Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TEKNOLOGI PERLINDUNGAN TANAMAN

“IDENTIFIKASI HAMA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura.F)”

Dosen Pengampu : Dr. Hafiz Fauzana, SP, MP.

Disusun oleh :
Isnani Eliyana ( 2106110542)

AGRIBISNIS-C

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

kesehatan dan keselamatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Makalah

“Identifikasi Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura. F)” pada mata kuliah Teknologi

Perlindungan Tanaman. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu yakni

Dr. Hafiz Fauzana, S.P, M.P. yang telah banyak memberikan bimbingan, petunjuk dan

motivasi sampai selesainya Makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih banyak kekurangan,

baik dari segi isi, penulisan maupun kata-kata yang digunakan. Oleh karena itu, segala kritik

dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan Makalah ini lebih lanjut, akan penulis

terima dengan senang hati. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini.

Tidak ada yang pantas diberikan, selain belasan dari Tuhan Maha Kuasa untuk

kemajuan kita semua dalam menghadapi masa depan nanti. Akhirnya penulis sangat

mengharapkan agar Makalah ini bermanfaat bagi kita semua baik untuk masa kini maupun

untuk masa akan datang.

Pekanbaru, Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................2
1.3 Tujuan yang Ingin Dicapai...............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
2.1. Aktivitas Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura)............................................................3
2.2. Klasifikasi Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura).........................................................4
2.3. Morfologi Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura).........................................................4
2.4. Bioekologi hama Ulat Grayak (Spodoptera litura).........................................................8
2.5. Kerusakan Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)....................................................9
2.6. Pengendalian Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura F)...............................................11
BAB III PENUTUP................................................................................................................15
3.1. Kesimpulan....................................................................................................................15
3.2. Saran..............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hama Ulat Grayak ..........................................................................................................5

Gambar 2.2 Siklus hidup hama Ulat Grayak........................................................................................6

Gambar 2.3 Kerusakan daun akibat hama Ulat Grayak.....................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang sangat tinggi dan

merupakan salah satu pusat keanekaragaman hayati di dunia, sehingga Indonesia disebut

sebagai negara mega–biodiversity. Keanekaragaman hayati diantaranya yaitu

keanekaragaman ekosistem, jenis dalam sekosistem dan plasma nutfah (keanekaragaman

genetik) yang berada dalam setiap jenisnya (Suhartini, 2009). Keanekaragaman serangga

merupakan salah satu bentuk kekayaan hayati di Indonesia yang diperkirakan mencapai

ratusan ribu jenis serangga, namun belum semua jenis serangga diketahui jenisnya termasuk

diantaranya serangga jenis baru (Kahono dan Amir, 2003).

Serangga memegang peranan yang sangat penting bagi ekosistem, peranan tersebut

dapat menguntungkan maupun merugikan. Peran serangga yang merugikan yaitu serangga

yang menyebabkan luka pada tanaman sehingga menyebabkan kerusakan/kerugian dan

disebut sebagai hama. Pelukaan tanaman oleh serangga dilakukan antara lain dengan cara:

menggigit, menghisap, memakan, melukai akar, meletakkan telur/ membuat sarang,

mengamati serangga lain, dan pengantar penyakit (Untung, 2010). Kerusakan ini dapat

menyebabkan turunnya nilai ekonomis serta menurunkan mutu bahkan dapat menyebabkan

kematian pada tanaman yang terserang. Salah satu serangga atau hama yang dapat

menyebabkan kerugian pada tanaman adalah hama Ulat Grayak. Hama ini banyak dijumpai

di negara Indonesia dan banyak merugikan tanaman di Indonesia khususnya pada tanaman

yang dibudidaya seperti perkebunan, pangan dan hortikultura.

1
1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah ini diantaranya yakni sebagai berikut:

1. Bagaimana aktivitas dari hama Ulat Grayak (Spodoptera litura)

2. Bagaimana klasifikasi dari hama Ulat Grayak (Spodoptera litura)

3. Bagaimana morfologi dari hama Ulat Grayak (Spodoptera litura)

4. Bagaimana Bioekologi hama Ulat Grayak (Spodoptera litura)

5. Bagaimana kerusakan yang disebabkan oleh hama Ulat Grayak (Spodoptera litura)

6. Bagaimana pengendalian terhadap hama Ulat Grayak (Spodoptera litura)

1.3 Tujuan yang Ingin Dicapai

Tujuan yang ingin dicapai dari makalah ini diantaranya sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui aktivitas hama Ulat Grayak (Spodoptera litura)

2. Untuk mengetahui klasifikasi dari hama Ulat Grayak (Spodoptera litura)

3. Untuk mengetahui morfologi dari hama Ulat Grayak (Spodoptera litura)

4. Untuk mengetahui Bioekologi hama Ulat Grayak (Spodoptera litura)

5. Untuk mengetahui kerusakan yang disebabkan oleh hama Ulat Grayak (Spodoptera

litura)

6. Untuk mengetahui pengendalian terhadap hama Ulat Grayak (Spodoptera litura)

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Aktivitas Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura)

Ulat grayak merupakan serangga hama dengan tanaman inang yang sangat beragam,

baik tanaman pangan maupun hortikultura, bahkan pada tumbuhan yang tidak dibudidayakan.

Sifat polifag hama ini menyebabkan hama mudah ditemukan di mana pun selama tanaman

inangnya tersedia. Beberapa tanaman inang ulat grayak yang telah diketahui adalah tanaman

kacang-kacangan, tembakau, jarak, cabai, tomat, kapas, bunga matahari, bayam, tebu, kubis,

kedelai, kacang tanah, jagung, buncis, terung, kangkung, pisang, dan tanaman hias (Marwoto

dan Suharsono, 2008; Yadav et al. 2012), mulberry, okra, cowpea, dan ubijalar (Narvekar et

al. 2018).

Ulat grayak termasuk hama yang memiliki metamofosis sempurna. Siklus hidup S.

litura mulai dari telur sampai imago berkisar 30 sampai 60 hari (Marwoto dan Suharsono

2008). Fase yang berperan menjadi hama adalah fase larva. Fase ngengat memegang peranan

cukup penting karena satu ekor ngengat dapat memproduksi generasi ulat grayak dalam

jumlah besar. Ngengat aktif pada malam hari, meletakkan telur pada bagian bawah dan atas

permukaan daun dalam bentuk kelompok dengan jumlah 350 butir telur dan ditutupi bulubulu

halus (BPTP Sulsel 2015).

Pada kondisi normal, dalam satu tanaman akan ditemukan empat kelompok telur dan

200 larva. Pada kondisi pandemi ulat grayak, jumlah massa telur dalam satu tanaman dapat

mencapai 15 kelompok dengan jumlah larva 400 hingga 500 per tanaman (Yadav et al. 2012).

Pada umur tiga hingga lima hari telur menetas dan larva tinggal menetap pada tempat yang

sama dan memakan daun di sekitarnya (Ahmad et al. 2013; BPTP Sulsel 2015).

3
Larva berwarna hijau pucat dengan kepala berwarna hitam pekat dan memiliki dua

bintik hitam di ruas perut. Periode larva instar I berlangsung dua hingga tiga hari. Larva

instar I dan II memakan bagian epidermis daun sehingga lamina daun menjadi tipis,

selanjutnya setiap individu larva mulai menyebar ke bagian lain tanaman. Fase larva terdiri

dari lima instar, dan instar III, IV dan V merupakan pemakan yang aktif dengan memakan

seluruh bagian daun dan hanya menyisakan tulangtulang daun. Fase ulat berlangsung selama

12-15 hari, selanjutnya masuk ke fase kepompong (Fattah dan Ilyas 2016).

Kepompong mudah ditemukan pada rongga-rongga tanah pada kedalaman 0-3 cm

(Zheng et al. 2011), dengan warna awal pucat kekuningan dan berubah menjadi coklat

kemerahan, dan fase ini berlangsung selama 7-8 hari (BPTP Sulsel 2015; Ramaiah dan

Maheswari 2018).

2.2. Klasifikasi Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura)

Menurut Integrated Taxonomic Information System (ITIS) (2019), FAW atau ulat

grayak Spodoptera frugiperda dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda Class : Insecta Order : Lepidoptera Family : Noctuidae Genus :

Spodoptera Spesies : Spodoptera frugiperda J.E Smith.

Gambar 2.1 Hama Ulat Grayak

2.3. Morfologi Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura)

4
Umumnya larva S. litura mempunyai titik hitam arah lateral pada setiap abdomen.

Larva muda berwarna kehijau-hijauan, instar pertama tubuh larva berwarna hijau kuning,

panjang 2,0 sampai 2,74 mm dan tubuh berbulu-bulu halus, kepala berwarna hitam dengan

dengan lebar 0,2-0,3 mm. Instar kedua, tubuh berwarna hijau dengan panjang 3,75-10,0 mm,

bulu-bulunya tidak terlihat lagi dan pada ruas abdomen pertama terdapat garis hitam

meningkat pada bagian dorsal terdapat garis putih memanjang dari toraks hingga ujung

abdomen, pada toraks terdapat empat buah titik yang berbaris dua-dua. Larva instar ketiga

memiliki panjang tubuh 8,0-15,0 mm dengan lebar 0,5-0,6 mm (Desy dkk, 2013).

Pada bagian kiri dan kanan abdomen terdapat garis zig-zag berwarna putih dan

bulatan hitam sepanjang tubuh. Instar keempat, kelima dan keenam agak sulit dibedakan.

Untuk panjang tubuh instar keempat 13-20 mm, instar kelima 23-35 mm, dan instar keenam

35-50 mm. Mulai instar keempat warna bervariasi, mempunyai kalung/bulan sabit berwarna

hitam pada segmen abdomen yang keempat dan kesepuluh (Hera, 2007).

Pada sisi lateral dan dorsal terdapat garis kuning. Ulat Spodoptera litura yang baru

menetas berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklat-coklatan. Ulat

berkepompong dalam tanah, membentuk pupa tanpa rumah pupa (kokon) berwarna coklat

kemerahan dangan panjang sekitar 1,6 cm. Imago berupa ngengat dengan warna hitam

kecoklatan, pada sayap depan ditemukan spot-spot berwarna hitam dengan strip-strip putih

dan kuning. Sayap belakang biasanya berwarna putih (Hera, 2007).

5
Gambar 2.2 Siklus hidup hama Ulat Grayak

1. Telur

Imago betina meletakkan telur pada malam hari, telur diletakkan secara

berkelompok pada permukaan daun tanaman bawang merah dan telurnya berbentuk oval.

Kelompok telur di tutupi oleh rambut-rambut yang halus yang berwarna putih, kemudian

telur berubah menjadi kehitam-hitaman pada saat akan menetas. Telur diletakkan pada malam

hari secara berkelompok, dalam satu kelompok telur terdapat kurang lebih 80 butir telur,

yang diletakkan pada permukaan daun, peletakan telur selain pada daun bawang dan juga

pada gulma yang tumbuh disekitar pertanaman bawang merah. Seekor serangga betina dapat

menghasilkan kurang lebih 2000 sampai 3000 butir telur. Dalam suatu kelompok telur

terdapat 30-100 butir bahkan dapat mencapai 350 butir. Telur-telur dapat menetas dalam

waktu 2-5 hari dan telur umumnya menetas pada pagi hari (Rahayu dan Nur Berlian, 2004).

Seekor ngengat betina dapat meletakkan telur 2000-3000 telur. Telur berbentuk

hampir bulat dengan bagian datar melekat pada daun (kadang-kadang tersusun dua lapis),

berwarna cokelat kekuning-kuningan diletakkan berkelompok masing-masing berisi 25-500

yang bentuknya bermacam-macam pada daun atau bagian tanaman lainnya (Rahayu dan Nur

Berlian, 2004).

Kelompok telur tertutup bulu seperti beludru yang berasal dari bulu-bulu tubuh

bagian ujung ngengat betina. Ulat yang telah menjadi kepompong dalam tanah, membentuk

6
pupa tanpa rumah pupa (kokon), berwarna cokelat kemerahan dengan panjang sekitar 1,6 cm.

Siklus hidup berkisar antara 30-60 hari. Lama stadium telur 2-4 hari, larva yang terdiri dari 6

instar adalah 20-46 hari, sadangkan stadia pupa berkisar 8-11 hari (Ardiansyah, 2007).

Ulat Spodoptera litura yang baru menetas berwarna hijau muda, bagian sisi tubuh

berwarna cokelat tua atau hitam kecoklatcokelatan dan hidup secara berkelomok. Larva

menyebar dengan menggunakan benang sutera dari mulutnya. Beberapa hari kemudian

tergantung ketersediaan makanan. Hama ini, pada siang hari bersembunyi dalam tanah

(tempat yang lembab) dan menyerang tanaman pada malam hari. Biasanya ulat berpindah

ketanaman lain secara bergerombol dalam jumlah banyak (Hera, 2007).

2. Larva

Spodoptera litura larva instar satu biasanya hidup secara bergerombol di sekitar

tempat menetasnya telur. Larva tersebut selanjutnya menyebar sesuai stadia

perkembangannya. Larva instar satu teruta mamenyebar kebagian pucuk-pucuk tanaman dan

membuat lubang gerekan pada daun, kemudian masuk kedalam kapiler daun. Larva

mengalami perubahan warna sesuai dengan perubahan instar yang dialaminya. Larva instar

satu biasanya berwarna hijau muda, kemudian berubah menjadi hijau tua saat memasuki

instar dua. Pada larva instar tiga dan empat warnanya menjadi hijau kehitam-hitaman pada

bagian abdomen, pada abdomen terdapat garis hitam yang melintang. Pada saat larva

memasuki instar lima warnanya berubah menjadi coklat muda. Larva instar satu mempunyai

panjang sekitar 1,2-15 mm, larva instar dua 2,5-3 mm, larva instar tiga 6,2-8 mm, larva instar

empat 12,5-14 mm dan instar akhir antara 2.5-3.0 cm (Klana 2011).

3. Pupa

7
Pupa Spodoptera litura pertama-tama berwarna coklat muda, kemudian pada saat

menjadi imago berubah menjadi coklat kehitam-hitaman pupa berada dalam tanah pada

kedalaman kurang lebih 10 cm. Proses pembentukan pupa terjadi di tanah, pupa rium

dibentuk dari pasir dan partikel tanah yang disatukan dengan cairan yang keluar dari mulut

yang mengeras ketika kering. Panjang pupa berkisar antara 9 sampai 12 mm stadium pupa

berkisar antara 8 sampai 12 hari tergantung dari ketinggian tempat di permukaan laut (Klana,

2011).

4. Imago/ Ngengat

Imago Spodoptera litura memiliki panjang tubuh antara 10 sampai 14 mm dengan

jarak rentang sayapnya berkisar antara 25 sampai 30 mm. Sayap bagian depan berwarna putih

keabu-abuan. Pada bagian tengah sayap depan terdapat tiga pasang bintik-bintik yang

berwarna perak. Pada bagian sayap belakang berwarna putih dan pada bagian tepi sayap

berwarna coklat kehitam-hitaman (Cahyono, 2005). Peletakan telur berlangsung selama 2

sampai 3 hari, bahkan diperpanjang lebih dari 3 sampai 7 hari dan imago Spodoptera litura,

stadianya berkisar antara 9 sampai 10 hari (Klana, 2011). Sayap ngengat Spodoptera litura

bagian dan berwarna cokelat atau keperak-perakan, sayap belakang berwarna keputihputihan

dengan bercak hitam. Malam hari ngengat dapat terbang sejauh lima kilometer.

2.4. Bioekologi hama Ulat Grayak (Spodoptera litura)

Perkembangan ulat grayak bersifat metamorfosis sempurna, terdiri atas stadia ulat,

kepompong, ngengat dan telur. Ulat daun bawang (Spodoptera litura (Hübner) mempunyai

beberapa variasi warnaya itu hijau, cokelat muda, dan hitam kecoklatan. Ulat yang hidup di

dataran tinggi umumnya berwarna coklat. Panjang ulat penggerek daun ini sekitar 2,5 cm.

Sejak telur menetas menjadi ulat, berkepompong, lalu menjadi serangga dewasa

membutuhkan waktu kurang lebih 23 hari (Rahayu dan Nur Berlian, 2004).

8
2.5. Kerusakan Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)

Ulat grayak (Spodoptera litura F.) termasuk dalam ordo lepidoptera, merupakan

hama yang menyebabkan kerusakan yang serius pada tanaman budidaya di daerah tropis dan

sub tropis. (Haryanti dkk., 2006). Ulat grayak memakan daun tanaman hingga daun

berlobanglobang kemudian robek-robek atau terpotong-potong (Cahyono, 2006). Ulat grayak

(Spodoptera litura F.) termasuk dalam ordo lepidoptera, merupakan hama yang menyebabkan

kerusakan yang serius pada tanaman budidaya di daerah tropis dan sub tropis. (Haryanti dkk.,

2006).

Kerusakan akibat hama ulat grayak (Spodoptera litura) dapat mengakibatkan

pertumbahan tanaman terhambat sehingga mengakibatkan kehilangan hasil panen yang relatif

tinggi. Luas serangan ulat grayak dari tahun 2002 hingga 2006 berkisar antara 1.316 hingga

2.902 ha (Ditlin, 2008). Serangan ulat grayak umumnya tinggi pada akhir bulan Juli atau

pertengahan Agustus hingga Oktober, dimana umumnya suhu udara meningkat dan

kelembaban udara rendah. Suhu sangat mempengaruhi perilaku, distribusi, perkembangan,

kelangsungan hidup, dan reproduksi serangga. Serangan pada tanaman inang utama

menyebabkan kehilangan hasil 10-40% (Sundar et al. 2018).

Duhbale et al. (2017) melaporkan kehilangan hasil pada tanaman kedelai di India

tanpa pengendalian mencapai 68%, lebih besar dibandingkan dengan kehilangan hasil

tanaman dengan perlakuan insektisida sintetik Lamda Sihalotrin. Di Indonesia, uji ketahanan

varietas kedelai terhadap S. litura pada uji tanpa pilihan menunjukkan intensitas serangan

hama 34-64% dan pada uji dengan pilihan 19-57% (Adie et al. 2020). Gejala serangan ulat

grayak (Spodoptera litura) ini dimulai dari tahap larva, dimana larva yang masih muda

merusak daun dan meninggalkan bekas sisa-sisa epidermis bagian atas (transparan) dan

tulang daun. Larva instar lanjut merusak tulang daun, dan menyebabkan tanaman kehabisan

9
daun. Gejala serangan yang cepat dan susah dikendalikan inilah menyebabkan perlunya

pengendalian yang intensif (Marwoto dan Suharsono, 2008).

Hama S. frugiperda dapat menyerang seluruh stadia tanaman jagung mulai dari fase

vegetatif sampai fase generatif. Namun tingkat kerusakan yang tertinggi banyak ditemukan

pada fase vegetatif (Trisyono, 2019). Fase yang paling merusak dari hama ini adalah fase

larva karena mempunyai tipe alat mulut menggigit-mengunyah dilengkapi dengan mandibel

keras yang digunakan untuk merusak jaringan tanaman (Deole dan Paul, 2018).

S. frugiperda merusak tanaman jagung dengan cara larva menggerek daun. Larva

instar 1 awalnya memakan jaringan daun dan meninggalkan lapisan epidermis yang

transparan. Larva instar 2 dan 3 membuat lubang gerekan pada daun dan memakan daun dari

tepi hingga ke bagian dalam. Larva S. frugiperda mempunyai sifat kanibal sehingga larva

yang ditemukan pada satu tanaman jagung antara 1-2, perilaku kanibal dimiliki oleh larva

instar 2 dan 3. Larva instar akhir dapat menyebabkan kerusakan berat yang seringkali hanya

menyisakan tulang daun dan batang tanaman jagung (Nonci, 2019).

Larva S. frugiperda biasanya ditemukan pada pucuk tanaman. Pucuk tanaman yang

terserang bila daun belum membuka penuh (kuncup) tampak berlubang dan terdapat banyak

kotoran fases larva. Jika daun sudah terbuka maka akan terlihat banyak bagian daun yang

rusak, berlubang bekas gerekan larva (Maharani, 2019).

Kerusakan pada tanaman juga biasanya ditandai dengan terdapatnya serbuk kasar

menyerupai serbuk gergaji pada permukaan atas daun, atau disekitar pucuk tanaman jagung.

Jika larva merusak pucuk, daun muda atau titik tumbuh tanaman, dapat mematikan tanaman

(Nonci, 2019).

10
Gambar 2.3 Kerusakan daun akibat hama Ulat Grayak

2.6. Pengendalian Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura F)

Menurut Nonci (2019), ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah

dan mengendalikan hama S. frugiperda, diantaranya adalah:

1. Menggunakan benih dan varietas yang tahan.

2. Melakukan penanaman serentak/seragam pada satu lahan untuk mencegah terus

tersedianya inang dan makanan yang disukai larva S. frugiperda (tanaman jagung

muda).

3. Penggunaan pupuk yang berimbang. Hindari pemakaian pupuk N secara berlebihan.

7. Menggunakan metode Push and Pull, dimana tanaman jagung ditumpang sarikan

dengan tanaman lainnya seperti menanam rumput gajah disekitar tanaman jagung.

Rumput gajah dapat menarik ngengat FAW untuk bertelur. Selanjutnya larva yang

berkembang pada tanaman rumput gajah tidak dapat berkembang lebih lanjut karena

kurangnya nutrisi dan makanan sehingga hanya sedikit larva yang bisa bertahan

hidup.

8. Melakukan pengendalian secara mekanis dengan cara mencari dan membunuh larva

atau telur yang ditemukan secara mekanis.

9. Melakukan pengendalian secara hayati menggunakan agens pengendali yang disebut

musuh alami. Musuh alami terdiri dari parasitoid, predator, dan entomopatogen.

Diantara parasitoid FAW adalah: Ordo Hymenoptera dari Famili Platygastridae,

11
Braconidae, dan Trichogrammatidae. Terdapat juga parasitoid dari jenis lalat ordo

Diptera famili Tachinidae. Adapun predator dari FAW berasal dari ordo Dermaptera

dengan Famili Forficulidae, Carcinophoridae, Ordo Coleoptera dari Famili

Coccinellidae dan Carabidae, Ordo Hymenoptera dari Famili Formicidae (semut),

serta beberapa serangga lain seperti Zelus (Reduviidae), Podisus (Pentatomidae),

Nabis (Nabidae), Geocoris (Lygaeidae), Orius dan Anthocoris (Anthocoridae).

10. Menggunakan esktrak tumbuhan sebagai pestisida alami.

Pengendalian yang umum dilakukan petani adalah menggunakan pestisida sintetik,

seperti organofosfat, karbamat dan piretroid (Laba 2010). Beberapa produk pestisida sintetik

seperti fipronil mampu menurunkan kerusakan akibat ulat grayak hingga 81% (Abou-Taleb et

al. 2015) dan mortalitas hama 100% (konsentrasi 2,5-5%) yang setara dengan aplikasi

diafentiuron konsentrasi 1,25–5% (Nurazizah et al. 2018).

Tanaman perangkap merupakan strategi tolak tarik (push-pull strategy) yang

prinsipnya mengendalikan secara non toksik, yang secara tidak langsung dapat meningkatkan

peran musuh alami (Midega et al. 2014). Tanaman perangkap ditanam untuk memikat dan

menjauhkan hama dari tanaman utama atau tanaman komersial, sehingga tanaman utama

terlindung dari serangan hama. Hama diusahakan untuk menjauhi tanaman utama dan

terkonsentrasi pada tanaman perangkap. Prinsip penanaman tanaman perangkap bergantung

pada preferensi hama, spesies tanaman, kultivar, dan fase pertumbuhan tanaman. Keunggulan

dari tanaman perangkap yakni mengurangi kerusakan tanaman utama, menarik organisme

menguntungkan, mengurangi penggunaan input eksternal, meningkatkan keanekaragaman

hayati, dan mempertahankan produktivitas.

Zhou et al. (2010) melaporkan beberapa jenis tanaman perangkap yang dapat

digunakan untuk pengendalian S. litura pada tembakau seperti jarak kepyar (Ricinus

12
communis), talas (Colocasia esculenta), kacang tanah (Arachis hypogaea), dan ubijalar

(Ipomoea batatas). Namun dari semua jenis tanaman ini, jarak kepyar diketahui

memerangkap lebih banyak larva dan berhasil mengurangi serangan pada tanaman tembakau.

Hasil penelitian Zhou et al. (2011) menemukan bahwa aplikasi tanaman perangkap C.

esculenta dan SlNPV efektif menekan populasi larva dan meningkatkan kepadatan predator

dibandingkan dengan pengendalian dengan pestisida sintetik. Kajian tanaman perangkap

dalam mengendalikan S. litura pada tanaman kedelai masih terbatas.

Bedjo (2015) merekomendasikan genotipe kedelai MLG 3023 sebagai perangkap S.

litura pada tanaman kedelai, karena adanya sifat kerentanan kultivar terhadap serangan S.

litura. Pemilihan tanaman sebagai perangkap sebaiknya mempertimbangkan efektivitas dan

nilai ekonomisnya. Jarak kepyar direkomendasikan dalam pengendalian S. litura pada

tanaman kedelai karena efektif memerangkap larva, dan umur panen lebih panjang (110-121

hari) (Santoso et al. 2014) dibandingkan tanaman kedelai, sehingga dapat melindungi

tanaman kedelai selama fase pertumbuhannya.

13
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Ulat grayak merupakan serangga hama dengan tanaman inang yang sangat beragam,

baik tanaman pangan maupun hortikultura, bahkan pada tumbuhan yang tidak dibudidayakan.

Ulat grayak termasuk hama yang memiliki metamofosis sempurna. Siklus hidup S. litura

mulai dari telur sampai imago berkisar 30 sampai 60 hari. Fase yang berperan menjadi hama

adalah fase larva. Ngengat aktif pada malam hari, meletakkan telur pada bagian bawah dan

atas permukaan daun dalam bentuk kelompok dengan jumlah 350 butir telur dan ditutupi

bulu-bulu halus. Ulat grayak memakan daun tanaman hingga daun berlobanglobang

kemudian robek-robek atau terpotong-potong. Gejala serangan ulat grayak (Spodoptera

litura) ini dimulai dari tahap larva, dimana larva yang masih muda merusak daun dan

meninggalkan bekas sisa-sisa epidermis bagian atas (transparan) dan tulang daun.

Pengendalian yang umum dilakukan petani adalah menggunakan pestisida sintetik, seperti

organofosfat, karbamat dan piretroid atau dapat juga dengan menggunakan benih dan varietas

yang tahan.

3.2. Saran

Hama adalah binatang pengganggu yang dapat merusak tanaman, selain itu dapat

juga menurunkan kualitas dan kuantitas dari tanaman yang telah dibudidayakan atau

dipelihara. Sehingga perlu mengenali aktivitas dari hama itu untuk melakukan pengendalian

yang efektif

14
DAFTAR PUSTAKA

Fattah Abdul, Ilyas Asriyanti. (2016). Siklus hidup ulat grayak (Spodoptera litura, F) dan

tingkat serangan pada beberapa varietas unggul kedelai di sulawesi selatan. Prosiding

Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 3 (2), 834-842.

Uge Emerensiana, Yusnawan Eriyanto, Baliadi Yuliantoro. (2021). Pengendalian Ramah

Lingkungan Hama Ulat Grayak (Spodoptera litura Fabricius) pada Tanaman Kedelai.

Pengendalian ramah lingkungan ulat grayak spodoptera litura fabricius pada

kedelai. 19 (1), 64-80.

Ramadhan Raden Arif Malik Ramadhan, Puspasari Lindung Tri, Meliansyah Rika, Maharani

Rani, Hidayat Yusup, dan Dono Danar. (2016). Bioaktivitas formulasi minyak biji

Azadirachta indica (A. Juss) terhadap Spodoptera litura F. Jurnal Agrikultura, 27 (1):

1-8.

Naek Lubis Ahmad Aripin, Anwar Ruly, Soekarno Bonny PW, Istiaji Bonjok, Sartiami Dewi,

Irmansyah, Herawati Dian. (2020). Serangan ulat grayak jagung (Spodoptera

Frugiperda) pada tanaman jagung di desa petir, kecamatan daramaga, kabupatem

bogor dan potensi pengendaliannya menggunakan Metarizhium Rileyi. Jurnal Pusat

Inovasi Masyarakat. 2 (6) : 931‒939.

Ridwanti Batubara, Afifuddin Dalimunte. (2016). Pengendalian hama ulat grayak

(Spodoptera litura) pada tanaman tembakau Deli (Nicotiana tabaccum) dengan

pestisida nabati dari kulit kayu mindi (Melia azedarach). Biofarmasi, 14 (1), 33-37.

15

Anda mungkin juga menyukai