Disusun oleh :
Isnani Eliyana ( 2106110542)
AGRIBISNIS-C
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
“Identifikasi Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura. F)” pada mata kuliah Teknologi
Perlindungan Tanaman. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu yakni
Dr. Hafiz Fauzana, S.P, M.P. yang telah banyak memberikan bimbingan, petunjuk dan
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih banyak kekurangan,
baik dari segi isi, penulisan maupun kata-kata yang digunakan. Oleh karena itu, segala kritik
dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan Makalah ini lebih lanjut, akan penulis
terima dengan senang hati. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak
Tidak ada yang pantas diberikan, selain belasan dari Tuhan Maha Kuasa untuk
kemajuan kita semua dalam menghadapi masa depan nanti. Akhirnya penulis sangat
mengharapkan agar Makalah ini bermanfaat bagi kita semua baik untuk masa kini maupun
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................2
1.3 Tujuan yang Ingin Dicapai...............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
2.1. Aktivitas Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura)............................................................3
2.2. Klasifikasi Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura).........................................................4
2.3. Morfologi Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura).........................................................4
2.4. Bioekologi hama Ulat Grayak (Spodoptera litura).........................................................8
2.5. Kerusakan Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)....................................................9
2.6. Pengendalian Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura F)...............................................11
BAB III PENUTUP................................................................................................................15
3.1. Kesimpulan....................................................................................................................15
3.2. Saran..............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
merupakan salah satu pusat keanekaragaman hayati di dunia, sehingga Indonesia disebut
genetik) yang berada dalam setiap jenisnya (Suhartini, 2009). Keanekaragaman serangga
merupakan salah satu bentuk kekayaan hayati di Indonesia yang diperkirakan mencapai
ratusan ribu jenis serangga, namun belum semua jenis serangga diketahui jenisnya termasuk
Serangga memegang peranan yang sangat penting bagi ekosistem, peranan tersebut
dapat menguntungkan maupun merugikan. Peran serangga yang merugikan yaitu serangga
disebut sebagai hama. Pelukaan tanaman oleh serangga dilakukan antara lain dengan cara:
mengamati serangga lain, dan pengantar penyakit (Untung, 2010). Kerusakan ini dapat
menyebabkan turunnya nilai ekonomis serta menurunkan mutu bahkan dapat menyebabkan
kematian pada tanaman yang terserang. Salah satu serangga atau hama yang dapat
menyebabkan kerugian pada tanaman adalah hama Ulat Grayak. Hama ini banyak dijumpai
di negara Indonesia dan banyak merugikan tanaman di Indonesia khususnya pada tanaman
1
1.2 Rumusan Masalah
5. Bagaimana kerusakan yang disebabkan oleh hama Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Tujuan yang ingin dicapai dari makalah ini diantaranya sebagai berikut:
5. Untuk mengetahui kerusakan yang disebabkan oleh hama Ulat Grayak (Spodoptera
litura)
2
BAB II
PEMBAHASAN
Ulat grayak merupakan serangga hama dengan tanaman inang yang sangat beragam,
baik tanaman pangan maupun hortikultura, bahkan pada tumbuhan yang tidak dibudidayakan.
Sifat polifag hama ini menyebabkan hama mudah ditemukan di mana pun selama tanaman
inangnya tersedia. Beberapa tanaman inang ulat grayak yang telah diketahui adalah tanaman
kacang-kacangan, tembakau, jarak, cabai, tomat, kapas, bunga matahari, bayam, tebu, kubis,
kedelai, kacang tanah, jagung, buncis, terung, kangkung, pisang, dan tanaman hias (Marwoto
dan Suharsono, 2008; Yadav et al. 2012), mulberry, okra, cowpea, dan ubijalar (Narvekar et
al. 2018).
Ulat grayak termasuk hama yang memiliki metamofosis sempurna. Siklus hidup S.
litura mulai dari telur sampai imago berkisar 30 sampai 60 hari (Marwoto dan Suharsono
2008). Fase yang berperan menjadi hama adalah fase larva. Fase ngengat memegang peranan
cukup penting karena satu ekor ngengat dapat memproduksi generasi ulat grayak dalam
jumlah besar. Ngengat aktif pada malam hari, meletakkan telur pada bagian bawah dan atas
permukaan daun dalam bentuk kelompok dengan jumlah 350 butir telur dan ditutupi bulubulu
Pada kondisi normal, dalam satu tanaman akan ditemukan empat kelompok telur dan
200 larva. Pada kondisi pandemi ulat grayak, jumlah massa telur dalam satu tanaman dapat
mencapai 15 kelompok dengan jumlah larva 400 hingga 500 per tanaman (Yadav et al. 2012).
Pada umur tiga hingga lima hari telur menetas dan larva tinggal menetap pada tempat yang
sama dan memakan daun di sekitarnya (Ahmad et al. 2013; BPTP Sulsel 2015).
3
Larva berwarna hijau pucat dengan kepala berwarna hitam pekat dan memiliki dua
bintik hitam di ruas perut. Periode larva instar I berlangsung dua hingga tiga hari. Larva
instar I dan II memakan bagian epidermis daun sehingga lamina daun menjadi tipis,
selanjutnya setiap individu larva mulai menyebar ke bagian lain tanaman. Fase larva terdiri
dari lima instar, dan instar III, IV dan V merupakan pemakan yang aktif dengan memakan
seluruh bagian daun dan hanya menyisakan tulangtulang daun. Fase ulat berlangsung selama
12-15 hari, selanjutnya masuk ke fase kepompong (Fattah dan Ilyas 2016).
(Zheng et al. 2011), dengan warna awal pucat kekuningan dan berubah menjadi coklat
kemerahan, dan fase ini berlangsung selama 7-8 hari (BPTP Sulsel 2015; Ramaiah dan
Maheswari 2018).
Menurut Integrated Taxonomic Information System (ITIS) (2019), FAW atau ulat
4
Umumnya larva S. litura mempunyai titik hitam arah lateral pada setiap abdomen.
Larva muda berwarna kehijau-hijauan, instar pertama tubuh larva berwarna hijau kuning,
panjang 2,0 sampai 2,74 mm dan tubuh berbulu-bulu halus, kepala berwarna hitam dengan
dengan lebar 0,2-0,3 mm. Instar kedua, tubuh berwarna hijau dengan panjang 3,75-10,0 mm,
bulu-bulunya tidak terlihat lagi dan pada ruas abdomen pertama terdapat garis hitam
meningkat pada bagian dorsal terdapat garis putih memanjang dari toraks hingga ujung
abdomen, pada toraks terdapat empat buah titik yang berbaris dua-dua. Larva instar ketiga
memiliki panjang tubuh 8,0-15,0 mm dengan lebar 0,5-0,6 mm (Desy dkk, 2013).
Pada bagian kiri dan kanan abdomen terdapat garis zig-zag berwarna putih dan
bulatan hitam sepanjang tubuh. Instar keempat, kelima dan keenam agak sulit dibedakan.
Untuk panjang tubuh instar keempat 13-20 mm, instar kelima 23-35 mm, dan instar keenam
35-50 mm. Mulai instar keempat warna bervariasi, mempunyai kalung/bulan sabit berwarna
hitam pada segmen abdomen yang keempat dan kesepuluh (Hera, 2007).
Pada sisi lateral dan dorsal terdapat garis kuning. Ulat Spodoptera litura yang baru
menetas berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklat-coklatan. Ulat
berkepompong dalam tanah, membentuk pupa tanpa rumah pupa (kokon) berwarna coklat
kemerahan dangan panjang sekitar 1,6 cm. Imago berupa ngengat dengan warna hitam
kecoklatan, pada sayap depan ditemukan spot-spot berwarna hitam dengan strip-strip putih
5
Gambar 2.2 Siklus hidup hama Ulat Grayak
1. Telur
Imago betina meletakkan telur pada malam hari, telur diletakkan secara
berkelompok pada permukaan daun tanaman bawang merah dan telurnya berbentuk oval.
Kelompok telur di tutupi oleh rambut-rambut yang halus yang berwarna putih, kemudian
telur berubah menjadi kehitam-hitaman pada saat akan menetas. Telur diletakkan pada malam
hari secara berkelompok, dalam satu kelompok telur terdapat kurang lebih 80 butir telur,
yang diletakkan pada permukaan daun, peletakan telur selain pada daun bawang dan juga
pada gulma yang tumbuh disekitar pertanaman bawang merah. Seekor serangga betina dapat
menghasilkan kurang lebih 2000 sampai 3000 butir telur. Dalam suatu kelompok telur
terdapat 30-100 butir bahkan dapat mencapai 350 butir. Telur-telur dapat menetas dalam
waktu 2-5 hari dan telur umumnya menetas pada pagi hari (Rahayu dan Nur Berlian, 2004).
Seekor ngengat betina dapat meletakkan telur 2000-3000 telur. Telur berbentuk
hampir bulat dengan bagian datar melekat pada daun (kadang-kadang tersusun dua lapis),
yang bentuknya bermacam-macam pada daun atau bagian tanaman lainnya (Rahayu dan Nur
Berlian, 2004).
Kelompok telur tertutup bulu seperti beludru yang berasal dari bulu-bulu tubuh
bagian ujung ngengat betina. Ulat yang telah menjadi kepompong dalam tanah, membentuk
6
pupa tanpa rumah pupa (kokon), berwarna cokelat kemerahan dengan panjang sekitar 1,6 cm.
Siklus hidup berkisar antara 30-60 hari. Lama stadium telur 2-4 hari, larva yang terdiri dari 6
instar adalah 20-46 hari, sadangkan stadia pupa berkisar 8-11 hari (Ardiansyah, 2007).
Ulat Spodoptera litura yang baru menetas berwarna hijau muda, bagian sisi tubuh
berwarna cokelat tua atau hitam kecoklatcokelatan dan hidup secara berkelomok. Larva
menyebar dengan menggunakan benang sutera dari mulutnya. Beberapa hari kemudian
tergantung ketersediaan makanan. Hama ini, pada siang hari bersembunyi dalam tanah
(tempat yang lembab) dan menyerang tanaman pada malam hari. Biasanya ulat berpindah
2. Larva
Spodoptera litura larva instar satu biasanya hidup secara bergerombol di sekitar
perkembangannya. Larva instar satu teruta mamenyebar kebagian pucuk-pucuk tanaman dan
membuat lubang gerekan pada daun, kemudian masuk kedalam kapiler daun. Larva
mengalami perubahan warna sesuai dengan perubahan instar yang dialaminya. Larva instar
satu biasanya berwarna hijau muda, kemudian berubah menjadi hijau tua saat memasuki
instar dua. Pada larva instar tiga dan empat warnanya menjadi hijau kehitam-hitaman pada
bagian abdomen, pada abdomen terdapat garis hitam yang melintang. Pada saat larva
memasuki instar lima warnanya berubah menjadi coklat muda. Larva instar satu mempunyai
panjang sekitar 1,2-15 mm, larva instar dua 2,5-3 mm, larva instar tiga 6,2-8 mm, larva instar
3. Pupa
7
Pupa Spodoptera litura pertama-tama berwarna coklat muda, kemudian pada saat
menjadi imago berubah menjadi coklat kehitam-hitaman pupa berada dalam tanah pada
kedalaman kurang lebih 10 cm. Proses pembentukan pupa terjadi di tanah, pupa rium
dibentuk dari pasir dan partikel tanah yang disatukan dengan cairan yang keluar dari mulut
yang mengeras ketika kering. Panjang pupa berkisar antara 9 sampai 12 mm stadium pupa
berkisar antara 8 sampai 12 hari tergantung dari ketinggian tempat di permukaan laut (Klana,
2011).
4. Imago/ Ngengat
jarak rentang sayapnya berkisar antara 25 sampai 30 mm. Sayap bagian depan berwarna putih
keabu-abuan. Pada bagian tengah sayap depan terdapat tiga pasang bintik-bintik yang
berwarna perak. Pada bagian sayap belakang berwarna putih dan pada bagian tepi sayap
sampai 3 hari, bahkan diperpanjang lebih dari 3 sampai 7 hari dan imago Spodoptera litura,
stadianya berkisar antara 9 sampai 10 hari (Klana, 2011). Sayap ngengat Spodoptera litura
bagian dan berwarna cokelat atau keperak-perakan, sayap belakang berwarna keputihputihan
dengan bercak hitam. Malam hari ngengat dapat terbang sejauh lima kilometer.
Perkembangan ulat grayak bersifat metamorfosis sempurna, terdiri atas stadia ulat,
kepompong, ngengat dan telur. Ulat daun bawang (Spodoptera litura (Hübner) mempunyai
beberapa variasi warnaya itu hijau, cokelat muda, dan hitam kecoklatan. Ulat yang hidup di
dataran tinggi umumnya berwarna coklat. Panjang ulat penggerek daun ini sekitar 2,5 cm.
Sejak telur menetas menjadi ulat, berkepompong, lalu menjadi serangga dewasa
membutuhkan waktu kurang lebih 23 hari (Rahayu dan Nur Berlian, 2004).
8
2.5. Kerusakan Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)
Ulat grayak (Spodoptera litura F.) termasuk dalam ordo lepidoptera, merupakan
hama yang menyebabkan kerusakan yang serius pada tanaman budidaya di daerah tropis dan
sub tropis. (Haryanti dkk., 2006). Ulat grayak memakan daun tanaman hingga daun
(Spodoptera litura F.) termasuk dalam ordo lepidoptera, merupakan hama yang menyebabkan
kerusakan yang serius pada tanaman budidaya di daerah tropis dan sub tropis. (Haryanti dkk.,
2006).
pertumbahan tanaman terhambat sehingga mengakibatkan kehilangan hasil panen yang relatif
tinggi. Luas serangan ulat grayak dari tahun 2002 hingga 2006 berkisar antara 1.316 hingga
2.902 ha (Ditlin, 2008). Serangan ulat grayak umumnya tinggi pada akhir bulan Juli atau
pertengahan Agustus hingga Oktober, dimana umumnya suhu udara meningkat dan
kelangsungan hidup, dan reproduksi serangga. Serangan pada tanaman inang utama
Duhbale et al. (2017) melaporkan kehilangan hasil pada tanaman kedelai di India
tanpa pengendalian mencapai 68%, lebih besar dibandingkan dengan kehilangan hasil
tanaman dengan perlakuan insektisida sintetik Lamda Sihalotrin. Di Indonesia, uji ketahanan
varietas kedelai terhadap S. litura pada uji tanpa pilihan menunjukkan intensitas serangan
hama 34-64% dan pada uji dengan pilihan 19-57% (Adie et al. 2020). Gejala serangan ulat
grayak (Spodoptera litura) ini dimulai dari tahap larva, dimana larva yang masih muda
merusak daun dan meninggalkan bekas sisa-sisa epidermis bagian atas (transparan) dan
tulang daun. Larva instar lanjut merusak tulang daun, dan menyebabkan tanaman kehabisan
9
daun. Gejala serangan yang cepat dan susah dikendalikan inilah menyebabkan perlunya
Hama S. frugiperda dapat menyerang seluruh stadia tanaman jagung mulai dari fase
vegetatif sampai fase generatif. Namun tingkat kerusakan yang tertinggi banyak ditemukan
pada fase vegetatif (Trisyono, 2019). Fase yang paling merusak dari hama ini adalah fase
larva karena mempunyai tipe alat mulut menggigit-mengunyah dilengkapi dengan mandibel
keras yang digunakan untuk merusak jaringan tanaman (Deole dan Paul, 2018).
S. frugiperda merusak tanaman jagung dengan cara larva menggerek daun. Larva
instar 1 awalnya memakan jaringan daun dan meninggalkan lapisan epidermis yang
transparan. Larva instar 2 dan 3 membuat lubang gerekan pada daun dan memakan daun dari
tepi hingga ke bagian dalam. Larva S. frugiperda mempunyai sifat kanibal sehingga larva
yang ditemukan pada satu tanaman jagung antara 1-2, perilaku kanibal dimiliki oleh larva
instar 2 dan 3. Larva instar akhir dapat menyebabkan kerusakan berat yang seringkali hanya
Larva S. frugiperda biasanya ditemukan pada pucuk tanaman. Pucuk tanaman yang
terserang bila daun belum membuka penuh (kuncup) tampak berlubang dan terdapat banyak
kotoran fases larva. Jika daun sudah terbuka maka akan terlihat banyak bagian daun yang
Kerusakan pada tanaman juga biasanya ditandai dengan terdapatnya serbuk kasar
menyerupai serbuk gergaji pada permukaan atas daun, atau disekitar pucuk tanaman jagung.
Jika larva merusak pucuk, daun muda atau titik tumbuh tanaman, dapat mematikan tanaman
(Nonci, 2019).
10
Gambar 2.3 Kerusakan daun akibat hama Ulat Grayak
Menurut Nonci (2019), ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah
tersedianya inang dan makanan yang disukai larva S. frugiperda (tanaman jagung
muda).
7. Menggunakan metode Push and Pull, dimana tanaman jagung ditumpang sarikan
dengan tanaman lainnya seperti menanam rumput gajah disekitar tanaman jagung.
Rumput gajah dapat menarik ngengat FAW untuk bertelur. Selanjutnya larva yang
berkembang pada tanaman rumput gajah tidak dapat berkembang lebih lanjut karena
kurangnya nutrisi dan makanan sehingga hanya sedikit larva yang bisa bertahan
hidup.
8. Melakukan pengendalian secara mekanis dengan cara mencari dan membunuh larva
musuh alami. Musuh alami terdiri dari parasitoid, predator, dan entomopatogen.
11
Braconidae, dan Trichogrammatidae. Terdapat juga parasitoid dari jenis lalat ordo
Diptera famili Tachinidae. Adapun predator dari FAW berasal dari ordo Dermaptera
seperti organofosfat, karbamat dan piretroid (Laba 2010). Beberapa produk pestisida sintetik
seperti fipronil mampu menurunkan kerusakan akibat ulat grayak hingga 81% (Abou-Taleb et
al. 2015) dan mortalitas hama 100% (konsentrasi 2,5-5%) yang setara dengan aplikasi
prinsipnya mengendalikan secara non toksik, yang secara tidak langsung dapat meningkatkan
peran musuh alami (Midega et al. 2014). Tanaman perangkap ditanam untuk memikat dan
menjauhkan hama dari tanaman utama atau tanaman komersial, sehingga tanaman utama
terlindung dari serangan hama. Hama diusahakan untuk menjauhi tanaman utama dan
pada preferensi hama, spesies tanaman, kultivar, dan fase pertumbuhan tanaman. Keunggulan
dari tanaman perangkap yakni mengurangi kerusakan tanaman utama, menarik organisme
Zhou et al. (2010) melaporkan beberapa jenis tanaman perangkap yang dapat
digunakan untuk pengendalian S. litura pada tembakau seperti jarak kepyar (Ricinus
12
communis), talas (Colocasia esculenta), kacang tanah (Arachis hypogaea), dan ubijalar
(Ipomoea batatas). Namun dari semua jenis tanaman ini, jarak kepyar diketahui
memerangkap lebih banyak larva dan berhasil mengurangi serangan pada tanaman tembakau.
Hasil penelitian Zhou et al. (2011) menemukan bahwa aplikasi tanaman perangkap C.
esculenta dan SlNPV efektif menekan populasi larva dan meningkatkan kepadatan predator
litura pada tanaman kedelai, karena adanya sifat kerentanan kultivar terhadap serangan S.
tanaman kedelai karena efektif memerangkap larva, dan umur panen lebih panjang (110-121
hari) (Santoso et al. 2014) dibandingkan tanaman kedelai, sehingga dapat melindungi
13
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Ulat grayak merupakan serangga hama dengan tanaman inang yang sangat beragam,
baik tanaman pangan maupun hortikultura, bahkan pada tumbuhan yang tidak dibudidayakan.
Ulat grayak termasuk hama yang memiliki metamofosis sempurna. Siklus hidup S. litura
mulai dari telur sampai imago berkisar 30 sampai 60 hari. Fase yang berperan menjadi hama
adalah fase larva. Ngengat aktif pada malam hari, meletakkan telur pada bagian bawah dan
atas permukaan daun dalam bentuk kelompok dengan jumlah 350 butir telur dan ditutupi
bulu-bulu halus. Ulat grayak memakan daun tanaman hingga daun berlobanglobang
litura) ini dimulai dari tahap larva, dimana larva yang masih muda merusak daun dan
meninggalkan bekas sisa-sisa epidermis bagian atas (transparan) dan tulang daun.
Pengendalian yang umum dilakukan petani adalah menggunakan pestisida sintetik, seperti
organofosfat, karbamat dan piretroid atau dapat juga dengan menggunakan benih dan varietas
yang tahan.
3.2. Saran
Hama adalah binatang pengganggu yang dapat merusak tanaman, selain itu dapat
juga menurunkan kualitas dan kuantitas dari tanaman yang telah dibudidayakan atau
dipelihara. Sehingga perlu mengenali aktivitas dari hama itu untuk melakukan pengendalian
yang efektif
14
DAFTAR PUSTAKA
Fattah Abdul, Ilyas Asriyanti. (2016). Siklus hidup ulat grayak (Spodoptera litura, F) dan
tingkat serangan pada beberapa varietas unggul kedelai di sulawesi selatan. Prosiding
Lingkungan Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura Fabricius) pada Tanaman Kedelai.
Ramadhan Raden Arif Malik Ramadhan, Puspasari Lindung Tri, Meliansyah Rika, Maharani
Rani, Hidayat Yusup, dan Dono Danar. (2016). Bioaktivitas formulasi minyak biji
Azadirachta indica (A. Juss) terhadap Spodoptera litura F. Jurnal Agrikultura, 27 (1):
1-8.
Naek Lubis Ahmad Aripin, Anwar Ruly, Soekarno Bonny PW, Istiaji Bonjok, Sartiami Dewi,
pestisida nabati dari kulit kayu mindi (Melia azedarach). Biofarmasi, 14 (1), 33-37.
15