Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MIKROBIOLOGI
PERAN MIKROBIA DI ALAM

DISUSUN OLEH:

ANA VALENTINA : 211430748


ANRY IRAWAN : 211410733

EVELIN AURELYA BATO : 211430749

IDIL AQSA : 201430666

NIKEN NURJANAH : 211420742


NUR AKILA : 211420744
SRI NURUL HIDAYATULLAH : 211420746

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEMBILAN BELAS NOVEMBER KOLAKA
KOLAKA
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga pembuatan makalah dengan judul “Peran mikrobia di alam”
ini dapat terselesaikan dengan lancar. Makalah ini disusun dengan maksud untuk
memenuhi tugas mata kuliah Mikrobiologi. Tak ada gading yang tak retak, maka
saya menyadari bahwa makalah ini tentunya masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu atas saran dari berbagai pihak sangat diharapkan yang bersifat
membangun dan berguna untuk pembenahan dan penyempurnaan serta memotivasi
saya dalam penulisan karya ilmiah selanjutnya.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan masalah ............................................................................................ 2
C. Tujuan ............................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 3
A. Mikroba ............................................................................................................ 3
B. Peran mikrobia di alam ................................................................................... 3
BAB III PENUTUP ....................................................................................................11
A. Kesimpulan .....................................................................................................11
B. Saran ................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mikroorganisme tidak lepas dari bidang ilmu Mikrobiologi, ditakrifkan
sebagai ilmu yang mempelajari mahluk hidup berukuran mikroskopis
(mikrobia) meliputi bakteri, algae, protozoa, fungi, dan virus. Mikrobiologi
dapat dipandang sebagai ilmu dasar yang mempelajari biologi dari mikrobia
baik yang berguna dalam bidang Medik, Immunologi, Pangan, Industri,
Lingkungan, dan Pertanian. Mikroorganisme bersifat antagonis dapat langsung
menghambat patogen dengan sekresi antibiotik, berkompetisi dengan patogen-
patogen terhadap makanan atau tempat, menginduksi proses ketahanan dalam
inang serta langsung berinteraksi dengan patogen (Giller dan Wilson, 1991).

Mikroorganisme telah digunakan untuk produk seperti roti, yoghurt,


minuman beralkohol, keju, dll, untuk waktu yang lama tanpa mengetahui
keterlibatan mereka dalam fermentasi. Louis Pasteur menunjukkan peran
mikroorganisme dalam pembusukan dan fermentasi juga melibatkan
mikroorganisme. Setelah fakta ini ditetapkan, ilmuwan mencoba mengisolasi
mikroorganisme, yang lebih efisien dalam menghasilkan produk yang lebih
baik atau perbaikan proses. Beberapa spesies berguna untuk pengembangan
rasa yang unik untuk anggur tertentu. Jadi secara tradisional mikroorganisme
tertentu digunakan dalam makanan fermentasi seperti itu.

Mikroorganisme yang yang paling banyak dimanfaatkan adalah


mikroorganisme mikro yang bersimbiosis dengan akar tanaman sehingga dapat
meningkatkan unsur hara tanah, petani memanfaatkan leguminosae, belukar,
tanaman pelindung, tanaman pakis Azolla atau rerumputan, atau dengan
Azotobacter (Aminah, 2019).

Beberapa organisme, seperti sebagai bakteri dan virus patogen serangga,


bekerja melalui pencernaan dan berkerja sebagai racun perut. Seperti patogen
serangga jamur, bakteri dan jamur yang mengendalikan patogen tanaman dan
gulma, inokulan Rhizobium. Dan galur patogen tanaman yang avirulen yang
bertindak, menginfeksi, atau berkoloni setelah kontak dengan permukaan luar
hama. Mikroorganisme, terutama bakteri dan jamur, banyak dimanfaatkan
dalam budidaya tanaman. Peran mikroorganisme dalam pertanian organik
umumnya sebagai pupuk maupun pestisida.

Aplikasi mikroorganisme dalam pertanian organik adalah untuk


menurunkan kandungan kimia dalam Produk-produk pertanian dan mengurangi
pencemaran untuk menjaga kelestarian lingkungan. Beberapa jenis
mikroorganisme berfungsi sebagai pupuk, bio dekomposer, penghasil zat

1
pengatur tumbuh dan biopestisida. Mikroorganisme yang berfungsi sebagai bio
dekomposer mendegradasi selulosa dan lignin sehingga bahan organik tersedia
untuk tanaman.

Selain itu ada juga mikroorganisme yang langsung diaplikasikan ke


tanaman sebagai pupuk hayati untuk meningkatkan kesuburan tanah.Beberapa
spesies ada juga yang berfungsi sebagai penghasil zat pengatur tumbuh.
Mikroorganisme juga dapat dimanfaatkan sebagai biopestisida untuk proteksi
tanaman melalui kompetisi, antibiosis/lisis, menginduksi kekebalan tanaman
terhadap penyakit dan hyphal interference (Nurhayati & Darwati, 2014).

B. Rumusan masalah

1. Apa itu mikroba?


2. Bagaimana peranan mikroba di alam?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu mikroba.
2. Mengetahui peranan mikroba di alam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Mikroba
Mikroba merupakan organisme yang berukuran kecil (mikro), dapat melakukan
aktifitas untuk hidup, dapat tergolong dalam prokaryot seperti bakteri dan virus,
dan eukaryot seperti alga, protozoa. Mikroba sangat berperan dalam kehidupan
(Nester, dkk, 2009).
Mikroba terdiri dari bakteri, jamur, dan virus. Secara umum, tiap mikroba
mempunyai morfologi dan struktur anatomi yang berbeda (Waluyo, 2004). Peranan
utama mikroba adalah sebagai (pengurai) bahan-bahan organik. Selain merugikan,
mikroba juga mempunyai banyak keuntungan bagi manusia. Mikroba tidak perlu
tempat yang besar, mudah ditumbuhkan dalam media buatan, dan tingkat
pembiakannya relatif cepat. Oleh karena itu, setiap mikroba memiliki peran dalam
kehidupan (Darkuni, 2001).
Mikroorganisme sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia, beberapa
diantaranya bermanfaat atau menguntungkan dan yang lain merugikan.
Mikroorganisme disebut dengan berbagai sebutan mempunyai peran dalam bidang
pertanian termasuk kehutanan, teknologi pangan, industri kimia maupun di bidang
medis.
B. Peran mikrobia di alam

Mikroba di alam secara umum berperan sebagai produsen, konsumen, maupun


redusen. Jasad produsen menghasilkan bahan organik dari bahan anorganik dengan
energi sinar matahari. Mikroba yang berperanan sebagai produsen adalah algae dan
bakteri fotosintetik. Jasad konsumen menggunakan bahan organik yang dihasilkan
oleh produsen. Contoh mikrobia konsumen adalah protozoa (pemakan algae atau
protozoa lainnya). Jasad redusen/pengurai/decomposer menguraikan bahan organik
dan sisa-sisa jasad hidup yang mati menjadi unsur-unsur kimia (mineralisasi bahan
organic), sehingga di alam terjadi siklus unsur-unsur kimia. Contoh mikroba
redusen adalah bakteri dan jamur (fungi). Redusen merupakan penghubung atau
perantara yang menghubungkan konsumen dengan produsen kembali. Jasad
redusen memegang peranan utama dalam menghasilkan bentuk senyawa yang dapat
dipakai kembali oleh tumbuh-tumbuhan (produsen).
1. Virus
Virus adalah mikroorganisme patogen yang hanya dapat bereplikasi di
dalam sel karena mereka tidak memiliki perlengkapan seluler untuk
bereproduksi sendiri. Semua bentuk kehidupan dapat diinfeksi oleh virus, mulai
dari hewan, tumbuhan, hingga bakteri dan arkea. Virus berkembang biak setelah
menempelkan dan mentransfer materi genetiknya ke dalam sel inang. Mesin

3
seluler inang kemudian dialihkan untuk membuat lebih banyak virus dan
mengakibatkan kematian sel inang pada sebagian besar kasus. Virus telah
mengembangkan mekanisme menarik untuk memanfaatkan protein inang untuk
pertahanannya sendiri dan untuk mengubah metabolisme dari inang ke virus,
sebuah topik yang diulas untuk virus bakteri dalam edisi khusus Mikrobiologi
Lingkungan (Roucourt dan Lavigne, 2009).
Kalian mungkin menemukan berbagai penyakit yang disebabkan oleh virus
pada manusia, seperti demam berdarah, polio, flu, cacar dan hepatitis. Selain itu
virus juga menyebabkan penyakit pada tumbuhan seperti mosaik dan tungro,
serta penyakit pada hewan seperti rabies dan tetelo.
Sebagian besar virus memang merugikan karena merupakan parasit
intraseluler obligat pada sel hidup. Akan tetapi, ada beberapa virus yang dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Di antaranya
adalah sebagai berikut.
a. Pembuatan vaksin protein. Selubung virus dapat digunakan sebagai
protein khusus yang akan memacu terbentuknya respons kekebalan
tubuh untuk melawan suatu penyakit.
b. Digunakan dalam pembuatan rekayasa genetika, misalnya untuk terapi
gen.
c. Pengobatan secara biologis, yaitu dengan melemahkan atau membunuh
bakteri, jamur, atau protozoa yang bersifat patogen.
d. Pembuatan perangkat elektronik. Tim ilmuwan dari John Innes Center
di Inggris berhasil menginokulasi partikel virus dan mencampurnya
dengan senyawa besi (Fe) untuk membuat kapasitor (alat penyimpan
energi listrik).
e. Pemberantasan hama tanaman. Misalnya Baculovirus yang digunakan
untuk biopestisida. Biopestisida ini tidak mencemari lingkungan.
f. Produksi interferon, yaitu sejenis senyawa yang mampu mencegah
replikasi virus di dalam sel induk.
g. Pembuatan hormon insulin, yaitu dengan mencangkokkan virus
penyebab kanker pada gen-gen penghasil insulin dalam tubuh bakteri.
Akibatnya, bakteri tersebut dapat berkembang biak dan memproduksi
insulin.
2. Arkhea
Arkea berperan besar dalam kehidupan di Bumi. Mereka merupakan bagian
dari mikrobiota bagi semua organisme. Sebagai mikrobiota manusia, arkea
berperan penting di usus besar, rongga mulut, dan kulit. Keragaman morfologis,
metabolik, dan geografis memungkinkan mereka memiliki peran ekologis yang
luas, misalnya pada fiksasi karbon dalam siklus karbon, peran dalam siklus
nitrogen, perputaran senyawa organik, dan memelihara komunitas simbiosis

4
dan sintrofi mikrob. Belum ditemukan contoh yang jelas untuk arkea yang
bersifat patogenik atau parasitik. Sebaliknya, arkea sering kali bersifat mutualis
atau komensal, misalnya metanogen yang hidup di saluran pencernaan manusia
dan ruminansia, tempat mereka hidup dalam jumlah besar dan membantu
pencernaan. Metanogen digunakan dalam produksi biogas dan pengolahan
limbah. Sementara itu, enzim dari arkea ekstremofil yang dapat bertahan pada
suhu tinggi dan pelarut organik dimanfaatkan dalam bioteknologi.
Selain itu, dilautan, archaea adalah produsen primer utama di kolom air.
Mereka juga memainkan peran penting dalam siklus karbon dan nitrogen di
laut. Di dalam tanah, archaea membantu memecah bahan organik dan
melepaskan nutrisi kembali ke lingkungan. Mereka juga membantu melindungi
tanaman dari penyakit, di dalam tubuh manusia, archaea adalah bagian dari
mikrobioma usus dan membantu pencernaan makanan.
3. Bakteri
Salah satu mikroorgansime ini adalah bakteri yang banyak dikenal baik
karena berakibat negatif pada manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan juga
berpengaruh positil; yakni dapat digunakan untuk kesejahteraan umat manusia,
khususnya dalam pembahasan ini adalah bermanfaat untuk keselamatan
lingkungan. Lingkungan yang dimaksudkan disini adalah tanah, air dan udara
(Pelezar dan Chan, 2005).
a. Bakteri yang digunakan untuk mengurangi polutan dan organisme
pembersih (biocliner).
Mikroorganisrne yang telah direkayasa dapat digunakan untuk
menggantikan suatu proses produksi sehingga hanya menghasilkan polutan
sedikit mungkin. Beberapa contoh adalah produksi enzim, vitamin,
karbohidrat dan lipida yang menggunakan mikroorganisme akan
menghasilkan limbah produksi lebih sedikit jika dibandingkan dengan
produksi enzim, vitamin, karbohidrat dan lipida yang menggunakan
tumbuhan. Penggunaan Bacillus thuringiensis sebagai bioinsektisida dan
penggunaan Bacillus subtilis sebagai bio-fosfor (Budiyanto, 2004).
Penggunaan bakteri sebagai pengganti insektisida sintetis dapat membantu
mengurangi pencemaran lingkungan sekaligus keracunan bagi serangga
berguna (Soesanto, 2006).
Bakteri yang direkayasa dapat digunakan sebagai organisme pembersih
(biocliner) jenis polutan (limbah) yang dimungkinkan menghasilkan bahan
yang lebih bernilai ekonomi. Penguraian limbah dilakukan secara bersama-
sama oleh bakteri aerob dan anaerob. Bakteri penguari (dekomposer)
memerlukan oksigen, nitrogen dan fosfor untuk melakukan kegiatannya.
Bahan ini diambil dari lingkungan dan bahan mentah yang mengandung

5
unsur tersebut dalam berbagai bentuk persenyawaan seperti amonium,
nitrat, dan pospat (Bidiyanto. 2004).
b. Penggunaan bakteri untuk mengatasi limbah minyak bumi.
Bakteri juga telah dimanfaatkan untuk mengatasi limbah minyak bumi
di daerah kilang minyak (terutama kilang minyak lepas pantai atau pada
kecelakaan kapal pengangkut minyak bumi. Golongan Pseudomonas,
seperti Pseudomonas putida mampu mengkonsumsi hidrokarbon yang
merupakan bagian utama dan minyak bumi dan bensin. Gen yang mengkode
enzim pengurai hidrokarbon terdapat pada plasmid rekombinan dikultur
dalam jerami dan dikeringkan. Jerami berongga yang telah berisi kultur
bakteri kering dapat disimpan dan digunakan jika diperlukan. Pada saat
jerami ditaburkan di atas tumpahan minyak, mula-mula jerami akan
menyerap minyak itu menjadi senyawa yang tidak berbahaya dan tidak
menimbulkan polusi. Bakteri ini juga digunakan untuk membersihkan
limbah minyak di pabrik pengolahan daging (Budiyanto, 2004).
c. Manfaat bakteri dalam produksi biogas.
Limbah rumah tangga, pertanian dan industri yang diuraikan oleh
bakteri kelompok mentanogen dapat menghasilkan biogas yang sebagian
besar berupa metana. Biogas (metana) dapat terjadi dari penguraian limbah
organik yang mengandung protein, lemak dan karbohidrat. Pembentukan
biogas berlangsung melalui suatu proses fermentasi anaerobik atau tidak
berhubungan dengan udara bebas. Proses fermentasi merupakan suatu
reaksi oksidasireduksi di dalam sistem biologis yang menghasilkan energi,
dimana sebagai donor dan aseptor elektronnya digunakan senyawa organik.
Fermentasi anaerobik hanya dapat dilakukan oleh mikroorganisme yang
dapat menggunakan molekul lain selain oksigen sebagai aseptor elektron.
Fermentasi anaerobik menghasilkan biogas yang terdiri dari metana (50-
70%), karbondioksida (25-45%), sedikit hidrogen, nitrogen dan hidrogen
sulfida (Budiyanto, 2004).
d. Penggunaan bakteri untuk mengatasi limbah logam berat.
Limbah pabrik yang banyak mengandung logam berat dapat dibersihkan
oleh mikroorganisme yang dapat menggunakan logam berat sebagai nutrien
atau hanya menyerap (immobilisasi). Bakteri yang dapat digunakan antara
lain: Thiobacillus ferroxidans dan Bacillus subtilis. Thiobacillus
ferroxidans mendapat energi dari senyawa anorganik seperti besi sulfida
dan menggunakan energi untuk membentuk bahan yang berguna seperti
asam fumarat dan besi sulfat. Bacillus subtilis memiliki kemampuan
mengikat beberapa logam berat seperti Pb, Cd, Cu, Ni, Zn, Al, dan Fe dalam
bentuk nitrat.

6
Kemampuan remobilisasi (pelarutan kembali) logam disini untuk Pb
dapat mencapai 79%, Cd dapat mencapai dapat mencapai 67% dan Ni
hanya dapat mencapai 17%. Keberhasilan ini dipengaruhi oleh larutan
remobilisasi (seperti NaOH atau Ca), bahan pengekstraksi (seperti asam
nitrit) (Budiyanto, 2004).
e. Penggunaan bakteri dalam pengolahan limbah yang kaya
protein.
Limbah yang kaya protein jika terdekomposisi oleh bakteri
dekomposer akan menghasilkan nitrat, nitrit dan amonia. Ketiga hasil
dekomposisi ini dapat mengakibatkan permasalahan lingkungan dan
kesehatan. Nitrit jika bereaksi dengan senyawa amine akan menjadi
senyawa nitrosamin yang merupakan senyawa karsinogenik pada
lambung. Untuk mengatasi hal tersebut harus ditambahkan bakteri
dinitrifikan yang telah direkayasa seperti Alcaligens faecalis, Bacillus
lichemiformis, Pseudomonas denitrifikasi, Pseudomonas stuzeri,
Micrococcus denitrficans dan Thiobacillus denitrificans. Bakteri
nengubah nitrat menjadi nitrogen bebas yang tidak berbahaya bagi
lingkungan dan kesehatan manusia. (Barnum (2005) menyatakan sering
mikroorganisme yang berasal dari dalam bumi setelah diinokulasi (zat
kimia dapat menghambat pertumbuhan mikroba itu sendiri). Contoh
resin, dan senyawa aromatik seperti penta-, tetra-, dan naptheno-
aromatik, adalah sangat tahan terhadap biodegradasi.
f. Penggunaan bakteri dalam produksi hydrogen.
Telah dikembangkan penanganan limbah oleh mikroorganisme yang
dapat menghasilkan hidrogen yang dapat digunakan untuk kepentingan
industri sebagai bahan bakar alternatif. Proses ini dilakukan oleh bakteri
penghasil enzim hidrogenase seperti Clostridium butyrium. Bakteri ini
dimobilkan (dihentikan gerakannya) pada suatu filter penyaring limbah
cair yang mengandung gula dari pabrik alkohol. Bakteri ini akan
mencernakan dan menggunakan gula serta mampu menghasilkan gas
hidrogen yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar yang tidak
menimbulkan polusi (Budiyanto, 2004).
g. Penggunaan bakteri untuk mendegradasi zat kimia.
Pada pertengahan tahun l960an beberapa mikroorganisme telah
diselidiki memeiliki kemampuan untuk mendegradasi pestisida,
herbisida dan beberapa zat kimia organik. Sekarang banyak spesies
bakteri diketahui mengoksidasi senyawa dengan kisaran luas. Strain
Pseudomonas, paling banyak adalah bakteri tanah, mendegradasi lebih
dari 100 senyawa organik. dipelajari dilaboratorium (Barnum, 2005).

7
Bakteri dari genus Pseudomonas dan Bacillus mempunyai
kemampuan untuk mengubah fosfat yang tidak tersedia bagi tanaman
(tidak larut) menjadi bentuk fosfat yang larut sehingga dapat digunakan
oleh tanaman. Hal ini karena bakteri mensekresikan asam organik
misalnya asam format, asam asetat, asam propionat, asam laktat, asam
glikolat, asam fumarat dan asam suksinat. Senyawa ini dapat
menurunkan pH tanah sehingga melarutkan fosfat yang terikat.
Beberapasan hidroksi mengkelasi (cheloate) kalsium dan besi sehingga
menyebabkan pelarutan dan penggunaan fosfat semakin efektif
(Yowono, 2006).
4. Alga
Alga berperan penting dalam ekosistem karena menghasilkan energi dan
bahan makanan bagi ekosistem perairan. Alga juga umumya digunakan
sebagai bahan baku pembuatan polisakarida, funori, sumber mineral,
bahanpakan ternak, dan sebagainya. Salah satu manfaat alga yang sangat
penting adalah menghasilkan bahan organik utama di dalam ekosistem
perairan. Berikut adalah peran dan manfaat alga dalam ekosistem:
1. Sumber energi dan makanan
Salah satu manfaat alga yang sangat penting adalah menghasilkan
bahan organik utama di dalam ekosistem perairan. Dalam ekosistem
perairan keberadaan alga merupakan bagian utama dari rantai makanan.
Hal ini berkaitan dengan aktivitas fotosintesis yang terjadi pada alga.
Pasalnya, fotosintesis merupakan sumber oksigen terhadap lingkungan
perairan di sekitarnya dan memberikan keuntungan secara langsung
terhadap organisme lain yang hidup di dalam air. Proses fotosintesis
dapat berlangsung dalam ekosistem perairan karena adannya sinar
Matahari. Sebagaimana diketahui bahwa semua energi berasal dari
Matahari dan energi dapat diubah menjadi makanan oleh tumbuhan
hijau. Oleh sebab itu, kehidupan hewan di dalam air sangat bergantung
pada keberadaan alga yang memberikan energi dan makanan.
2. Makanan manusia
Sejak ratusan tahun yang lalu, lebih dari 100 jenis alga telah lama
digunakan sebagai bahan makanan. Beberapa jenis alga hijau digunakan
sebagai bahan makanan karena mengandung sejumlah mineral, vitamin,
karbohidrat, dan protein. Alga yang biasanya digunakan untuk bahan
makanan adalah alga coklat (Alaria, Laminaria, Sargassum, dan
Durvillea), alga merah (Chondrus, Palmaria, Gigartina, Porphyra, dan
Rhodymenia), alga hijau (Monostroma, Ulva, Codium, dan Chlorella),
serta alga hijau-biru (Nostoccommune).

8
3. Makanan ternak
Alga merupakan salah satu sumber makanan beberapa jenis ternak,
terutama di negara-negara maritim. Alga yang biasanya dijadikan
sebagai makanan ternak adalah alga coklat, alga merah, dan alga hijau.
Misalnya, Sargassum digunakan sebagai makanan ternak di beberapa
wilayah di Inggris, Jepang, dan Hongkong.
5. Protozoa
Protozoa memainkan peran penting dalam kesuburan tanah. Dengan
merumput di tanah bakteri, mereka mengatur populasi bakteri dan
mempertahankannya dalam keadaan fisiologis muda yaitu, dalam fase
pertumbuhan aktif. Hal ini meningkatkan kecepatan bakteri menguraikan
bahan organik mati. Protozoa juga mengeluarkan nitrogen dan fosfor, dalam
bentuk amonium dan ortofosfat, sebagai produk metabolisme mereka, dan
penelitian menunjukkan bahwa keberadaan protozoa di tanah meningkatkan
pertumbuhan tanaman.
Protozoa juga memainkan peran serupa dalam ekosistem alam yang
tercemar. Memang benar, terdapat bukti bahwa mereka, dengan memakan
bakteri pengurai minyak, meningkatkan pertumbuhan bakteri dengan cara
yang sama seperti mereka meningkatkan laju dekomposisi dalam tanah,
sehingga mempercepat penguraian minyak.tumpahan minyak .
Protozoa pun memainkan peran penting dalam proses pengolahan air
limbah, baik di lumpur aktif maupun pabrik penyaring perkolasi lambat.
Dalam kedua proses tersebut, setelah limbah padat dikeluarkan dari limbah
sisa cairan dicampur dengan produk lumpur akhir, diangin-anginkan, dan
dioksidasi oleh mikroorganisme aerobik untuk mengonsumsi limbah
organik yang tersuspensi dalam cairan. Dalam proses lumpur aktif, ciliata
aerobik mengonsumsi bakteri aerob yang telah berflokulasi (membentuk
agregat lepas sehingga mudah dipisahkan dari cairan). Dalam proses filter
perkolasi, substrat direndam dalam mikroorganisme, seperti jamur, alga,
dan bakteri, yang menyediakan makanan untuk mengoksidasi protozoa.
Pada tahap akhir dari kedua proses tersebut, padatan mengendap dari limbah
yang telah dibersihkan di tangki pengendapan. Limbah cair yang berkualitas
baik dan bersih dihasilkan oleh komunitas protozoa bersilia yang besar
karena mereka rakus memakan bakteri yang tersebar dan karena mereka
mempunyai kemampuan untuk melakukan flokulasi partikel dan bakteri
yang tersuspensi.
6. Fungi
Jamur atau cendawan adalah organisme heterotrofik. Mereka
memerlukan senyawa organik untuk nutrisinya (Gandjar, 2006). Selain itu
Darwis, dkk (2011) menyatakan bahwa jamur merupakan organisme

9
eukariotik, berspora, tidak berklorofil, bereproduksi secara seksual dan
aseksual, jamur berdasarkan ukuran tubuhnya ada yang makroskopis yaitu
jamur yang berukuran besar, sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang
dan ada juga jamur yang mikroskopis yaitu jamur yang berukuran kecil dan
hanya dapat dilihat dengan menggunakan alat bantu mikroskop. Jamur
makroskopis memiliki struktur umum yang terdiri atas bagian tubuh yaitu
bilah, tudung, tangkai, cincin, dan volva. Namun ada juga jamur
makroskopis yang tidak memiliki salah satu bagian seperti tidak bercincin
(Alexopolus, dkk., 1996).
Jamur mempunyai peranan penting dalam ekosistem. Jamur merupakan
dekomposer (pengurai) dan menjadi penyeimbang keanekaragaman jenis
hutan. Jamur mampu menguraikan bahan organik seperti selulosa,
hemiselulosa, lignin, protein, dan senyawa pati dengan bantuan enzim.
Jamur menguraikan bahan organik menjadi senyawa yang diserap dan
digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan (Hasanuddin, 2014).
Jamur secara luas dihargai di seluruh dunia untuk nilai gizi dan pengobatan.
Mereka memiliki rendah lemak, protein tinggi dan vitamin. Jamur
mengandung beberapa mineral dan elemen, serta sejumlah serat makanan
(Badalyan, 2012).
Jamur memiliki peranan penting dalam menjaga ekosistem hujan, di
antaranya jamur berperan serta dalam membantu menyuburkan tanah
melalui penyediaan nutrisi bagi tumbuhan, sehingga hutan tumbuh dengan
subur. Kelompok jamur makroskopis secara nyata memengaruhi jaring-
jaring makanan di hutan, kelangsungan hidup atau perkecambahan anakan-
anakan pohon. Salah satu kelompok jamur makroskopik yaitu
Basidiomycetes. Basidiomycetes merupakan kelompok utama organisme
pendegradasi lignoselulosa karena mampu menghasilkan enzim-enzim,
sehingga siklus materi dapat terus berlangsung di alam (Lestari, dkk, 2023).
Jamur makroskopis memiliki beberapa manfaat bagi manusia maupun
lingkungannya. Jamur dapat dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan
makanan dan obat-obatan, namun ada juga yang bersifat racun (Rahmawati
et al, 2018; Riastuti et al., 2018). Jamur yang dapat dikonsumsi mempunyai
kandungan garam mineral yang lebih tinggi (Edahwati et al, 2021).

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Mikroba adalah organisme berukuran kecil (mikro) yang dapat melakukan
aktivitas untuk hidup, serta tergolong dalam kelompok prokaryot seperti
bakteri/archae dan virus, serta eukaryot seperti alga, fungi dan protozoa. Mikroba
di alam secara umum berperan sebagai produsen, konsumen, maupun redusen.
Dimana peranan mikroba bagi kehidupan selain dapat menguntungkan juga dapat
merugikan. Mikroba memiliki peranan yang positif maupun negatif bagi manusia
ataupun alam baik itu di bidang industri, pertanian, dan lingkungan tergantung dari
mikrobanya. Mikroba sangat mudah untuk diperkembangkan dan ditumbuhkan
karena relative cepat untuk tumbuh serta media yang digunakan untuk tumbuh juga
mudah untuk dibuat.
B. Saran

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya.
Karena keterbatasannya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang
ada sehubungannya dengan judul makalah ini, kami banyak berharap para pembaca
dapat berkenan memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami demi
sempurnanya makalah ini berguna bagi kami khususnya juga untuk para pembaca.

11
DAFTAR PUSTAKA

Alexopoulus, C.J., & Benneke, E.S. (1962). Introductory Mycologi. America:


Burgess Publishing Company
Aminah, S. (2019). Pengaruh Berbagai Interval Waktu Aplikasi Pupuk Hayati
Tadabur Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi. Jurnal
Ilmiah Agrotani, 1(1), 59–65.
Badalyan, S.M. (2012). Edible Ectomycorrhizal Mushrooms. Berlin: Springer-
Verlag.
Budiyanto, A,K. (2004). Mikrobiologi Terapan. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang

Darkuni,M. 2001. Mikrobiologi (Bakteriologi, Virologi, dan Mikologi). UM Press.


Malang

Darwis, W. dkk . (2011). Inventarisasi Jamur yang Dapat Dikonsumsi dan Beracun
yang Terdapat di Hutan dan Sekitar Desa Tanjung Kemuning Kaur
Bengkulu. Jurnal Konservasi Hayati, 07(02), 1-8.

Edahwati, L., Sutiyono, S., Asrori, M. K., & Anggriawan, R. R. (2021). Analisis
Nilai Tambah Pengolahan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Menjadi
Abon. Jurnal Abdimas Teknik Kimia, 2(01), 25-29.

Gandjar. (2006). Mikrobiologi Terapan dan Dasar. Jakarta: Yayasan Obor


Indonesia

Giller, K.E., Wilson, K.J. (1991). Nitogen fixation in tropical cropping systems.
CAB. International, London

Hasanuddin. (2014). Jenis Jamur Kayu Makroskopis Sebagai Media Pembelajaran


Biologi (Studi di TNGL Blangjerango Kabupaten Gayo Lues). Jurnal
Biotik, 2(1), 1-76.

Lestari, dkk, (2023). Ragam jenis jamur makroskopis di Kawasan Hutan Topidi dan
Hutan Garassi Malino. Jurnal Mahasiswa Biologi, 3(1)

Nurhayati, H., & Darwati, I. (2014). Peran mikroorganisme dalam mendukung


pertanian organik. Seminar Nasional Pertanian Organik, 295-300. Prosiding
3. Diakses pada tanggal 24 November 2023 melalui
https://balittro.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2015/10/37-
Hera-Peran-Mikrooorganisme-mendukung-PO.

Pelczar, M.J. dan Chan, E.C.S., (2005). Dasar-Dasar Mikrobiologi, Jilid I


Penerjemah Hadiotomo, R.S., Imas, T., Tjitrosomo, S.S., dan Angka, S.L.,
UI-Press, Jakarta

Soesanto, L. (2006). Penyakit Pascapanen. Kanisius, Yogyakarta.

12
Waluyo, L. (2004). Mikrobiologi Lingkungan. Cetakan Kedua. UMM Press.
Malang. 174 hal

Yuwono, Teguh. (2006) Kecepatan Dekomposisi dan kualitas Kompos Sampah


Organik, Jurnal Inovasi Pertanian. Vol 4, No.2.

13

Anda mungkin juga menyukai