Anda di halaman 1dari 7

TUGAS PEKAN 10 MANAJEMEN AGRIBISNIS PERIKANAN

“LEMBAGA PENDUKUNG AGRIBISNIS PERIKANAN”

Disusun oleh:

ZULFIQAR PRIMA MILLENIUM

L041191054

PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN

DEPARTEMEN PERIKANAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2022
Agribisnis adalah sistem yang terdiri dari Subsistem hulu hingga hilir serta
tambahan sistem penunjang untuk menunjang agribisnis seperti sistem produksi,
pemasaran dan sistem pendukung lainnya. Pada subsistem agribisnis hulu terdapat
bahan baku dan sarana produksi, pada subsistem agribisnis usahatani terdapat
proses produksi, sedangkan pada subsistem agribisnis hilir terdapat aktivitas
transportasi (pengolahan), waktu (pengawetan atau penyimpanan), perdaganagan
dan pemasaran, serta subsistem lain seperti permodalan, perbankan, dan lain
sebagainya.

Agribisnis merupakan suatu sistem yang utuh dan memiliki keterkaitan


ekonomi antara subsitem lainnya yaitu berupa subsistem hulu, subsistem
budidaya, subsistem hilir serta subsistem penunjang yang terkait langsung dengan
pertanian. Apabila terjadi kendala dalam suatu hubungan antar subsistem tersebut
akan menyebabkan tidak berjalan dengan baik agribisnis yang ada. Dimana sistem
agribisnis dapat berupa agribisnis pertanian, perikanan, kehutanan dan industry

Pendapat lain oleh Intyas dan Zainal, (2013) sistem agribisnis seperti sistem
agribisnis perikanan memiliki subsistem yang terdiri dari lima jenis subsistem
diantaranya sebagai berikut

a. Usaha Pra Produksi Perikanan


Dalam subsistem ini merupakan subsistem yang mendukung dalam
penyediaan sarana, baik sarana produksi maupun input produksi sebagai
bekal bagi para nelayan dan pembudidaya ikan seperti pembuatan kapal
ikan, penyediaan alat – alat penangkapan ikan seperti jaring, pancing,
pelampung dan lain sebagainya, lalu pengadaan atau produksi mesin
penangkapan ikan seperti diesel dan sparepart, kemudian penyediaan
pupuk, es, pakan ikan, keranjang, obat-obatan perikanan serta cold box,
selanjutnya penyediaan teknologi, pengadaan usaha toko sembako, serta
berbagai makanan dan minuman sebagai bahan melaut bagi nelayan
maupun pembudidaya ikan, serta penyediaan tenaga kerja yang
memproduksi perikanan.
b. Usaha pembudidayaan ikan (aquaculture effort)
Dalam subsistem ini dilakukan proses pengembang biakkan ikan,
pemeliharaan ikan serta mendapatkan hasil panen, salah satunya
menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, mendinginkan,
menyimpan, mengawetkan, dan mengolah produk perikanan. Adapun
orang yang melakukan usaha ini disebut dengan pembudidaya ikan.
c. Penangkapan ikan (fishing effort)
Dalam subsistem ini dilakukan kegiatan penangkapan ikan di
wilayah perairan seperti laut, salah satunya menggunakan kapal untuk
memuat, mengangkut, mendinginkan, menyimpan, mengawetkan, dan
mengolah produk perikanan. Adapun orang yang melakukan usaha ini
disebut dengan nelayan.
d. Usaha pengolahan ikan (fish processing effort)
Dalam subsistem ini bertujuan untuk menambah nilai guna ikan
baik dari segi waktu maupun bentuk. Adapun orang yang melakukan
usaha ini disebut dengan pengolah ikan.
e. Usaha pemasaran ikan (fish marketing effort)
Dalam subsistem ini terjadi proses distribusi hasil tangkapan ikan
yang disalurkan oleh produsen ke konsumen atau masyarakat. Adapun
orang yang melakukan usaha ini disebut pedagang atau pemasar ikan.
f. Usaha jasa dan kelembagaan
Dalam subsistem ini merupakan pendukung kegiatan agribisnis
perikanan mulai dari hulu hingga hilir, seperti lembaga keuangan yang
menyediakan kredit ataupun permodalan sebagai sarana pendukung
agribisnis perikanan seperti koperasi, bank, serta pedagang ikan yang
meminjamkan modal kepada nelayan.

LEMBAGA LEMBAGA PENDUKUNG PENGEMBANGA AGRIBISNIS

Keberadaan kelembagaan pendukung pengemban agribisnis nasional sangat


penting untuk menciptakan agribisnis indonesia yang tangguh dan kompetitif.
Lembaga-lembaga pendukung ini sangat dalam terciptanya integrasi agribisnis
dalam mewujudkan tujuan pengembangan agribisnis. Beberapa lembaga
pendukung pengembangan agribisnis Indonesia adalah:

1. Pemerintah
Pemerintah Indonesia memegang peran yang sangat penting dalam
menciptakan lingkungan usaha agribisnis yang kondusif dan mampu
mendukung pengembanganagribisnis yang tangguh. Lembaga pemerintah,
mulai dari tingkat pusat sampai daerah, memiliki wewenang regulasi
dalam menciptakan lingkungan agribisnis yang kompetitif dan adil.
2. Lembaga Keuangan
Lembaga pembiayaan agribisnis memegang peran yang sangat
penting dalam pengembangan usaha agribisnis, terutama dalam
penyediaan modal investasi dan modal kerja, mulai dari sektor hulu
sampai hilir. Pembiayaan bukan hanya dilakukan untuk produsen primer
usaha tani, perkebunan, peternakan perikanan, dan perhutanan),
pelampung juga usaha yang ada di hulu dan di hilir. Usaha yang berada di
hulu harus dibiayai untu memperlancar arus distribusi dan penyediaan
input-input pertanian, seperti usaha pembibitan dan penyediaan input-inpu
dan peralatan pertanian, seperti industri obat-obatan, industri pupuk,
industri peralatan pertanian, dan lembaga jasa distributor input-input dan
peralatan pertanian. Begitu juga sektor sampingan hilir, di samping
agroindustrinya juga lembaga - lembaga pemasaran yang tersaingin
produksi perdana, dan tersier.
Lembaga Perkreditan Untuk mengembangkan agribisnis perlu
adanya dukungan modal dari lembaga perkreditan. Kendala yang sering
dialami dalam usaha agribisnis adalah kurangnya modal atau investasi
perbankan. Investasi ini sangat menentukan bagi pengembangan
agribisnis. Bank Dunia menyebutkan bahwa selayaknya agribisnis dan
agroindustri diberi bunga lebih kecil dari 12 persen. Apabila agribisnis dan
agroindustri diberikan bunga di atas 12 persen maka tidak layak. Misalnya,
rata-rata bank umum di dalam negeri biasanya memberikan di atas 12
persen. Oleh karena itu dalam rangka mendukung pengembangan
agribisnis dan agroindustri di dalam negeri pembentukan bank khusus
untuk pertanian sangat tepat.
3. Lembaga Pemasaran dan Distribusi
Peranan lembaga pemasaran dan distribusi menjadi ujung tombak
keberhasilan pengembangan agribisnis, karena fungsinya sebagai
fasilitator yang menghubungkan antara deficit units (Konsumen pengguna
yang membutuhkan produk) dan surplus units (Produsen yang
menghasilkan produk). Lembaga pemasaran dan produksi juga memegang
peranan penting dalam memperkuat integrasi antar subsistem dalam sistem
agribisnis. Dengan demikian, pengembangan agribisnis yang terpadu harus
juga mampu memperkuat peranan dan memberdayakan lembaga
pemasaran dan distribusi secara efektif dan efisien.
4. Koperasi
Koperasi sebagai badan ekonomi rakyat, yang lahir sebagai
pengejawantahan kekuatan ekonomi anggotanya, memiliki peran yang
sangat penting dalam menghimpun kekuatan ekonomi anggota untuk
kemaslahatan bersama dengan asas kekeluargaan. Dalam hal ini
peranannya dalam pengembangan agribisnis, dapat dilihat dari fungsinya
sebagai penyalur input- input pertanian dan lembaga pemasaran hasil-hasil
pertanian Indonesia, kumpulan Koperasi Unit Desa (KUD) menjadi suatu
kekuatan untuk membantu pengembangan agribisnis, hampir di setiap desa
memiliki KUD.
5. Lembaga pendidikan formal dan informal
Pendidikan formal, terutama yang berbasiskan agribisnis dan ilmu-
ilmu pendukungnya, perlu memperoleh perhatian yang besar. Disadari
atau tidak disadari bahwa selama kurun waktu Pembangunan Jangka
Panjang Tahap Pertama (PJPTD pemberdayaan lembaga pendidikan
formal untuk mendukung sektor riil di bidang agribisnis sangat kurang.
Tidak dapat dipungkiri ketertinggalan Indonesia dibanding negeri jiran
(Malaysia) dalam hal pemberdayaan lembaga pendidikan formal dalam
mendukung pengembangan agribisnis cukup besar Universitas Putera
Malaysia telah melahirkan tenaga-tenaga terdidik yang mampu
menjadikan Malaysia sebagai raja dalam komoditas kelapa sawit. Begitu
juga Universitas Kasetsart, tanah, telah berhasil melahirkan tenaga-tenaga
terdidik di bidang agribisnis, dibuktikan dengan berkembangannya
agribisnis buahan dan hortikultura yang sangat pesat.
6. Lembaga Penyuluhan
Keberhasilan Indonesia berswasembada beras selama kurur waktu
10 tahun (1983-1992) merupakan hasil dari kerja keras para penyuluh
pertanian (PPL) yang dengan konsister memperkenalkan berbagaiprogram
peningkatan produksi pangar yang dicanangkan oleh pemerintah dan
membimbing dalam pelaksanaannya, seperti bimas, inmas, insus, supra
insus, dar lain-lain. Peranan PPL tersebut pada akhir-akhir ini menurur jadi
penataan dan upaya pemberdayaan kemba dengan deskripsi tugas yang
siap. Mungkin tidak lagi sebagai penyuluh penuh, lebih ke fasilitator dan
konsultan pertanian rakyat.
7. Lembaga Riset
Peranan lembaga riset untuk pengembangan agribisnis di Indonesia
belum menggembirakan dan sangat jauh ketinggalan indonesia yang
dulunya di banding negara-negara tetangga Indonesia yang dudlunya
berkiblat ke indonesia Hal ini merupakan suatu fenomena yang
memprihatinkan. Pemberdayaan lembaga riset dalam pengembangan
agribisnis perlu segera digerakkan dalam upaya meraih keunggulan
bersaing bagi produk-produk agribisnis indonesia dalam era bebas pasar.
Semua lembaga riset yang terkait dengan pengembangan agribisnis harus
menjadi ujung tombak bagi keberhasilan agribisnis indonesia yang
memiliki keunggulan mutu produk dan pengembangan diferensiasi dengan
produk sejenis yang diproduksi dari negara lain.
8. Lembaga Penanggungan dan Penjaminan Resiko
Risiko di bidang agribisnis tergolong besar, namun hampir
semuanya dapat diatasi dengan teknologi dan manajemen yang handal.
Namun demikian, dibutuhkan lembaga penjamin risiko yang mampu
menghilangkan kekhawatiran- kekhawatiran para pelaku bisnis untuk
terjun dibidang agribisnis. Asuransi pertanian sebagai salah satu lembaga
penjamin risiko agribisnis, sanga tepat untuk dikembangkan sejalan
dengan upaya aplikasi teknologi agribisnis yang semakin meningkat.
Selain itu, instrumen juga perlu dikembangkan guna memberikan sarana
penjaminan berbagai risiko dalam agribisnis dan industri pengolahannya.

Referensi:

Amruddin, A., Harniati, H., Permatasari, P., Rusdiyana, E., Trisnasari, W.,
Jannah, E. N., ... & Zulfiyana, V. (2021). Kelembagaan Agribisnis. Yayasan
Kita Menulis.

Intyas, C. A., & Abidin, Z. (2018). Manajemen Agribisnis Perikanan. Universitas


Brawijaya Press.

http://repository.itk.ac.id/3971/4/08161057_chapter_2.pdf

Mahfrudin, Z. R., Yuniarti, T., & Ruchimat, T. (2020). Kajian Potensi


Sumberdaya Perikanan di Kecamatan Sanden Kabupaten Bantul Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta. Marlin, 1(1), 47-56.

Anda mungkin juga menyukai