Tujuan:
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi penyakit busuk buah pada
buah anggur di Korea.
Metodologi:
Buah-buahan yang sakit dari anggur 'Cheongsoo' dikumpulkan dari rumah toko di
Yuseong, Daejeon, Korea. Terinfeksi buah anggur Permukaan disterilkan dengan
natrium hipoklorit (2% klorin tersedia) selama 2 menit dan kemudian diinkubasi
dalam a ruang lembab pada 25 ° C untuk mengisolasi patogen penyebab. Budaya
genus milik jamur Pestalotiopsis diperoleh dari area buah menunjukkan gejala
Hasil:
Dari hasil penelitian penyebab penyakit busuk buah pascapanen buah anggur
disebabkan oleh jamur Pestaliopsis sp. Dimana species yang menyerang terdiri dari
P. crassiuscula P. lambertiae P. longisetula P. photiniae P. menezesiana P. uvicola.
mengisolasi beberapa jamur seperti Botrytis, Alternaria, Pestalotiopsis, Penicillium,
Stemphylium dan Rhizopus dari buah anggur yang membusuk di Jepang. Mereka juga
Menemukan bahwa Pestalotiopsis menezesiana dan P. uvicola memulai penyakit
anggur pascapanen. Kehadiran Pestalotiopsis spp. pada tongkat, jaringan kayu, beri,
bunga, dan daun anggur juga telah ditemukan di Australia (Castillo- Pando et al. 2001;
Sergeeva et al. 2005). Pestalotiopsis dulu salah satu jamur lazim yang diisolasi dari
kanker anggur di Arkansas dan Missouri (Urbez-Torres et al. 2009. Di Korea, P.
uvicola telah menyebabkan penyakit busuk buah anggur (Ryu et al. 1993), tetapi
informasi terbatas tentang morfologi konidial spesies.
Judul dan Identifikasi Jamur Penyebab Penyakit Pascapanen Pada Beberapa
nama Komoditas Bahan Pangan Nova Wahyu Pratiwi, Erwina Juliantari,
No. 2
peneliti Lutfi Khotun Napsiyah. Jurnal Riau Biologia 1 (14): 86-94, Januari
2016.
Resume Latar Belakang :
penelitian Komoditas pangan dapat disimpan untuk jangka panjang setelah waktu pemanenan,
tetapi ada beberapa kendala berupa penurunan kualitas buah yang karena beberapa
penyakit pascapanen yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti jamur, bakteri,
dan virus. Salah satu penyebab penyakit pascapanen adalah kelompok jamur patogen
(Phoulivong et al., 2012). Penyakit pascapanen yang diakibatkan oleh jamur akan
menyebabkan kebusukan pada buah (Al-Najada, 2014). Jamur ini akan menginfeksi
melalui bagian sel yang rusak pada buah, lalu beradaptasi dengan lingkungan dan
akan berkembang selama penyimpanan buah (Paul 1993). Penyakit yang disebabkan
oleh jamur ini menyebabkan adanya bercak cokelat yang membentuk cekungan
kedalam dan mengakibatkan buah tersebut tidak dapat dikonsumsi jika cekungan
tersebut membesar (Indratmi, 2009).
Metode Penelitian:
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini di antaranya buah pisang (Musa
paradisiaca), cabai (Capsicum annum), pepaya (Caricca papaya), mangga
(Mangifera indica), dan tomat (Lycopersicum esculentum), aquades, gula, agar,
medium Potato Dextrose Agar (PDA), alkohol 70%, antibiotik, serta laktogliserol.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah perlengkapan yang biasa
digunakan dalam proses isolasi.
Amerosporium sp.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan, jamur Amerosporium sp. ditemukan pada
buah pepaya. Penampang makroskopis dari jamur Amerosporium sp. yaitu dengan
picnidia banyak, seta yang Panjang dan terlihat pada sampel berwarna hitam, antara
picnidia satu dengan yang lainya saling berdekatan. Gejala terinfeksi jamur
Amerosporium sp. ini yaitu munculnya bercak berwarna hitam dipermukaan kulit
buah berukuran kecil dan cekung kedalam. Penampakan jamur Amerosporium sp. ini
terlihat memiliki ukuran bercak yang besar dengan tekstur yang lunak dan basah.
Pythium sp.
Jamur Phytium sp. ditemukan pada komoditas buah pisang. Penampakan yang khas
tampak pada buah pisang yang terserang jamur ini adalah terdapat benang-benang
halus yang merupakan massa hifa pada permukaan kulit buah pisang. Phytium sp.
yang menyerang buah pisang, timbul adanya bercakbercak hitam yang cekung
kedalam berwarna coklat kebasahan pada permukaan kulit buah, dan dalam jangka
waktu yang cukup singkat buah tersebut menajdi busuk.
Phomoposis sp.
Jamur Phomopsis sp. ini hanya ditemukan pada komoditas tomat. Adapun gejala
terserangnya jamur ini pada tomat adalah adanya bercak-bercak bulat cekung
kedalam. Pada buah terdapat bercak coklat yang besar, melekuk, dan akhirnya
menyebar seluruh bagian buah. Kemudian pusat bercak menjadi kelabu dan
mempunyai banyak bintik-bintik berwarna hitam yang merupakan piknidium dari
jamur. Bagian yang busuk menjadi lunak, berlendir dan busuk berwarna hitam dan
kering.
Tujuan:
Untuk menentukan apa saja penyakit pascapanen utama yang memengaruhi blueberry
di wilayah tersebut pada suhu simpan yang berbeda.
Metode Penelitian :
Buah blueberry dikumpulkan pada saat panen dari 42 (27 konvensional dan 15
organik) dan 62 lot petani (49 konvensional dan 13 organik) masing-masing pada
tahun 2013 dan 2014; disimpan pada 0-2 ° C selama 5 minggu; dan kemudian
dievaluasi untuk keberadaan busuk buah. Agen penyebab busuk diisolasi dari buah
busuk dan diidentifikasi.
Tujuan:
Penelitian ini bertujuan menentukan genus cendawan penyebab busuk pada buah
pascapanen, yang dapat digunakan untuk mengetahui patogen penting pada
komoditas pascapanen saat ini dan dasar pengelolaan sebagai langkah lanjutan.
Metodologi:
Metode yang digunakan ialah pengambilan sampel, isolasi spora tunggal, pengamatan
morfologi, dan inokulasi. Setiap sampel buah busuk yang ditemukan kemudian
dibawa ke Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan Klinik, Fakultas Pertanian UGM.
Buah yang bergejala penyakit diisolasi pada medium agar-agar dekstrosa kentang
(ADK) dan dibuat biakan murni dari spora tunggalnya.
Hasil:
Cendawan penyebab busuk buah yang berhasil diidentifikasi didapatkan dari buah
alpokat, anggur, apel, belimbing, mangga, nanas, pepaya, pir, pisang, dan sawo (Tabel
1). Hasil inokulasi menunjukkan bahwa cendawan-cendawan tersebut menghasilkan
gejala yang serupa dengan gejala awal. Terdapat 10 jenis buah yang diamati memiliki
gejala busuk dan ditemukan 6 genus cendawan penyebab busuk kering buah
pascapanen, yaitu Pestalotia sp., Aspergillus sp., Alternaria sp., Lasiodiplodia sp.,
Fusarium sp., dan Colletotrichum sp.
Keterangan : Gejala busuk buah yang ditemukan di lapangan pada buah: a, Alpokat; b,
Anggur; c, Belimbing; d, Mangga; e, Nanas; f, Pepaya; g, Pisang; h, Pir; i, Sawo.
Tujuan:
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui intensitas serangan jamur penyebab
penyakit umbi kentang (Solanum tuberosum L.) varietas Granola dan Atlantik pada
beberapa perlakuan media simpan di gudang penyimpanan.
Metodologi:
Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Pertanian, Universitas
Mataram. Faktor varietas terdiri dari 2 (dua) aras : kentang varietas Atlantik (D1) dan
kentang varietas Granola (D2). Umbi kentang varietas Granola dan Atlantik
didapatkan dari petani kentang di Sembalun sebanyak 1.050 umbi kentang (525
varietas Granola dan 525 varietas Atlantik). Penyimpanan umbi kentang dilakukan
dengan cara dimasukkan ke dalam karung masingmasing 35 umbi dengan berat
±0,700 kg.
Hasil:
Fusarium sp. merupakan jamur yang paling banyak menginfeksi umbi kentang. Hal
ini sesuai dengan hasil penelitian Jufri et al. (2015) yang mengatakan bahwa jamur
patogen yang menyebabkan kerusakan umbi di Gudang penyimpanan yaitu Fusarium
sp. Selain jamur Fusarium sp. yang menginfeksi umbi kentang juga ditemukan tiga
macam jamur patogen lainnya. Jamur tersebut antara lain Phytophtora sp., Penicillium
sp., dan Alternaria sp.. Ketiga jamur tersebut berasal dari pertanaman kentang. Jamur
tersebut diduga telah terdisposisi dipermukaan umbi kentang pada saat di lapangan,
yang pada akhirnya terbawa oleh umbi yang disimpan. Pada saat di simpan jamur
tersebut akan mengalami perkembangan dan akan terus menginfeksi umbi kentang
apabila faktor lingkungan mendukung. Deskripsi masing-masing jamur yang
ditemukan diuraikan sebagai berikut:
1. Alternaria sp.
Alternaria sp. merupakan salah satu jamur yang menginfeksi pada pertanaman
kentang. Gejala yang ditimbulkan oleh jamur Alternaria sp. Gejala jamur yang terlihat
pada umbi kentang yang masih utuh adalah berupa bercak pada kulit umbi berwarna
cokelat tua, bentuknya tidak teratur, lama kelamaan bercak tersebut akan menyebar
ke seluruh bagian umbi.
2. Fusarium sp.
Jamur Fusarium sp. akan menginfeksi umbi kentang di penyimpanan apabila umbi
mengalami luka akibat penanganan pada saat panen, pascapanen sampai penyimpanan
(Selman et al., 2008). Gejala yang diakibatkan oleh Fusarium sp. pada umbi kentang
yang masih utuh adalah terdapat bercak-bercak kering berlekuk, berwarna cokelat tua,
bentuknya utuh, dan lama-kelamaan bercaknya akan menyebar
3.Phytophthora sp.
Phytophthora sp. merupakan salah satu jamur yang menginfeksi pada pertanaman
kentang. Gejala jamur Phytophthora sp. yang terlihat pada umbi kentang yang masih
utuh adalah terdapat bercak yang mengendap, permukaan umbi yang berkerut,
berwarna lebih tua dari kulit umbinya.
4. Penicillium sp.
Penicillium sp. merupakan salah satu jamur yang menginfeksi pada pertanaman
kentang. Gejala Penicillium sp. yang terlihat pada umbi kentang yang masih utuh yaitu
terdapat bercak yang berlekuk, berwarna cokelat. Apabila umbi dipotong daging umbi
yang terinfeksi jamur Penicillium sp. terdapat gumpalan miselia berwarna putih yang
menyelimuti daging umbi kentang.
Judul dan Investigasi Penyakit Busuk Ujung Lancip Buah Salak pada Rantai
nama Pasok. Jamaludin, Lilik Pujantoro Eko Nugroho,dan Emmy
No. 6
peneliti Darmawati. Jurnal keteknikan pertanian, vol 6 No. 2 2018.
Tujuan:
Tujuan penelitian ini ialah mengkaji pola rantai pasok salak pondoh, jenis
mikroorganisme penyebab penyakit busuk ujung lancip buah salak, dan besarnya
tingkat kehilangan pascapanen yang disebabkannya
Metodologi:
Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei untuk memperoleh pola rantai
pasok salak pondoh dan tingkat kehilangan pascapanen. Survei (wawancara dan
observasi) dilakukan di setiap pelaku rantai pasok di sentra produksi salak pondoh,
Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Pengamatan laboratorium untuk mengidentifikasi
mikroorganisme penyebab penyakit dilakukan dengan metode isolasi spora tunggal
pada PDA dan pengamatan morfologi cendawan.
Hasil:
Mikroorganisme Penyebab Penyakit Busuk Ujung Lancip Buah Salak terdapat 5 jenis
cendawan yaitu Thielaviopsis paradoxa (De Seynes) Hohnel, Mycelia sterilia,
Rhizopus stolonifer (Ehrenberg) Vuillemin, Mucor sp., dan Colletotrichum
gloeosporioides section.akan tetapi Mikroorganisme penyebab utama busuk ujung
lancip buah salak pondoh pada rantai pasok adalah cendawan T. paradoxa dengan
temuan sebanyak 58.4% dari total isolat. Ciri-ciri cendawan T. paradoxa, miselium
berwarna hitam pada media PDA, tekstur hifa halus padat seperti permadani (ambal),
dan pertumbuhan koloninya cepat. T. paradoxa memproduksi dua tipe spora aseksual
yaitu endokonidium dan klamidospora. Cendawan C. gloeosporioides memiliki warna
koloni putih cerah, hifa seperti kapas menggunung, pertumbuhan sangat lambat.
Konidia C. gloeosporioides berbentuk bulat panjang dengan bagian ujung membulat,
berwarna hialin, bersel satu, tidak bersekat, dan jorong memanjang
Hasil:
Penyakit busuk hitam nanas dimulai di lapangan ketika organisme penyebab
memasuki buah melalui gagang bunga potong atau luka dan luka lainnya seperti
kerusakan memar atau melalui lubang alami pada cangkang. Biasanya, infeksi terjadi
8-12 jam setelah luka (Cho et al., 1977). Suhu tinggi dan kelembaban relatif lazim di
iklim tropis di mana nanas yang tumbuh dominan memperburuk perkembangan
penyakit. Keparahan Penyakit ini tergantung pada beberapa faktor pascapanen seperti
tingkat luka atau memar selama panen dan pengepakan, tingkat inokulasi pada buah
dan penyimpanan selama transportasi dan pemasaran (Swroop Kumar, 2007). Infeksi
wortel oleh T. basicola mungkin terkait dengan inokulum awal kepadatan di lapangan
dan kontaminasi silang terutama selama hydrocooling (Punja et al., 1992; Weber dan
Tribe, 2004). Eshel et al. (2009) menemukan bahwa luka jaringan yang disebabkan
oleh menyikat wortel pasca panen meningkatkan insiden penyakit, sedangkan
menghindari proses sikat menghilangkan perkembangan penyakit selama
penyimpanan dan masa simpan setelah penyimpanan dibandingkan dengan wortel
yang tidak disikat.
Tujuan:
Penelitian bertujuan menguji keefektifan ekstrak kangkung sebagai biofungisida
untuk mengendalikan penyakit busuk buah Fusarium pada tomat.
Metode penelitian:
Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikologi, Departemen Proteksi Tanaman,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Buah tomat berasal dari pasar,
sedangkan tanaman kangkung diperoleh dari petani kangkung di wilayah Ranca
Bungur, Kabupaten Bogor. Pengujian ekstrak kangkung dilakukan dengan metode in
vitro dalam laboratorium dan in vivo, yaitu pengaplikasiannya pada buah tomat.
Hasil:
Daya hambat ekstrak batang kangkung terhadap pertumbuhan Fusarium sp. secara in
vitro berkisar antara 3,40% dan 8,67% , sedangkan daya hambat ekstrak daun
mencapai 13,74% - 45,55%. Apabila dibandingkan antara aplikasi ekstrak batang
dengan ekstrak daun, dapat diambil kesimpulan bahwa ekstrak daun lebih efektif
dalam menghambat pertumbuhan Fusarium sp. daripada ekstrak batang kangkung.
Perlakuan ekstrak daun kangkung pada konsentrasi 20% menunjukkan daya hambat
yang paling tinggi, yaitu sebesar 45,5%. Dengan demikian, ekstrak daun kangkung
konsentrasi 20% (D4) paling efektif dalam menekan pertumbuhan Fusarium sp.
Dalam uji in vitro ekstrak kangkung konsentrasi 20% dapat menekan pertumbuhan
koloni Fusarium sp. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak daun kangkung konsentrasi
20% mempunyai potensi sebagai biofungisida untuk mengendalikan pertumbuhan
Fusarium sp. Dalam pengujian in vivo ekstrak daun kangkung konsentari 20% mampu
menunjukkan daya hambat dan masa inkubasi yang lebih lama bila dibandingkan
dengan kontrol negatif.
Judul dan Kontrol Biologis Pascapanen Buah Jeruk . Carla A. Nunes, Teresa
nama Manso dan M Emília Lima-Costa. Tree and Forestry Science and
No. 9
peneliti Biotechnology 3 (Special Issue 2), 116-126 2009. Global Science
Books
Resume Latar Belakang:
penelitian Kerugian ekonomi akibat kerusakan pascapanen sangat penting di seluruh dunia, dan
fungisida adalah cara utama untuk mengendalikan kerugian ini. Kekhawatiran publik
dalam keamanan pangan dan peningkatan populasi yang resisten terhadap patogen
telah meningkatkan minat untuk mengembangkan fungisida alternatif untuk
mengendalikan penyakit buah pascapanen. Penelitian dalam pengendalian biologis
menggunakan mikroorganisme antagonis telah dikembangkan sebagai alternatif
keamanan pangan yang penting. Biokontrol produk pascapanen memiliki keuntungan
berada dalam lingkungan yang terkendali yang dapat dimanipulasi untuk mendukung
agen biokontrol. Sebenarnya sudah ada di pasaran tiga biofungida untuk
mengendalikan penyakit pascapanen buah, termasuk buah jeruk. Sangat mungkin
bahwa beberapa produk lagi akan memasuki pasar dalam waktu dekat, sebagai hasil
dari program penelitian pengendalian biologis di seluruh dunia.
Tujuan:
Untuk mengetahui pengendalian penyakit pada buah jeruk pasca panen secara hayati.
Hasil:
Pengendalian secara Biologi yang diterapkan adalah menerapkan Antibiosis,
Persaingan untuk mendapatkan nutrisi dan / atau ruang, Parasitisme dan produksi
enzim litik serta Menginduksi resistensi pada buah dengan senyawa mudah menguap.
Penyakit pascapanen penting lainnya dari buah jeruk adalah busuk asam yang
disebabkan oleh Geotrichum candidum Link. Penyakit ini kurang penting daripada
yang lain, tetapi tidak boleh diremehkan karena infeksi awal mudah ditumbuhi oleh
jamur lain (Smoot et al. 1983). Insiden kerusakan buah yang disebabkan oleh G.
candidum meningkat setelah musim hujan yang berkepanjangan (Smoot et al. 1983)
dan ketika panen terjadi setelah curah hujan yang melimpah (Tuset 1987). Asam
membusuk terutama penyakit dalam penyimpanan dan dalam perjalanan dan
dilaporkan paling sering pada lemon (Citrus limon (L.) Burm.f), limes (Citrus
aurantifolia (Christm.) Swing) dan grapefruits (Citrus paradise Macf.), Yang sering
disimpan untuk waktu yang lama (Barkai-Goland 2001). Penyakit pascapanen penting
lainnya yang dapat terjadi pada buah jeruk adalah busuk batang yang disebabkan oleh
Phomopsis citri Fawcet atau Alternaria citri Ell & Pierce, busuk cokelat yang
disebabkan oleh Phytophthora spp. dan antraknosa disebabkan oleh Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc. Mereka, secara umum, infeksi buah belum matang di
pra panen, tetapi terwujud hanya setelah panen.
Judul dan Penyakit Pascapanen Gooseberry India dan
nama Cara Pengendaliannya. Priyamedha Sengupta, Surjit Sen, Khushi
peneliti Mukherjee & Krishnendu Acharya. International Journal of Fruit No. 10
Science ISSN: 1553-8362
Resume Latar Belakang:
penelitian Gooseberry India dapat ditanam di berbagai kondisi tanah - dari lempung berpasir
hingga tanah liat. Tumbuh baik di daerah kering dan semi kering. Petani khususnya
dapat mengambil manfaat dari penanamannya karena gooseberry India dapat tumbuh
dengan baik di tanah marginal juga. Gooseberry India dikenal memiliki sejumlah
manfaat kesehatan. Ini telah sering digunakan dalam sistem pengobatan Ayurveda
dan Unani (Pathak, 2003). Ini memiliki asam askorbat yang sangat tinggi, yaitu,
konten Vitamin C, sekitar 20 kali lebih tinggi dari jeruk (Tarwadi dan Agte, 2007).
Hasil:
Banyak penyakit pascapanen yang disebabkan oleh patogen jamur telah dilaporkan
pada gooseberry India. Penyakit jamur pascapanen dari gooseberry India: (I)
Anthracnose oleh Colletotrichum gloeosporioides. (II) Busuk buah oleh Penicillium
digitatum, (III) Busuk lunak oleh Phomopsis Phyllanthus. (IV) Buah busuk oleh
Aspergillus niger.