Oleh :
Kelas : D
Fahmia Maratus Tsanie (0810483059)
Frita Agnesia (0810483061)
Frizal Amy O. (0810483062)
Galang Bumi P. (0810483063)
Gepy Misatri Putra (0810483064)
Kurniawan Robby Y. (0810483067)
Maulana Zulkarnain (0810483068)
Novinda Pratiwi (0810483070)
Putri Istianingrum (0810483072)
Putrie Rahayu (0810483073)
Tanah merupakan salah satu faktor produksi pertanian dan media tumbuh
tanaman. Vertisol tersebar luas pada daratan dengan iklim tropis dan subtropis. Adapun
karakteristik yang dimiliki oleh tanah vertisol, antara lain:
- Jenis tanah yang berwarna abu-abu gelap hingga kehitaman,
- Bertekstur liat liat dengan kandungan fraksi liat tinggi 30% pada horizon permukaan
sampai kedalaman 50 cm dan didominasi jenis lempung montmorillonit.
- Mempunyai slinckenside, dan rekahan yang secara periodik dapat membuka dan
menutup.
- Reaksi tanah agak masam sampai alkalis.
- Kandungan bahan organik lapisan atas kurang sampai sedang, tetapi di lapisan
bawahnya sangat rendah, potensi kesuburan alami tanah vertisol tinggi sampai sangat
tinggi.
- Tanah ini memiliki lapisan solum tanah yang agak dalam atau tebal, yaitu antara
100-200 cm.
- Sifat fisik tanah mengembang pada musim kemarau dan mengkerut pada musim
hujan.
Jagung ini kebanyakan ditanam di dataran rendah, baik sawah tadah hujan maupun
sawah irigasi. Sebagian terdapat juga di daerah pegunungan pada ketinggian 1000-1800
m di atas permukaan laut.
1) Tanah
Tanah yang dikehendaki adalah gembur dan subur, kerana tanaman jagung
memerlukan aerasi dan pengairan yang baik. Jagung dapat tumbuh baik pada
berbagai macam tanah. Tanah lempung berdebu adalah yang paling baik bagi
pertumbuhannya. Tanah-tanah berat masih dapat ditanami jagung dengan pengerjaan
tanah lebih sering selama pertumbuhannya, sehingga aerasi dalam tanah berlangsung
dengan baik.
Air tanah yang berlebihan dibuang melalui saluran pengairan yang dibuat
diantara barisan jagung. Kemasaman tanah (pH) yang terbaik untuk jagung adalah
sekittir 5,5 – 7,0. Tanah dengan kemiringan tidak lebih dari 8% masih dapat ditanami
jagung dengan arah barisan tegak lurus terhadap miringnya tanah, dengan maksud
untuk mencegah keganasan erosi yang terjadi pada waktu turun hujan besar.
2) Iklim
Faktor-faktor iklim yang terpenting adalah jumlah dan pembagian dari sinar
matahari dan curah hujan, temperatur, kelembaban dan angin. Tempat penanaman
jagung harus mendapatkan sinar matahari cukup dan jangan terlindung oleh pohon-
Pohonan atau bangunan. Bila tidak terdapat penyinaran dari matahari, hasilnya akan
berkurang. Temperatur optimum untuk pertumbuhan jagung adalah antara 23 – 27 C.
dan kelembaban yang cocok untuk pertumbuhan tanaman jagung adalah 80%.
3) Karakteristik/kualitas lahan
Kerapatan lindak/densitas yang ideal untuk lapisan atas adalah 1,25 g/cm3
atau kurang. Erosi dan berkurangnya kandungan bahan organik meningkatkan
densitas lapisan atas tanah. Densitas (kerapatan lindak) yang ideal untuk lapisan
bawah tanah adalah 1,4 g/cm3 atau kurang. Perakaran jagung sulit melakukan
penetrasi pada tanah jika densitas melebihi 1,65 g/cm3.
Tingkat kemasaman tanah yang baik untuk tanaman jagung adalah pada pH
6,8. Kemasaman tanah erat kaitannya dengan hubungannya dengan ketersediaan
unsur-unsur hara tanaman.
Perakaran berkembang dari lapisan atas tanah kedalam lapisan bawah tanah
untuk mencari unsur hara. Karakteristik lapisan bawah tanah seperti pasir kasar,
lapisan tanah dangkal, tingginya densitas tanah, dan kandungan liat melebihi 42
persen dapat membatasi perpanjangan dan perkembangan akar. Dengan demikian,
kedalaman perakaran berpengaruh langsung ke produksi.
Pengelolaan Air
Kegagalan kegagalan yang diakibatkan oleh penyimpangan hujan mengharuskan
kita untuk dapat mengelola air secara baik, agar semua tanaman yang diusahakan dapat
kecukupan air. Salah satu cara untuk memanen hujan yang efisien adalah melalui
konservasi air dengan cara memanfaatkan air hujan yang jatuh ke permukaan tanah
dengan optimal. Menurut Agus et al. (2005) ada dua pendekatan yang dapat ditempuh
untuk mengefisienkan penggunaan air hujan yaitu melalui pemilihan tanaman yang
sesuai dengan keadaan iklim dan melalui teknik konservasi air seperti penggunaan
mulsa, gulud, dan teknik olah tanah.
- Penggunaan Mulsa: Kebiasaan ini sangat menguntungkan karena sesuai dengan
prinsip pengelolaan air. Mulsa jerami yang ada di permukaan tanah mempunyai
manfaat mempertahankan kelancaran aerasi tanah sehingga kebutuhan tanaman
terhadap oksigen tidak terganggu.
- Bedengan/Guludan: Parit dimaksudkan untuk drainase (patusan) agar tanaman
kedelai dan kapas tidak tergenang. Bedengan dimaksudkan untuk menahan air aliran
permukaan, sehingga memberikan peluang infiltrasi lebih besar. Air yang terinfiltrasi
meningkatkan cadangan air pada profil tanah dan air tersebut dapat digunakan oleh
tanaman untuk proses transpirasi, fotosintesis, dan respirasi.
- Teknik Tanpa Olah Tanah: Tanam palawija yang dilakukan dilakukan tanpa
pengolahan tanah dan cara semacam ini merupakan tindakan konservasi air yang
dapat dilanjutkan, karena sesuai dengan teknik pengelolaan air yang benar. Tanpa
olah tanah yang disertai dengan tambahan mulsa bekas tanaman sebelumnya akan
memperkaya bahan organik tanah sekaligus memperkecil evaporasi sehingga air
dapat dimanfaatkan secara maksimal. Fungsi bahan organik juga dapat memperbaiki
agregat tanah, menghalangi penyumbatan pori tanah, sehingga infiltrasi air tetap
baik.
- Tumpang sari tanaman jagung dengan tanaman legum yang dapat meningkatkan
aktivitas mikroba dalam tanah.