Anda di halaman 1dari 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Jeruk (citrus) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang populer
pada masyarakat di Indonesia, jeruk (citrus) juga sebagai salah satu buah favorit
masyarakat Indonesia karena memiliki rasa yang manis dan menyegarkan. Jeruk
memiliki ciri khas bentuk yang bulat, berwarna kuning, hijau, atau oranye sesuai
dengan tingkat kematangannya. Komoditas jeruk (citrus) cukup menjanjikan di
bidang pertanian di Indonesia, Jeruk (citrus) memiliki nilai ekonomis yang tinggi,
sehingga dapat menyokong perekonomian masyarakat Indonesia. Pada tahun
2012, Indonesia menjadi urutan ke sebelas sebagai produsen jeruk dunia. Data
kementerian pertanian mencatat bahwa, pada tahun 2010 produksi jeruk di
Indonesia mencapai 256.10 ton/hektar. Indonesia merupakan negara importir
jeruk terbesar kedua di ASEAN setelah Malaysia, dengan volume impor 160.254
ton, sedangkan ekspor hanya mencapai 415 ton pada tahun 2010 dengan tujuan
negara Malaysia, Brunei Darussalam dan Timur Tengah (Hanif dan Zamzami,
2015). Berdasarkan data Badan Pusat Statistika (2022), produksi jeruk siam di
Indonesia mencapai 2.551.999 ton. Namun, perolehan hasil produksi tersebut
masih belum maksimal karena masih terkendala akan permasalahan hama dan
penyakit tanaman.
Kerusakan tanaman yang disebabkan oleh hama dan penyakit tanaman
merupakan suatu hal yang berdampak buruk, khususnya bagi para petani. Hal
tersebut karena menyebabkan kerugian yang ditimbulkan oleh hama dan
penyakit tanaman. Kerugian tersebut disebabkan oleh adanya populasi OPT
(Organisme Pengganggu Tanaman) yang bertahan hidup dan berkembang biak
pada suatu lingkungan sehingga menyerang tanaman yang hidup pada
lingkungan tersebut (Distan, 2018). OPT (Organisme Pengganggu Tanaman)
adalah sebutan yang digunakan pada organisme-organisme yang menyebabkan
kerusakan tanaman, mengganggu keberlangsungan tanaman, hingga
menyebabkan kematian pada tanaman (Andayanie et al., 2019). Banyak usaha
yang sudah dilakukan manusia melalui aktivitasnya untuk mengendalikan
populasi OPT yang merusak komoditas lahan pertanian untuk menghindari
kerugian. Kerugian yang ditimbulkan oleh serangan OPT membuat munculnya
usaha-usaha untuk mengatasi masalah tersebut, yang biasa disebut dengan
pengendalian OPT. Komoditas yang kerap dihadapkan dengan serangan OPT
adalah jenis tanaman hortikultura, salah satunya adalah jeruk (citrus). Menurut
Wijaya et al. (2017), keberadaan pada tanaman jeruk merupakan hal yang
penting untuk diperhatikan, jika populasi OPT tidak dapat dikendalikan dengan
baik, hal tersebut dapat berpengaruh terhadap hasil produksi dan bahkan dapat
mengakibatkan gagal panen pada tanaman jeruk. Pengendalian OPT secara
terpadu pada tanaman jeruk merupakan langkah penting yang memiliki tujuan
untuk mencegah kerusakan tanaman, memaksimalkan hasil produksi, dan
menjaga kualitas buah. Produktivitas tanaman jeruk dapat terkendala karena
adanya serangan oleh berbagai hama dan penyakit pada tanaman. Jenis hama
dan penyakit yang sering menyerang tanaman jeruk dan berpotensi merugikan
seperti penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration), penyakit blendok,
hama kutu daun (Aphis gossypii), dan hama lalat buah (Bactrocera spp.).
Penanganan akan serangan OPT pada tanaman jeruk dapat dijadikan indikator
dalam meningkatkan produksi dan mutu tanaman jeruk.
Tanaman jeruk rentan terhadap serangan hama atau penyakit, penyakit
utama yang umumnya menyerang tanaman jeruk salah satunya adalah penyakit
diplodia atau dikenal juga dengan nama penyakit blendok yang disebabkan oleh
serangan jamur. Penanganan penyakit Diplodia atau Blendok pada tanaman
jeruk dapat diatasi dengan pemberian bubur California plus trikoderma, bubur
California merupakan fungisida organik yang dimanfaatkan untuk mengatasi
penyakit diplodia atau blendok pada tanaman jeruk (Puja et al., 2019). Untuk
mengetahui lebih dalam mengenai hama dan penyakit tanaman yang ditemukan
pada tanaman jeruk perlu dilakukan pengamatan lebih lanjut, yaitu dengan
pengamatan langsung di lapangan atau dikenal dengan pembelajaran fieldtrip.
Metode fieldtrip adalah metode pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan
sebagai sarana pengamatan. Pada saat kegiatan fieldtrip yang dilaksanakan di
lahan komoditas jeruk dilakukan beberapa pengamatan, yaitu pengamatan hama
dan penyakit yang terdapat pada komoditas jeruk tersebut. Pengamatan hama
terbagi menjadi 6 metode pengamatan, yaitu pengamatan secara visual,
pengamatan menggunakan yellow trap, pengamatan menggunakan pitfall,
pengamatan menggunakan sweep net, pengamatan menggunakan pan trap, dan
pengamatan dengan wawancara langsung bersama petani setempat. Fieldtrip ini
dilaksanakan di Desa Bocek, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, Jawa
timur. Pada kegiatan fieldtrip ini mahasiswa dapat secara langsung mengamati
hama dan penyakit serta cara pengidentifikasian hama dan penyakit pada
tanaman. Pengamatan terhadap lahan pertanian ini dilakukan di daerah
setempat dengan tujuan untuk melihat bagaimana kondisi lahan khususnya
komoditas budidaya jeruk dan hama serta penyakit yang mengganggu tanaman
budidaya tersebut. Sehingga hal ini dapat dipelajari lebih lanjut.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari kegiatan fieldtrip yang dilakukan pada lahan pertanian
komoditas jeruk di Desa Bocek ini yaitu agar mahasiswa mengetahui karakteristik
morfologi dari tanaman jeruk, mengidentifikasi hama dan penyakit yang ada pada
tanaman jeruk, dan memahami teknik budidaya yang di terapkan dengan
pengendalian hama dan penyakit secara tepat pada tanaman budidaya jeruk.
1.3. Manfaat
Manfaat yang didapat dari kegiatan fieldtrip yang dilakukan pada lahan
pertanian komoditas jeruk di Desa Bocek adalah mahasiswa mampu mengetahui
dan mengidentifikasi OPT (Organisme Pengganggu Tanaman), khususnya hama
dan penyakit yang menyerang tanaman jeruk. Selain itu, memahami cara atau
teknik pengendalian hama dan penyakit secara bijak tanpa mengganggu
keseimbangan ekosistem. Fieldtrip ini juga mempelajari tentang teknik budidaya
yang sesuai dengan karakteristik pada suatu agroekosistem agar tetap terus
lestari.

Anda mungkin juga menyukai