Dosen Pengampu:
Oleh:
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini.
Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Indri Hendarti, M.Sc
selaku dosen pengampu mata kuliah Pengendalian Hama Tanaman, yang senantiasa
membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
I. PENDAHULUAN....................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................................1
B. Tujuan....................................................................................................................................2
II. PEMBAHASAN.....................................................................................................3
A. Klasifikasi Belalang Kembara........................................................................................3
B. Morfologi..............................................................................................................................4
C. Siklus Hidup.........................................................................................................................5
D. Gejala Serangan.................................................................................................................5
E. Cara Pengendalian............................................................................................................6
III. PENUTUP.............................................................................................................9
A. Kesimpulan...........................................................................................................................9
B. Saran......................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................10
ii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
tingkat kepadatan populasi, proses transformasi polimorfik belalang kembara
juga dipengaruhi oleh pola curah hujan yang sesuai dengan perkembangan
populasi hama belalang kembara.
Belalang kembara merupakan serangga yang aktif pada siang hari, pada
pagi hari belalang terbang dan berputar-putar untuk mencari tempat yang sesuai
dan pada senja harinya akan hinggap pada tempat tersebut. Belalang akan
menempati bagian tanaman yang merupakan tempat yang cocok agar
kelangsungan hidupnya terpenuhi. (Adnan, 2009).
Kerusakan tanaman dipengaruhi oleh kemampuan makan belalang
kembara yang sangat bergantung pada jenis tanaman serta kualitas dan kuantitas
nutrisi pakan. Bahan pakan sangat diperlukan serangga untuk menjalankan
kehidupan, tumbuh dan berkembang, serta meneruskan keturunannya (Nation,
2008). Tanaman yang cenderung lebih disukai oleh hama belalang kembara
adalah terutama dari famili graminae dan salah satu tanaman yang sangat
disukainya adalah tanaman jagung (Sudarsono, 2003). Tanaman jagung
merupakan tanaman semusim (annual) dan siklus hidupnya relatif singkat yaitu
hanya satu kali panen (Purwomo & Hartono, 2007).
Tanaman jagung biasanya tidak dapat memproduksi dengan maksimal,
hal ini dikarenakan tanaman jagung sering diserang hama dan penyakit. Salah
satu diantaranya adalah hama belalang kembara yang diketahui dapat menyerang
pada seluruh fase pertumbuhan tanaman jagung baik fase vegetatif maupun
generatif (Adnan, 2009).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis berkeinginan untuk
mengkaji lebih mendalam terkait belalang kembara sehingga dapat menentukan
pengendalian yang tepat dan efektif agar dapat meminimalkan keugian akibat
serangan hama tersebut
B. Tujuan
2
II. PEMBAHASAN
3
B. Morfologi
4
terbang yang semula dimulai pada malam hari (soliter) kemudian berubah
menjadi saat siang hari dengan peningkatan jangkauan dan lama waktu terbang
(Sudarsono, 2003).
Selain perubahan sifat yang segera terjadi pada populasi yang ada,
terdapat juga perubahan sifat-sifat biologis belalang yang baru terlihat pada
populasi generasi berikutnya. Perubahan-perubahan ini antara lain bentuk dan
morfologi tubuh, jumlah ovariol, berat tubuh, ukuran nimfa, jumlah fase nimfa,
lama hidup, dan beberapa karakteristik biologis lainnya.
C. Siklus Hidup
Siklus hidup dimulai dari telur, telur yang baru dioviposisi berwarna
putih lalu berubah menjadi kuning. Telurnya terdapat dalam suatu paket seperti
bahan berupa buih yang cepat mengering yang dikeluarkan pada waktu bertelur.
Saat bertelur betina membuat lubang di dalam tanah. Nimfa yang baru menetas
biasanya masih diselimuti oleh selaput telur yang kemudian dilepaskannya.
Nimfa pada fase soliter berwarna hijau atau coklat. Fase gregarius nimfa
berwarna kemerah-merahan/oranye/kecoklat-coklatan dengan pola warna dua
garis horizontal hitam atau dua strip di belakang mata majemuk, memiliki dua
garis memanjang pada pronotum dan bakal sayap dan juga pada lateral dan
dorsal abdomen individu dewasa pada densitas rendah kepala relatif sempit,
pronutum kepala tinggi, femur belakang panjang. Pada densitas tinggi kepala
lebih lebar, pronotum kepala rendah, femur lebih pendek dari sayap, warna
tubuh coklat/kecoklatan dan abdomen lebih besar (betina), jantan warna tubuh
kekuning-kuningan, lebih lancip tubuhnya dan lebih aktif dari betina (Agus,
2017)
D. Gejala Serangan
5
Penelitian Surachman & Suryanto tahun 2007, menunjukkan bahwa
belalang imago memakan bagian tepi daun, sementara nimfanya memakan
tulang-tulang daun sehingga menimbulkan lubang pada daun. Serangan hama
belalang mulai menyerang tanamanjagung pada umur 10 hari setelah tanam,
serangan meningkat terjadi pada umur 30- 45 hari setelah tanam. Pada umur 60
hari setelah tanam serangan hama belalang tidak bertambah, peningkatan
serangan pada umur 30-45 hari diduga terjadi akibat perubahan musim dari
musim kemarau ke musim penghujan. Awal masuk musim penghujan tetap
terjadi peningkatan serangan dikarenakan curah hujan yang relatif masih rendah.
E. Cara Pengendalian
6
Ditujukan terhadap hama yang dalam siklus hidup
mempunyai fase di dalam tanah. Contoh: Larva famili Scarabaeidae,
larva penggerek batang padi putih (pada pangkal padi). Perlunya
pengolahan tanah dikarenakan ada serangga yang sebagian atau
seluruh hidupnya berada di dalam tanah, yang amat dipengaruhi oleh
tekstur dan struktur tanah, komposisi kimiawi tanah, kelembaban
dan suhu tanah, serta adanya organisme tanah lainnya. Dengan
pengolahan tanah yang baik, hama-hama tersebut bisa terbunuh atau
terhambat perkembangannya karena terkena sengatan matahari,
dimakan predator di permukaan tanah, atau terbenam jauh ke dalam
tanah.
c. Benih sehat
Cara-cara pengendaliannya sebagai berikut:
1) Bibit atau biji serta benih yang sehat atau bebas sejak semula
2) Melakukan disinfested dari bibit (biji)
3) Pembersihan benih
4) Pengaturan waktu tanam bagi tanaman untuk menghasilkan
benih
2. Pengendalian secara biologis
Serangga atau hama lainnya secara alamiah memiliki musuh alami
berupa predator, parasit, patogen dan musuh organisme sejenis. Musuh
alami ini dapat mempengaruhi perkembangan populasi suatu hama dan
dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan hama yang lazim di sebut
pengendalian hama secara biologis (Jokorohayadi, 2019).
3. Pengendalian secara mekanik
Pengendalian mekanik dapat dilakukan dengan gropyokan, dengan
cara menangkap belalai beramai-ramai menggunakan jaring atau alat lain
untuk mengumpulkan belalang baik yang dapat ditangkap hidup atau mati
(Sri, Trisnaningsih, Harnoto, 2005).
4. Pengendalian secara kimia
Pengendalian secara kimia dilakukan dengan cara penyemprotan
bahan kimia pada stadia instar muda, karena nimpa instar 1 dan 2 belum
7
aktif bergerak (Sri, dkk. 2005). Dalam pengendalian hama secara kimia
dapat menggunakan pestisida nabati untuk menggantikan perstisida sintetis,
contoh pestisida Insektisida dieldrin, Fenitrothion, Fenobukarb dan Fipronil.
8
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Belalang merupakan salah satu hama yang sangat merugikan bagi petani.
Namun demikian, hendaklah dalam upaya pengendalian hama belalang kembara
ini didasarkan pada prinsip pengendalian hama tanaman secara terpadu supaya
selain mencegah serangan hama juga dapat menjadi salah satu cara dalam
menjaga kelestarian lingkungan.
9
DAFTAR PUSTAKA
Hamim, S. 2003. Hama Belalang (Locusta Migratoria Manilensis Meyen): Fakta Dan
Analisis Awal Ledakan Populasi Di Provinsi Lampung. Lampung
Ikeda, K., & A. Inaba. 1972. Ilustrated Animal Anatomy. Tokyo : Morikita Shuppan,
Co. Ltd. Tokyo.
Nation, James L. (2008). Insect Physiology and Biochemistry. Boca Raton (US):
CRC Press
Rhode, B.E. & Crosby, T.K. (2012). Migratory Locust (Locusta migratoria).
http://www.padil.gov.au. Diakses pada Tanggal 21 Mei 2023
Sudarsono, Hamim. (2008). Pengaruh Lama Periode Kering dan Intensitas Curah
Hujan Terhadap Penetasan Belalang Kembara (Locusta migratoria manilensis
Meyen).J. HPT Tropika, 8(2): 117-122
10
Sudarsono, Hamim., Rosma Hasibuan, dan Damayanti Buchori. (2005). Biologi dan
Transformasi Belalang Kembara Locusta migratoria manilensis Meyen
(Orthoptera: Acrididae) pada Bebebapa Tingkat Kepadatan Populasi di
Laboratorium. J. HPT Tropika, 5(1): 24-31
Surachman, E. & A.W. Suryanto. 2007. Hama Tanaman Pangan, Hortikultura, dan
Perkebunan Masalah dan Solusinya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
11