Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH MIKROBIOLOGI

“JAMUR”
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Mikrobiologi Yang Diampu Oleh
Rosmini S.Si, M.Pd.

Disusun oleh:

Kelompok 6

Deswita Putri Salsabil (2020010108027)


Restiani (2020010108030)
Andini Risqa Nurrahmah (2020010108026)
Ica Rastika (2020010108031)

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KENDARI
2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah

memberikan karunia, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulisan makalah

tentang

Mikrobiologi yang berjudul “Jamur” ini dapat diselesaikan. Makalah ini disusun

sebagai tugas semester VI oleh setiap kelompok mahasiswa yang telah diberikan

oleh dosen. Penulisan dan penyusunan makalah ini merupakan serangkaian

aktivitas terpadu dan komprehensif dalam mencapai sasaran pembelajaran agar

tercapai secara maksimal dan optimal.

Penulisan Makalah Mikrobiologi “Jamur” ini tentu saja masih ditemukan

beberapa kekurangan dan kelemahan. Semoga bermanfaat dan saya ucapkan

terimakasih.

Kendari, 29 Maret 2023

ii
Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................

KATA PENGANTAR............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................2

C. Tujuan..............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Peranan Poistif dan Negatif Jamur Terhadap Lingkungan..............................3

B. Morfologi Jamur.............................................................................................5

C. Klasifikasi Jmaur.............................................................................................6

D. Khamir...........................................................................................................16

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................................19

B. Saran..............................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kita telah mengenal jamur dalam kehidupan sehari-hari meskipun tidak sebaik
tumbuhan lainnya. Hal itu disebabkan karena jamur hanya tumbuh pada waktu
tertentu, pada kondisi tertentu yang mendukung, dan lama hidupnya terbatas. Sebagai
contoh, jamur banyak muncul pada musim hujan di kayu-kayu lapuk, serasah, maupun
tumpukan jerami. namun, jamur ini segera mati setelah musim kemarau tiba. Seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia telah mampu
membudidayakan jamur dalam medium buatan, misalnya jamur merang, jamur tiram,
dan jamur kuping. Jamur merupakan tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil
sehingga bersifat heterotrof, tipe sel sel eukarotik.

Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler. Tubuhnya terdiri dari


benangbenang yang disebut hifa, hifa dapat membentuk anyaman bercabang-cabang
yang disebut miselium. Reproduksi jamur, ada yang dengan cara vegetatif ada pula
dengan cara generatif. Selain memiliki berbagai macam cara untuk berkembangbiak,
jamur juga terdiri dari aneka macam jenis baik yang bermanfaat maupun yang
berbahaya/beracun. Saat ini sebagian besar jamur yang dibudidayakan masyarakat
adalah jamur yang bermanfaat, khususnya jamur konsumsi yang bisa dimakan atau
dimanfaatkan sebagai obat. Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit
obligat, parasit fakultatif, atau saprofit. Cara hidup jamur lainnya adalah melakukan
simbiosis mutualisme. Jamur yang hidup bersimbiosis, selain menyerap makanan dari
organisme lain juga menghasilkan zat tertentu yang bermanfaat bagi simbionnya.
Simbiosis mutualisme jamur dengan tanaman dapat dilihat pada mikoriza, yaitu jamur
yang hidup di akar tanaman kacang-kacangan atau pada liken. Jamur berhabitat pada
bermacammacam lingkungan dan berasosiasi dengan banyak organisme. Meskipun
kebanyakan hidup di darat, beberapa jamur ada yang hidup di air dan berasosiasi
dengan organisme air. Jamur yang hidup di air biasanya bersifat parasit atau saprofit,
dan kebanyakan dari kelas Oomycetes. Berdasarkan penjelasan di atas maka kami
menyusun makalah ini.

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat di rumuskan beberapa masalah sebagai

berikut :

1) Bagaimana Peranan positif dan negative jamur terhadap lingkungan?

2) Bagaimana Morfologi jamur?

3) Bagaimana klasifikasi pada jamur?

4) Apa yang di maksud dengan khamir?

C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui Peranan positif dan negative jamur terhadap lingkungan

2) Untuk mengetahui Morfologi jamur

3) Untuk mengetahui klasifikasi pada jamur

4) Untuk mengetahui khamir

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peranan Positif dan Negative Jamur Terhadap Lingkungan

Jamur termasuk jenis tanaman yang mudah ditemukan. Beberapa jenis jamur
yang aman dikonsumsi bahkan bisa didapat dengan mudah. Ibarat dua mata pisau,
jamur punya manfaat bagi manusia dan lingkungan tapi juga ada dampak negatifnya.
Hal tersebut tergantung dari jenis jamur dan di mana ia tumbuh.

a) Peranan positif jamur terhadap lingkungan

1. Sebagai decomposer

Beberapa jenis jamur ada yang dapat berfungsi sebagai dekomposer


atau mengurai sampah organik. Jamur-jamur tersebut dapat menguraikan sisa-
sisa tumbuhan, bangkai hewan dan bahan-bahan organik lainnya dan hasil
penguraianya dikembalikan ke tanah sehingga dapat menyuburkan tanah.
Salah satunya adalah jamur Pilobolus.

2. Membantu proses fermentasi

Fermentasi adalah proses mengubah karbohidrat dalam bahan makanan


menjadi asam organik dengan menggunakan mikroorganisme. Dalam industri
fermentasi, keberadaan jamur sangat menentukan keberhasilan produk. Salah
satu jamur berasal dari ragi yaitu Saccaromyces ceriviceae. Contoh hasil
fermentasi adalah bir, roti, tape, dan tempe.

3. Sebagai obat

Walau ada beberapa jamur yang menyebabkan penyakit, ternyata ada


juga jamur yang bisa dijadikan obat. Salah satunya adalah Ganoderma
lucidum. Jamur ini disebut juga ling zhi berkhasiat sebagai obat herbal
antidiabetes, antihipertensi, antialergi, antioksidan, antihepatitis, analgesik,
anti-HIV, serta perlindungan terhadap liver, ginjal, hemoroid atau wasir,
antitumor, dan sistem imunitas (kekebalan tubuh).

Selain itu juga ada jamur Penicillium notatum yang dibuat menjadi obat
antibiotik yaitu penisilin yang berguna untuk obat alergi.

4. Sumber makanan bagi manusia

3
Benerapa jenis jamur tertentu umum dimasak dalam sup atau bahkan
sebagai keripik. Jamur-jamur yang biasanya dijadikan sebagai makanan adalah
Auricularia polytricha (jamur kuping), Volvariella volvaceae (jamur merang),
dan Pleurotes (jamur tiram).

b) Peranan negative jamur terhadap lingkungan

1. Dapat menghasilkan racun yang berbahaya bagi mahluk hidup

Jenis jamur Aspergillus flavus dapat menghasilkan beberapa senyawa


yang disebut dengan Aflatoksin. Salah satu Aflatoksin, yaitu Aflatoksin B1
memiliki sifat karsinogenik dan dapat menyebabkan kanker. Aflatoksin ini
dapat ditemui di biji-bijian yang berminyak dan memiliki karbohidrat tinggi.
Selain itu dapat juga menyebabkan penyakit pernapasan Aspergillosis.

Jamur Amanita phalloides juga memiliki racun yang tidak hilang


walaupun telah dimasak. Akibatnya akan menimbulkan iritasi dan rasa sakit
yang parah dan bahkan kerusakan pada mata dan kulit, hingga kematian.

2. Menjadi ham tumbuhan dan penyakit pada hewan

Jamur Ustilago maydis dapat menjadi parasit pada tanaman jagung.


Ustilago maydis umumnya menyerang tongkol jagung dengan masuk ke
dalam biji dan menyebabkan pembengkakan serta terbentuknya kelenjar.
Pembengkakan akan mengakibatkan bagian jagung rusak dan kelenjarnya
pecah sehingga spora Ustilago maydis dapat menyebar. Selain Ustilago
maydis, ada jamur-jamur lain yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan
seperti Malassezia sp, dermatofit (Ringworm), atau pada tumbuhan seperti
Phytophtthora infestans, Alternaris brassicae.

3. Dapat menurunkan kualitas makanan

Jika makanan sudah ada bagian yang menghitam, berwarna putih atau
biru, sebaiknya jangan dikonsumsi. Jika sudah terkena jamur, makanan atau
benda-benda lain, ada kemungkinan akan termakan, terkena kulit, atau
sporanya akan terhirup dan akibatnya bisa berbahaya.

4
B. Morfologi Jamur

Jamur adalah mikroorganisme eukariotik heterotof, tidak dapat melakukan


fotosintesis yang berkembang biak dengan spora yang khas. Jamur dapat juga
berkembang biak dengan aseksual dan seksual. Beberapa jamur merupakan organisme
yang uniseluler, tetapi kebanyakan jamur membentuk filamen yang merupakan sel
vegetatif yang dikenal dengan sebutan miselium. Miselium adalah kumpulan hifa atau
filamen yang menyerupai tube. Jamur tidak mempunyai kromatofora, oleh sebab itu
umumnya tidak berwarna, tetapi pada jamur yang tinggi tingkatannya terdapat
bermacammacam zat warna, terutama dalam badan buahnya. Zat-zat warna itu
umumnya terdiri atas senyawa aromatik yang tidak mengandung N. Talus hanya pada
yang sederhana saja yang telanjang, umumnya sel-sel mempunyai mambran yang
terdiri atas kitin dan bukan selulosa.
Di antara ciri-ciri jamur yang penting adalah tidak mengandung klorofil,
tubuhnya terdiri dari filamen atau benang yang bercabang-cabang yang disebut hifa.
Benang-benang tersebut dapat kumpul dalam massa atau gumpalan dan secara
kumpulan dinamakan miselium. Hifa itu mengandung nukleus dan sitoplasma, dapat
dipisah-pisahkan oleh dinding sekat (septum) menjadi sel-sel atau segmen, maka hifa
seperti itu dinamai hifa berseptum/ septat. Bila tidak dipisah-pisahkan oleh septum,
jadi seperti tabung yang bersinambungan, disebut hifa aseptat. Sebagaimana dijumpai
pada alga, reproduksi dilakukan dengan pembentukan spora secara seksual dana
seksual. Pada beberapa cendawan, seperti jamur padi, jamur bulan, jamur kelentos,
jamur tangkil, jamur impes dan lain-lain sporanya dibentuk didalam buah
(basidiokarp). Pada cendawan lain, struktur menyolok seperti itu tidak ada, maka
pembentukan sporanya sangat berdekatan dengan hifa asimiliatif.
Dikarenakan jamur tidak berklorofil (Aklorofil), maka hidupnya harus sebagai
parasit ataupun sebagai saprob. Beberapa spesies hanya terbatas pada salah satu cara
hidup, yang lain dapat hidup sebagai parasit pada organisme hidup lain atau sebagai
saprob jika benda itu tidak hidup. Sebagian lagi melangsungkan dari daur hidupnya
sebagai parasit dan pada tingkat perkembangannya yang lain sebagai saprob. Jamur
dapat tumbuh subur pada setiap lingkungan yang menyediakan makanan, suhu dan
kelembaban yang sesuai. Mereka hid up didalam tanah, pada tubuh binatang atau
tumbuhan yang hidup atau mati dan pada badan organik lain seperti makanan dan

5
kulit. Didaerah tropik, sepatu dan cendawan dapat menjadi bercendawan dengan
bantuan enzim, seperti protease, selulase, amilase dan pectinase.

C. Klasifikasi Jmaur
Jamur atau fungi dipelajari secara spesifik di dalam cabang biologi yang
disebut mikologi. Para ahli mikologi (mycologist) mengelompokkan kingdom ini ke
dalam 6 divisi. Dasar yang digunakan dalam klasifikasi ini adalah persamaan ciri-ciri.
Salah satu ciri jamur adalah bereproduksi dengan spora, baik spora berflagela maupun
spora tidak berflagela. Jenis-jenis jamur yang sporanya berflagela dikelompokan
dalam Dunia Protista yaitu Myxomycotina dan Oomycotina. Sedangkan yang
memiliki spora tidak berfl agela dimasukkan ke dalam Dunia Fungi dan dibagi
menjadi 3 divisi, yaitu Divisi Zygomycotina, Divisi Ascomycotina, dan Divisi
Basidiomycotina. Dasar klasifi kasi ketiga divisi tersebut adalah cara reproduksi
seksual. Sedangkan jamur-jamur yang reproduksi seksualnya belum diketahui,
diklasifi kasikan ke dalam satu divisi, yang diberi nama Divisi Deuteromycotina

1. MYXOMYCOTINA (Jamur lendir)


Pada umumnya, jamur lendir berwarna (berpigmen) kuning atau orange,
walaupun ada sebagian yang berwarna terang. Jamur ini bersifat heterotrof dan
hidup secara bebas. Tahapan memperoleh makan dalam siklus hidup jamur lendir
merupakan suatu massa ameboid yang disebut plasmodium. Plasmodium ini dapat
tumbuh besar hingga diameternya mencapai beberapa sentimeter. Walaupun
berukuran besar, plasmodium bukan multiseluler. Plasmodium merupakan massa
tunggal sitoplasma yang mengandung banyak inti sel. Plasmodium menelan
makanan melalui fagositosis. Mereka melakukan ini sambil menjulurkan
pseudopodia melalui tanah yang lembab, daun-daunan, atau kayu yang membusuk.
Jika habitat jamur lendir mulai mongering atau tidak ada makanan yang tersisa,
plasmodium akan berhenti tumbuh dan berdiferensiasi menjadi tahapan siklus
hidup yang berfungsi dalam tahapan reproduksi seksual. Contoh jamur lendir
adalah jenis Dyctystelum discridium.

6
2. OOMYCOTINA
Oomycotina berarti fungi telur. Istilah ini didasarkan pada cara reproduksi
seksual pada jamur air. Beberapa anggota Oomycotina bersifat uniseluler dan tidak
memiliki kloroplas.
Jamur air memiliki dinding sel terbuat dari selulosa, yang berbeda dengan
dinding sel jamur sejati yang terbuat dari polisakarida yang disebut kitin. Yang
membedakan jamur air dengan jamur sejati adalah adanya sel bifl agellata yang
terjadi pada daur hidup jamur air. Sementara jamur sejati tidak memiliki flagella.
Sebagian besar jamur air hidup secara bebas atau melekat pada sisa-sisa
tumbuhan di kolam, danau, atau aliran air. Meraka hidup sebagai pengurai dan
berkoloni. Walaupun begitu, ada juga yang hidup pada sisik atau insang ikan yang
terluka sebagai parasit. Contoh anggota Oomycotina adalah Saprolegnia, dan
Phytoptora infestans. Selain bersifat parasit, jamur air juga bersifat patogen (dapat
menimbulkan penyakit), seperti menyebabkan pembusukan kayu pada kentang dan
tomat.
Jamur air dapat bereproduksi secara seksual atau aseksual. Secara aseksual,
jamur air menghasilkan sporangium di ujung hifa. Di dalam sporangium tersebut,
dihasilkan spora yang berfl agella yang disebut zoospora. Ketika zoospora matang
dan jatuh di tempat yang sesuai, maka akan berkecambah dan tumbuh menjadi
mycelium baru. Adapun reproduksi secara seksual terjadi melalui penyatuan gamet
jantan dan gamet betina. Gamet jantan dihasilkan oleh antheredium dan gamet
betina dihasilkan dari oogonium. Penggabungan gamet jantan dan gamet betina
menghasilkan zigot diploid. Zigot ini nantinya akan berkembang menjadi spora,
yang berdinding tebal. Saat spora berkecambah, akan dihasilkan mycelium baru.

3. ZYGOMYCOTINA
Zygomycotina disebut juga sebagai the coenocytic true fungi. Jenis jamur
yang terkenal dari kelompok ini adalah jamur hitam pada roti (black bread mold)
atau Rhizopus sp. Divisi Zygomycotina memiliki anggota yang hampir semuanya
hidup pada habitat darat, kebanyakan hidup sebagai saprofi t. Tubuhnya bersel
banyak, berbentuk benang (hifa) yang tidak bersekat, dan tidak menghasilkan spora
yang berflagella.

7
Reproduksi Zygomycotina terjadi secara aseksual dan seksual. Pada
reproduksi seksual, jamur ini menghasilkan zigospora. Sedangkan reproduksi
aseksualnya dengan perkecambahan (germinasi) spora. Spora tersebut tersimpan di
dalam sporangium (kotak spora). Jika spora matang, sporangium akan pecah,
sehingga spora menyebar terbawa angin. Apabila spora tersebut jatuh di tempat
yang sesuai, maka spora akan tumbuh menjadi hifa baru.
Reproduksi seksual atau generatif dilakukan dengan cara konjugasi. Proses
ini diawali ketika dua hifa yang berlainan jenis, yakni hifa (+) dan hifa (-), saling
berdekatan. Masing-masing hifa pada sisi-sisi tertentu mengalami pembengkakan
dan perpanjangan pada bagian- bagian tertentu, disebut gametangium. Kemudian,
kedua gametangium tersebut bertemu dan kedua intinya melebur membentuk zigot.
Zigot kemudian berkembang menjadi zigospora (diploid). Pada tahapan
berikutnya, zigospora tumbuh, dindingnya menebal dan berwarna hitam. Inti
diploid (2n) mengalami meisosis, menghasilkan inti haploid (n). Pada lingkungan
yang sesuai, zigospora akan tumbuh dan membentuk sporangium. Sporangium ini
memiliki struktur penopang yang disebut sporangiofora. Selanjutnya, reproduksi
secara aseksual dimulai lagi yaitu ditandai dengan pematangan sporangium hingga
sporangium tersebut pecah dan spora tersebar keluar.
Zygomycotina memiliki beberapa jenis yang mudah dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari. Beberapa diantaranya merupakan jamur pada makanan.
Jenis-jenis jamur tersebut antara lain:

a. Rhizophus stolonifera
Jamur ini tampak sebagai benang-benang berwarna putih, memiliki rizoid
dan stolon. Merupakan saprofi t yang hidup pada bungkil kedelai dan bermanfaat
dalam pembuatan tempe.

b. Rhizophus nigricans

Jamur ini dapat menghasilkan asam fumarat.

8
c. Mucor mucedo
Jamur ini hidup secara saprofi t. Sering dijumpai pada roti, sisa-sisa
makanan dan kotoran ternak. Miselium jamur ini berkembang di dalam substrat.
Memiliki sporangium yang dilengkapi oleh sporangiofor.

d. Pilobolus sp.

Jamur ini sering disebut ‘pelempar topi’ atau cap thrower, karena bila
sporangiumnya telah masak, jamur ini bisa melontarkannya sampai sejauh 8 meter.
Spora tersebut kemudian melekat pada rumput atau tumbuhan lain. Ketika
tumbuhan tersebut dimakan hewan, spora jamur yang melekat tersebut akan
berkecambah di dalam saluran pencernaan dan akan tumbuh pada kotoran yang
dikeluarkan hewan tersebut.

4. ASCOMYCOTINA
Ascomycotina disebut juga sebagai the sac fungi. Merupakan fungi yang
reproduksi seksualnya dengan membuat askospora di dalam askus (ascus = sac atau
kantung/pundi-pundi). Askus adalah semacam sporangium yang menghasilkan
askospora. Beberapa askus biasanya mengelompok dan berkumpul membentuk
tubuh buah yang disebut askorkarp atau askoma (kalau banyak disebut askomata).
Askomata bisa berbentuk mangkok, botol, atau seperti balon). Hifa dari
Ascomycotina umumnya monokariotik (uninukleat atau memiliki inti tunggal) dan
sel-sel yang dipisahkan oleh septa sederhana.
Jadi, askus merupakan struktur umum yang dimiliki oleh anggota Divisi
Ascomycotina. Tubuhnya ada yang berupa uniseluler dan ada pula yang
multiseluler. Hidup sebagai saprofi t dan parasit. Beberapa jenis diantaranya dapat
juga bersimbiosis dengan makhluk hidup ganggang hijaubiru dan ganggang hijau
bersel satu membentuk lumut kerak.
Siklus hidup Ascomycotina dimulai dari askospora yang tumbuh menjadi
benang (hifa) yang bercabang-cabang. Kemudian, salah satu dari beberapa sel pada
ujung hifa berdiferensiasi menjadi askogonium, yang ukurannya lebih lebar dari
hifa biasa. Sedangkan ujung hifa yang lainnya membentuk Anteridium. Anteridium
dan Askogonium tersebut letaknya berdekatan dan memiliki sejumlah inti yang
haploid.

9
Pada askogonium tumbuh trikogin yang menghubungkan askogonium
dengan anteredium. Melaui trikogin ini inti dari anteredium pindah ke askogonium
dan kemudian berpasangan dengan inti pada askogonium. Selanjutnya pada
askogonium tumbuh sejumlah hifa yang disebut hifa askogonium. Inti-inti
membelah secara mitosis dan tetap berpasangan. Hifa askogonium tumbuh
membentuk septa bercabang. Bagian askogonium berinti banyak, sedangkan pada
bagian ujungnya berinti 2. Bagian ujung inilah yang akan tumbuh menjadi bakal
askus.
Hifa askogonium ini kemudian berkembang disertai pertumbuhan miselium
vegetatif yang kompak, membentuk tubuh buah. Dua inti pada bakal askus
membentuk inti diploid yang kemudian membelah secara meiosis untuk
menghasilkan 8 spora askus (askospora). Apabila askospora tersebut jatuh pada
lingkungan yang sesuai maka ia akan tumbuh membentuk hifa atau miselium baru.
Reproduksi aseksual pada Ascomycotina adalah dengan cara membentuk
tunas dan spora aseksual. Pembentukan tunas terjadi pada jamur uniseluler dan
spora aseksual pada jamur terjadi pada jamur multiseluler. Spora aseksual tersebut
terbentuk pada ujung hifa khusus yang disebut konidiofor dan sporanya disebut
konidia. Konidia merupakan spora yang dihasilkan secara eksternal, yaitu di luar
kotak spora atau sporangium.
Berikut adalah beberapa contoh jamur anggota Divisi Ascomycotina.
a. Saccharomyces cerevisiae
Saccharomyces cerevisiae merupakan jamur mikroskopis, bersel
tunggal dan tidak memiliki badan buah, sering disebut sebagai ragi, khamir,
atau yeast. Reproduksi vegetatifnya adalah dengan membentuk kuncup atau
tunas (budding). Pada kondisi optimal, khamir dapat membentuk lebih dari 20
tunas. Tunas-tunas tersebut semakin membesar dan akhirnya terlepas dari sel
induknya. Tunas yang terlepas ini kemudian tumbuh menjadi individu baru.
Reproduksi generatif terjadi dengan mem ben tuk askus dan askospora.
Askospora dari 2 tipe aksus yang berlainan bertemu dan menyatu
menghasilkan sel diploid. Selanjutnya terjadi pembelahan secara meiosis,
sehingga beberapa askospora (haploid) dihasilkan lagi. Askospora haploid
tersebut berfungsi secara langsung sebagai sel ragi baru. Cara reproduksi

10
seksual ini terjadi saat reproduksi aseksual tidak bisa dilakukan, misalnya bila
suplai makanan terganggu atau lingkungan hidupnya tidak mendukung.
Dalam kehidupan manusia, S. cerevisiae dimanfaatkan dalam
pembuatan roti, tape, peuyeum, minuman anggur, bir, dan sake. Proses yang
terjadi dalam pembuatan makanan tersebut adalah fermentasi.

Gambar . Saccharomyces cerevisiae

b. Penicillium sp.

Penicillium hidup sebagai saprofi t pada substrat yang banyak mengandung


gula, seperti nasi, roti, dan buah yang telah ranum. Pada substrat gula tersebut,
jamur ini tampak seperti noda biru atau kehijauan. Perhatikan Gambar 5.18.
Reproduksi jamur Penicillium berlangsung secara vegetatif (konidia) dan secara
generatif (askus). Beberara contoh jamur anggota genus Penicillium antara lain:
• Penicillium notatum dan Penicillium chrysogenum

• Kedua jenis Penicillium ini menghasilkan zat antibiotik (penisilin)

• Penicillium roquefortii dan Penicillium camemberti

• Kedua jenis jamur ini biasa dimanfaatkan dalam memberti cita rasa atau
mengharumkan keju.
c. Aspergillus spp.

Jamur ini biasanya tumbuh berkoloni pada makanan, pakaian, dan alat-alat
rumah tangga. Koloni Aspergillus berwarna abu-abu, hitam, coklat, dan kehijauan.
Distribusinya luas, dapat tumbuh di daerah beriklim dingin maupun daerah tropis.
Reproduksi secara vegetatif dengan konidia yang disebarkan oleh angin. Beberapa
jenis jamur anggota marga Aspergillus adalah:

11
1. Aspergillus oryzae
Jamur ini biasa digunakan untuk mengempukkan adonan roti, dan jamur
tersebut dapat menghasilkan enzim protease.

2. Aspergillus wentii
Aspergilus jenis ini berperan dalam dalam pembuatan sake, kecap, tauco,
asam sitrat, asam oksalat, dan asam format, serta penghasil enzim protease.

3. Aspegillus niger
Jenis ini dimanfaatkan untuk menghilangkan gas O2 dari sari buah, dan
dapat menjernihkannya. Jamur tersebut juga dapat menghasilkan enzim glukosa
oksidase dan pektinase.

4. Apergillus flavus
Jenis Aspergilus ini menghasilkan aflatoksin, penyebab kanker pada manusia.

5. Apergillus nidulans
Jamur ini hidup sebagai parasit pada telinga, menyebabkan automikosis.

d. Neurospora crassa
Neurospora crassa dikenal sebagai jamur oncom karena sering digunakan
untuk membuat oncom. Warna merah muda atau jingga yang muncul pada oncom
merupakan warna konidia jamur tersebut. Awalnya jenis ini dikelompokkan ke
dalam Divisi Deuteromycota, dengan nama Monilia sitophila. Tetapi setelah
ditemukan alat reproduksi generatifnya, berupa askus, sekarang jamur ini
dimasukkan ke dalam kelompok Ascomycotina.

e. Morchella deliciosa dan Morchella esculenta


Kedua jenis jamur ini merupakan jamur makroskopis, hidup di tanah.
Karena rasanya yang lezat, jamur ini menjadi konsumsi manusia. Dalam dunia
perdagangan jamur ini dikenal dengan nama morel, ukuran tubuhnya sedang,

12
berwarna coklat kemerahmerahan, tubuhnya seperti spons dan sering dijual dalam
bentuk awetan.

5. BASIDIOMYCOTINA
Divisi Basidiomycotina sering disebut juga sebagai the club fungi atau yang
sering disebut jamur pada umumnya (cendawan atau mushrooms). Jamur ini
bereproduksi secara seksual dengan membentuk basidia yang kemudian menghasilkan
basidiospora di dalam tubuh buah yang disebut basidioma atau basidiokarp. Basidia
tersebut bisa berkembang dalam bentuk seperti insang, pori-pori, seperti gigi, atau
struktur lain. Hifa dari Basiomycotina umumnya dikaryotik (binukleat, dengan 2 inti)
dan terkadang memiliki hubungan yang sa ling mengapit. Sel-sel tersebut dipisahkan
oleh septa yang kompleks. Anggota nya kebanyakan berupa jamur makroskopis.
Kelompok ini memiliki miselium yang bersekat dan memiliki tubuh buah (basi
diokarp) yang panjang, berupa lembaran- lembaran, yang berliku-liku atau bulat.
Jamur ini umumnya hidup saprofi t dan parasit, umumnya berkembang biak secara
aseksual dengan konidium.
Siklus hidup Basidiomycota dimulai dari spora basidium atau konidium yang
tumbuh menjadi hifa yang bersekat dengan 1 inti (monokariotik). Hifa tersebut
kemudian tumbuh membentuk miselium. Hifa-hifa yang berbeda, hifa (+) dan hifa (-),
bersinggungan pada masing- masing ujungnya dan melebur diikuti dengan larutnya
masingmasing dinding sel. Kemudian inti sel dari salah satu sel pindah ke sel yang
lainnya, sehingga sel tersebut memiliki 2 inti sel (dikariotik). Sel dikariotik tersebut
akhirnya tumbuh menjadi miselium dikariotik dan selanjutnya menjadi tubuh buah
(basidiokarp).
Basidiokarp memiliki bentuk seperti payung. Pada bagian bawahnya terdapat
basidium yang terletak pada bilah-bilah (lamela). Masingmasing basidium memiliki 2
inti (2n). Kemudian 2 inti tersebut mengalami meiosis dan akhirnya terbentuk 4 inti
haploid. Dan apabila mendapatkan lingkungan yang sesuai, inti haploid tersebut akan
tumbuh menjadi spora basidium, atau disebut juga spora seksual. Begitu seterusnya
membentuk siklus hidup Basidiomycotina.
Berbagai jenis jamur yang dikonsumsi kita konsumsi dalam kehidupan sehari-
hari adalah anggota Basidiomycotina. Jenis-jenis tersebut antara lain:

13
a. Volvariella volvacea (jamur merang)
Jamur ini mempunyai tubuh buah berbentuk seperti payung, terdiri atas
lembaran-lembaran (bilah), yang berisi basidium. Tubuh buahnya berwarna putih
kemerah-merahan. Jamur ini merupakan sumber protein, kadar kalorinya tinggi,
tetapi kadar kolesterolnya rendah. Karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi,
jamur ini banyak dibudidayakan.

Gambar . Jamur merang

b. Auricularia polythrica (jamur kuping)


Jamur kuping merupakan jamur saprofi t pada kayu yang mati. Tubuh
buahnya berbentuk seperti daun telinga (kuping), berwarna merah

kecoklat-coklatan. Rasanya enak dan bisa dimakan seperti sayuran. Jamur ini pun
sekarang sudah banyak dibudidayakan.
Gambar . Jamur Kuping

c. Amanita phalloides
Amanita phalloides merupakan salah satu anggota suku Amanitaceae.
Amanita, merupakan cendawan yang indah, tetapi juga merupakan anggota daftar
cendawan yang mematikan di bumi, mengandung cukup racun untuk membunuh
seorang dewasa hanya dengan sepotong tubuhnya. Jamur ini hidup sebagai saprofi
t pada kotoran hewan ternak, memiliki tubuh buah berbentuk seperti payung.
Perhatikan Gambar 5.24.

14
d. Puccinia graminis (jamur karat)

Jamur ini hidup parsit pada daun rumput-rumputan (Graminae), tubuhnya


makroskopik, tidak memiliki tubuh buah, dan sporanya berwarna merah kecoklatan
seperti warna karat.

6. DEUTEROMYCOTIN
Beberapa jamur yang belum diketahui alat reproduksi generatifnya
dimasukkan ke dalam Deuteromycotina. Kelompok jamur ini juga sering disebut
sebagai jamur tidak sempurna atau the imperfect fungi. Jamur ini tidak mengalami
reproduksi seksual atau mereka menunjukkan tahap aseksual (anamorph) dari jamur
yang memiliki tahap seksual (teleomorph). Jamur ini menyerupai Ascomycotina
(septanya sederhana). Jadi, kelompok ini bisa dikatakan sebagai “keranjang sampah”,
tempat sementara untuk menampung jenis-jenis jamur yang belum jelas statusnya.
Apabila pada penelitian berikutnya ditemukan cara reproduksi seksualnya, maka suatu
jenis jamur anggota Deuteromycotina akan bisa dikelompokkan ke dalam Divisi
Ascomycotina atau Divisi Basidiomycotina. Contohnya adalah Neurospora crassa
yang saat ini dimasukkan ke dalam kelompok Ascomycotina.
Semua jamur anggota divisi artifi sial ini bereproduksi secara aseksual dengan
konidia. Konidia dibentuk diujung konidiosfora, secara langsung pada hifa yang
bebas. Beberapa jenis hidup pada dedaunan dan sisa-sisa tumbuhan yang tenggelam di
dasar sungai yang berarus deras. Beberapa kelompok yang lain merupakan parasit
pada protozoa dan hewan-hewan kecil lainnya dengan berbagai cara. Beberapa jenis
juga ditemui pada semut dan sarang rayap.
Beberapa jamur parasit pada hewan-hewan kecil mengembangkan unbranched
body di dalam tubuh korbannya, kemudian secara perlahan- lahan menyerap nutrien
sampai korbannya mati. Setelah itu jamur tersebut memproduksi rantai spora yang
mungkin menempel atau termakan oleh hewan-hewan lain yang akan menjadi
korbannya. Cara lain adalah dengan menangkap mangsanya dengan hifa yang dapat
menusuk, dengan menumpangi dan melekat pada amuba. Salah satu kelompok jamur
penghuni tanah ada yang mampu menangkap cacing nematoda dengan membentuk
cincin hifa atau hyphal loop. Ukuran cicin hifa tersebut lebih kecil dari ukuran tubuh
nematode dan run cing pada kedua ujungnya. Ketika nematoda memasukkan

15
kepalanya ke dalam cincin hifa, cacing tersebut cenderung berusaha keluar dengan
bergerak maju, bukan mundur, sehingga cacing tersebut justru terjebak pada
kumparan hifa jamur tersebut. Perhatikan Gambar 5.26. Setelah berhasil menjerat
korbannya, jamur tersebut kemudian membentuk haustoria yang tumbuh menembus
ke dalam tubuh cacing dan mencernanya.
Pada manusia, jamur anggota Divisi Deuteromycotina umumnya
menyebabkan penyakit. Epidermophyton fl oocosum menyebabkan penyakit kaki
atlet, sedangkan Microsporum sp. dan Trichophyton sp. menyebabkan penyakit kurap
atau panu. Karena hidup dikulit, kedua jamur tersebut sering disebut juga sebagai
dermatophytes. Jenis lain yang merupakan penyebab penyakit pada manusia adalah
Candida albicans. Jamur mikroskopis ini memiliki bentuk tubuh mirip ragi, tetapi sifat
hidupnya adalah parasit. Penyakit yang ditimbulkannya adalah penyakit keputihan
yang terjadi karena adanya infeksi pada vagina.
Deuteromycotina juga memiliki beberapa anggota yang merupakan penyebab
penyakit pada tanaman. Sclerotium rolfsie adalah jamur yang menyebabkan penyakit
busuk pada tanaman budidaya. Sedangkan Helminthosporium oryzae adalah contoh
jamur parasit yang dapat merusak kecambah dan buah serta dapat menimbulkan noda-
noda berwarna hitam pada daun inangnya.

D. Khamir
Sel khamir mempunyai ukuran yang bervariasi, yaitu dengan panjang 1-5 µm
sampai 20-50µm, dan lebar 1-10µm. sel vegetatif yang berbentuk apikulat atau lemon
merupakan karakteristik grup khamir yang ditemukan pada tahap awal fermentasi
alami buah-buahan dan bahan lain yang mengandung gula (Fardiaz, 1989).
Khamir adalah fungi uniselular yang menepati habitat air dan lembab,
termasuk getah pohon dari jaringan hewan. Khamir bereproduksi secara aseksual,
dengan cara pembelahan sel sederhana atau dengan cara pelepasan sel tunas dari sel
induk. Beberapa fungi dapat tumbuh sebagai sel tunggal atau sebagai miselium
filament, tergantung pada ketersediaan zat-zat hara yang ada (Cambell, 2003).
Pada umumnya sel khamir lebih besar daripada kebanyakan bakteri, tetapi
khamir yang paling kecil tidak sebesar bakteri yang terbesar. Khamir sangan beragam
ukurannya, berkisar antara 1 sampai 5 µm lebarnya dan panjangnya dari 5 sampai 30

16
µm atau lebih. Biasanya berbentuk telur, tetapi beberapa ada yang memanjang atau
berbentuk bola (Pelczar, 1986).

Dalam kultur yang sama, ukuran dan bentuk sel khamir mungkin berbeda
karena pengaruh umur sel dan lingkungan selama pertumbuhan. Sel yang muda
mungkin berbeda bentuk dari yang tua karena adanya proses ontogeny, yaitu
perkembangan individu sel (Fardiaz, 1989).

 Kelompok Khamir (Yeast)

1) Kelompok yeast sejati (True yeasts)

Kelompok yeast sejati pada dasarnya termasuk kedalam kelas


Ascomycetes, dengan ciri memiliki spora. Termasuk kedalam kelompok ini
adalah berbagai spesies Saccharomyces, Schizosaccharomyces,
Zygosaccharomyces, Pichia, Hansenula, Debaryomyces dan
Hanseniaspora..Sedangkan pada kelompok jenis yeast sejati ini spesies yang
umum digunakan dalam industri adalah Saccharomyces cerevisiae yaitu untuk
pembuatan roti, minuman beralkohol, glyserol dan enzim invertase.

2) Kelompok yeast yang liar (wild yeast)


Kelompok yeast ini tidak mempunyai spora. Yeast liar ini
pertumbuhannya terkadang diharapkan ada yang tidak diharapkan dalam suatu
fermentasi. Termasuk dalam kelompok yeast ini adalah Candida, Torulopsis,
Brettanomyces, Rhodotorula, Trichosporon dan Kloeckera. (Cambell, 2003).

 Morfologi Khamir
Sel khamir mempunyai ukuranyang bervariasi, yaitu dengan panjang 1-5
mm sampai 20-50 mm, lebar 1-10 mm. Bentuk khamir bermacam-macam, yaitu
bulat, oval, silinder, ogival yaitu bulat pnjang dengan salah satu ujung runcing,
segitiga melengkung,dll.
Ukuran dan bentuk sel dalam kultur yang sama mungkin berbeda karena
pengaruh perbedaan umur dan kondisi lingkungan selama pertumbuhan . Sel muda
mungkin berbeda bentuknya dari yang tua karena adanya proses ontogeny, yaitu
perkembangan individu sel. Contoh Khamir yang erbentuk apikulat umumnya

17
berasal dari tunas berbentuk bulat sampai bulat oval yang terlepas dari induknya,
kemudian tumbuh dan membentuk tunas sendiri.

 Fisiologi Khamir
Khamir kebanyakan tumbuh paling baik pada kondisi dengan air yang
cukup. Khamir dapat tumbuh pada medium dengan gula atau garam yang tinggi,
sehingga khamir kebutuhan air untuk pertumbuhan lebih sedikit dibandingkan
dengan bakteri. Batas aktivitas air khamir terendah untuk pertumbuhan berkisar
antara 0,88-0,94. Selain itu banyak kamir yang bersifat osmofilik yakni dapat
tumbuh pada medium dengan aktivitas air relative rendah, yaitu 0,62-0,65.
Kisaran suhu untuk pertumbuhan kebanyakan khamir pada umumnya
hamper sama dengan kapang, yaitu suhu optimum 25-30 derajat celcius dan suhu
maksimum 34-47 derajat celcius, tetapi beberapa khamir dapat tumbuh pada suhu 0
derajat celcius. Kebanyakan khamir lebih cepat tumbuh pada pH 4.0-4,5, dan tidak
dapat tumbuh dengan baik pada medium alkali, kecuali jika telah beradaptasi.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Peranan positif jamur terhadap lingkungan yaitu: sebagai decomposer,


membantu proses fermentasi, sebagai obat, sebagai makanan bagi manusi.
Sedangkan dampak negatifnya yaitu: dapat menghasilkan racun yang
berbahaya bagi mahluk hidup, menjadi hama tumbuhan dan penyakit pada
hewan, dan dapat menurunkan kualitas makanan dan bahan-bahan lainnya.

2. Morfologi pada jamur: Jamur adalah mikroorganisme eukariotik heterotof,


tidak dapat melakukan fotosintesis yang berkembang biak dengan spora yang
khas. Jamur dapat juga berkembang biak dengan aseksual dan seksual.
Beberapa jamur merupakan organisme yang uniseluler, tetapi kebanyakan
jamur membentuk filamen yang merupakan sel vegetatif yang dikenal dengan
sebutan miselium.

3. Jamur atau fungi dipelajari secara spesifik di dalam cabang biologi yang
disebut mikologi. Para ahli mikologi (mycologist) mengelompokkan kingdom
ini ke dalam 6 divisi. Dasar yang digunakan dalam klasifikasi ini adalah
persamaan ciri-ciri. Salah satu ciri jamur adalah bereproduksi dengan spora,
baik spora berflagela maupun spora tidak berflagela. Jenis-jenis jamur yang
sporanya berflagela dikelompokan dalam Dunia Protista yaitu Myxomycotina
dan Oomycotina. Sedangkan yang memiliki spora tidak berfl agela
dimasukkan ke dalam Dunia Fungi dan dibagi menjadi 3 divisi, yaitu Divisi
Zygomycotina, Divisi Ascomycotina, dan Divisi Basidiomycotina. Dasar
klasifi kasi ketiga divisi tersebut adalah cara reproduksi seksual. Sedangkan
jamur-jamur yang reproduksi seksualnya belum diketahui, diklasifi kasikan ke
dalam satu divisi, yang diberi nama Divisi Deuteromycotina.

4. Khamir adalah fungi uniselular yang menepati habitat air dan lembab,
termasuk getah pohon dari jaringan hewan. Khamir bereproduksi secara
aseksual, dengan cara pembelahan sel sederhana atau dengan cara pelepasan
sel tunas dari sel induk. Beberapa fungi dapat tumbuh sebagai sel tunggal atau
sebagai miselium filament, tergantung pada ketersediaan zat-zat hara yang

19
ada.

B. Saran
Saya menyadari bahwa saya masih memiliki keterbatasan pengetahuan,
pengalaman, serta masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu saya
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, saya sampaikan banyak terimakasih.

20
DAFTAR PUSTAKA

Creager, A.N.H. (2002) (Didigitalisasi oleh Google Penelusuran Buku).


Mengenal lebih dalam mengenai jamur (edisi ke-Edisi ke-2).
Chicago: University of Chicago Press. hlm. 119.
Hershey AD, Chase M (1952). "Independent Function of fungi Nucleic Acid
in Growth of Bacteriophage" (pdf). Journal of General Physiology
36: 39-56.
Sastrahidayat, Ika Rochdjatun. 2011. Mikrobiologi Ilmu Jamur. Malang.
Universitas Brawijaya Press (UB Press).
Campbell., Reece dan Mitcheel. 2003. Biologi. Erlangga, Jakarta.

Fardiaz, Srikandi. 1989. Mikrobiologi Pangan. IPB, Bogor.

Pelczar, Jr. 1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press, Jakarta

21

Anda mungkin juga menyukai