Manajemen Agribisnis tidak hanya menjelaskan fenomena maupun fakta yang terjadi
dalam agribisnis yang didasari ilmu ekonomi dan atau ilmu ekonomi pertanian saja namun
selanjutnya berhubungan juga dengan teori pengambilan keputusasn.
Manajemen Agribisnis tidak hanya berkisar pada usaha tani (on-farm agribusiness)
saja namun juga berhubungan dengan Agribisnis hulu (up-stream agribusiness) juga dengan
agribisnis hilir (down-stream agribusiness) dan jasa pendukung/penunjang (agro-institution
and agro-service).
Pemahaman dan penguasaan teori ekonomi dan teori pengambilan keputusan apakah
akan menjamin kemampuan manajemen agribisnis yang handal? hal ini baru merupakan
syarat awal yang dibutuhkan (necessary condition) sedangkan untuk menjadi manajer
agribisnis yang handal harus ditambahkan pemahaman tentang karakteristik dari agriisnis
sebagai syarat kecukupan (sufficient condition).
KOPERASI AGRIBISNIS
PERANAN KOPERASI DALAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS
Dewasa ini globalisasi telah merubah masyarakat petani menjadi masyarakat industri.
Perubahan ini sedikit banyak menyebabkan pertanian Indonesia cenderung terpinggirkan.
Koperasi sebagai lembaga yang menjunjung nilai-nilai keadilan dan kebersamaan, akan
memegang peran kritis terutama dalam membentuk dan menggerakkan perubahan-perubahan
dalam globalisasi, serta dapat berjalan beriringan dengan pelaku ekonomi masyarakat lainnya
sehingga koperasi memegang peran kunci dalam beberapa hal terutama untuk menciptakan
era globalisasi yang berkeadilan.
Agribisnis diartikan sebagai sebuah sistem yang terdiri dari unsur-unsur kegiatan: (1)
pra-panen, (2) panen, (3) pasca-panen dan (4) pemasaran. Sebagai suatu sistem, kegiatan
agribisnis tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, saling menyatu dan saling terkait.
Terputusnya salah satu bagian akan menyebabkan timpangnya sistem tersebut. Agribisnis
merupakan konsep yang memandang secara holistik kaitan antara berbagai subsistem, yaitu
on-farm agribusiness dan off-farm agribusiness yang meliputi up-stream agribusiness dan
down-stream agribusiness. On-farm agribusiness meliputi semua aktivitas yang berhubungan
dengan subsistem produksi, sedangkan up-stream agribusiness berkaitan dengan aktivitas
subsistem sarana produksi. Sementara down stream agribusiness menyangkut sistem
pengolahan dan pemasaran. Keseluruhannya ini disokong oleh subsistem penunjang, seperti
R and D dan finansial.
Sejauh ini, sebagai pelaku on-farm agribusiness posisi petani sangat lemah. Dengan
kepemilikan lahan yang sempit, keterampilan yang kurang, adopsi teknologi yang rendah,
penguasaan pasar dan informasi pasar serta akses ke lembaga keuangan yang lemah,
membuat petani selalu menjadi bulan-bulanan pengusaha penyedia sarana produksi dan para
tengkulak. Padahal, dari hasil penelitian sudah jelas jika penghasilan dari on-farm
agribusiness sangat rendah. Karena lemahnya penanganan pascapanen, value added (50-
70%) usaha pertanian jadi dinikmati oleh pihak lain, dan bukan petani.
Dalam pemilihan varietas/ benih misalnya, akibat varietas/ benih yang ditanam
berbeda-beda, membuat waktu pemupukan maupun pengendalian hama/ penyakit yang
berbeda di antara petakan-petakan petani. Dengan penyatuan areal, pengendalian hama/
penyakit akan jauh lebih efektif jika dilakukan serempak dalam satu hamparan. Pengendalian
individual petak-sepetak sawah tidak akan banyak berhasil karena cuma mengusir hama/
penyakit dari satu petak ke petak lain. Dengan penyatuan sawah menjadi sebuah hamparan
akan memungkinkan dilaksanakannya prinsip-prinsip manajemen input terpadu yang
berintikan pola just in time mulai dari turunnya modal, tanam, pemupukan, panen hingga
pemasaran. Kecil sekali peluang harga jatuh ketika panen. Peluang semacam ini tidak terjadi
jika pemilihan varietas dikoordinasi/ disatukan.
Dalam pengadaan sarana produksi, koperasi bisa menjadi titik distribusi dari
perusahaan/ BUMN pemasok sarana produksi. Misalnya, benih dari PT Sang Hyang Seri,
pupuk langsung dari gudang Pusri, pestisida langsung dari produsen/ formulator. Harganya
pasti lebih murah. Ini sangat mungkin karena skala ekonomi dapat terpenuhi. Dari satu
hamparan 1.000 hektar setidaknya dibutuhkan benih 25 ton dan pupuk urea 400 ton.
Manajemen input terpadu oleh koperasi juga bisa berperan menangani pergudangan
dan pengeringan yang diperlukan. Dengan cara ini, lewat koperasi petani akan punya opsi
kapan harus menjual produknya dengan harga yang paling menguntungkan. Dengan
manajemen ini kecil kemungkinan terbukanya peluang petani dipermainkan tengkulak.
Ada beberapa hal yang bisa disarankan dalam rangka upaya pengembangan usaha
agribisnis yang dapat diterapkan sebagai alternatif peningkatan kualitas koperasi, yaitu
sebagai berikut :