Anda di halaman 1dari 1

Peran Bioteknologi dalam pemberantasan hama

Keberhasilan Indonesia dalam mencapai swasembada pada awal pelita IV adalah melalui
program dan kegiatan intensifikasi, rehabilitasi lahan dan diversifikasi. Dalam hal ini masalah
hama dan penyakit tanaman tidak dapat diabaikan, karena serangan hama dapat menghambat
peningkatan produksi, kualitas hasil, pendapatan petani (Untung, 1992). Untuk mengatasi
serangan hama dan penyakit tersebut maka penggunaan pestisida telah menunjukkan hasil yang
memuaskan karena dapat menekan perkembangan populasi hama dan penyakit serta kerusakan
tanaman akibat serangan hama. Disamping itu pestisida mempunyai efikasi yang baik untuk
mengendalikan berbagai jenis hama dan penyakit yang secara ekonomis dapat dipertanggung
jawabkan (Sosromarsono, 1989). Masalah dampak negatif dari pestisida telah banyak dilaporkan
baik secara nasional maupun internasional. Menurut Heitefuss (1987) dampak negatif ini dapat
dikelompokkan sebagai berikut: 1) gangguan terhadap kehidupan makhluk hidup lainnya, 2)
timbulnya hama patogen yang resistan terhadap pestisida tertentu, dan 3) terdapatnya masalah
residu pestisida (dalam bahan makanan, akumulasi dalam tanah, resiko peningkatan kadar
pestisida dalam rantai bahan makanan). Menurut Georhiou (1980, dalam Untung, 1991) telah
dilaporkan 450 spesies serangga yang resistan terhadap satu atau beberapa jenis insektisida.
Resistensi jamur patogen tanaman tehadap fungisida telah dilaporkan pula. Untuk dapat
memperoleh hasil pertanian yang aman dan baik bagi manusia maupun terhadap lingkungan
sebenarnya sejak 1959 para akhli telah mengembangkan konsep pengendalian hama terpadu.
Sekarang konsep tersebut telah berkembang menjadi pengelolaan hama terpadu yaitu suatu
sistem yang mengkombinasikan beberapa pengendalian metoda yang kompatibel untuk menekan
perkembangan organisme pengganggu dibawah ambang ekonomis dengan pertimbangan
ekologis dn toksikologis, dengan mengutamakan faktor pembatas alami. Bioteknologi dalam
bidang perlindungan tanaman mencakup penggunaan dan atau merubah sifat genetik dari virus,
mikroorganisme, baik sel tumbuhan atau hewan, bagian-bagian sel dan hasil metabolismenya
untuk pengendalian perusak tanaman yang disebabkan oleh faktor biotis dan abiotis, misalnya
gen teknologi dalam pemuliaan tanaman atau penggunan ekstrak tanaman, fermentasi dari sisa
tanaman atau mikroorganisme. Dalam bidang pengendalian hayati diperlukan peningkatan
penelitian baik terhadap antagonis, pestisida nabati maupun peningkatan ketahanan tanaman
terhadap patogen. Untuk ini diperlukan dasar-dasar yang kuat dalam bidang mikrobiologi,
bakteriologi, fisiologi. Disamping itu, penelitian dibidang boteknologi diperlukan untuk
merekayasa agensia pengendalian hayati. Makalah ini secara garis besar menguraikan tentang
peranan dan manfaat bioteknologi dalam pengendalian hama terpadu dan penerapannya,
terutama sebagai alternatif pengendalian kimia dan untuk mendpatkan varietas yang tahan.

Anda mungkin juga menyukai