Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH SGD 4 MODUL 3 (BIOMEDIK II)

SKENARIO 1 (LUKA LECET)

DIANI JULIANTITA
71190811025
DOLI INDRA SIREGAR
71190811026
EVI MELINDA
71190811027
KAISA PUTRI BASEJA AR
71190811028
RAZA FAJRIN GANDA PUTRA
71190811029
ERVAN YULI SASTRA
71190811030
RIZKATIARANI MIMIJA
71190811031
BUDI SAFITRI
71190811032

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang mikrobiologi dengan
skenario yang berjudul “LUKA LECET”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang mikrobiologi ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Medan, 24 November 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................i


DAFTAR ISI ........................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG .............................................................................................. 1
1.2 RUMUSAN MASALAH .......................................................................................... 2
1.3 TUJUAN .................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
2.1 JENIS-JENIS MIKROORGANISME FLORA NORMAL DAN PATOGEN ............ 3
2.1.1 MIKROORGANISME FLORA NORMAL ...................................................... 3
2.1.2 MIKROORGANISME PATOGEN ................................................................... 7
2.2 PROSES INFEKSI MIKROORGANISME PATOGEN PADA TUBUH ................. 17
2.3 PROSES INFEKSI MIKROORGANISME PATOGEN PADA KULIT ................... 20
2.4 PROSES PENYEMBUHAN LUKA ………………………………………………..21
2.5 RESPON TUBUH TERHADAP INFEKSI MIKROORGANISME PATOGEN…...23
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 26
3.1 KESIMPULAN ...................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 27
SKENARIO ............................................................................................................................ 28
LEMBAR PENILAIAN MAKALAH..................................................................................... 30

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kita mungkin kurang menyadari bahwa mikroorganisme terdapat dimana-mana disekitar


kita. Di lingkungan tanah, diudara, didalam air, disekitar kita, bahkan pada mulut, hidung, di
dalam perut, di dalam jaringan tubuh kita (kulit dan selaput lendir)dijumpai berbagai
mikroorganisme. Mikroorganisme sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.
Beberapa diantaranya bermanfaat dan yang lainnya merugikan. Mengingat bahwa
mikroorganisme banyak terdapat di alam dan amat besar peranannya, termasuk dalam bidang
kesehatan, maka sudah selayaknya setiap mahasiswa yang belajar ilmu kesehatan khususnya
kedokteran mengetahui hal-hal yang terkait dengan mikrobiologi.

Kata mikrobiologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu: micros = kecil, bios = hidup, logos
= ilmu. Jadi, mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari organisme yang berukuran sangat
kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang melainkan harus menggunakan
bantuan mikroskop. Organisme yang sangat kecil ini disebut sebagai mikroorganisme, atau
sering disebut mikroba ataupun jasad renik. Saat ini, mikrobiologi sangat berkembang luas
pada berbagai bidang ilmu pengetahuan, misalnya pertanian, industri, kesehatan, lingkungan
hidup, bidang pangan, bahkan bidang antariksa (Waluyo, 2009). Mikrobiologi adalah ilmu
yang mempelajari semua makhluk mikroskopik dalam bentuk sel tunggal, multisel, maupun
aselular seperti bakteri, microfungi, kapang, mikroalga, protozoa, dan Archaea. Selain itu,
virus merupakan makhluk mikro aseluler sehingga sering dikaji dalam ilmu mikrobiologi
meskipun tidak dapat sepenuhnya dikatakan sebagai makhluk hidup. Mikrobiologi dimulai
sejak ditemukannya mikroskop dan berkembang menjadi ilmu yang multidisipliner. Dalam
penerapannya di masa kini, mikrobiologi tidak dapat dipisahkan dengan ilmu yang lain dalam
aplikasinya di bidang farmasi, kedokteran, teknik kimia, arkeologi, pertanian, gizi dan
kesehatan, serta pangan (Madigan, 2006).

Mikroba erat hubungannya dengan kehidupan kita, sebagian bermanfaat dan menunjang
kehidupan dan yang lain dapat menyebabkan penyakit. Contoh : dalam pembuatan anggur,
keju, yogurt, penisilin, dan dalam memproses limbah Mikrobiologi termasuk bidang ilmu
yang masih muda. Dunia mikroba baru ditemukan sekitar 300 tahun yang lalu dan baru
dipahami dan dihargai 200 tahun kemudian. Selama 40 tahun terakhir mikrobiologi muncul
sebagai bidang biologi yang sangat berarti untuk kehidupan.

1|P a ge
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis-jenis mikroorganisme flora normal dan patogen?
2. Bagaimana proses infeksi mikroorganisme patogen pada tubuh?
3. Bagaimana proses infeksi mikroorganisme patogen pada kulit?
4. Bagaimana proses penyembuhan luka?
5. Bagaimana respon tubuh terhadap mikroorganisme patogen?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui jenis-jenis mikroorganisme flora normal dan patogen
2. Mengetahui proses infeksi mikroorganisme patogen pada tubuh
3. Mengetahui proses infeksi mikroorganisme patogen pada kulit
4. Mengetahui proses penyembuhan luka
5. Mengetahui respon tubuh terhadap mikroorganisme patogen?

2|P a ge
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Jenis-Jenis Mikroorganisme Flora Normal dan Patogen


2.1.1 Mikroorganisme Flora Normal
Flora normal atau mikrobiota adalah kumpulan organisme yang umum ditemukan secara
alamiah pada orang sehat dan hidup rukun berdampingan dalam hubungan yang seimbang dengan
host-nya. Sebenarnya mikroorganisme yang terdapat pada tubuh manusia tidak dapat digolongkan
dengan tegas, apakah itu sebuah komensal atau suatu spesies yang patogen bagi manusia tersebut.
Flora dalam tubuh manusia dapat menetap atau transient (sementara). Mikroba normal yang
menetap tersebut dapat dikatakan tidak menyebabkan penyakit dan mungkin menguntungkan bila
ia berada dilokasi semestinya dan tanpa adanya keadaan yang abnormal. Mereka dapat
menyebabkan penyakit bila karena keadaan tertentu berada di tempat yang tak semestinya atau
bila ada faktor predisposisi.
Mikroorganisme dari flora normal dapat membantu host (dengan bersaing untuk
microenvironments lebih efektif daripada patogen seperti Salmonella sp atau dengan memproduksi
nutrisi host (dengan menyebabkan karies gigi, abses, atau penyakit menular lainnya), atau mungkin
ada sebagai commensals (menghuni tuan rumah untuk waktu yang lama tanpa menyebabkan
kerusakan terdeteksi atau manfaat).
Flora normal mampu mencegah kolonisasi bakteri patogen potensial, apakah dengan
melepaskan faktor antibakteri (bacteriocins, colicins) dan produk-produk limbah metabolik
bersama dengan berkurangnya oksigen yang tersedia dan mencegah pembentukan spesies lainnya.
Misalnya, bakteri Lactobacilli menjaga supaya lingkungan mereka tetap asam sehingga dapat
menekan pertumbuhan mikroorgnanisme lain. Bakteri usus juga melepaskan faktor-faktor
metabolik, memproduksi vitamin B dan K. Selain itu, diperkirakan bahwa stimulasi antigenik
dilepaskan oleh flora adalah penting untuk perkembangan sistem kekebalan tubuh normal.
Mikroflora pada tubuh berdasarkan bentuk dan sifat kehadirannya dapat digolongkan menjadi 2¸
yaitu:
1. Mikrooorganisme tetap atau normal (resident flora/indigenous)

Mikroorganisme jenis tertentu yang biasanya ditemukan pada bagian tubuh tertentu dan
pada usia tertentu. Keberdaan mikroorganismenya akan selalu tetap, baik jenis ataupun

jumlahnya, jika ada perubahan akan kembali seperti semula. Flora normal/tetap yang
terdapat pada tubuh merupakan organisme komensal. Flora normal yang lainnya bersifat
mutualisme. Flora normal ini akan mendapatkan makanan dari sekresi dan produk-produk
buangan tubuh manusia, dan tubuh memperoleh vitamin atau zat hasil sintesis dari flora

3|P a ge
normal. Mikroorganisme ini umumnya dapat lebih bertahan pada kondisi buruk dari
lingkungannya.
Contohnya : Streptococcus viridans, S. faecalis,Pityrosporum ovale,Candida albicans.

2. Mikroorganisme sementara (transient flora)

Mikroorganisme nonpatogen atau potensial patogen yang berada di kulit dan selaput
lendir/mukosa selama kurun waktu beberapa jam, hari, atau minggu. Keberadaan
mikroorganisme ini ada secara tiba-tiba (tidak tetap) dapat disebabkan oleh pengaruh
lingkungan, tidak menimbulkan penyakit dan tidak menetap. Flora sementara biasanya
sedikit asalkan flora tetap masih utuh, jika flora tetap berubah, maka flora normal akan
melakukan kolonisasi, berbiak dan menimbulkan penyakit.

Tubuh manusia, ditemukan sekitar 104 bakteri. Populasi bakteri merupakan flora mikroba
normal. Flora mikroba normal adalah relatif stabil, dengan genera khusus mengisi berbagai daerah
tubuh selama periode tertentu dalam kehidupan individu. Flora normal dapat ditemukan di banyak
situs dari tubuh manusia termasuk kulit (terutama daerah lembab, seperti pangkal paha dan di antar
jari kaki), saluran pernapasan (terutama hidung), saluran kemih, dan saluran pencernaan (terutama
mulut dan usus besar). Di sisi lain, area tubuh seperti otak, sistem peredaran darah dan paru-paru
dimaksudkan untuk tetap steril (bebas mikroba).
Berikut mikroorganisme flora normal yang ditemukan di tubuh manusia :

➢ Kulit
Kebanyakan bakteri kulit di jumpai pada epitelium yang seakan-akan bersisik (lapisan
luar epidermis), membentuk koloni pada permukaan sel-sel mati. Kebanyakan bakteri ini
adalah spesies Staphylococcus dan sianobakteri aerobik, atau difteroid. Jauh di dalam
kelenjar lemak dijumpai bakteri-bakteri anaerobik lipofilik, seperti Propionibacterium
acnes penyebab jerawat. Jumlahnya tidak dipengaruhi oleh pencucian.
Staphylococcus epidermidis yang bersifat nonpatogen pada kulit namun dapat
menimbulkan penyakit saat mencapai tempat -tempat tertentu seperti katup jantung buatan
dan sendi prostetik (sendi buatan). Bakteri ini lebih sering ditemui pada kulit dibandingkan
dengan kerabatnya yang bersifat patogen yaitu Staphylococcus aureus. Secara keseluruhan
ada sekitar 103-104 mikroorganisme/cm2 yang kebanyakan terletak pada stratum (lapisan)
korneum. Bakteri anaerob dan aerob sering bersama-sama menyebabkan infeksi
sinergistik, selulitis dari kulit dan jaringan lunak. Bakteri-bakteri tersebut merupakan
bagian dari flora normal.

➢ Hidung dan Nasofaring


Flora utama hidung terdiri dari korinebakteria, stafilokokus dan streptokokus. Dalam
hulu kerongkongan hidung, dapat juga dijumpai bakteri Branhamella catarrhalis (suatu
kokus gram negatif) dan Haemophilus influenzae (suatu batang gram negatif). Pemusnahan

4|P a ge
flora normal faring dengan penisilin dosis tinggi dapat menyebabkan over growth: bakteria
negatif Gram seperti Escherichia coli, Klebsiella, Proteus, Pseudomonas atau jamur.

➢ Mulut
Kelembapan yang paling tinggi, adanya makanan terlarut secara konstan dan juga
partikel-partikel kecil makanan membuat mulut merupakan lingkungan ideal bagi
pertumbuhan bakteri. Mikrobiota mulut atau rongga mulut sangat beragam; banyak
bergantung pada kesehatan pribadi masing-masing individu. Pada waktu lahir, rongga
mulut pada hakikatnya merupakan suatu inkubator yang steril, hangat, dan lembab yang
mengandung sebagai substansi nutrisi. Air liur terdiri dari air, asam amino, protein, lipid,
rongga mulut menjadi mantap. Jasad-jasad renik ini tergolong ke dalam genus
Streptococcus, Neisseria, Veillonella, Actinomyces, dan Lactobacillus.

➢ Orofaring
Orofaring (bagian belakang mulut juga dihuni sejumlah besar bakteri Staphylococcus
aureus dan S. epidermidis dan juga difteroid. Tetapi kelompok bakteri terpenting yang
merupakan penghuni asli orofaring ialah Streptococcus hemolitik, yang juga dinamakan
Streptococcus viridans. Biakan yang ditumbuhkan dari orofaring juga akan
memperlihatkan adanya Branchamella catarrhalis, spesies Haemophilus, serta gular-galur
pneumokokus avirulen (Streptococcus pneumonia).

➢ Usus Kecil
Usus kecil bagian atas (atau usus dua belas jari) mengandung beberapa bakteri. Di
antara yang ada, sebagian besar adalah kokus dan basilus gram positif. Di dalam jejunum
atau usus halus kos ong (bagian kedua usus kecil, di antara usus dua belas jari dan ileum
atau usus halus gelung) kadang kala dijumpai spesies-spesies Enterococcus, Lactobacillus,
dan Difteroid. Khamir Candida albicans dapat juga dijumpai pada bagian usus kecil ini.
Pada bagian usus kecil yang jatuh (ileum), mikrobiota mulai menyerupai yang dijumpai
pada usus besar. Bakteri anaerobik dan enterobakteri mulai nampak dalam jumlah besar.

➢ Usus Besar
Di dalam tubuh manusia, kolon atau usus besar, mengandung populasi mikrobe yang
terbanyak. Telah diperkirakan bahwa jumlah mikroorganisme di dalam spesimen tinja
adalah kurang lebih 1012 organisme per gram. Basilus gram negatif anaerobik yang ada
meliputi spesies Bacteroides (B. fragilis, B. melaninogenicus, B. oralis) dan
Fusobacterium. Basilus gram positif diwakili oleh spesies-spesies Clostridium(serta
spesies-spesies Lactobacillus. Flora saluran pencernaan berperan dalam sintesis vitamin K,
konversi pigmen empedu dan asam empedu, absorpsi zat makanan serta antagonis mikroba
patogen.

5|P a ge
➢ Saluran Kemih
Pada orang sehat, ginjal, ureter (saluran dari ginjal ke kandung kemih), dan kandung
kemih bebas dari mikroorganisme, namun bakteri pada umunya dijumpai pada uretra
(saluran dari kandung kemih ke luar) bagian bawah baik pada pria maupun wanita. Tetapi
jumlahnya berkurang di dekat kandung kemih, agaknya disebabkan efek antibakterial yang
dilancarkan oleh selaput lendir uretra dan seringnya epitelium terbilas oleh air seni. Ciri
populasi ini berubah menurut variasi daur haid. Penghuni utama vagina dewasa adalah
laktobasilus yang toleran terhadap asam. Bakteri ini mengubah glikogen yang dihasilkan
epitelium vagina, dan didalam proses tesebut menghasilkan asam. Penumpukan glikogen
pada dinding vagina disebakan oleh kegiatan indung telur; hal ini tidak dijumpai sebelum
masa akil balig ataupun setelah menopause (mati haid). Sebagai akibat perombakan
glikogen, maka pH di dalam vagina terpelihara pada sekitar 4.4 sampai 4,6.

Mikrooganisme yang mampu berkembang baik pada pH rendah ini dijumpai di dalam
vagina dan mencakup enterokokus, Candida albicans , dan sejumlah besar bakteri
anaerobik. Sistem urinari dan genital secara anatomis terletak berdekatan, suatu penyakit
yang menginfeksi satu sistem akan mempengaruhi siste m yang lain khususnya pada laki-
laki. Saluran urin bagian atas dan kantong urine steril dalam keadaan normal. Saluran uretra
mengandung mikroorganisme seperti Streptococcus, Bacteriodes, Mycobacterium,
Neisseria dan enterik. Sebagian besar mikroorganisme yang ditemukan pada urin
merupakan kontaminasi dari flora normal yang terdapat pada kulit. Keberadaan bakteri
dalam urine belum dapat disimpulkan sebagai penyakit saluran urine kecuali jumlah
mikroorganisme di dalam urine melebihi 105 sel/ml.

➢ Mata (Konjungtiva) dan Telinga


Mikroorganisme konjungtiva terutama adalah difteroid (Coynebacterium xerosis), S.
epidermidis dan Streptokukus non hemolitik. Neiseria dan basil gram negatif yang
menyerupai spesies Haemophilus (Moraxella) seringkali juga ada. Flora konjungtiva
dalam keadaan normal dikendalikan oleh aliran air mata, yang mengandung lisozim.
Flora liang telinga luar biasanya merupakan gambaran flora kulit. Dapat dijumpai
Streptococcus pneumonia, batang gram negatif termasuk Pseudomonas aeruginosa,
Staphylococcus aureusdan kadang-kadang Mycobacterias aprofit. Telinga bagian tengah
dan dalam biasanya steril.

6|P a ge
2.1.2 Mikroorganisme Patogen

Patogen (Bahasa Yunani: παθογένεια, "penyebab penderitaan") adalah agen


biologis yang menyebabkan penyakit pada inangnya. Sebutan lain dari patogen adalah
mikroorganisme parasit. Umumnya istilah ini diberikan untuk agen yang mengacaukan
fisiologi normal organisme. Namun, patogen dapat pula menginfeksi organisme
uniselular dari semua kerajaan biologi.

Umumnya, hanya organisme yang sangat patogen yang dapat menyebabkan


penyakit, sementara sisanya jarang menimbulkan penyakit. Patogen oportunis adalah
patogen yang jarang menyebabkan penyakit pada orang-orang yang memiliki
imunokompetensi (immunocompetent) namun dapat menyebabkan penyakit/infeksi
yang serius pada orang yang tidak memiliki imunokompetensi (immunocompromised).
Patogen oportunis ini umumnya adalah anggota dari flora normal pada tubuh. Istilah
oportunis sendiri merujuk kepada kemampuan dari suatu organisme untuk mengambil
kesempatan yang diberikan oleh penurunan sistem pertahanan inang untuk
menimbulkan penyakit.

Pada umumnya semua patogen pernah berada di luar sel tubuh dengan rentang
waktu tertentu (ekstraselular) saat mereka terpapar oleh mekanisme antibodi, tetapi saat
patogen memasuki fase intraselular yang tidak terjangkau oleh antibodi, sel T akan
memainkan perannya.

Berikut beberapa organisme pathogen yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia :

A. Bakteri

1. Salmonella typhii, penyebab penyakit thypus.

Salmonella adalah penyebab utama dari penyakit yang disebarkan melalui


makanan (foodborne diseases). Pada umumnya, serotipe Salmonella menyebabkan
penyakit pada organ pencernaan. Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella disebut
salmonellosis. S. typhi menyebabkan penyakit demam tifus (Typhoid fever), karena
invasi bakteri ke dalam pembuluh darah dan gastroenteritis, yang disebabkan oleh
keracunan makanan/intoksikasi. Gejala demam tifus meliputi demam, mual-mual,
muntah dan kematian. S. typhi memiliki keunikan hanya menyerang manusia, dan tidak ada inang
lain.

2. Shigella dysenteriae, penyebab penyakit disentri

Shigella dysenteriae adalah penyebab disentri yang terpenting dan tersering (± 60%
kasus disentri yang dirujuk serta hamper semua kasus disentri yang berat dan
mengancam jiwa disebabkan oleh Shigella). Tanda-tanda yang paling umum yang
dapat ditemui terkait dengan infeksi Shigella dysenteriae antara lain colitis, kekurangan
gizi, prolapse rectum, tenesmus, atritis, dan masalah sistem saraf pusat. Selanjutnya,

7|P a ge
Shigella dysenteriae dikaitkan dengan perkembangan sindrom uremik hemolitik, yang
meliputi anemia, trombositopenia, dan gagal ginjal.

3. Vibrio cholerae, penyebab penyakit kolera

Spesies vibrio kerap dikaitkat dengan sifat patogenitasnya pada manusia, terutama
Vibrio cholera penyebab penyakit kolera di Negara berkembang yang memiliki
keterbatasab akan air bersih dan memiliki sanitasi yang buruk.

Vibrio cholera ditemukan pertama kali oleh ahli anatomi dari Italia bernama
Filippo Pacini pada tahun 1854. Namun, penemuan awal ini baru dikenal luas setelah
Robert Koch, yang mempelajaripenyakit kolera di Mesir, pada tahun 1883 berhasil
membuktikan bahwa bakteri tersebut adalah penyebab kolera.

Ciri utama penyakit kolera adalah buang air besar encer berwarna putih seperti tajin
(cucian beras) dengan bau yang amis. Pengobatan utama dilakukan dengan
mengembalikan cairan tubuh yang hilang atau dehidrasi yang cukup hingga masa
penyakit selesai (biasanya 1 hingga 5 hari tanpa pemberian antibiotik). Rehidrasi dapat
dilakukan dengan cara infus intravena cairan (pada kasus yang parah) atau dengan
rehidrasi oral dengan oralit (oral rehydration solution). Pemberian antibiotik sebaiknya
dilakukan setelah gejala muntah-muntah mereda.

4. Haemophilus influenzae, penyebab penyakit influenza

Penyakit yang ditimbulkan oleh Haemophilus influenza diantaranya yaitu atritis


infeksiosa dan juga dapat menyebabkan meningitis.

5. Streptococcus pneumoniae, penyebab penyakit pneumonia

Bakteri ini adalah penyebab penyakit pneumonia lobaris, juga sinusitis, otitis media, osteomielitis,
artritis, periotonitis, ulserasi kornea dan meningitis. Dari pneumonia lobaris dapat terjadi komplikasi
berupa septikemia, empiema, endokarditis, perikarditis, meningitis, dan artriris. Pneumonia sekunder
oleh pneumokokus setelah infeksi virus. Pneumokokus menyebabkan penyakit melalui
kemampuannya berbiak dalam jaringan. Gejala pneumonia lobar akut oleh pneumokokus berupa
demam, rasa menggigil, rasa sakit pari-paru, Alveoli paru-paru penuh terisi eksudat, sering terjadi
bakteremia.

6. Mycobacterium tubercolosis, penyebab penyakit TBC

Sebagian besar dari golongan Mycobacterium ini hidup bebas dan tidak merugikan
manusia, akan tetapi beberapa spesies dapat menyebabkan penyakit pada manusia,
burung, dan mamalia. Yang menyebabkan penyakit pada manusia umumnya adalah
Mycobacterium tuberculosis dan Mycobacterium leprae. Kuman yang menyerang
manusia biasanya melalui udara yang tercemar bakter tuberculosis, melalui hirupan
napas dan masuk ke dalam paru-paru melalui bronkus dan menyebar di dalam paru

8|P a ge
dalam waktu lama. Apabila seseorang sudah tertular kuman tuberculosis, maka
gejalanya adalah batuk-batuk secara terus menerus kurang dari 3 minggu, berat badan
menurun, berkeringat malam hari walau tidak ada aktivitas. Penderita yang sudah
dinyattakan positif TB, harus diobati dengan segera dan minum obat anti-tuberculosis
(OAT) selama 6-8 bulan.

7. Clostridium tetani, penyebab tetanus

Tetanus merupakan infeksi berbahaya yang bisa mendatangkan kematian. Bakteri


ini ditemukan di tanah dan feses manusia dan hewan. Infeksi ini muncuk (masa
inkubasi) 3 sampai 14 hari. Di dalam luka yang dalam dan sempit sehingga terjadi
suasana anaerob. Clostridium tetani berkembang biak memproduksi tetanospasmin
suatu neurotoksin yang kuat. Toksin ini akan mencapai sistem saraf pusat melalui
saraf motorik menuju ke bagian anterior spinal cord.

8. Neisseria meningtidis, penyebab meningitis

Bakteri ini menyebabkan infeksi pada selaput yang menyelimuti otak dan sumsum
tulang belakan (meningitis), infeksi darah, dan infeksi berat lainnya pada dewasa dan
anak-anak.

9. Neisseria gonorrheae, penyebab kencing nanah

Bakteri ini menyebabkan penyakit gonorrhoe atau kencing nanah. Penyakit ini
merupakan penyakit kelamin yang sering terjadi dan manusia merupakan satu-
satunya hospes alamiah. Masa inkubasi penyakit bervariasi antara 1-32 hari, biasanya
sekitar 4 hari atau 2-8 hari. Gejala pada laki-laki, yaitu urethritis anterior acuta,
urethritis posterior, dan pan urethritis yang menahun.

10. Treponema pallidum, penyebab penyakit sifilis

Penyakit akibat Treponema pallidum yaitu Sifilis ini penyebarannya tidak seluas gonorea,
tetapi lebih menakutkan karena kerusakan yang mungkin ditimbulkannya lebih besar. Seperti gonorea,
penyakit ini disebarkan melalui kontak langsung dengan luka-luka pada orang yang ada pada stadium
menular. Spiroketa, seperti gonokokus, adalah mikrobe yang tidak tahan berada di luar tubuh manusia,
sehingga kemungkinan tertulari dari benda mati sangat kecil.
Manusia merupakan satu-satunya habitat tempat hidup bakteri Treponema pallidum yang
menyebabkan penyakit sifilis.
Sifilis berjangkit secara alamiah hanya pada manusia dan terutama ditularkan lewat hubungan
kelamin atau dari ibu yang terinfeksi kepada janinnya (sifilis bawaan atau sebelum lahir) lewat
ari-ari. Bakteri Treponema pallidum yang menyebabkan penyakit sifilis ini sangat berbahaya bagi
manusia. Tidak ada vaksin terhadap sifilis. Untuk perseorangan penggunaan kondom sangat efektif.

9|P a ge
Untuk masyarakat, cara utama pencegahan sifilis ialah melalui pengendalian yang meliputi
pemeriksaan serologis dan pengobatan penderita. Sifilis bawaan dapat dicegah dengan perawatan
prenatal (sebelum kelahiran) yang semestinya Pengobatan dilakukan dengan memberikan Antibiotika
seperti Penisilin atau turunannya. Pemantauan serologik dilakukan pada bulan I, II, VI, dan XII tahun
pertama dan setiap 6 bulan pada tahun kedua. Selain itu, kepada penderita perlu diberikan penjelasan
yang jelas dan menyeluruh tentang penyakitnya dan kemungkinan penularan sehingga turut mencegah
transmisi penyakit lebih lanjut. Bagi penderita yang tidak tahan dengan penisilin dapat diganti dengan
tetrasiklin atau eritromisin, yang harus dimakan 15 hari. Sifilis yang telah menyebabkan penderita
lumpuh dan gila biasanya tidak dapat diobati lagi.

11. Microbacterium leprae, penyebab lepra

Mycobacterium lepra merupakan agen penyakit lepra (penyakit Hansen) adalah infeksi
menahun yang terutama ditandai oleh adanya kerusakan saraf perifer (saraf di luar otak dan medulla
spinalis), kulit, selaput lendir hidung, buah zakar (testis) dan mata. Untuk mendiagnosa penyakit leprae,
maka dilakukan pemeriksaan mikroskopis dari pewarnaan bakteri tahan asam, uji sitologi dari sel kulit
yang terinfeksi dan tes kulit lepromin. Sampai saat ini belum dapat dilakukan pemeriksaan kultur
terhadap M. leprae(Minasari, 2009).

12. Bordetella pertussis, penyebab batuk rejan

Bordetella Pertussis adalah pembawa penyakit Pertussis atau Batuk rejan. Batuk rejan disebut juga
dengan batuk gonggong karena suara batuknya diiringi suara gonggong atau suara melengking. Selain
itu, sering disebut juga dengan nama batuk 100 hari, karena batuknya dapat berlangsung cukup lama
yaitu sekitar 6 minggu atau lebih. Penyakit ini termasuk infeksi pernafasan akut yang sangat menular.
Batuk rejan lebih sering menyerang anak-anak terutama dibawah umur 2 tahun yang tidak
mendapatkan imunisasi. Oleh karena itu semua bayi sebaiknya diimunisasi untuk membentuk
kekebalan (imunitas), sehingga walaupun terjadi batuk rejan hanya dalam bentuk yang ringan.
Penyakit ini juga dapat terjadi pada orang dewasa namun tidak berbahaya, tetapi menjadi lebih
berbahaya apabila terjadi pada anak-anak balita dan orang lanjut usia.

13. Clostridium botulinum, penyebab botulisme

Bakteri ini merupakan sumber dari penyakit Botulisme. Botulisme adalah penyakit yang
menyebabkan kekakuan otot yang terkadang bersifat fatal. Penyakit ini umumnya disebabkan karena
mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi toksin botulinum. Penyakit ini tidak menular antar
manusia ketika kulit bersentuhan. "Botulisme bayi" adalah jenis botulisme lain ketika
spora Clostridium botulinum masuk ke saluran pencernaan bayi dan mengkolonisasi usus
sebelum bakteri simbion berkembang di dalam. Jenis lain yaitu "Botulisme luka" adalah ketika spora
bakteri Clostridium botulinum menginfeksi luka yang terbuka dan melepaskan toksin

10 | P a g e
14. Lysteria monocytogenes
Listeria monocytogenes adalah suatu bakteri yang dapat menyebabkan infeksi serius dan fatal
pada bayi, anak-anak, orang sakit dan lanjut usia, serta orang dengan sistem kekebalan tubuh yang
lemah. Orang sehat juga dapat terinfeksi bakteri Listeria, dengan gejala jangka pendek yang muncul
seperti demam tinggi, sakit kepala parah, pegal, mual, sakit perut dan diare. Listeriosis merupakan
nama penyakit yang disebabkan oleh bakteri L. monocytogenes. Infeksi Listeria dapat menyebabkan
keguguran pada perempuan hamil, ujar dr. Subuh. L. monocytogenes merupakan salah satu penyebab
penyakit yang serius dengan tingkat kematian sekitar 20-30 persen. Tingkat kematian di antara bayi
yang baru lahir yang terinfeksi L. monocytogenes adalah 25-50 persen.

B. Jamur

1. Blastomyces dermatitidis

Blastomyces dermatitidis merupakan jamur patogen yang menyebabkan penyakit menular yang
disebut Blastomikosis. Penyakit ini menyerang kulit, paru-paru, viscera, tulang dan sistem saraf.
Blastomycosis kulit gejalanya berupa papula atau pustula yang berkembang menjadi ulcus kronis
dengan jaringan granulasi pada alasnya. Kulit yang sering terkena adalah wajah, leher, lengan dan kaki.
Bila menyerang organ dalam, gejalanya mirip tuberculosis.
Jamur Blastomyces dermatitidis banyak ditemukan di tanah yang mengandung sisa-sisa bahan
organik dan kotoran hewan. Ketika konidia (salah satu bagian tubuh) dari Blastomyces dermatitidis
terhirup oleh manusia maka akan terjadi perubahan bentuk dari miselium menjadi khamir dan
sistem imun manusia tidak sempat menghasilkan respon imun terhadap perubahan tersebut.
Agen penyakit akan menyebar melalui sistem limfa dan aliran darah. Gejala penyakit ini sangat
bervariasi karena banyak sistem organ yang berperan dalam penyebarannya. Namun, beberapa gejala
yang paling sering diperiksakan adalah gejala yang berkaitan dengan manifestasi pulmonari, lesi pada
kulit yang tidak sembuh, lesi tulang yang seringkali tanpa rasa sakit, dan gejala yang berkaitan dengan
sistem genitouorinari (urogenital).

2. Pseudoallescheria boydii

Merupakan mikosis pada kaki yang ditandai dengan terjadinya massa granulomatous yang
biasanya meluas ke jaringan lunak dan tulang kaki. Gejalanya dimulai dengan adanya lesi pada tapak
kaki bagian belakang, timbul massa granulomatous dan abses yang kemudian terjadi sinus-sinus yang
mengeluarkan nanah dan granula.

3. Candida albicans

Organ sasaran jamur candida adalah organ wanita (vagina) menyebabkan rasa gatal disekitar
vulva/vagina dan menyebabkan keputihan, di kulit menimbulkan rasa gatal, dan lesi, di kuku
menyebabkan jaringan kulit sekitar kuku terinfeksi akibat dari kotoran yang ada didalam kuku, di
mulut menyebabkan rasa tidak nyaman, terbakar, perubahan rasa pengecapan, terbentuk lesi putih

11 | P a g e
pada dinding mulut, di saluran Pencernaan menyebabkan mual, nyeri menelan, diare, terbentuk lesi
putih pada saluran pencernaan, kehilangan nafsu makan, infeksi ini bisa menyebar hingga
kerongkongan dan disebut sebagai eshopagitis.

4. Epidermophyton floccosum dan Trichophyton sp.

Jamur ini yang meyebabkan penyakit kutu air atau menyebabkan penyakit pada kelainan kulit
contohnya pada tinea korporis,tinea cruris dan tinea pedis. Merupakan jamur superfisial yang
menyerang lubang telinga dan kulit di sekitarnya yang menimbulkan rasa gatal dan sakit.
Bila ada infeksi sekunder akan menjadi bernanah. Epidermophyton adalah genus jamur yang
menyebabkan dangkal dan kulit mikosis, termasuk E. floccosum, penyebab tinea corporis (kurap),
tinea cruris (gatal-gatal), tinea pedis (kaki atlet), dan onikomikosis atau tinea unguium, infeksi jamur
kuku.
Sebagaimana umumnya jamur, maka jamur jamur penyebab kurap ini berkembang biak dengan
spora. sangat mudah menular dan menyebar. Cara paling baik untuk menghindarinya adalah dengan
menjaga kebersihan badan dan lingkungan sebaik mungkin. dan jika memang sudah terkena penyakit
kulit ini, obat paling ampuh biasanya adalah obat luar, yang bisa langsung berkontak dengan jamur dan
sporanya.

5. Trichophyton sp.

Trichophyton adalah satu penyebab infeksi pada rambut, kulit terutama Kutu air (Tinea pedis), dan
infeksi pada kuku manusia. Trichophyton merupakan salah satu parasit di antara dermatofit. Selain
itu, jamur ini juga dapat menyebabkan infeksi pada kulit kepala, kulit badan yang tidak berambut dan
kuku. Gejalanya berupa bintik-bintik putih pada kulit kepala kemudian membesar membentuk kerak
yang berwarna kuning kotor. Kerak ini sangat lengket daln bila diangkat akan meninggalkan luka
basah atau bernanah.

6. Aspergillus Fumigatus

Penyakit yamg ditimbulkan oleh jamur ini adalah Aspergilosis Bronkopulmoner Alergika. ABPA
terjadi karena terdapat reaksi hipersensitivitas terhadap A. fumigatus akibat pemakaian kortikosteroid
terus menerus. Akibatnya akan terjadi produksi mukus yang berlebih karena kerusakan fungsi silia
pada saluran pernapasan. Mukus ini berbentuk sumbatan yang mengandung spora A. fumigatus dan
eosinofil di lumen saluran napas. Akan terjadi presipitasi antibodi IgE dan IgG melalui reaksi
hipersensitivitas tipe I menyebabkan deposit kompleks imun dan sel-sel inflamasi di mukosa bronkus.
Deposit ini nantinya akan menghasilkan nekrosis jaringan dan infiltrat eosinofil (reaksi
hipersensitivitas tipe III) hingga membuat kerusakan dinding bronkus dan berakhir menjadi
bronkiektasis.
Tak jarang ditemui spora pada mukus penderita aspergilosis paru. Penderita biasanya mengeluh
batuk produktif dengan gumpalan mukus yang dapat membentuk kerak di bronkus., kadang
menyebabkan hemoptisis. ABPA juga bisa terjadi berbarengan dengan sinusitis fungal alergik, dengan
gejala sinusitis di dalamnya dengan drainase sinus yang purulen.

12 | P a g e
C. Virus

1. Virus HIV atau Human Immunodeficiency Virus

Virus HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sistem
pertahanan (kekebalan manusia). Virus ini mengakibatkan munculnya penyakit AIDS. Penderita yang
terserang atau terinfeksi virus ini ditandai dengan menurunnya CD4, CD3,CD8 dan sebagainya. Cara
penularan virus ini adalah melalui transfusi darah, air susu ibu, hubungan seksual dan jarum suntik.
Jenis-jenis virus HIV sendiri terdiri dari ada 2 macam yaitu HIV-1 dan HIV-2. Untuk mengetahui
apakah seseorang telah menderta HIV AIDS ini dapat melakukan test PCR, tes antiodi HIV, tes
antigen HIV. Seseorang yang sudah bersiko terkena virus ini sebaiknya segera melakukan
pemeriksaan, karena penanganan sedini mungkin semakin baik karena kerusakan imun belum
parah.

2. Human Papilloma Virus atau HPV

Lebih dari 95% dari kanker serviks disebabkan oleh virus HPV, infeksi virus ini ditandai dengan munculknya
kutil raksasa bisa seperti kembang kol. Pada umumnya sistem imun akan membersihkan virus HPV, akan tetapi
jika sistem imun melemah dan tidak bisa membunuh virus sehingga virus berkembang dan menimbulkan
penyakit dalam tubuh.
Virus HPV bisa menyerang pria dan wanita dan menimbulkan penyakit pada sistem reproduksi wanita dan
pria. Virus ini menular lewat hubungan seksual. Menjaga sistem imun kuat sangat penting untuk mencegah
virus ini berkembang dalam tubuh dan membasmi virus ini sebelum berkembang dalam tubuh. Untuk
mengetahui apakah seseorang terinfeksi jenis virus ini adalah test Pap (Pap Smear).

3. Virus Hepatitis

Hepatitis adalah virus yang menyerang hati atau lever. Ada 5 jenis-jenis virus hepatitis yaitu:
• Virus hepatitis A (HVA): Virus ini gampang menular karena bisa mengular lewat air dan
makanan. Infeksi yang terjadi karena virus ini tergolong ringan, infeksi pada virus ini
umumnya bisa pulih kembali karena tidak menimbulkan kerusakan pada jaringan hat atau
dengan kata lain penderita bisa sembuh total. Pencegahan terhadap penularan virus ini dapat
dilakukan dengan menjaga kebersihan diri, lingkungan tempat tinggal, kebersihan makanan
dan minuman sehari-hari. Untuk mengetahui apakah sudah terinfeksi virus ini dokter akan
melakukan pemeriksaan atau tes IgM anti-HVA

• Virus hepatitis B (HVB): Penyebaran virus ini tidak semudah penularan virus hepatitis A.
Penularan bisa lewat darah, sperma, cairan tubuh lainnya, penggunaan jarum suntik dari
penderita hepatitis, hubungan seksual. Bahkan orang sehat yang membawa virus hepatitis B
pun bisa menularkan virus ini kepada orang lain. Wanita hamil yang membawa atau
mengidap hepatitis juga bisa menularkan virus ini kepada bayinya. I

13 | P a g e
nfeksi virus ini cukup berbahaya karena bisa mengakibatkan kanker dan sirosis hati kalau
tidak diobati secara serius pada tahap awal infeksi. Banyak penderita hepatitis yang sembuh
dalam waktu singkat dan mengalami kekebalan, namum ada juga yang akhirnya berkembang
menjadi sirosis dan kanker hati. Pemeriksaan terhadap infeksi ini dapat dilakukan dengan test
HbsAG, HbeAG, anti-Hbe, anti-Hbc, anti-Hbc IgM, anti-HBS).
Menjaga sistem kekebalan dan melakukan pengobatan yang tepat dan dini adalah
tindakan terbaik bagi seseorang yang sudah terinfeksi virus ini. Keluhan yang dirasakan oleh
seseorang yang sudah terinfeksi oleh virus ini biasanya lemes, nyeri pada sendi, muntah,
mudah letih, tidak nafsu makan, kulit berwarna kuning, buang air kecil berwarna coklat tua.
Jika anda mengalami gejala ini segera kunjungi dokter anda untuk melakukan pemeriksaan.
Menjaga pola hidup yang sehat, menghindari stress adalah salah satu cara untuk menguatkan
sistem imun. Sistem imun yang kuat akan membantu penderita melawan virus ini.

• Virus hepatitis C (HVC): Virus yang menyerang hati jenis ini biasanya menular lewat
darah, jarum suntik, penggunaan alat-alat medis yang tidak steril. Infeksi menahun pada
penyakit ini bisa mengakibatkan sirosis hati, kanker hati, gagal hati, pembengkakan pembuluh
darah yang bisa mengakibatkan kematian. Lebih dari 80% dari kasus hepatitis C berkembang
menjadi sirosis hati (pengerasan hati) dan kanker hati. Sampai saat ini belum ada vaksin untuk
hepatitis C. Gejala yang biasa dirasakan oleh penderita hepatitis C adalah mudah lelah, letih,
mual, nyeri diperut bagian bawah, selera makan menurun dan kulit atau mata menguning.
Melakukan pemeriksaan darah adalah satu-satunya cara untuk mengetahui apakah sudah
terinfeksi virus hepatitis C.

• Virus Hepatitis D: Virus hepatitis D merupakan rekan infeksi virus hepatitis B, sehingga
infeksi virus hepatitis menjadi semakin berat. Virus ini menular melalui hubungan seksual,
darah dan dari ibu hamil kepada janinnya. Gejala yang dirasakan oleh penderita hepatitis D
biasanya demam, penyakit kuning, urin berwarna hitam, fases berwarna merah kehitam-
hitaman serta pembengkakan hati. Jika anda mengalami gejala ini, segera hubungi dokter
anda.

• Virus Hepatitis E: Virus yang menyerang hati jenis ini biasanya menular lewat makanan dan
minuman, mudah berkembang dilingkungan yang tidak bersih atau memiliki sanitasi yang
buruk. Gejala yang muncul bagi orang yang terserang virus ini seperti demam, rasa letih,
hilang nafsu makan, rasa mual, sakit perut, air seni berwarna tua, warna kekuningan pada
mata dan kulit.

4. Virus Flu Burung

Virus ini merupakan virus yang biasa menjangkiti burung dan mamalia, virus ini kenal dengan
istilah H5N1. Virus ini bisa menular lewat udara, makanan atau minuman atau bersentuhan. Virus ini
mati dengan suhu tinggi seperti dimasak, oleh karena itu telur, daging atau hewan yang dimasak
dengan matang akan menghindari penularan virus ini.

14 | P a g e
Bentuk lain dari virus ini adalah H7N9, beberapa orang meninggal dicina karena terjangkit virus ini.
Virus ini sangat berbahaya karena ribuan orang telah meninggal setelah terinfeksi virus ini. Menjaga
kebersihan lingkungan, makanan dan minuman adalah penting untuk menghindari penularan dari
virus ini. Gejala yang dialami orang yang terinfeksi virus ini adalah demam tinggi, batuk, lemas, sakit
tenggorokan, sakit kepala,tidak ada selera makan, nyeri sendi, nyeri perut. Infeksi yang menyebar ke
paru-paru bisa mengakibatkan radang paru-paru sehingga mengakibatkan sulit bernafas.

5. Virus Deman Berdarah (virus dengue)

Orang yang terinfeksi virus ini bisa mengakibatkan infeksi akut, virus ini masuk kedalam
peredarah darah manusia melalui gigitan nyamuk genus aedes. Gejala yang muncul pada orang yang
terinfeksi virus ini adalah demam tinggi, ruam-ruam merah, sakit kepala parah, nyeri pada
belakang mata, nyeri pada tulang dan tulang, mual serta muntah.
Menjaga kebersihan lingkungan yang bisa menjadi tempat berkembangnya nyamuk ini seperti
menguras bak mandi seminggu sekali, mengganti air vas bunga seminggu sekali, menutup rapat-rapat
penampuangan air, mengubur kaleng-kaleng bekas,ban bekas atau wadah-wadah yang bisa menjadi
tampungan air. Melakukan fogging atau pengasapan adalah salah satu cara untuk membunuh
nyamuk-nyamuk yang sudah dewasa.

6. Virus Herpes Simpleks 1 dan 2.

Virus ini banyak menyerang mata, wajah, tenggorokan dan kelamin. Virus herpes simplek 1
menyerang mata, waja dan tenggorokan. Biasanya ditandai dengan adanya nyeri pada mulut,
tenggorokan, kelenjar leher bengkak dan suhu tubuh yang tinggi. Penularan virus ini adanya kontak
langsung melalui kulit dengan penderita dan ibu hamil kepada bayinya pada saat hami dan atau
persalinan.
Sedangkan herpes simpleks 2 menyerang kelamin sehingga penularannyapun lewat hubungan
seksual. Biasanya ditandai dengan adanya merah yang menyakitkan, lesi yang tersebar di area yang
luas. Orang yang sudah terinfeksi virus ini tidak bisa sembuh total, karena virusnya hanya bisa
ditidurkan dan suatu waktu bisa aktif kembali jika sistem imun melemah atau terdapat
faktor-faktor lainnya yang bisa memicu. Sehingga sangat penting bagi penderita untuk menjaga
sistem imun tetap kuat agar virus ini tidak aktif kembali.

7. Virus Rubella

Virus rubella adalah virus yang menyerang manusia yang menyebabkan terjadinya campak. Virus
ini bisa menyerang anak-anak dan orang dewasa. Infeksi karena virus ini ditandai dengan munculnya
bercak merah pada kulit. Virus ini bisa menular melalui dahak penderita yang masuk ke dalam tubuh
orang sehat melalui udara. Virus ini juga bisa menular melalui cairan tubuh seperti keringat. Jika daya
tahan tubuh seseorang kuat, maka virus ini akan mati. Akan tetapi jika sistem imun lemah, maka virus
akan berkembang dalam tubuh.
Orang yang terinfeksi virus rubella biasanya mengalami deman berkepanjangan akan tetapi suhu
tubuh tidak tinggi, flu, pusing-pusing, lemas, mual, lemah, nyeri otot dan munculnya
bercak-bercak merah pada kulit. Jika ibu hamil terinfeksi virus ini maka dapat mengakibatkan cacat

15 | P a g e
atau kelainan janin. Oleh karena itu ibu hamil perlu menjaga sistem imunnya kuat, karena sistem imun
yang kuat akan membunuh virus ini.

8. Virus Polio

Virus ini sudah dikenal sejak akhir abad ke 18, bahkan mungkin sejak zaman mesir kuno. Virus ini
merupakan penyebab penyakit poliomielitis dan virus ini menyebar melalui makanan atau minuman
yang terkontaminasi melalui tinja. Biasanya jika salah satu anggota keluarga terinfeksi, maka anggota
keluarga lainnya juga akan terinfeksi. Orang yang terinfeksi virus ini akan mengalami lemahnya otot
dan mengakibatkan kelumpuhan. Virus ini bisa menyerang siapa saja seperti orang tua, dewasa dan
anak-anak, tidak mengenal usia.
Kebanyakan kasus virus ini menyerang anak-anak usia 3 sampai 5 tahun. Pemberian vaksin waktu
balita akan sangat membantu ketika setelah dewasa. Infeksi pada pada saat dewasa akan lebih
berbahaya dibanding masa kanak-kanak. Gejala yang biasa dirasakan bagi orang yang terinfeksi virus
polio adalah deman, nyeri sendi, tulang dan otot, kelamahan,kram otot, gangguan aktivitas sehari-hari
seperti berjalan, gerakan tubuh dan gangguan pada pernafasan. Jika anda mengalami gejala-gejala
seperti ingi segera hubungi dokter anda.

9. Virus Influenza

Virus influenza adalah virus yang mengakibatkan flu, virus ini sangat mudah menular dan
ditularkan melalui udara dengan batuk atau bersin. Virus ini menyerang pernafasan sehingga orang
yang terinfeksi virus ini mengalami kesulitan bernafas. Gejala yang dirasakan bagi seseorang yang
terinfeksi virus ini adalah pilek, demam, batuk kering hingga batuk berdahak, kerongkongan gatal,
hidung mampet, hidung meler, bersin-bersin, hidung terasa gatal dan merah serta badan terasa pengal-
pegal atau rasa tidak nyaman secara umum.
Kadang-kadang bisa muncul gejala mual dan muntah, terutama pada anak-anak. Jika imunitas
seseorang baik, maka virus influenza akan mati diserang oleh sistem imunnya. Akan tetapi jika sistem
imunnya lemah, maka virus influenza akan berkembang dalam tubuhnya. Anak-anak lebih mudah
terserang virus ini dibandingkan dengan orang dewasa. Karena itu menjaga imunitas sangat penting
untuk mempertahankan kesehatan kita dari serangan virus ini. Virus influenza juga bisa menular
melalui tangan yang bersentuhan dengan orang yang terkena inflenza. Virus bisa masuk kedalam
tubuh dengan sentuhan tangan ke mata dan mulut, oleh karena itu mencuci tangan sangat penting
sebelum mengkonsumsi makanan.

10. Virus Cacar Air

Cacar air disebabkan oleh virus varicella zoster. Seperti gejala infeksi pada umumnya pada awal
infeksi panas, demam, pilek, cepat merasa lelah, lesu dan lemah. Masa inkubasinya 2 hingga 3 pekan.
Kemudian muncul kemerahan kecil atau ruam melepuh pada wajah, leher dan kemudian menjalalar
keseluruh tubuh. Jika mengalami gejala ini segera hubungi dokter anda. Virus ini menular dengan
cepat melalui udara, bisa dari bersin dan batuk dari penderita atau kontak langsung kulit dengan
penderita.
Cacar air lebih sering ditemukan pada anak-anak dibandingkan orang dewasa. Bagi orang yang
sistem imunnya kuat jarang ditemukan adanya komplikasi. Setelah terinfeksi maka sistem imun akan
membentuk antibodi untuk pertahanan dimasa mendatang.

16 | P a g e
2.2 Proses Infeksi Mikroorganisme Patogen pada Tubuh

Bakteri dikatakan bersifat patogen bila mempunyai kemampuan mengadakan transmisi,


melekat pada sel-sel inang dan mengadakan multiplikasi, menggunakan nutrien dari sel inang,
invasi dan timbulnya kerusakan pada sel-sel dan jaringan, serta toksigenisitas dan kemampuan
membangkitkan sistem imun inang. Hal ini dipengaruhi oleh struktur serta produk-produk
yang dihasilkan oleh bakteri dan sifat bakteri itu sendiri (Howard dan Rees, 1994).

Berikut tahapan bakteri menyebabkan sakit :

1. Transmisi atau Penularan

Kebanyakan penyakit infeksi adalah akibat bakteri pindah dari sumber luar, sehingga
disebut bersumber dari eksogen. Penyakit lain disebabkan oleh flora normal dari tubuh
inangnya sendiri yang bertindak selaku bakteri oportunistik, sehingga disebut bersumber
endogen. Penularan dapat terjadi secara : inhalasi yaitu melalui jalur udara, ingesti yaitu
melalui jalur penelanan makanan dan minuman yang terkontaminasi, inokulasi yaitu
melalui kontak seksual, jarum suntik terkontaminasi, kontak kulit, transfusi darah atau
gigitan serangga.

Ada 4 pintu masuknya mikroorganisme, yaitu : kulit, saluran pernafasan, saluran


pencernaan dan saluran genitourinaria. Beberapa contoh pintu masuk beberapa bakteri
pathogen dapat terlihat pada tabel dibawah ini.

Pintu Masuk Bakteri Nama Bakteri Patogen


Kulit Clostridium tetani

Hepatitis B virus

Saluran Pernapasan Streptococcus pneumoniae Neisseria meningitides


Haemophilus influenza Mycobacterium tuberculosis

Influenza virus

Rhinovirus

Epstein-Barr virus

17 | P a g e
Saluran Pencernaan Shigelladysentriae Salmonella typhi

Vibrio cholera

Hepatitis A virus

Poliovirus
Saluran Genital Neisseria gonorrhoeae Treponema pallidum

HIV

Candida albicans (fungi)

2. Perlekatan pada permukaan sel/jaringan inang

Ini adalah tahap awal infeksi. Beberapa bakteri dan fungi mempunyai struktur khusus
atau menghasilkan bahan khusus yang memfasilitasi perlekatan pada permukaan sel inang
(termasuk pada protesa gigi, katup jantung buatan dan lain-lain), dengan demikian
menambah kemampuan mereka untuk berkolonisasi dan menyebabkan penyakit.
Mekanisme perlekatan ini adalah hal penting bagi mikroorganisma untuk melekat pada
membrane mukosa (misalnya rambut yang menyerupai pili pada Neisseria gonorrhoeae
dan Eschericia coli menjadi alat lekat bagi kedua bakteri itu pada sel-sel epitel saluran
kencing; polisakarida ekstraseluler yang dihasilkan oleh Streptococcus mutans
membantunya menempel pada permukaan email gigi).

Proses ini juga dikenal sebagai proses adhesi-kolonisasi. Pada proses ini bakteri
menempel pada permukaan sel inang, perlekatan bakteri terjadi pada sel epitel. Pada proses
ini, perlekatan bakteri ke sel permukaan sel inang memerlukan protein adhesin. Adhesin
dibagi menjadi dua, yaitu fimbrial dan afimbrial. Adhesi fimbrial bertindak sebagai ligan
dan berikatan dengan reseptor yang terdapat pada permukaan sel inang. Fili sering dikenal
sebagai antigen kolonisasi karena peranannya sebagai alat penempelan pada sel lain
(Pelczar dan Chan, 1986). Sedangkan adhesi afimbrial yaitu protein (polipeptida) dan
polisakarida yang berperan dalam pelekatan dan membantu proses kolonisasi.

3. Daya serang Bakteri (Invasi)

Daya invasi bakteri berperan penting dalam pathogenesis, daya serang ini berhubungan
dengan enzim yang disekresikan oleh bakteri. Beberapa diantara enzim tersebut adalah :

18 | P a g e
o Kolagenase atau hialuronidase yang dapat merusak substansi interseluler
jaringan inang, sehingga memungkinkan bakteri mudah masuk dan menyebar di
jaringan, khususnya pada infeksi di kulit yang disebabkan oleh Streptococcus
pyogenes.
o Koagulase, enzim yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus, mempercepat
pembentukan bekuan fibrin (dari fibrinogen). Kondisi ini melindungi bakteri dari
proses fagositosis (yaitu proses sel darah putih manusia memakan bakteri
tersebut) yaitu dengan cara membentengi daerah yang terinfeksi dan melingkupi
bakteri dengan lapisan fibrin.
o Immunoglobulin A (IgA) protease, enzim yang dihasilkan bakteri yang dapat
merusak IgA inang pada permukaan mukosa, sehingga memungkinkan bakteri-
bakteri seperti N. gonorrhoeae, Haemophilus influenza dan Streptococcus
pneumonia melekat pada membrane mukosa.
o Leukosidin, yaitu racun yang dihasilkan bakteri yang dapat menghancurkan sel-
sel darah putih manusia jenis netrofil dan makrofaga. Toksin ini dimiliki oleh
bakteri-bakteri penyebab penyakit periodontal seperti Actinobacillus
actinomycetemcommitans.

4. Toksigenitas atau perusakan organ/jaringan

Produksi toksin atau toksigenitas adalah salah satu factor penentu patogenesis bakteri
dan dapat menyebabkan kerusakan bahkan kematian organ/jaringan sel inang. Proses ini
adalah akses yang lebih dalam dari bakteri. Setelah invasi, mikroba mampu bertahan hidup
dan berkembang biak dalam sel inang. Dalam mempertahankan hidupnya, bakteri harus
dapat bersaing untuk mendapatkan nutrisi, setelah itu dapat mengakibatkan rusaknya
jaringan dan organ-organ tubuh. Bakteri yang memiliki kapsul akan melindung dirinya dari
fagositosis melalui polisakarida yang mengelilinginya. Baik bakteri Gram positif maupun
Gram negatif yang berkapsul serta vaksin yang mengandung antigen kapsul murni akan
merangsang imunitas yang bersifat protektif. Bakteri yang bersifat intraseluler dapat
menghalangi respon imun inang karena tumbuh di dalam sel, terutama fagosit (Ryan,
1997).

Toksin yang dihasilkan bakteri dapat digolongkan menjadi 2 kelompok utama yaitu :
eksotoksin dan endotoksin. Endotoksin adalah komponen lipopolisakarida (LPS) dinding
sel bakteri Gram negative (kokus maupun basil) yang tersimpan dan tidak secara aktif
dikeluarkan oleh bakteri. Bakteri Gram positif tidak menghasilkan toksin ini. Endotoksin
dapat menyebabkan demam, syok dan gejala umum lainnya. Endotoksin baru dilepaskan
dari tubuh bakteri jika bakteri mengalami lisis (hancur, mati). Eksotoksin adalah toksin
yang dihasilkan dan dikeluarkan dari badan bakteri Gram positif dan Gram negative.
Eksotoksin dapat menyebabkan penyakit dibagian tubuh tertentu setelah menyebar atau
terbawa melalui jalur sistemik (misalnya bakteri penyebab tetanusyang masuk melalui luka
di kaki menghasilkan eksotoksin yang dapat menyebabkan rahang terkunci atau kejang otot
masseter (pengunyahan) di daerah wajah).

19 | P a g e
Eksotoksin labih toksik dibandingkan dengan endotoksin. Misalnya toksin tetanus
dapat menyebabkan kematian pada kadar < 1 µg. Polipeptida eksotoksin merupakan
antigen kuat yang dapat merangsang antibody tubuh membentuk antitoksin, yang dapat
berguna dalam mencegah atau mengobati penyakit, misalnya tetanus. Toksisitas
eksotoksin tersebut dapat dinetralisir oleh formaldehyde (atau oleh asam, atau oleh
pemanasan) dan toksoid ini dapat dimanfaatkan untuk pembuatan vaksin.

2.3 Proses Infeksi Mikroorganisme Patogen pada Kulit

Selulitas adalah infeksi streptococcus, staphilococcus akut dari kulit dan aringan subkutan
biasanya disebabkan ileh invasi bakteri melalui suatu area yang robek pada kulit, meskipun
demikian hal ini dapatterjadi tanpa bukti sisi entri dan ini biasanya terjadi oada ekstremitas
bawah (Tucker, 1998 : 633).
Selulitas adalah inflamasi supuratif yang juga melibatkan sebagian jaringan subkutan
(manjoer, 2000 : 82). Selulitas adalah infeksi bakteri yang menyebar ke dalam bidang jaringan
(Brunner dan Suddarth, 2000 : 496).
Jadi, selulitas adalah infeksi pada kulit yang disebabkan oleh bakteri stapilococcus aureus,
streptococcus grup A, dan streptococcus piogenes.

Patofisiologi menurut Isselbacher (1999 ; 634) yaitu: bakteri patogen yang menembus
lapisan luar menimbulkan infeksi pada permukaan kulit atau menibulkan peradangan, penyakit
infeksi sering berjangkit pada orang gemuk, rendah gizi, kejemuan atau orang tua pikun dan
pada orang kencing manis yang pengobatannya adekuat.
Gambaran klinis eritema lokal pada kulit dan sistem vena dan limfatik pada kedua ektrimitas
atas dan bawah. Pada pemeriksaan ditemukan kemerahan yang karakteristik hangat, nyeri
tekan, demam, dan bakterimia.
Selulitas yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan streptococcus grup A,
streptococcus lain atau staphilococcus aureus, kecuali jika luka terkait berkembang
bakterimia, etiologi mikrobial yang pasti sulit ditentukan, untuk absses lokalisata yang
mempunyai gejala sebagai lesi kultur pus atau bahan yang diaspirasi diperlukan. Meskipun
etiologi abses ini biasanya staphilococcus, abses ini kadang disebabkan oleh campuran bakteri
aerob dan anaerob yang lebih kompleks. Bau busuk dan pewarnaan gram pus menunjukkan
adanya organisme campuran.
Ulkus kulit yang tidak nyeri sering terjadi. Lesi ini dangkal dan berindurasi dan dapat
mengalami super infeksi. Etiologinya tidak jelas, tetapi mungki merupakan hasil perubahan
peradangan benda asing, nekrosis, dan infeksi derajat rendah.

20 | P a g e
2.4 Proses Penyembuhan Luka

Penyembuhan adalah pergantian sel mati oleh sel hidup atau jaringan fibrosa dan terjadi
melalui regenerasi atau organisasi, hasil akhir tergantung dari keseimbangan lokal di antara
kedua faktor tersebut (Lawler et al., 1992:15). Penyembuhan merupakan suatu proses
terjadinya sel-sel yang hilang atau rusak diganti dengan sel-sel hidup yaitu melalui regenerasi
sel parenkim atau sel fibroblas jaringan ikat pembentuk parut (Robbins & Kumar 1995:53).
Luka merupakan kondisi hilangnya sebagian jaringan tubuh dan kontinuitas jaringan rusak.
Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat
kimia, listrik, dan gigitan hewan (Reksoprodjo, 1995:415; Sjamsuhidajat & de Jong, 1997:72).

Penyembuhan luka merupakan proses dinamis yang meliputi unsur-unsur tubuh, pembuluh
darah, matriks ekstraselular, dan sel parenkim (Singer & Clark, 1999). Pada awalnya, darah di
dalam luka akan membeku, diikuti dengan respon peradangan yang membersihkan sel mati
dan bakteri. Fibroblas dan pembuluh darah meluas pada fibrin di bekuan darah, kolagen

21 | P a g e
ditimbun dan setelah beberapa waktu kolagen memperoleh kekuatan dari ikatan dan
remodeling (Sabiston, 1995:150).

Proses penyembuhan luka yang terjadi pada jaringan yang rusak oleh trauma dapat dibagi
menjadi tiga fase yaitu fase inflamasi (radang), fase proliferasi dan fase maturasi atau
remodeling. Pada luka yang mengalami penyembuhan primer, lama tiap fase dapat terprediksi
dengan baik. Pada penyembuhan luka sekunder, proses ini bergantung pada banyak variabel
sehingga sulit diprediksi (Porth, 1994:35).

1. Fase Inflamasi
Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka dan merupakan periode penting dalam
mempersiapkan lingkungan sekitar luka untuk proses penyembuhan. Fase inflamasi
berlangsung hingga 3 sampai 5 hari (Peterson et al., 1998:59). Fase ini terdiri dari proses
hemostasis, fase vaskular dan fase selular. Proses hemostasis diaktifkan segera setelah
terjadi luka (Porth, 1994:35). Pada fase vaskular, terjadi vasokonstriksi awal pembuluh
darah. Aliran darah akan bergerak lamban menuju daerah yang terkena jejas dan hal ini
dapat meningkatkan pembekuan darah. Beberapa menit kemudian, histamin dan
prostaglandin pada sel darah putih akan menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah
sehingga dinding pembuluh darah meloloskan sel plasma dan leukosit menuju jaringan
intertisial (Peterson et al., 1998:59).

Tanda dan gejala klinik reaksi radang menjadi jelas berupa adanya kemerahan (rubor)
karena kapiler melebar, suhu hangat (calor), rasa nyeri (dolor), dan pembengkakan
(tumor). Fase ini disebut juga fase lamban (lag phase) karena reaksi pembentukan kolagen
baru sedikit dan pertautan luka pada fase ini hanya dilakukan oleh fibrin sehingga belum
ada kekuatan pertautan luka (Reksoprojo, 1995:415; Sjamsuhidajat & de Jong, 1997:72;
Peterson et al., 1998:59).
Fase selular dipicu oleh aktivasi komplemen serum dari jaringan yang terkena jejas
(Peterson et al., 1998:59) yang ditandai dengan infitrasi neutrofil yang cepat diganti oleh
sel mononuklear (Macari et al., 2005:25). Sel-sel radang ini keluar dari pembuluh darah
secara diapedesis dan menuju daerah luka secara khemotaksis (Reksoprodjo, 1995:415).

2. Fase Proliferasi
Fase proliferasi berlangsung dari akhir fase inflamasi (biasanya hari ke-2 sampai ke-3
setelah terjadi luka) hingga akhir minggu ke-3 pada penyembuhan luka primer (Porth,
1994:35). Proses utama pada fase ini adalah pembentukan jaringan baru untuk mengisi
ruang luka. Sel yang berperan penting pada fase ini adalah fibroblas (Porth, 1994:36). Oleh
sebab itu, fase ini disebut sebagai fase fibroplasia karena yang menonjol adalah proses
proliferasi fibroblas (Reksoprodjo, 1995:415). Fase proliferasi ditandai dengan adanya sel
mononuklear inflamatori, diikuti dengan pembentukan jaringan granulasi dan proliferasi
fibroblas dan keratinosit (Macari et al., 2005:25).
Pada fase ini luka dipenuhi oleh sel radang, fibroblas dan kolagen membentuk jaringan
berwarna kemerahan dengan permukaan yang berbenjol halus yaitu jaringan granulasi.

22 | P a g e
Proses ini baru berhenti setelah epitel saling menyentuh dan menutup seluruh permukaan
luka. Pada saat tertutupnya permukaan luka, proses fibroplasia dengan pembentukan
jaringan granulasi luka akan berhenti (Sjamsuhidajat & de Jong, 1997:73). Kemajuan pada
fase ini adalah adanya akumulasi kolagen dan proliferasi fibroblas yang berlangsung terus
menerus. Sintesis kolagen mencapai puncaknya pada hari ke-5 hingga ke-7 (Porth,
1994:36).

3. Fase Remodeling
Fase remodeling dimulai kira-kira minggu ke-3 dan dapat berlangsung berbulan-bulan
(6 bulan hingga 2 tahun) tergantung dari luas luka (Porth, 1994:36) dan dinyatakan berakhir
jika semua tanda radang sudah hilang (Sjamsuhidajat & de Jong, 1997:73). Pada fase ini
terdapat pematangan jaringan parut akibat stimulasi sintesis kolagen oleh fibroblas dan
lisisnya enzim kolagenase. Hasil akhir dari proses ini akan meningkatkan kekuatan regang
luka oleh jaringan parut (Porth, 1994:36).

Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali jaringan
yang berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya gravitasi, dan akhirnya jaringan yang baru
terbentuk. Selama proses ini dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis dan lemas tanpa
rasa nyeri dan gatal (Sjamsuhidajat & de Jong, 1997:73).

2.5 Respon Tubuh terhadap Mikroorganisme Patogen

Respon tubuh terhadap mikroorganisme patogen juga disebut dengan respon imun. Sistem
imun merupakan sistem koordinasi respons biologik yang bertujuan melindungi integritas dan
identitas individu serta mencegah invasi organisme dan zat yang berbahaya di lingkungan yang
dapat merusak dirinya. Sistem imun mempunyai sedikitnya 3 fungsi utama. Yang pertama
adalah suatu fungsi yang sangat spesifik yaitu kesanggupan untuk mengenal dan membedakan
berbagai molekul target sasaran dan juga mempunyai respons yang spesifik. Fungsi kedua
adalah kesanggupan membedakan antara antigen diri dan antigen asing. Fungsi ketiga adalah
fungsi memori yaitu kesanggupan melalui pengalaman kontak sebelumnya dengan zat asing
patogen untuk bereaksi lebih cepat dan lebih kuat daripada kontak pertama.

Ada beberapa mekanisme pertahanan tubuh dalam mengatasi agen yang berbahaya di
lingkungannya yaitu:
1. Pertahanan fisik dan kimiawi: kulit, sekresi asam lemak dan asam laktat melalui
kelenjar keringat dan sebasea, sekresi lendir, pergerakan silia, sekresi airmata, air liur,
urin, asam lambung serta lisosim dalam airmata.
2. Simbiosis dengan bakteri flora normal yang memproduksi zat yang dapat mencegah
invasi mikroorganisme seperti laktobasilus pada epitel organ.
3. Innate immunity.
4. Imunitas spesifik yang didapat.

23 | P a g e
Innate Immunity merupakan mekanisme pertahanan tubuh nonspesifik yang mencegah
masuknya dan menyebarnya mikroorganisme dalam tubuh serta mencegah terjadinya
kerusakan jaringan. Ada beberapa komponen innate immunity, yaitu :

1. Pemusnahan bakteri intraselular oleh sel polimorfonuklear (PMN) dan makrofag.


2. Aktivasi komplemen melalui jalur alternatif.
3. Degranulasi sel mast yang melepaskan mediator inflamasi.
4. Protein fase akut: C-reactive protein (CRP) yang mengikat mikroorganisme,
selanjutnya terjadi aktivasi komplemen melalui jalur klasik yang menyebabkan lisis
mikroorganisme.
5. Produksi interferon alfa (IFN α) oleh leukosit dan interferon beta (IFN β) oleh
fibroblast yang mempunyai efek antivirus.
6. Pemusnahan mikroorganisme ekstraselular oleh sel natural killer (sel NK) melalui
pelepasan granula yang mengandung perforin. 7. Pelepasan mediator eosinofil
seperti major basic protein (MBP) dan protein kationik yang dapat merusak membran
parasit.

Respons Imun terhadap Bakteri Ekstraselular

Bakteri ekstraselular dapat menimbulkan penyakit melalui beberapa mekanisme, yaitu:


1. Merangsang reaksi inflamasi yang menyebabkan destruksi jaringan di tempat infeksi.
Sebagai contoh misalnya kokus piogenik yang sering menimbulkan infeksi supuratif yang
hebat.
2. Produksi toksin yang menghasilkan berbagai efek patologik. Toksin dapat berupa
endotoksin dan eksotoksin. Endotoksin yang merupakan komponen dinding bakteri adalah
suatu lipopolisakarida yang merupakan stimulator produksi sitokin yang kuat, suatu ajuvan
serta aktivator poliklonal sel limfosit B. Sebagian besar eksotoksin mempunyai efek sitotoksik
dengan mekanisme yang belum jelas benar. Sebagai contoh toksin difteri menghambat sintesis
protein secara enzimatik serta menghambat faktor elongasi-2 yang diperlukan untuk sintesis
semua peptida. Toksin kolera merangsang sintesis AMP siklik (cAMP) oleh sel epitel usus
yang menyebabkan sekresi aktif klorida, kehilangan cairan serta diare yang hebat. Toksin
tetanus merupakan suatu neurotoksin yang terikat motor endplate pada neuromuscular junction
yang menyebabkan kontraksi otot persisten yang sangat fatal bila mengenai otot pernapasan.
Toksin klostridium dapat menyebabkan nekrosis jaringan yang dapat menghasilkan gas
gangren. Respons imun terhadap bakteri ekstraselular ditujukan untuk eliminasi bakteri serta
netralisasi efek toksin.

24 | P a g e
Respons Imun terhadap Bakteri Intraselular

Sejumlah bakteri dan semua virus serta jamur dapat lolos dan mengadakan replikasi di dalam
sel pejamu. Yang paling patogen di antaranya adalah yang resisten terhadap degradasi dalam
makrofag. Sebagai contoh adalah mikrobakteria serta Listeria monocytogenes.

1. Imunitas Alamiah terhadap Bakteri Intraselular


Mekanisme terpenting imunitas alamiah terhadap mikroorganisme intraselular adalah
fagositosis. Akan tetapi bakteri patogen intraselular relatif resisten terhadap degradasi
dalam sel fagosit mononuklear. Oleh karena itu mekanisme kekebalan alamiah ini tidak
efektif dalam mencegah penyebaran infeksi sehingga sering menjadi kronik dan
eksaserbasi yang sulit diberantas.

2. Respons Imun Spesifik terhadap Bakteri Intraselular


Respons imun spesifik terhadap bakteri intraselular terutama diperankan oleh cell mediated
immunity (CMI). Mekanisme imunitas ini diperankan oleh sel limfosit T tetapi fungsi
efektornya untuk eliminasi bakteri diperani oleh makrofag yang diaktivasi oleh sitokin
yang diproduksi oleh sel T terutama interferon α (IFN α). Respons imun ini analog dengan
reaksi hipersensitivitas tipe lambat. Antigen protein intraselular merupakan stimulus kuat
sel limfosit T. Beberapa dinding sel bakteri mengaktivasi makrofag secara langsung
sehingga mempunyai fungsi sebagai ajuvan. Misalnya muramil dipeptida pada dinding sel
mikrobakteria. Telah disebutkan di atas bahwa fungsi sel limfosit T pada CMI adalah
produksi sitokin terutama IFN α. Sitokin INF α ini akan mengaktivasi makrofag termasuk
makrofag yang terinfeksi untuk membunuh bakteri. Beberapa bakteri ada yang resisten
sehingga menimbulkan stimulasi antigen yang kronik. Keadaan ini akan menimbulkan
pengumpulan lokal makrofag yang teraktivasi yang membentuk granuloma sekeliling
mikroorganisme untuk mencegah penyebarannya. Reaksi inflamasi seperti ini
berhubungan dengan nekrosis jaringan serta fibrosis yang luas yang menyebabkan
gangguan fungsi yang berat. Jadi kerusakan jaringan ini disebabkan terutama oleh respons
imun terhadap infeksi oleh beberapa bakteri intraselular. Contoh yang jelas dalam hal ini
adalah infeksi mikobakterium. Mikobakterium tidak memproduksi toksin atau enzim yang
secara langsung merusak jaringan yang terinfeksi. Paparan pertama terhadap
Mycobacterium tuberculosis akan merangsang inflamasi selular lokal dan bakteri
mengadakan proliferasi dalam sel fagosit. Sebagian ada yang mati dan sebagian ada yang
tinggal dormant. Pada saat yang sama, pada individu yang terinfeksi terbentuk imunitas sel
T yang spesifik. Setelah terbentuk imunitas, reaksi granulomatosa dapat terjadi pada lokasi
bakteri persisten atau pada paparan bakteri berikutnya. Jadi imunitas perlindungan dan
reaksi hipersensitif yang menyebabkan kerusakan jaringan adalah manifestasi dalam
respons imun spesifik yang sama.

25 | P a g e
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Jasad hidup yang ukurannya kecil sering disebut sebagai mikroba atau mikroorganisme
atau jasad renik. Jasad renik disebut sebagai mikroba bukan hanya karena ukurannya yang
kecil, sehingga sukar dilihat dengan mata biasa, tetapi juga pengaturan kehidupannya yang
lebih sederhana dibandingkan dengan jasad tingkat tinggi. Bakteri, virus, dan jamur adalah
contoh mikroorganisme yang ada di alam.
Mikroorganisme terbagi menjadi dua yaitu mikroorganisme flora normal dan patogen.
Flora normal atau mikrobiota adalah kumpulan organisme yang umum ditemukan secara
alamiah pada orang sehat dan hidup rukun berdampingan dalam hubungan yang seimbang
dengan host-nya. Sedangkan mikroorganisme patogen adalah agen biologis yang
menyebabkan penyakit pada inangnya, mikroorganisme ini dapat mengacaukan fisiologi
normal suatu organisme.

26 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Fibriana, Fidia. 2016. Potensi Kitchen Microbiology Teknik Hands-On dalam Pembelajaran
Mikrobiologi. Semarang : Universitar Negeri Semarang.
Dwijoseputro, 1990. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Waluyo, Lud. 2005. Mikrobiologi Umum. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang Press.
Girsang, S.Si. MSc , 2009. Mycobacterium Penyebab Penyakit Tuberculosis Serta Mengenal Sifat-
sifat Pertumbuhannya di Laboratorium. Jakarta: Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Badan
Litbang Kesehatan.

Primadina, Nova. 2018. Proses Penyembuhan luka Ditinjau dari Aspek Mekanisme Seluler dan
Molekuler. Surabaya : Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

Herwood, L. (2018). Fisiologi Manusia : dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC.


Abbas, A., Litchman, A., & Pillai, S. (2016). Imunologi Dasar Abbas: Fungsi dan Kelainan Sistem
Imun. Singapore: Elsevier.
http://www.depkes.go.id/article/view/15012800001/mengenal-bakteri-listeria

27 | P a g e
MODUL 3 (BIOMEDIK II)
SKENARIO 1
LUKA LECET

Seorang pasien laki-laki umur 20 tahun berobat ke dokter dengan keluhan luka lecet dan
nyeri di punggung tangan kanan. Sehari sebelumnya pasien ini menggaruk tangannya dengan
kuku sampai luka lecet dan agak berdarah. Hasil pemeriksaan ada excoriasi akibat garukan.
Dokter menjelaskan akibat garukan di punggung tangan, kuman sekitar kulit dapat
menyebabkan infeksi.

Organisme dan Sifat-Sifat Pembedanya:

Staphylococcus aureus

Bakteri Gram positif berbentuk bulat berdiameter 0,7-1,2 μm, tersusun dalam kelompok-
kelompok yang tidak teratur seperti bua anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora,
dan tidak bergerak. Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37 ºC, tetapi membentuk pigmen
paling baik pada suhu kamar (20-25ºC). Koloni pada perbenihan padat berwarna abu-abu
sampai kuning keemasan, berbentuk
bundar, halus, menonjol, dan berkilau. Lebih dari 90% isolat klinik menghasilkan S. aureus
yang mempunyai kapsul polisakarida atau selaput tipis yang berperan dalam virulensi bakteri.
Berbagai derajat hemolisis disebabkan oleh S. aureus dan kadang-kadang oleh spesies
stafilokokus lainnya. (Jawetz et al., 2008).

Manifestasi klinis:

Vulnus excoriasi yang diakibatkan oleh garukan hingga agak berdarah dapat menyebabkan
infeksi piogenik.

Infeksi piogenik merupakan infeksi yang ditandai dengan terjadinya peradangan local
yang parah dan biasanya dengan pembentukan nanah (pus). Infeksi piogenik dikarenakan
adanya invasi dan multiplikasi mikroorganisme pathogen di jaringan sehingga mengakibatkan
luka pada jaringan dan berlanjut menjadi penyakit, melalui berbagai mekanisme seluler dan
umumnya disebabkan oleh salah satu kuman piogenik (Singh et al., 2013).

Infeksi piogenik menyebabkan beberapa penyakit umum, diantaranya impetigo,


osteomyelitis, sepsis, artritis septik, spondylodiscitis, otitis media, sistitis dan meningitis.
Infeksi piogenik menghancurkan neutrophil melalui pelepasan leukosidin sehingga terbentuk
abses. Hal tersebut merupakan ciri khas infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus
(Miller and John, 2011). Komplikasi yang timbul dari infeksi kulit dan jaringan lunak karena
Staphylococcus aureus merupakan masalah klinis yang utama. Hal ini dikarenakan tingginya

28 | P a g e
kejadian infeksi dan munculnya strain kuman resisten antibiotik secara luas. Oleh karena itu
kuman yang menghasilkan leukosidin disebut sebagai kuman piogenik (Qureshi et al., 2004).
Luka infeksi pada permukaan kulit mudah di kolonisasi oleh berbagai macam organisme
(Matsuura, 2013; Anvarinejad, 2015).

29 | P a g e
Lembar Penilaian Makalah

NO Bagian yang Dinilai Skor Nilai

1 Ada Makalah 60

2 Kesesuaian dengan LO 0 - 10

3 Tata Cara Penulisan 0 - 10

4 Pembahasan Materi 0 – 10

5 Cover dan Penjilidan 0 – 10

TOTAL

Keterangan :
LO = Learning Objective Medan, 27 November 2019
Dinilai oleh :

Tutor

(Dr. Aspri Astria M.Kes)

30 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai