Anda di halaman 1dari 10

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan penghasil pisang terbesar keenam di dunia. Di Asia,

Indonesia termasuk penghasil pisang terbesar karena 50% dari produksi pisang Asia

dihasilkan oleh Indonesia, dan setiap tahun produksinya terus meningkat. Produksi

pisang di Indonesia pada tahun 2008 adalah 6.004.615 ton, pada tahun 2009 adalah

6.375.530 ton dan pada tahun 2012 adalah 8.119.090 ton (BPS, 2012).

Penyakit layu fusarium yang telah disebabkan oleh jamur

Fusarium oxysporum f.sp.cubense merupakan salah satu kendala dalam upaya

peningkatan produksi tanaman pisang. Keberadaan penyakit layu fusarium ini

mempengaruhi produktivitas pisang yang dihasilkan secara kuantitas. Layu fusarium

merupakan penyakit sangat merusak dan menyerang pertanaman pisang di seluruh

dunia. Penyakit ini sukar dikendalikan, mudah berpindah dan mampu bertahan di

dalam tanah dalam jangka waktu yang cukup lama. Penyakit ini menular lewat tanah,

menyerang akar dan masuk bonggol tanaman (Sarianto, 2006).

Pisang merupakan salah satu komoditas buah yang banyak dikonsumsi oleh

masyarakat. Penyakit kerdil pisang merupakan penyakit penting pada tanaman pisang

di Indonesia. Penyakit ini pertama kali dilaporkan tersebar di Jawa dan Bali.

Selanjutnya dilaporkan bahwa saat ini sudah tersebar di tujuh provinsi di Indonesia

yaitu Riau, Sumatera Barat, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan

Bali (Nurhadi & Setyobudi, 2000).

Sampai saat ini, Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang paling

berbahaya dan mengancam produksi pisang dunia adalah patogen


2

Fusarium oxysporum Schlecht f.sp cubense (Foc). Patogen ini menyebabkan

penyakit yang lebih dikenal sebagai penyakit layu fusarium

(Nasir dan Jumjunidang, 2003).

Sejauh ini usaha pengendalian dilakukan dengan menggunakan fungisida

kimia sintetik (mankozeb). Penggunaan fungisida kimia sintetik dapat menimbulkan

resistensi jamur patogen sehingga tanaman menjadi lebih mudah terserang penyakit

dan juga residu fungisida dapat mencemari lingkungan pada penggunaan fungisida

yang tidak bijak. Selain itu, tindakan pengendalian secara kimiawi ini sering

terlambat karena umumnya didasarkan pada gejala penyakit seperti layu, padahal

infeksi oleh jamur tular tanah (soilborne) ini sering sulit dideteksi karena awal infeksi

terjadi pada atau di bawah permukaan tanah (Jumjumidang et al., 2009).

Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengidentifikasi jenis

penyakit tanaman pisang yang ditemukan di lapang atau dasar gejala dan patogen

yang ditemukan.

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penlisan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat

mengikuti praktikum di Laboratorium Hama Penyakit Tanaman Hortikultura Program

Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.


3

TINJAUAN PUSTAKA

Gejala layu fusarium pada tanaman seperti daun yang bagian bawah

menguning dan batang semu sudah pecah. Pada gejala yang parah daun terbawah

akan patah sebagian dan juga batang yang dibelah secara melintang dan membujur

menampakkan diskolorisasi. Gejala pertama fusarium terlihat setelah 2-5 bulan akar

terinfeksi dan gejala seterusnya akan tampak kemudian. Daun akan menguning

dimulai dari daun tua kemudian kemudian diikuti oleh daun yang paling muda,

prosesnya bisa mencapai 2minggu dan kemudian daun dan batang akan patah.

( Perez dan Vicente, 2004).

Pisang (Musa sp.) merupakan tanaman hortikultura asal Asia Tenggara yang

telah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Salah satu kendala biologis

dalam budidaya pisang dan pisang abaca di Indonesia adalah adanya penyakitkerdil

pisang (bunch ytop) yang disebabkan oleh Banana bunchy top virus (BBTV) dan di

Filipina. Disebabkan oleh dua virus yaitu BBTV dan Abaca bunchy top virus

(ABTV) (Thomas, 2008).

Penyakit darah masih menjadi kendala utama dalam budidaya pisang di

Indonesia. Penyakit ini banyak dijumpai pada pisang Kepok akan tetapi varietas

lainnya juga dapat terinfeksi. Gejala yang ditimbulkan sangat mirip dengan gejala

penyakit Moko di Amerika Latin yang disebabkan oleh R. solanacearum ras 2

(Baharuddin, 2004).

Gejala yang ditimbulkan oleh Bunchy banana top virus bervariasi dan terlihat

pada berbagai umur tanaman. Pada pangkal daun kedua atau ketiga, akan tampak

adanya garis-garis hijau tua sempit yang terputus-putus,apabila dilihat permukaan


4

bawahnya dengan cahaya tembus. Pada punggung tangkai daun sering terdapat garir-

garis hijau tua. Kadang-kadang tulang daun menjadi jernih sebagai gejala pertama

terjadinya infeksi (Nurhayati, 2012).

Gejala lainnya dari BBTV adalah daun muda lebih tegak, pendek, sempit

dengan tangkaiyang lebih pendek dari biasanya, selain itu daun menguning sepanjang

tepinya, dan mengering. Daun menjadi rapuh dan mudah patah. Tanaman terhambat

pertumbuhannya dan daun-daun membentuk roset pada ujung batang palsu

(Semangun, 2000).

Sebaran geografi BDB yang sangat luas di Indonesia dan kompleksnya

keragaman bakteri layu vaskular pada pisang menjadi alasan dibutuhkannya metode

deteksi BDB strain Indonesia untuk membedakannya dengan strain-strain bakteri lain

penyebab penyakit layu pada pisang. penyebab penyakit layu pisang di Amerika

Latin dan Filipina serta Ralstonia syzygii penyebab penyakit mati pucuk. Bakteri

penyebab penyakit darah hanya dikenal dengan nama umum

Blood Disease Bacterium (BDB). (Fegan & Prior, 2006).


5

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Praktikum

Adapun praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Penyakit Tanaman

Hortikultura Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara dengan ketinggian 25 mdpl. Percobaan dilakukan pada hari Kamis 28 Februari

2020 pada pukul 14.00 WIB sampai selesai.

Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan adalah alat tulis untuk menulis hasil praktikum,

mikroskop stereo untuk melihat patogen secara tiga dimensi, kaca preparat digunakan

untuk meletakkan media yang akan diamati, jarum pentul untuk menggoreskan

patogen dari daun tanman, kaca pembesar untuk melihat secara besar gejala yang

nampak, pipet tetes untuk mengambil methyl blue, pastik sampel sebagai wadah

sampel yang akan diamati, gunting untuk memotong bagian tanaman yang akan

diamati, kamera hp untuk mengambil data hasil praktikum, selotip untuk

menempelkan bagian tanaman yang terserang patogen.

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum adalah tanaman pisang

(Musca paradisiaca) yang terserang penyakit Banana bunchy top virus (BBTV).

Ralstonia syzygii, Fusarium oxysporum Schlecht f.sp cubense (Foc).dan

Pseudomonas solani yang akan digunakan sebagai objek praktikum yang akan

diamati.

Prosedur Praktikum

1. Diamati gejala yang ada dari tanaman di lapang, maupun sampel yang dibawa

dan digambar
6

2. Diidentifikasi patogen yang menyerang dengan pengamatan langsung melalui

pengamatan di bawah mikroskop

3. Dibuat biakan murni di PDA (untuk jamur) dan NA (untuk bakteri)

4. Dilakukan pengamatan dari biakan murni

5. Dibuat kesimpulan dari jenis penyakit apa yang ditemukan

6. Didiskusikan setiap temuan gejala penyakit dan patogen dengan teman

kelompok, setelah disepakati dibuat laporan.


7

Pembahasan

Penyakit layu fusarium yang telah disebabkan oleh jamur

Fusarium oxysporum f.sp.cubense merupakan salah satu kendala dalam upaya

peningkatan produksi tanaman pisang. Hal ini sesuai dengan literature Sarianto

(2006) yang menyatakan bahwa layu fusarium merupakan penyakit sangat merusak

dan menyerang pertanaman pisang di seluruh dunia. Penyakit ini sukar dikendalikan,

mudah berpindah dan mampu bertahan di dalam tanah dalam jangka waktu yang

cukup lama.

Penyakit darah masih menjadi kendala utama dalam budidaya pisang di

Indonesia. Penyakit ini banyak dijumpai pada pisang Kepok akan tetapi varietas

lainnya juga dapat terinfeksi. Hal ini sesuai dengan literatur Baharuddin (2004) yang

menyatakan bahwa Bakteri penyebab penyakit darah hanya dikenal dengan nama

umum Blood Disease Bacterium (BDB).

Gejala yang ditimbulkan oleh Bunchy banana top virus bervariasi dan terlihat

pada berbagai umur tanaman. Hal ini sesuai dengan literature Nurhayati (2012) yang

menyatakan bahwa Pada pangkal daun kedua atau ketiga, akan tampak adanya garis-

garis hijau tua sempit yang terputus-putus,apabila dilihat permukaan bawahnya

dengan cahaya tembus. Pada punggung tangkai daun sering terdapat garir-garis hijau

tua. Kadang-kadang tulang daun menjadi jernih sebagai gejala pertama terjadinya

infeksi.

Gejala layu fusarium pada tanaman seperti daun yang bagian bawah

menguning dan batang semu sudah pecah. Hal ini sesuai dengan literatur

Ferez dan Vicente (2004) yang menyatakan bahwa gejala pertama fusarium terlihat
8

setelah 2-5 bulan akar terinfeksi dan gejala seterusnya akan tampak kemudian. Daun

akan menguning dimulai dari daun tua kemudian diikuti oleh daun yang paling muda,

prosesnya bisa mencapai 2 minggu dan kemudian daun dan batang akan patah.

Penyakit darah masih menjadi kendala utama dalam budidaya pisang di

Indonesia. Penyakit ini banyak dijumpai pada pisang Kepok akan tetapi varietas

lainnya juga dapat terinfeksi. Hal ini sesuai dengan literatur Fegan dan Prior(2006)

yang menyatakan bahwa penyakit ini disebabkan oleh Ralstonia syzygii penyebab

penyakit mati pucuk. Bakteri penyebab penyakit darah hanya dikenal dengan nama

umum Blood Disease Bacterium (BDB).


9

KESIMPULAN

1. Penyakit layu fusarium yang telah disebabkan oleh jamur

Fusarium oxysporum f.sp.cubense merupakan salah satu kendala dalam

upaya peningkatan produksi tanaman pisang.

2. Penyakit darah masih menjadi kendala utama dalam budidaya pisang di

Indonesia. Penyakit ini banyak dijumpai pada pisang Kepok akan tetapi

varietas lainnya juga dapat terinfeksi.

3. Gejala yang ditimbulkan oleh Bunchy banana top virus bervariasi dan

terlihat pada berbagai umur tanaman

4. Gejala layu fusarium pada tanaman seperti daun yang bagian bawah

menguning dan batang semu sudah pecah.

5. Bakteri penyebab penyakit darah hanya dikenal dengan nama umum

Blood Disease Bacterium (BDB).


10

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2012. Produksi Buah-Buahan Menurut Provinsi. Badan Pusat
Statistik, Jakarta

Baharuddin. 2004. Pathological, Biochemical, andSerological Characterization of the


Blood DiseaseBacterium Affecting Banana and Plantain. CuvillierVerlag,
Gottingen, Doctoral Dissertation.

Fegan, M. & P. Pror. 2006. Diverse Members ofthe Ralstonia solanacearumSpecies


ComplexCause Bacterial Wilt of Banana. Australian Plant Pathology35:
93–101.

Jumjumidang; Andinata Y & Sulyanti E. 2009. Pengaruh Populasi Awal Nematoda


Radopholus similis dalam Memicu Serangan Fusarium oxysporum f. sp
Ras 4 pada Pisang Ambon Hijau. Agrivita. 31 (1); 48-56.

Nasir N & Jumjunidang. 2003. Karakterisasi Ras Fusarium oxysporum f.sp


cubensedengan Metode Vegetative Compatibility Group Test dan
Identifikasi Kultivar Pisang yang Terserang. J.Hort. 13(4); 276-284.

Nurhayati. 2012. Virus Penyebab Penyakit Tanaman. Fakultas Pertanian Unsri.


Sumatera Selatan. Palembang.

Nurhadi A., & L. Setyobudi. 2000. Status of banana and citrus viral diseases in
Indonesia. Di dalam: Molina AB, Roa VN, Bay-Petersen J, Carpio At,
joven JEA, editor. Managing Banana and Citrus Diseases. Proceeding
of a RegionalWorkshop on Disease-free Planting Materials; Davao City
(Philippines), 14-16 October 1998. Davao City: International Plant
Genetic Resources Institute. P. 135-148.

Perez L & Vicente. 2004. Fusarium Wilt (Panama Disease) of Banana. An Updating
Review of The Current Knowlwdge on The Disease and It’a Casual
Agents. XIV Reunion International Acrobat.

Sarianto N. 2006. Eksplorasi Agens Antagonis yang Berpotensi Menekan Penyakit


Layu Fusarium pada Pisang. IPB, Bogor.

Semangun H. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Gadjah


Mada University Press.Yogyakarta.

Thomas, J.E. 2008. Banana Bunchy TopVirus.p. 94–100. In Mahy B.W.J &M.H.V.
Van Regenmortel (eds.), Desk Encyclopedia of Plant and Fungal
Virology. Elsevier Ltd, London.

Anda mungkin juga menyukai