budidaya, ada juga sebagai pemangsa dan sedikit
sebagai pemakan bahan organik yang membusuk, dan beberapa lagi sebagai omnivora. Beberapa
dari serangga ini dikenal dengan serangga penyanyi (belalang dan jengkerik). Suara ini biasanya
digunakan untuk memanggil betina dan sebagai perilaku agresif yang menunjukan daerah
kekuasaan, dihasilkan dari gesekan satu bagian tubuh kebagian lainnya.
Klasifikasi
Kingdom
: Animalia
Familia
: Acrididae
Phylum
: Arthropoda
Class
: Insecta
Order
: Orthoptera
Suborder
: Caelifera
Common Name
: Grasshopper
Scientific Name
: Melanoplus differentialis
Karakteristik
Metamorfose tidak sempurna (Sederhana)
Ukuran tubuh sedang dan besar
Makan tanaman dan bahan sisa.
Kawin, bertelur, hidup di tanah dan pohon.
Alat mulut penggigit dan pengunyah.
Familia
Beberapa famili yang penting dan banyak di jumpai adalah Tettigoniidae, Acrididae,
abdomen pertama (di samping). Suara yang dihasilkan belalang berasal dari penggesekan
(stridulation), yaitu gesekan sayap depan pada waktu terbang atau gesekan sayap depan
dengan femur tungkai belakang.
Famili Tettigonidae (Belalang pedang)
Ciri khas dari famili ini, serangga betina mempunyai ovipositor panjang yang
berbentuk seperti pedang dan antena yang panjang. Belalang pedang ini biasanya aktif
malam hari (nocturnal).
Famili Gryllidae (Jengkrik)
Jengkrik bersifat nocturnal (aktif malam hari), mempunyai alat pendengaran
(Tympana) yang terletak pada tibia tungkai pertama. Serangga ini mengeluarkan suara
yang dihasilkan dari stridulasi, yaitu gesekan sayap depan pada serangga jantan.
(abdomen). Belalang
belakang
yang
digunakan untuk berjalan. Meskipun tidak memiliki telinga, belalang dapat mendengar. Alat
pendengar pada belalang disebut dengan tympanum dan terletak pada abdomen dekat sayap.
Tympanum berbentuk menyerupai disk bulat besar yang terdiri dari beberapa prosesor dan
saraf
yang digunakan untuk memantau getaran di udara, secara fungsional mirip dengan
Siklus Hidup
Belalang dapat hidup hampir di semua penjuru dunia kecuali kutub utara dan selatan.
Reproduksi Belalang
1. Organ reproduksi belalang jantan disebut dengan nama aedeagus.
2. Selama proses reproduksi, belalang jantan akan memasukkan spermatophore (satu
paket berisi sperma) ke dalam ovipositor belalang betina. Sperma memasuki sel telur
melalui saluran halus yang disebut micropyles.
3. Setelah telur dibuahi, belalang betina akan menanamkan telur sekitar 1-2 inci di
dalam tanah menggunakan ovipositor pada ujung perutnya. Belalang betina akan
bertelur setiap interval 3-4 hari hingga semua telur dikeluarkan. Belalang betina dapat
meletakkan hingga ratusan butir selama masa bertelur.
4. Selain di dalam tanah, belalang juga dapat meletakkan telur mereka pada tanaman
(batang, daun, atau bunga). Telur belalang akan tetap tersimpan di dalam tanah
hingga berbulan-bulan lamanya dan akan menetas saat musim panas. Induk belalang
tidak mengurus anak mereka setelah menetas.
5. Telur belalang menetas menjadi nimfa, dengan tampilan belalang dewasa versi mini
tanpa sayap dan organ reproduksi. Nimfa belalang yang baru menetas biasanya
berwarna putih, namun setelah terekspos sinar matahari, warna khas mereka akan
segera muncul.
6. Selama masa pertumbuhan, nimfa belalang akan mengalami ganti kulit berkali kali
(sekitar 4-6 kali) hingga menjadi belalang dewasa dengan tambahan sayap fungsional.
Masa hidup belalang sebagai nimfa adalah 25-40 hari.
7. Setelah melewati tahap nimfa, dibutuhkan 14 hari bagi mereka untuk menjadi dewasa
secara seksual. Setelah itu hidup mereka hanya tersisa 2-3 minggu, dimana sisa waktu
itu digunakan untuk reproduksi dan meletakkan telur mereka. Total masa hidup
belalang setelah menetas adalah sekitar 2 bulan (1 bulan sebagai nimfa, 1 bulan
sebagai belalang dewasa), itu pun jika mereka selamat dari serangan predator. Setelah
telur yang mereka hasilkan menetas, daur hidup belalang yang singkat akan berulang.
Metamorfosis
Belalang adalah hewan yang mengalami metamorfosis tidak sempurna (sederhana).
Metamorfosis tidak sempurna adalah metamorfosis yang hanya memiliki 3 tahap, yaitu telur,
nimfa, dan imago (dewasa). Dimana tampilan fisik antara nimfa dan imago tidak jauh berbeda.
Contoh serangga lain yang mengalami metamorfosis tidak sempurna adalah wereng, jangkrik
dan kecoa.
Sedangkan metamorfosis sempurna adalah metamorfosis yang memiliki 4 tahap, yaitu
telur, nimfa, pupa, dan imago. Tahap yang membedakan metamorfosis tidak sempurna dengan
metamorfosis sempurna adalah tahap pupa (kepompong). Perbedaan lainnya adalah tampilan
fisik nimfa dan imago serangga yang mengalami metamorfosis sempurna sangat berbeda. Contoh
serangga yang mengalami metamorfosis sempurna adalah kumbang, kupu-kupu, lebah, tawon,
dan lalat.
pisang, padi, jagung hingga tebu. 50 ekor belalang dewasa dapat menghabiskan makanan setara
dengan seekor sapi dewasa. Predator (musuh) belalang seperti Blister Beetle (Lytta magister),
Kodok, Kadal, Burung Pipit, Bebek, dan Belalang Sembah. Sedangkan tanaman pengusir
belalang adalah Horehound (Marrubium vulgare) dan Daun ketumbar/Cilantro/Coriander.
Pada umumnya belalang berperan sebagai OPT (Organisme Pengganggu Tanaman). Di
daerah subtropis, serangga ini hanya menghasilkan satu generasi per tahun. Belalang kembara
mengalami tiga fase pertumbuhan populasi yaitu fase soliter, fase transien, dan fase gregaria.
Pada fase soliter, belalang hidup sendiri-sendiri dan tidak menimbulkan kerusakan bagi tanaman.
Pada fase gregaria,belalang kembara hidup bergerombol dalam kelompok-kelompok besar,
berpindah-pindah tempat dan merusak tanaman secara besar-besaran.
Gejala serangan belalang tidak spesifik, bergantung pada tipe tanaman yang diserang dan
tingkat populasi. Daun biasanya bagian pertama yang diserang. Hampir keseluruhan daun habis
termasuk tulang daun, jika serangannya parah.Spesies ini dapat pula memakan batang dan
tongkol (seperti pada jagung) jika populasinya sangat tinggi dengan sumber makanan yang
terbatas.
Kesimpulan
Belalang adalah serangga herbivora yang termasuk dalam kelompok serangga
Orthoptera. Mengalami metamorphosis tidak sempurna (sederhana) karena pada prosesnya hanya
telur, nimfa, dan imago. Belalang dapat hidup di hamper semua penjuru dunia kecuali kutub
utara dan selatan, namun pada agroekosistem berperan sebagai hama perusak tanaman karena
tingkat populasinya yang tinggi dengan kebutuhan makan yang terbatas.
Daftar Pustaka
http://marufah.blog.uns.ac.id/files/2010/05/studi-kasus-hama-belalang.pdf
http://adearisandi.wordpress.com/2012/02/28/metamorfosis-belalang/