PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Asia Tenggara, kerusakan pasca panen buah dan sayur dapat mencapai
hingga 42% (Kusumaningrum dkk., 2015). Kehilangan pasca panen pada buah
tropis disebabkan karena kurangnya pemahaman mengenai sifat alamiah produk,
seperti tingginya kadar air (30-90%), laju respirasi yang sangat tinggi, jaringan
buah yang lunak sehingga rentan terhadap pelukaan dan sangat mudah rusak
sehingga umur pasca panennya sangat terbatas (Paull dan Chen, 2014). Laju
respirasi buah tropis dan sub tropis sangat bervariasi, tergantung pada jenis dan
ragam produk, tingkat kematangan, tingkat pelukaan dan suhu produk (Yahia
dkk., 2011). Semakin tinggi laju respirasai maka akan semakin singkat umur
simpan produk. Terbatasnya umur simpan produk buah segar dipengaruhi oleh
kombinasi beberapa faktor, antara lain karakteristik produk, kondisi eksternal,
kontaminasi microbial, gangguan fisiologis, kerusakan mekanis dan tingkat
perlakuan pasca panen (Kusumaningrum dkk., 2015). Paparan suhu tinggi secara
terus menerus pada produk segar setelah dipanen dapat mempercepat aktivitas
metabolisme, mendorong pertumbuhan mikroorganisme pembusuk dan
meningkatkan produksi etilen yang mempercepat laju kerusakan (Yahia dkk.,
2011). Buah tropis sangat mudah terkontaminasi oleh mikroorganisme karena
suhu optimum untuk perkembangan mikroorganisme sangat sesuai dengan suhu
rata-rata di negara tropis (Kusumaningrum dkk., 2015). Keterbatasan lahan
pertanian dan ancaman keamanan pangan yang disebabkan oleh perubahan iklim,
penekanan terhadap kehilangan pasca panen menjadi suatu keharusan mengingat
kemungkinan meledaknya permintaan pangan dunia dan resiko kelaparan (Sharma
dan Popngener, 2010).
Suhu yang tinggi juga dapat mempercepat penurunan kualitas buah melalui
percepatan proses fisiologis seperti respirasi dan produksi etilen (Thompson dkk.,
2002). Sementara penyebaran mikroorganisme patogen penyebab kerusakan buah
dan sayur dipengaruhi oleh kondisi fisiologis dan penyimpanan selama pasca
panen, khususnya di negara tropis (Kusumaningrum dkk., 2015). Jamur
merupakan kelompok agens penyebab pembusukan pasca panen yang paling
penting, yang menyebabkan penurunan kualitas dan kehilangan ekonomi selama
periode pasca panen (Antunes dan Cavaco, 2010). Kerusakan pasca panen yang
disebabkan oleh jamur tidak hanya menurunkan nutrisi buah, tetapi juga
menyebabkan bahaya bagi kesehatan karena adanya mikotoksin yang diproduksi
oleh golongan jamur tertentu (Sonker, 2016; Kiaya, 2014).
Biji yang terisi penuh adalah biji yang bermutu baik, untuk dapat
memperoleh benih tersebut maka benih padi perlu di uji terlebih dahulu.
Pengujian dilakukan dengan cara pemeriksaan biji secara kering yaitu dengan
membersihkan biji dari kotoran, selain itu dapat mengamati gejala penyakit yang
terlihat seperti bercak. Uji kesehatan biji selanjutnya adalah pencucian biji dengan
memasukan biji kedalam air lalu di goyang goyangkan. Hasil air cucian tersebut
dapat diamati dengan menggunakan mikroskop. Cara ini dapat
mendeterminasikan jamur yang melekat di permukaan biji(Purwasasmita dan
Sutaryat, 2011)
Biji merupakan bagian terbesar benih, Biji mengandung tanaman mini, yang
dilengkapi dengan struktur dan fisiologi yang sesuai dengan perannya sebagai unit
penyebaran atau perbanyakan. Di samping itu telah dilengkapi secara sempurna
dengan cadangan makanan, untuk mendukung tanaman muda sampai dia mampu
memenuhi kebutuhan sendiri sebagai organisme autotrophic. Bibit adalah benih
yang telah berkecambah, pada umumnya sudah berbentuk tanaman muda, ada
akar, batang, dan daun meskipun sangat kecil .(Rusmi dkk, 2014).
Faktor tanaman ditentukan oleh sifat benihnya, baik yang menyangkut sifat
genetis, sifat fisik, dan sifat fisiologisnya.Benih merupakan factor penting
padasuatu pertanaman karena benih merupakan awal kehidupan dari tanaman
yang bersangkutan. Benih adalah biji tanaman yang sengaja diproduksi dengan
teknik-teknik tertentu, sehingga memenuhi persyaratan untuk digunakan sebagai
bahan pertanaman selanjutnya.
Pengujian benih ini berguna sebagai titik awal dalam pengamatan apakah
sebuah biji layak untuk disemaikan. Parameter penguji benih ditetapkan guna biji
yang telah lulus sortir merupakan biji yang sehat dan tidak berpenyakit sehingga
dalam proses persemaian di media tanam biji dapat tumbuh dengan baik tanpa
adanya kendala. Diketahuinya uji kesehatan benih juga untuk menurunkan
peluang biji yang berpenyakit turut ikut di semaikan yang pada akhirnya hanya
akan merugikan secara meteri dan waktu. pengujian benih juga dapat
mengevaluasi efek dari fungisida untuk keperluan perlakuan benih. Kepentingan
lainnya dalam uji benih ialah mengadakan survey penyakit pada tingkat nasional
sehingga dapat mengetahui penyebaran pathogen.(Rusmi dkk, 2014).
Mutu benih adalah hal yang sangat penting dalam usaha produksi benih.
Produsen atau pedagang benih yang maju menggunakan mutu sebagai suatu
teknik kompetitif sebagaimana harga dan pelayanan. Mutu merangsang
ketertarikan konsumen, membantu produsen dan pedagang benih
mengembangkan reputasi yang positif atau kesan yang baik, dan menghasilkan
konsumen yang puas dan bisnis yang berkelanjutan (Mulsanti, 2013).
Benih bermutu dan bersertifikat adalah salah satu komponen utama dalam
peningkatan produksi. Benih dikatakan sehat apabila benih tersebut bebas dari
patogen, baik berupa bakteri, cendawan, virus maupun nematoda. Namun
sayangnya, tidak semua benih bersertifikat bebas dari patogen terbawa benih
karena uji kesehatan benih tidak diwajibkan dalam sertifikasi benih. Hal ini
menyebabkan benih yang berpenyakit dalam proses tumbuhnya menghasilkan
produksi yang tidak maksimal. Produksi yang tidak maksimal ini membuat
seorang petani akan mengalami kerugian. Resiko ini sangat dihindari oleh petani
sehingga pengujian kesehatan dan kualitas benih mutlak dilakukan(Situmean dkk,
2014)
Penyebab adanya benih abnormal adalah kerusakan pada sel di benih yang
sedang berkecambah sehingga pertumbuhan terhambat. Sementara itu, kerusakan
yang parah hingga menyebabkan penurunan fungsi dari area tertentu dalam benih
akan menyebabkan benih tersebut tidak mampu berkecambah (Situmeang dkk.
2014)
Peluang pencemaran jamur ini cukup besar karena iklim tropis di Indonesia
yang memliki kelembaban dan temperatur lingkungan yang tinggi sangat
mendukung untuk tumbuh dan berkembangnya jamur penghasil mikotoksin.
Pencemaran jamur selama penyimpanan ini dapat menyebabkan penurunan mutu
jagung baik secara kualitatif maupun kuantitatif, hal ini akan berpengaruh
terhadap daya jual dari jagung tersebut (Rahardja, 2011).
Menurut Budiman et al. (2007) salah satu metode yang digunakan untuk
penyiapan preparat sampel yang mempermudah dalam identifikasi cendawan
adalah metode selotip. Benih tanaman harus memiliki kemampuan hidup yang
tinggi (viabilitas) sebagai calon penerus generasi dalam produksi tanaman.
Sebagian besar (90%) tanaman pangan untuk alat pembiakannya berupa biji atau
benih. Dengan demikian benih harus memiliki mutu tinggi. Petani tanaman
pangan termasuk aneka kacang seringkali mengalami kerugian yang tidak sedikit
baik dari segi biaya maupun waktu, akibat penggunaan benih bermutu rendah.
Pencapaian produksi tanaman aneka kacang sangat tergantung pada teknologi
maju dalam budidaya dan kondisi iklim atau cuaca yang mendukung, tetapi
penting untuk memperhatikan pemilihan benih bermutu tinggi. Menurut Sutopo
(2004) bahwa mutu benih dapat dilihat dari tiga komponen yaitu mutu genetis
terkait kemurnian varietas, mutu fisiologis yaitu memiliki daya kecambah dan
vigor yang baik, serta mutu fisik seperti bernas, ukuran homogen, tidak tercampur
material lain, dan sehat atau bebas dari hama dan penyakit. Dalam proses produksi
benih bermutu, maka sejak awal bercocok tanam harus digunakan bahan bermutu
tinggi, dengan kriteria sebagai berikut : 1. Benih harus bersih dan bebas dari
segala jenis kotoran yang tercampur dalam lot benih, 2. Murni terdiri satu jenis
varietas, tidak tercampur dengan varietas lainnya, 3. Secara fisik bagus, bernas,
warna tidak kusam, kulit tidak terkelupas, mulus tidak ada bercak, tidak keriput,
dan 4. Sehat tidak membawa hama penyakit yang merugikan. Fokus pada kriteria
keempat, benih sehat memiliki arti bahwa benih harus bebas dari infeksi ataupun
kontaminasi penyakit. Kesehatan benih sangat menentukan kesehatan tanaman
supaya memberikan produksi yang berkualitas (Diaz et al. 1998).
Benih aneka kacang adalah biji yang mngandung nutrisi tinggi. Biji sejak
awal terbentuk pada tanaman induk, sampai periode panen kemudian digunakan
sebagai benih yang tumbuh menjadi tanaman baru tidak lepas dari gangguan
patogen. Semua jenis patogen (jamur, bakteri, dan virus) dapat menyerang benih
dan meng- gunakan nutrisi yang ada dalam benih untuk hidupnya, hal ini
menyebabkan kerusakan pada benih. Pada umumnya benih setelah dipanen, tidak
selalu langsung ditanam oleh petani tetapi sebagian akan disimpan selama jangka
waktu tertentu menunggu musim tanam yang tepat dan pada periode tersebut
dapat terjadi kerusakan akibat penyakit terbawa benih. Untuk itu diperlukan
penanganan benih secara baik agar pada saat ditanam kondisi benih masih
memadai yaitu memiliki viabilitas, kevigoran, kemurnian dan kese- hatan yang
baik. Status kesehatan benih dapat dike- tahui melalui pengujian khusus untuk
mendeteksi adanya patogen yang mungkin terbawa dalam suatu lot benih. Uji
kesehatan benih bukan merupakan ramalan, tetapi suatu metode untuk
mendapatkan informasi tentang kemungkinan adanya suatu resiko penyakit
menular melalui benih.