Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH TEKNOLOGI PEMBIBITAN DAN BUDIDAYA JAMUR

JAMUR MAITAKE (Grifola frondose)

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Ir. H. Agus Sugianto, ST.,MP

Disusun Oleh :
Dhanu Pangestu Anggi Dinata / 22001031001
Agroteknologi 6B

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Jamur
Maitake (Grifola Frondose)” dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Teknologi
Pembibitan dan Budidaya Jamur. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah
wawasan serta pengetahuan tentang jamur maitake untuk pembaca dan juga bagi
penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. H. Agus Sugianto,
ST.,MP selaku dosen pada mata kuliah Teknologi Pembibitan dan Budidaya
Jamur. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka penulis yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi
para pembaca
Malang, 26 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar belakang .......................................................................................... 1

1.2 Permasalahan ............................................................................................ 2

1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3

2.1 Klasifikasi Jamur Maitake ........................................................................ 3

2.2 Penemuan Jamur Maitake......................................................................... 3

2.3 Habitat Jamur Maitake ............................................................................. 4

2.4 Manfaat/Khasiat Jamur Maitake .............................................................. 4

2.5 Pengolahan Jamur Mitake ........................................................................ 5

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 7

3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 7

3.2 Saran ......................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 8


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Jamur dikenal dalam kehidupan sehari-hari sejak 3000 tahun yang lalu,
telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Di Cina, pemanfaatan jamur
sebagai bahan obat-obatan sudah dimulai sejak 2000 tahun silam. Budidaya jamur
merupakan salah satu usaha peningkatan ekonomi dan pangan yang berkembang
dimasyarakat, bisnis budidaya jamur menjanjikan penghasilan yang tidak sedikit
mengingat permintaan dari konsumen yang semakin meningkat. Jamur merupakan
tumbuhan sederhana yang banyak dijumpai di alam bebas, dikatakan tumbuhan
sederhana karena tidak berklorofil dan tidak melakukan fotosintesis. Jamur dapat
tumbuh dengan mudah dibatang kayu atau tumpukan sampah organik. Selain
memiliki rasa yang enak, jamur juga bisa diolah menjadi obat. (Agromedia,
2010). Jamur termasuk jenis thallus karena tidak memiliki akar, batang, dan daun.
Tubuh jamur ada yang bersel satu dan ada yang bersel banyak. Jamur tidak
memiliki klorofil (zat hijau daun), tidak melakukan fotosintesis, dan tidak
membutuhkan sinar matahari. Karena tidak berfotosintesis kehidupan jamur
sangat bergantung kepada zat organik dari tumbuhan lain. Di alam, jamur
berperan dalam menguraikan zat organik sehingga akan membantu siklus
peredaran zat anorganik. Saat ini, jamur telah berkembang menjadi makanan bagi
rakyat terutama sebagai sayuran. Ada 2 kategori jenis jamur yaitu jamur edible
dan non-edible. Jamur edible merupakan jamur yang relatif aman untuk
dikonsumsi, umumnya memiliki rasa yang lezat dan memiliki kandungan nutrisi
yang dibutuhkan bagi kesehatan sehingga aman untuk dikonsumsi. Contoh jamur
edible antara lain jamur tiram putih, jamur kuping, jamur shitake, jamur maitake
dan jamur merang. Jamur non-edible adalah jamur yang umumnya dikonsumsi
dalam jumlah dan untuk tujuan tertentu saja. Kendati jamur ini kurang enak untuk
dikonsumsi, tetapi bermanfaat bagi kesehatan sehingga sering dijadikan sebagai
ramuan obat, salah satu contohnya adalah jamur ling zi.
Grifola frondosa (G. frondosa) adalah jamur Basidiomycetes yang termasuk
dalam keluarga Grifolaceae dan ordo Polyporales. Di Jepang tubuh buahnya yang
dapat dimakan dikenal sebagai maitake. Dalam bahasa Jepang, mai berarti menari
dan mengambil berarti jamur. G. frondosa dikenal sebagai "hui-shu-hua" (bunga
tr ee abu-abu) dalam bahasa Cina, mungkin karena penampilannya.
Secara umum ada tiga metode untuk budidaya buatan tubuh buah G.
frondosa, yaitu budaya botol, budaya tas dan budaya tempat tidur luar ruangan.
Bag culture adalah metode budidaya paling populer di Jepang karena
kelebihannya seperti biaya kantong plastik yang rendah, kebutuhan ruang yang
kecil dan lingkungan dalam ruangan yang mudah dikendalikan. Kultur tas dapat
mencapai hasil yang lebih tinggi dari kultur botol G. frondosa dewasa dan
membutuhkan waktu budidaya yang lebih singkat daripada kultur tempat tidur
luar ruangan.
G. frondosa dapat dimakan dan dianggap sebagai makanan sehat karena
merupakan sumber protein, karbohidrat, serat makanan yang, vitamin D2
(ergocalciferol) dan minerals (K, P, Na, Ca, Mg), dengan kandungan lemak
rendah dan nilai kalori. G. frondosa lezat, dengan rasa manis dan umami, yang
terutama dikaitkan dengan trehalosa, asam amino glutamat dan aspartat yang
tinggi dan kandungan 5 0-nukleotida.

1.2 Permasalahan
1. Apa Klasifikasi Jamur Maitake?
2. Bagaimana Sejarah Jamur Maitake ditemukan?
3. Bagaimana Habitat Jamur Maitake?
4. Bagaimana Khasiat Jamur Maitake?
5. Bagaimana Cara Mengolah Jamur Maitake?

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Klasifikasi Jamur Maitake
2. Untuk Mengetahui Sejarah Jamur Maitake ditemukan
3. Untuk Mengetahui Habitat Jamur Maitake
4. Untuk Mengetahui Khasiat Jamur Maitake
5. Untuk Mengetahui Cara Pengolahan Jamur Maitake
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Klasifikasi Jamur Maitake


Kerajaan : Fungi

Divisi : Basidiomycota

Kelas : Agaricomycetes

Ordo : Polypoirales

Famili : Meripilaceae

Genus : Grifola

Spesies : G. frondosa

2.2 Penemuan Jamur Maitake

Pertengahan tahun 1980 para ilmuwan Jepang menemukan jamur lain yang
lebih potensial dibandingkan jamur-jamur yang pernah dipelajari sebelumnya.
Jamur tersebut adalah Maitake (Grifola Frondosa), jamur raksasa sebesar bola
basket, yang juga disebut sebagai "Raja Jamur". Maitake yang secara harafiah di
Jepang berarti "Dancing Mushroom". Jamur ini dinamai demikian karena orang-
orang yang menemukan jamur ini dipedalaman pegunungan akan riang menari
karena rasanya yang nikmat dan manfaatnya bagi kesehatan. Maitake ditemukan
juga di Amerika dan menamainya "Hens of the Wood" (ayam betina yang berasal
dari kayu.
Maitake merupakan jamur yang paling berharga di Jepang. Orang-orang
tidak akan memberitahu (meskipun kepada saudaranya sendiri) dimana mereka
mendapatkan jamur itu. Maitake sulit untuk ditemukan karena membutuhkan
kondisi-kondisi lingkungan yang sangat sensitif, seperti kandungan oksigen,
karbondioksida, suhu, kelembaban tertentu. Upaya untuk membudidayakan jamur
Maitake ini pun sulit sehingga jamur ini disebut "A Mushroom in Phantasm"
(Jamur Fantasi), sampai seorang petani Jepang bernama Yoshinobu Ordaira
berhasil membudidayakan jamur Maitake sehingga "Jamur Fantasi" pun menjadi
"Jamur Kenyataan".

2.3 Habitat Jamur Maitake


Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Jamur berhabitat pada bermacam-
macam lingkungan dan berasosiasi dengan banyak organisme. Meskipun
kebanyakan hidup di darat, beberapa jamur ada yang hidup di air dan berasosiasi
dengan organisme air. Jamur yang hidup di air biasanya bersifat parasit atau
saprofit, dan kebanyakan dari kelas Oomycetes. Untuk habitat jamur Maitake
sendiri sangat mempengaruhi efektifitasnya. Tumbuh besar circular di tanah atau
dasar sisa pohon atau tunggul, tumbuh di hutan terutama di hutan lembab atau di
dasar sungai, di mana ada banyak pohon-pohon tua.

2.4 Manfaat/Khasiat Jamur Maitake


Lebih dari 2000 tahun yang lalu para ahli farmasi telah menggunakan jamur
sebagai bahan ramuan untuk kesehatan. Namun, studi ilmiah dari beberapa jamur
baru dimulai sejak 20 tahun yang lalu. Sejak awal tahun 1980, 3 jenis ekstrak
jamur telah diteliti dan menunjukan manfaat kesehatan, yaitu: Karawatake
(CoriolusVersicolor); LingZhi (Ganoderma Lucidum); Shiitake (Lentinus
Edodes). Sampai awal tahun 1980 ketiganya masih merupakan jenis jamur yang
paling banyak diteliti di Jepang. Sebelum diketahui khasiatnya itu sendiri oleh
Prof Nanba, jamur Maitake kadang hanya dikonsumsi sebagai pangan biasa.
Sampai kemudian setelah melewati uji klinik, yang melibatkan 165 pasien kanker
stadium II-IV di Jepang, khasiat jamur ini makin diakui sebagai obat penyakit
kanker secara nyata. Manfaat biologis dari jamur Maitake ini diteliti oleh Prof.
Hiroaki Nanba sebagai bahan suplemen yang bisa membantu dalam pengobatan
tumor, di akhir tahun 1980an. Setelah mempelajari manfaat-manfaat dari jamur
selama lebih dari 20 tahun, Prof. Dr. Hiroaki Nanba menuturkan bahwa dari
semua studi jamur, Maitake (Grifola Frondosa) memiliki aktifitas yang kuat
dalam menghambat pertumbuhan kanker, baik digunakan secara oral maupun
secara intra peritoneal. Pengobatan kanker dengan Maitake tidak menimbulkan
efek samping yang merugikan, dan biayanya jauh lebih rendah dibandingkan
pengobatan konvensional. Keefektifan maitake sebagai antikanker meningkat
sebesar 12-27 persen bila dikombinasikan dengan Mitocycin C. Khasiat maitake
sendiri diduga berasal dari unsur kimia bernama Polisakarida Beta 1.6 Glukan,
yang terdapat di dalam jamur. Unsur ini yang kemudian dianggap membedakan
jamur Maitake dengan jamur jenis lainnya.
Pada jamur lain, unsur kimia yang dikandung rata-rata hanya Beta 1.3.
Unsur itu juga mengaktifkan dan meningatkan produksi sel-sel pembunuh kuman
secara alami melalui sistem kekebalan tubuh. Karena diketahui sel T pembantu
(CD4) dan makrofag di dalam tubuh akan menjadi aktif, setelah distimulasi oleh
unsur kimia yang terkandung dalam Maitake tersebut. Kini selain diharapkan
mampu menyembuhkan kanker, jamur maitake juga mulai digunakan sebagai
alternatif penyembuh untuk infeksi HIV/AIDS. Konsep dasarnya merupaan
penumbuhan kembali sel CD4 pada para penderita, yang memang diketahui
berkurang. Dalam sebuah percobaan terakhir di New York-AS terhadap 26
penderita AIDS, 13 penderita ternyata mengalami peningkatan sel CD 4 dengan
pesat. Maitake juga turut menghilangkan gejala-gejala AIDS, seperti batuk kering,
insomnia, dermatitis, penurunan berat badan, dan sembelit.

2.5 Pengolahan Jamur Mitake


Jamur Maitake bisa dimasak dengan berbagai cara dan bisa dijadikan
sebagai bahan makanan yang lezat dan sehat. Berikut adalah beberapa olahan
jamur Maitake:
1. Dipanggang atau dibakar: Potong jamur Maitake menjadi irisan dan
panggang atau bakar di atas grill hingga empuk. Tambahkan bumbu seperti
minyak zaitun, garam, dan merica untuk memberikan rasa yang lezat.
2. Ditumis atau digoreng: Irisan jamur Maitake bisa ditumis atau digoreng
dengan bawang putih, jahe, atau bumbu lainnya. Tambahkan saus seperti
kecap atau saus hoisin untuk memberikan rasa yang sedap.
3. Dimasak dalam sup atau kuah: Jamur Maitake cocok ditambahkan dalam
sup atau kuah, seperti sup miso atau ramen. Jamur ini bisa dimasak bersama
dengan sayuran, daging, atau seafood.
4. Digunakan sebagai pengganti daging: Jamur Maitake bisa dijadikan sebagai
pengganti daging dalam hidangan, seperti burger jamur atau steak jamur.
Jamur ini memiliki tekstur yang mirip dengan daging dan bisa disajikan
dengan berbagai macam bumbu dan saus.
5. Dikeringkan dan dijadikan bubuk: Jamur Maitake bisa dikeringkan dan
dijadikan bubuk untuk ditambahkan pada hidangan seperti sup, kuah, atau
nasi. Bubuk jamur Maitake mengandung banyak nutrisi dan bisa menjadi
tambahan yang sehat untuk makanan Anda.
Namun, perlu diingat bahwa jamur Maitake tidak boleh dikonsumsi mentah
dan harus dimasak terlebih dahulu untuk menghindari risiko keracunan jamur.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada penulisan makalah ini adalah :
1. Jamur Maitake ditemukan pada pertengahan tahun 1980 oleh ilmuwan Jepang.
Terdapat beberapa nama sebutan dari jamur Maitake yaitu Raja Jamur,
Dancing Mushroom, Hens of the Wood, A Mushroom in PhantasmI.
2. Habitat jamur Maitake sendiri sangat mempengaruhi efektifitasnya. Tumbuh
besar circular di tanah atau dasar sisa pohon atau tunggul, tumbuh di hutan
terutama di hutan lembab atau di dasar sungai, di mana ada banyak pohon-
pohon tua.
3. Khasiat yang didapat dari jamur Maitake ini sangat banyak, mulai dari sebagai
pembantu melawan stress, sebagai obat pencegah kanker, sebagai obat anti
tumor, sebagai obat untuk menstabilkan aliran darah, dan sebagai penghambat
pertumbuhan sel-sel kanker payudara
4. Terdapat beberapa cara pengolahan Jamur Maitake, yaitu dipanggan atau
dibakar, ditumis atau digoreng, dimasak dalam sup atau kuah, digunaka untuk
pengganti daging, dan dikeringkan untuk dijadikan bubuk

3.2 Saran
Mensosialisasikan tentang manfaat jamur kepada masyarakat, serta
membuat progam maupun pelatihan tentang Buidaya Jamur Maitake, mengingat
banyak sekali manfaat tetapi kurangnya ketersediaan di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Agromedia. (2010). Bertanam jamur konsumsi. Jakarta : PT. Agromedia


Pustaka.
Alkndi Herbal, 2014, Jamur Maitake, dipercaya bisa obati kanker dan
AIDS, dimuat dalam http://alkindiherbal.com/artikel-jamur-maitake-dipercaya-
bisa-obati-kanker-dan-aids.
Nanba, H., Kumar, P. 1995, The Therapeutics of Maitake Mushroom in
Japan, Kobe, Japan: New Editions Health World, hlm. 21.
Wikipedia Indonesia, 2015, Jamur Maitake, dimuat dalam situs Wikipedia
Indonesia https://id.wikipedia.org/wiki/Jamur_maitake.

Anda mungkin juga menyukai