Jeruk (citrus) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang populer pada masyarakat di Indonesia, jeruk (citrus) juga sebagai salah satu buah favorit masyarakat Indonesia karena memiliki rasa yang manis dan menyegarkan. Jeruk memiliki ciri khas bentuk yang bulat, berwarna kuning, hijau, atau oranye sesuai dengan tingkat kematangannya. Komoditas jeruk (citrus) cukup menjanjikan di bidang pertanian di Indonesia, Jeruk (citrus) memiliki nilai ekonomis yang tinggi, sehingga dapat menyokong perekonomian masyarakat Indonesia. Pada tahun 2012, Indonesia menjadi urutan ke sebelas sebagai produsen jeruk dunia. Data kementerian pertanian mencatat bahwa, pada tahun 2010 produksi jeruk di Indonesia mencapai 256.10 ton/hektar. Indonesia merupakan negara importir jeruk terbesar kedua di ASEAN setelah Malaysia, dengan volume impor 160.254 ton, sedangkan ekspor hanya mencapai 415 ton pada tahun 2010 dengan tujuan negara Malaysia, Brunei Darussalam dan Timur Tengah (Hanif dan Zamzami, 2015). Berdasarkan data Badan Pusat Statistika (2022), produksi jeruk siam di Indonesia mencapai 2.551.999 ton. Namun, perolehan hasil produksi tersebut masih belum maksimal karena masih terkendala akan permasalahan hama dan penyakit tanaman. Kerusakan tanaman yang disebabkan oleh hama dan penyakit tanaman merupakan suatu hal yang berdampak buruk, khususnya bagi para petani. Hal tersebut karena menyebabkan kerugian yang ditimbulkan oleh hama dan penyakit tanaman. Kerugian tersebut disebabkan oleh adanya populasi OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) yang bertahan hidup dan berkembang biak pada suatu lingkungan sehingga menyerang tanaman yang hidup pada lingkungan tersebut (Distan, 2018). OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) adalah sebutan yang digunakan pada organisme-organisme yang menyebabkan kerusakan tanaman, mengganggu keberlangsungan tanaman, hingga menyebabkan kematian pada tanaman (Andayanie et al., 2019). Banyak usaha yang sudah dilakukan manusia melalui aktivitasnya untuk mengendalikan populasi OPT yang merusak komoditas lahan pertanian untuk menghindari kerugian. Kerugian yang ditimbulkan oleh serangan OPT membuat munculnya usaha-usaha untuk mengatasi masalah tersebut, yang biasa disebut dengan pengendalian OPT. Komoditas yang kerap dihadapkan dengan serangan OPT adalah jenis tanaman hortikultura, salah satunya adalah jeruk (citrus). Menurut Wijaya et al. (2017), keberadaan pada tanaman jeruk merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, jika populasi OPT tidak dapat dikendalikan dengan baik, hal tersebut dapat berpengaruh terhadap hasil produksi dan bahkan dapat mengakibatkan gagal panen pada tanaman jeruk. Pengendalian OPT secara terpadu pada tanaman jeruk merupakan langkah penting yang memiliki tujuan untuk mencegah kerusakan tanaman, memaksimalkan hasil produksi, dan menjaga kualitas buah. Produktivitas tanaman jeruk dapat terkendala karena adanya serangan oleh berbagai hama dan penyakit pada tanaman. Jenis hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman jeruk dan berpotensi merugikan seperti penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration), penyakit blendok, hama kutu daun (Aphis gossypii), dan hama lalat buah (Bactrocera spp.). Penanganan akan serangan OPT pada tanaman jeruk dapat dijadikan indikator dalam meningkatkan produksi dan mutu tanaman jeruk. Tanaman jeruk rentan terhadap serangan hama atau penyakit, penyakit utama yang umumnya menyerang tanaman jeruk salah satunya adalah penyakit diplodia atau dikenal juga dengan nama penyakit blendok yang disebabkan oleh serangan jamur. Penanganan penyakit Diplodia atau Blendok pada tanaman jeruk dapat diatasi dengan pemberian bubur California plus trikoderma, bubur California merupakan fungisida organik yang dimanfaatkan untuk mengatasi penyakit diplodia atau blendok pada tanaman jeruk (Puja et al., 2019). Untuk mengetahui lebih dalam mengenai hama dan penyakit tanaman yang ditemukan pada tanaman jeruk perlu dilakukan pengamatan lebih lanjut, yaitu dengan pengamatan langsung di lapangan atau dikenal dengan pembelajaran fieldtrip. Metode fieldtrip adalah metode pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sarana pengamatan. Pada saat kegiatan fieldtrip yang dilaksanakan di lahan komoditas jeruk dilakukan beberapa pengamatan, yaitu pengamatan hama dan penyakit yang terdapat pada komoditas jeruk tersebut. Pengamatan hama terbagi menjadi 6 metode pengamatan, yaitu pengamatan secara visual, pengamatan menggunakan yellow trap, pengamatan menggunakan pitfall, pengamatan menggunakan sweep net, pengamatan menggunakan pan trap, dan pengamatan dengan wawancara langsung bersama petani setempat. Fieldtrip ini dilaksanakan di Desa Bocek, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, Jawa timur. Pada kegiatan fieldtrip ini mahasiswa dapat secara langsung mengamati hama dan penyakit serta cara pengidentifikasian hama dan penyakit pada tanaman. Pengamatan terhadap lahan pertanian ini dilakukan di daerah setempat dengan tujuan untuk melihat bagaimana kondisi lahan khususnya komoditas budidaya jeruk dan hama serta penyakit yang mengganggu tanaman budidaya tersebut. Sehingga hal ini dapat dipelajari lebih lanjut. 1.2. Tujuan Adapun tujuan dari kegiatan fieldtrip yang dilakukan pada lahan pertanian komoditas jeruk di Desa Bocek ini yaitu agar mahasiswa mengetahui karakteristik morfologi dari tanaman jeruk, mengidentifikasi hama dan penyakit yang ada pada tanaman jeruk, dan memahami teknik budidaya yang di terapkan dengan pengendalian hama dan penyakit secara tepat pada tanaman budidaya jeruk. 1.3. Manfaat Manfaat yang didapat dari kegiatan fieldtrip yang dilakukan pada lahan pertanian komoditas jeruk di Desa Bocek adalah mahasiswa mampu mengetahui dan mengidentifikasi OPT (Organisme Pengganggu Tanaman), khususnya hama dan penyakit yang menyerang tanaman jeruk. Selain itu, memahami cara atau teknik pengendalian hama dan penyakit secara bijak tanpa mengganggu keseimbangan ekosistem. Fieldtrip ini juga mempelajari tentang teknik budidaya yang sesuai dengan karakteristik pada suatu agroekosistem agar tetap terus lestari.