1. Sistem organisasi dari hubungan sosial yang terwujud
dari beberapa nilai umum dan cara dalam menyatukan beberapa kebutuhan dasar masyarakat 2. Bentuk formal budaya yang terdiri dari kumpulan kebutuhan kebutuhan sosial yang mendasar atau pokok Kelembagaan Agribisnis: Lembaga-lembaga yang mendukung kegiatan agribisnis yang dimulai dari subsistem sarana dan prasarana produksi, subsistem budidaya, subsistem pengolahan, dan subsistem pemasaran Kelembagaan Mandiri dan Bentukan Kelembagaan Mandiri: kelompok petani/peternak yang dibentuk atas dasar kepentingan yang sama dan dibentuk tanpa bantuan dari kelembagaan lainnya. Prosesnya bottom up Kelembagaan Bentukan: kelompok petani/peternak yang dibentuk karena diinisiasi oleh kelembagaan lain, misalnya oleh pemerintah ataupun LSM. Prosesnya top down Dapat membentuk koperasi untuk mendukung berbagai aktivitas kelompok Informasi menyebar secara merata ke setiap anggota kelompok Inovasi teknologi dapat dimanfaatkan oleh seluruh anggota, baik teknologi pembibitan, pakan, budidaya, pasca produksi dan sebagainya. Memudahkan dalam melakukan penyuluhan Memudahkan dalam mengakses berbagai program pemerintah Memudahkan dalam mengakses lembaga keuangan dalam rangka penguatan modal Memudahkan dalam pemeliharaan infrastruktrur atau sarana dan prasarana yang dibangun oleh kelompok Peranan lembaga pendukung agribisnis adalah menciptakan agribisnis Indonesia yang tangguh dan kompetitif. Lembaga pendukung agribisnis sangat menentukan dalam upaya menjamin terciptanya integrasi agribisnis dalam mewujudkan tujuan pengembangan agribisnis. Lembaga Pemerintah Lembaga Pembiayaan Lembaga Pemasaran dan Distribusi Koperasi Lembaga Pendidikan Formal Dan Informal Lembaga Penyuluhan Pertanian Lapangan Lembaga Riset Lembaga Penjamin dan Penanggungan Resiko 1. Pemerintah Lembaga pemerintah mulai tingkat pusat sampai tingkat daerah, memiliki wewenang, regulasi dalam menciptakan lingkungan agribinis yang kompetitif dan adil. Misalnya : dibentuknya BULOG yang berperan dalam menjaga stabilitas harga beras q Berperan sebagai penyedia modal investasi dan modal kerja, mulai dari sektor hulu sampai hilir. q Membuka akses yang seluas-luasnya bagi pelaku agribisnis kecil dan menengah. Pembiayaan usaha dapat diperoleh dari lembaga keuangan Bank dan Non Bank. Lembaga keuangan Bank merupakan lembaga keuangan yang dianggap memiliki produk- produk penghimpunan dan penyaluran dana yang paling lengkap. Lembaga keuangan Non Bank umumnya memiliki salah satu produk berupa penghimpunan dana saja atau penyaluran dana saja. Peranan : sebagai ujung tombak keberhasilan pengembangan agribinis, karena fungsinya sebagai fasilitator yang menghubungkan antara deficit unit (konsumen pengguna yang membutuhkan produk) dan surplus unit (produsen yang menghasilkan produk). q Pengalaman di banyak negara menunjukkan, koperasi telah terbukti memiliki kemampuan dan kinerja usaha yang baik. q Peranan lembaga ini dapat dilihat dari fungsinya sebagai penyalur input-input dan hasil pertanian. q Di Indonesia, perkembangan KUD terhambat karena KUD dibentuk hanya untuk memenuhi keinginan pemerintah, modal terbatas, pengurus dan pegawai KUD kurang profesional. Lembaga pendidikan berperan sangat besar dalam pengembangan agribisnis.
Tertinggalnya pendidikan akan menyebabkan agribisnis di
Indonesia juga tertinggal dibandingkan dengan negara lain, misalnya Malaysia sebagai raja komoditas sawit.
Universitas Kasetsart di Thailand telah berhasil melahirkan
tenaga-tenaga terdidik di bidang agribisnis, hal ini dibuktikan dengan berkembangnya agribisnis buah-buhan dan hortikultura yang sangat pesat. q Keberhasilan Indonesia berswasembada beras (1983-1992) dengan program Bimas, Inmas, Insus, dan Supra Insus.
Peranan lembaga penyuluhan akhir-akhir ini
menurun perlu penataan dan upaya pemberdayaan kembali.
Peranannanya bukan lagi sebagai penyuluh penuh,
melainkan lebih kepada fasilitator dan konsultan pertanian rakyat. Lembaga ini jauh ketinggalan jika dibandingkan dengan negara lain yang dahulunya berkiblat ke Indonesia.
Semua lembaga riset yang terkait dengan agribinis
harus diperdayakan dan menjadikan ujung tombak untuk menghasilkan komoditas yang unggul dan daya saing tinggi. Misalnya, Meksiko dapat memproduksi buah avokad yang warna daging buahnya kuning kehijau-hijauan, kulit buah bersih dan halus, dan bentuk buah yang besar dengan biji yang kecil. Risiko dalam agribisnis tergolong besar, namun hampir semuanya dapat diatasi dengan teknologi dan manajemen yang handal. Instrumen heading dalam bursa komoditas juga perlu dikembangkan guna memberikan sarana penjaminan bebagai resiko dalam agribisnis dan industri pengolahannya. Komponen pada sistem penunjang: 1. Perbankan: a. Pendukung subsistem hulu: Perbankan berperan sebagai pendukung pendanaan atas penciptaan bibit unggul dan penggunaannya oleh petani. Pendanaan dari perbankan selanjutnya dapat digunakan oleh para peneliti untuk pengembangan dan inovasi bibit unggul yang masih kurang pada budidaya buah naga. Pihak perbankan menyetujui pencairan dana oleh petani yang kekurangan dana dalam pembelian input produksi (modal untuk pembelian bibit dan pengadaan peralatan) pada budidaya buah naga. b. Pendukung subsistem usaha tani Pihak perbankan sebagai pihak konsultan atas penggunaan dana mereka oleh petani. Fokus pada pendanaan di awal produksi saja, pada beberapa bank penggunaan atas modal menjadi wilayah kerja mereka. Berperan sebagai pengawas atas modal yang digunakan. c.Pendukung subsistem hilir Pihak perbankan akan menjadi rujukan awal perusahaan distributor dan pengolahan untuk mendapatkan modal usaha. Permodalan ini selanjutnya akan digunakan sebagai biaya pengadaan atas faktor- faktor produksi. 2. Koperasi dan gabungan kelompok tani(gapoktan) a. Pendukung subsistem hulu Koperasi maupun gapoktan bisa melakukan sosialisasi atas mekanisasi pertanian buah naga. Menjadi agen bibit unggul yang bisa diintroduksi oleh petani. Agregasi atas modal, yaitu petani secara bersama mengadakan faktor-faktor produksi lalu digunakan secara bergiliran melalui sewa maupun dengan sistem semacam arisan b.Pendukung subsistem usaha tani Koperasi dan Gapoktan berperan sebagai pendamping usaha. Ada proses konsultasi, sebuah take-give antar petani dan gapoktan. Gapoktan menyediakan tenaga ahli untuk sosilaisai dan petani menggunakan sumber daya yang disediakan dan direkomendasiskan oleh gapoktan melalui koperasinya sebagi unit usaha. c. Pendukung subsistem hilir Secara langsung gapoktan dan koperasi bisa menjadi aktor di subsistem ini. Caranya adalah dengan menjadikan koperasi sebagai unit penampung, pengepak sekaligus penjual hasil usaha. Selanjutnya dengan adanya nilai tambah maka hal itu bisa dijadikan alternatif keringanan angsuran dan bunga atas pinjaman modal petani. Gapoktan pun bisa menjadi unit pengolahnya maupun membantu penyediaan dan pengadaan proses pengolahan atas hasil. Dengan mengadakan sosialisasi lalu setelah petani mendapat pengetahuan mereka bisa disatukan untuk menjadi sebuah perusahaan pengolahan seperti perusahaan dodol buah naga maupun sirup dan jus sari buah naga. 3. Transportasi a. Penudukung subsistem hulu Perusahaan transportasi merupakan sebuah kunci atas distristribusi faktor-faktor produksi yang umumnya berskala besar separti traktor, tiang penyangga maupun pupuk dan bibit yang dibutuhkan dalam jumlah banyak. Kesemuanya tak mungkin dapat digunakan apabila benda-benda itu tak dapat sampai ke petani untuk digunakan dari pabrik sebagai penyedia. b.Pendukung subsistem usaha tani Peran transportasi sebagai unit distribusi dari petani sebagai produsen kepada konsumen tingkat awal seperti perusahaan pengolahaan maupun masyarakat umum sebagai konsumen tingkat akhir. Ketepatan waktu distribusi sebagai fokus kunci, mengingat komoditas buah-buahan merupakan hasil hayati yang tak bisa dilepaskan dari proses biologis seperti busuk ditengah jalan. c. Pendukung subsistem hilir Pada subsistem hilir pengolahan transportasi berperan sebagai agen atas terdistribusinya mesin-mesin dan berbagai peralatan pengolahan buah naga. 4. Kebijakan pemerintah dan perundang-undangan a. Penunjang subsistem hulu Peran pemerintah pada subsistem ini diharapkan mampu membuat undang-undang yang melindungi terselenggranya kegiatan pertanian. Menciptakan undang-undang untuk mencetak lahan baru dalam pengusahaan buah naga melalui undang-undang pertanahan. Pengadaan mesin dan bibit unggul diharapkan dapat diusahakan secara mandiri. Pemerintah dapat mendorong percepatan penelitian dan produksi bibit buah naga sehingga petani tidak membutuhkan waktu lama dalam proses produksinya. b.Pendukung subsistem usaha tani Pemerintah harus memotivasi petani dengan pencegahan buah naga impor dan promosi serta penyediaan perangkat distribusi buah naga lokal yang secara kualitas mungkin lebih unggul. c. Pendukung subsistem hilir Mengadakan instansi yang menangani buah naga. melalui penanganan pelabelan dan pengepakan. Mendirikan perusahaan yang memproduksi hasil olahan buah naga seperti perusahaan sirup buah naga skala besar milik negara 5.Penelitian dan pendidikan a. Pendukung subsistem hulu Penelitian diutamakan pada pengadaan bibit unggul dan bagaimana memproduksinya secara masal agar mampu digunakan secara luas oleh petani. Di pihak pendidikan bisa dengan menyedikan tenaga yang mampu menyediakan proses produksi melalui lulusanya. b. Pendukung subsistem usaha tani Penelitian atas teknik bertanam buah naga, memacu produksi dapat dilakukan mengingat buah naga merupakan komoditas yang relatif baru untuk diusahakan. Pemetaan dan pengenalan jenis lahan yang sesuai dapat dijadikan kajian. Mendukung teknik penanganan buah naga saat panen agar buah tidak rusak dan mempunyai nilai tinggi. Mendukung inovasi dalam mekanisasi pertanian c. Pendukung subsistem hilir Para inovator bisa menmberikan teknik pengolahan tingkat lanjut atas bauh saat terjadi panen agar harga tidak jatuh. Juga bagaimana buah dipak, dilabel dan pengawetan atas buah merupakan peluang penelitian. Bagaimana memotong pola distribusi antara petani dan konsumen itulah yang dicari penyelesiannya.