Anda di halaman 1dari 28

Pengamatan Penyakit

Pascapanen Pada Buah-


buahan
HAMA DAN PENYAKIT PASCAPANEN PROT B
Anggota Kelompok 5

1. Dea Ananda (1910252015)


2. Selvia (2010251025)
3. Hasya salsabila (2010253010)
4. Mhd. Iqbal (2010252029)
5. Mhd. Fiqry Iskandar (2010253012)
“Penyakit pascapanen merupakan penyakit
yang ditemukan pada produk pascapanen”.

Penyakit Pascapanen
PENDAHULUAN
Jeruk lemon atau limau adalah semua tumbuhan
berbunga anggota marga Citrus dari suku Rutaceae (suku
jeruk-jerukan). Anggotanya berbentuk pohon dengan
buah yang berdaging dengan rasa asam yang segar,
meskipun banyak di antaranya yang memiliki rasa manis.
Rasa asam berasal dari kandungan asam sitrat yang
memang terkandung pada semua anggotanya (Marwanto,
2014).

Rendahnya produksi lemon tidak luput dari OPT yang


menyerang tanaman tersebut, salah satu OPT yang
menyerang tanaman lemon adalah dari golongan jamur.
CARA KERJA
 Melakukan survei di rumah, warung, penjual buah,
pasar tradisional atau supermarket.
 Sampel kemudian dibawa ke labor dan diamati
gejala/tanda dari penyakitnya dan didokumentasikan
 Selanjutnya dibuat preparat untuk mengamati
konidia/spora dari jamur penyebab penyakit
pascapanen.
 Berdasarkan gejala/tanda dan pengamatan
mikroskopis dapat ditentukan penyebab penyakit
pascapanen pada buah-buahan.
HASIL
Gejala : busuk pada
pangkal buah jeruk Lasiodiplodia theobromae
Tanda : Miselium
bewarna putih

Gejala : buah busuk


mengkerut dan berair
Tanda ; Miselium Penicillium digitatum
bewarna putih
kehijauan
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil yang didapat, diduga patogen yang
menyerang buah lemon sesuai dengan gejala dan
karakteristik mikroskopisnya yaitu Lasiodiplodia
theobromae dan Penicillium digitatum.

Lasiodiplodia theobromae (Sinonim: Botryodiplodia


theobromae). Patogen ini bersifat oportunistik dalam
menimbulkan penyakit dengan memanfaatkan luka atau
jaringan nekrotik terutama pada organ tanaman yang
berdaging atau berkayu, seperti busuk buah, hawar daun,
busuk ujung batang, gumosis (Sandra et al., 2021)
Ciri Makro dan Mikro
Makro :
Koloni pada awalnya berwarna putih, kemudian
warna pada bagian bawah cawan perlahan-lahan
akan berubah menjadiputih keabuan.

Mikro :
Konidia pada awalnya hialin, selanjutnya akan
berubah warna menjadi coklat dan memiliki
sekat. Konidia berbentuk ellipsoid atau ovoid
dan memiliki ukuran 26 μm-29 μm x 13 μm-16
μm (Aisah et al., 2017)
Penicillium digitatum adalah fungi mesofolik
dan termasuk dalam spesies Penicillium
fitopatogenik, yang biasa ditemukan pada
lahan tanah yang ditanami jeruk. Fungi ini
merupakan pelaku utama penyebab
pembusukan pasca panen pada buah-
buahan dan penyebab penyakit pada buah
jeruk yang sering dikenal dengan green rots (a: konidia, b: fialid, c: metulae, d:
atau green mould. percabangan konidiofor, e: konidiofor)

Mikro : konidia yaitu berdinding Makro : koloni Penicillium digitatum


halus, dinding konidiofor halus, awalnya berwarna putih, kemudian
konidiofor bercabang, serta berubah menjadi biru kehijauan,
memiliki metulae serta fialid. abu-abu kehijauan, abu-abu zaitun,
Genus Penicillium memiliki hifa terkadang kuning atau kemerah-
bersepta dan hialin. merahan, dan warna sebalik
biasanya berwarna kuning pucat.
Ristiari et al., 2018
PENGAMATAN PENYAKIT
PASCA PANEN PADA SAYUR-
SAYURAN
Pendahuluan
Bawang merah merupakan salah satu jenis tanaman umbi yang
memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Rendahnya produktivitas bawang
merah tergantung dari faktor lingkungan, beberapa faktor penyebab
rendahnya produktivitas antara lain adanya tingkat kesuburan tanah
yang rendah, adanya peningkatan serangan organisme pengganggu
tanaman, adanya perubahan iklim mikro serta bibit yang digunakan
bermutu rendah.

Tanaman mentimun merupakan salah satu jenis tanaman populer di


Indonesia. Mentimun tergolong jenis sayuran buah dalam family
Cucurbitae, banyak manfaat yang dimiliki tanaman ini yaitu sebagai
salah satu bahan komponen pembuat makanan, kecantikan dan obat.
Namun menurut data BPS (2017), telah terjadi penurunan hasil
produksi mentimun di Indonesia mulai tahun 2010 hingga tahun 2015.
Salah satu faktor penurunan dikarenakan serangan hama dan penyakit.
Cara Kerja
 Melakukan survei di rumah, warung, penjual buah, pasar tradisional atau
supermarket.
 Sampel kemudian dibawa ke labor dan diamati gejala/tanda dari
penyakitnya dan didokumentasikan
 Selanjutnya dibuat preparat untuk mengamati konidia/spora dari jamur
penyebab penyakit pascapanen.
 Berdasarkan gejala/tanda dan pengamatan mikroskopis dapat
ditentukan penyebab penyakit pascapanen pada buah-buahan.
Hasil
Gejala : Buah menjadi
busuk
Penicillum sp.
Tanda : Terdapat hifa
Pada bawang merah
bewarna putih pada
permukaan buah

Gejala : Buah menjadi


busuk dan lunak 
Aspergillus sp.
Tanda : Terdapat hifa
Pada mentimun
bewarna putih
dipermukaan kulit buah
Pembahasan
Berdasarkan hasil yang didapat, diduga patogen yang menyerang buah
mentimun sesuai dengan gejala dan karakteristik mikroskopisnya yaitu
Aspergillus sp.

Mikroskopis,
a.Konidia,
b.Vesikel, (Literatur : Amanda et al,. 2017)

c.Hifa,
Aspergillus sp. d.Fialid
Pada mentimun e.Konidiofor,
f. konidia muda
Pembahasan
Berdasarkan hasil yang didapat, diduga patogen yang menyerang buah
mentimun sesuai dengan gejala dan karakteristik mikroskopisnya yaitu
Penicillium sp.

Ciri mikroskopis memiliki hifa, konidia


yang bulat, serta memiliki sekumpulan
fialid (Literatur : Adhi et al,. 2020).

Penicillum sp.
Pada bawang merah
BLOTTER TEST
PENDAHULUAN

Blotter Test merupakan suatu


cara untuk memeriksa
Kesehatan pada benih
dengan metode inkubasi
menggunakan kertas saring.
Kacang Kedelai

Kedelai (Glycine max L.) merupakan tanaman pangan


penting. Kebutuhan kedelai di Indonesia mencapai 2,5
juta ton per tahun, tetapi produksi kedelai yang
dapat memenuhi kebutuhan produksi hanya 30%
(BPS, 2016). Sebanyak 67,28% (1,96 juta ton)
kebutuhan kedelai nasional dipenuhi melalui impor
(Pusdatin, 2015).
CARA KERJA
Sterilisasi permukaan benih dengan NaOCl 1% selama 1
menit
Dibilas dengan aquadest selama 1 menit
Dikering anginkan dengan tisu
Disiapkan 3 lembar kertas saring untuk 1 petri
Dilembabkan kertas saring dengan air
Disusun10 benih kedelai pada petri
Ulangan 1 (NaOCl 1%), Ulangan 2 (Alkohol 70%), dan
Ulangan 3 (Aquadest)
HASIL
PEMBAHASAN
 pada perlakuan NaOCl 1% seluruh benih kacang kedelai menunjukkan
pertumbuhan miselium jamur berwarna hitam dan benih mulai
mengembang serta pada kertas saring terdapat noda berwarna coklat.
 pada perlakuan Alkohol 70% menunjukkan pertumbuhan miselium
jamur berwarna putih, hijau, dan hitam pada seluruh benih dan mulai
meluas serta benih mulai mengembang dan berkecambah.
 pada perlakuan aquadest steril menunjukkan pertumbuhan miselium
jamur berwarna hijau, hitam, dan putih pada semua benih kacang
kedelai, tetapi terdapat perubahan warna benih dan benih mulai
mengembang.
Pengaruh suhu terhadap
penyimpanan pasca
panen
PENDAHULUAN
Tanaman alpukat (Persea americana Mill) merupakan tanaman
yang berasal dari daratan tinggi Amerika Tengah dan memiliki banyak
varietas yang tersebar di seluruh dunia. Alpukat secara umum terbagi
atas tiga tipe: tipe West Indian, tipe Guatemalan, dan tipe Mexican.
Daging buah berwarna hijau di bagian bawah kulit dan menguning
kearah biji. Warna kulit buah bervariasi, warna hijau padad buah karena
kandungan klorofil atau hitam karena pigmen antosiasin (Andi,2013).
Salah satu penentu kualitas buah alpokat adalah adanya pengaruh suhu
pada pengaruh penyimpanan tanaman tersebut.
Singh dan Sagar (2010) menyebutkan sayuran yang
dikemas mengalami peningkatan kadar air selama penyimpana dan
peningkatan pada suhu kamar relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
suhu rendah. Hal ini terjadi akibat adanya jumlah air metabolit sebagai
hasil samping proses respirasi lebih banyak dibandingkan dengan air
yang menguap melalui proses transpirasi, sehingga terjadi akumulasi air
di antara sel.
Cara Kerja
 disiapkan alat dan bahan
 dimasukkan tisu 3 lembar kedalam wadah
 dibasahi tisu tersebut dengan aquades, kemudian dimasukkan buah
alpukat kedalam wadah
 ditutup wadah lalu di wrapping
 diberi label pengamatan kulkas dan pengamatan ruang
HASIL

Suhu Kulkas

Suhu Ruang
PEMBAHASAN
Dari hasil praktikum pengaruh suhu terhadap penyimpanan buah alpukat didapatkan
bahwa buah alpukat pada suhu kulkas terlihat buah masih segar dan tidak ada patogen
yang menyerang buah alpukat, sedangkan pada perlakuan suhu ruang, buah alpukat
menjadi busuk, berwarna hitam dan berair, buah berwarna hitam mulai dari pangkal
buah sampai keseluruhan buah. Perubahan wama hijau menjadi hitam pada kulit buah
teiadi karena berlangsungnya proses pematangan. Perubahan warna ini terjadi sebagai
atibat beriangsungnya penguraian klorofil dan terjadinya sintesis karotenoid-
karotenoid. Pembentukan karotenoid ini memperlihatkan warna hitam pada kulit buah
(Pantastico et al., 1986).
Singh dan Sagar (2010) menyebutkan buahan yang dikemas mengalami peningkatan
kadar air selama penyimpana dan peningkatan pada suhu kamar relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan suhu rendah. Hal ini terjadi akibat adanya jumlah air metabolit
sebagai hasil samping proses respirasi lebih banyak dibandingkan dengan air yang
menguap melalui proses transpirasi, sehingga terjadi akumulasi air di antara sel.
REFERENSI
Sandra, F.K, Nurhasanah, Y.S, Mutaqin, K.H, Wiyono, S, Tondok, E.T.
2021. Keragaman Morfologi dan Molekuler Lasiodiplodia theobromae dari
Tanaman Jeruk, Kakao, Karet, Manggis, dan Pisang. Jurnal Fitopatologi
Indonesia Vol 17 (2) : 58–66.
Marwanto. 2014. Rekayasa Alat Pemeras Air Jeruk Siam dengan Sistem
Ulir. Sambas: POLTESA.
Aisah A.R, Soekarno B, Achmad. 2017. Patogenesitas Isolat
Botryodiplodia spp. Terhadap Bibit Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.)
Miq). Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol. 14 No. 2 : 85-101.
Ristiari N.P.N, Julyasih K.S.M, Suryanti I.A.P. 2018. Isolasi Dan
Identifikasi Jamur Mikroskopis Pada Rizosfer Tanaman Jeruk Siam (Citrus
nobilis Lour.) Di Kecamatan Kintamani, Bali. Jurnal Pendidikan Biologi
Undiksha Volume 6 (1) : 10-19.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai